Menakjubkan!


Cerita-Cerita Kecil yang Sedih dan Menakjubkan oleh Raudal Tanjung Banua

“Kata ibuku, iblis tak penah mati!”

“… Makin jauh, makin kasih hati kepada mereka yang berpisah. / Apa yang kukenang? Masa kanak waktu tidur dekat ibu. / Dengan membawa dongeng dalam mimpi tentang bota. / Dan raksasa, peri dan bidadari. Aku teringat. / Kepada buku cerita yang terlipat dalam lemari…: (Subagyo Sastrowardoyo, “Manusia Pertama di Laur Angkasa”, 1970)

Tentu saja ada sejuta variasi bagaimana sebuah dongeng dapat dikisahkan: rasio narasi terhadap data; kecepatan, alur, dan nada. Titik dalam narasi tempat ‘menyusup’ ke dalam cerita. Kita semua akrab dengan dongeng, terutama dari orangtua, dan buku ini adalah serangkaian kisah-kisah dongeng yang dituturkan ulang dengan gaya. Entah nyata, atau banyak modifikasi, yang jelas tampak menakjubkan.

Menakjubkan! Ya, itulah komentarku seusai membacai. Campur aduk perasaan, dijabarkan dengan sabar, disajikan dengan istimewa. Cerita-cerita masa kecil dari orangtua, paman sampai neneknya, kita melangkah lanjut ke tema-tema masa lalu yang lebih umum, menorehkan kenangan. Menulis tentang masa lalu, sekali lagi kubilang sungguh aktual. Dan lebih mudah diimajinasikan. Sungguh nyaman, asyik sekali diikuti, seolah membacai memoar, menelisik nostalgia.

Wahai para penulis, Anda harus cukup menghibur pembaca hingga kita memberikan perhatian. Dan dongeng yang menghibur adalah syarat mutlak.

#1. Cerita-cerita Kecil yang Tulus dan Murni dari Ibuku

Cerita istimewa memang baiknya ditaruh di muka, cerita tentang tangga yang menghubungkan warga langit dan bumi terdengar menarik. Orang langit butuh garam tinggal turun, orang bumi butuh cahaya tinggal naik. Orang-orang justru lebih akrab lintas dimensi ini, sampai suatu ketika terjadi bencana yang pada akhirnya membentk kita dalam bertetangga.

Atau kisah Si Miskin dan Anak Raja, bagaimana seekor kumbang milik Si Miskin pada akhirnya kisah mencipta jodoh istimewa. Cerita raja bangau sungguh memilukan, ini juga bukan sekadar kisah, ini sejenis penggambaran cinta sejati yang buta. Sadis, tak berperikemanusiaan eh tak berperikebangauan.

#2. Cerita-cerita Kecil yang Sedih dan Menakutkan dari Ayahku

Selalu minta dipijat dengan imbalan cerita dari Sang Ayah. Angkut-angkut (aku gagal memahaminya pertama baca, sebab tak tahu ini binatang apa; sampai akhirnya aku googling seusai lahap) sejatinya berasal dari manusia yang menunggu padi masak buat disabit, sia-sia.

Kisah tikus betung memelihara bayi manusia menjadi inspirasi balas budi. Jangan lagi Utung masuk ke rumah orang. Utung sudah tua dan istirahat saja sekarang.” Utung, rumpun betung.

#3. Rangkaian Cerita yang Menyertai Wabah di Kampungku

“Sering-seringlah memandang Bukit Talau. Banyak gunanya. Melihat awan, meninjau hujan.” Ini kisah-kisah isyarat alam yang menjadikan informasi akan datangnya kejadian buruk sehingga warga bisa antisipasi, atau minimal persiapan. Ada saja jenisnya, suara-suara misalnya. Atau kisah lucu pasukan tikus dan babi yang menyeberangi jalan dengan saksi sopir ngantuk di malam pekat. Ada-ada saja.

#4. Cerita Kecil tentang Pohon dan Belukar Masa Kecilku

Lucunya. Batang kayu putih yang salah tangkap jadi olokan tak sopan. “Khalera, ini tidak bisa disuling! Ini kayu sampah!” dan kisah-kisah masa kecil dengan pohon, kerbau, belukar, dst ini jelas menjadikan kita kenangan masa kecil sungguh berharga dan tak ternilai.

#5. Cerita Kecil yang Menyentuh Iman dari Nenekku

Nenek adalah semesta kisah, rujukan cerita masa kecil banyak orang, terlebih jika itu menyangkut keselamatan dunia akhirat. Berkisah kehidupan sesudah kematian mencipta cekam, bagaimaian malaikat Raqib dan Aqib menggedor dinding kubur. Menanyai banyak hal, mencipta jerit bagi para pendosa, tapi tak ada manusia di atas tanah yang mendengarkan, kecuali binatang. Maka selagi masih hidup, berbuat baiklah. Duh, sungguh bijak bestari.

#6. Cerita Campur-Aduk dari Pamanku

Dari Paman Untung Sudah, nama dengan segala arti dan makna. Ia pernah cerita, mengajak mendatangi ke kota. Ke mana? Padang? Batangkapas? Jakarta? “Lebih jauh dari Jakarta; untuk apa ke sana, dulu mereka kirim tentara kemari! Kita pergi lebih jauh dari Amerika, bahkan luar negeri pun lewat, sebab ini berhubungan dengan akhirat.” Hehe, bisa-bisanya.
Jodoh paman Untung sendiri disampaiakan dengan unik, pencarian berbuah manis berkat bantuan sang kiai.

#7. Cerita Rakyat dari Daerahku atawa Dendang Membara Pirin Bana

Pandai memainkan perasaan, seolah mengaduknya dalam bejana, itulah keunggulan Pirin Gadang atau Asmara. Kritik sosio politik menjadi membara kala dicerita di atas panggung. Ada tiga Pirin di sini, pertama Pirin Gadang atau Besar; kedua Pirin Ketek atau Kecil, dan terakhir Bana nah yang ini tersingkir karena dalam penampilannya menyentil proyek jalan terbengkelai dari pemerintah. Gara-gara ‘Insiden Taman Budaya’, ia lantas menghilang, Aku lalu mencoba menyewanya untuk tampil di acara khitanan anakku. Dan drama terjadi, saat penampil muncullah mobil plat merah yang berupaya membubarkan pesta, tapi memang tak semudah itu. Hal-hal yang dirasa perlu disampaikan, tak selamanya berhasil dibungkam.

#8. Bersin

Gelitik ajaib yang meledakan hidung, niscaya bisa jadi pematik yang membalik keadaan. Sebuah malam yang keramat, rumah Bu Gendhuk yang tenang lantas geger sebab ada orang bersih di sana. Dan kedamaian dan ketenteraman mendadak sirna dari bumi. Hahaha… iso ae.

#9. Kisah Cinta Menikung si Tukang Kabung

Selalu ada jalan di lingkar adat nan bestari. Ini cerita paling lucu nan tragis. Dari pengamatan di pinggir jalan, di pasar yang riuh muncullah karakter unik. Pak Uba bersepeda jauh dengan menjual entah apa. Dia dijuluki manusia kabung, sebab hanya menjadi penyambung mantan suami istri yang telah bercerai lalu mencoba rujuk. Nikah kontrak demi sahnya ajaran agama. Lantas kasus besar terjadi sebab Marlena sang istri tak mau dicerai, fakta-fakta masa lalu sedih dan romantic-pun muncul. Luar biasa. Cinta sejati takkan pernah mati. “Ia telah menjelma jadi Gua Hantu, hahaha…”

#10. Cerita Laskar Merah dan Hilangnya Pesawat Terbang

Sedih dan begitulah bila info samar dijadikan patokan, atau bisa dibilang apes bila yang merespon galak-galak. Kisah hilangnya Merpati Nusantara Airlines dengan registrasi PK-MVS rute Jakarta-Padang membuat Kutar bin Katidin kehilangan dua gigi yang nyaris tanggal. “Kutar itu anak turunan Laskar Merah.”

#11. Kamus Cerita Abdul Muin

Kisah tragis mahasiswa mati muda yang mencoba menulis buku. Mencoba tampil beda, idealis dengan tema unik. Teman-teman kosnya di Yogya membuat buku yang laris dan mengikuti arus hype pasar, ia tak mau ikutan. Naas, Abdul Muin meninggal dunia mendadak. Dan saat kosnya dibersihkan, Aku menemukan draf bukunya. Cerita dalam bentuk kamus gaul yang sedap dibaca. Namun belum tuntas. Dan ini menjadikan Abdul Muin telah lebih memulai.

#12. Cerita Kecil tentang Jalan Masa Kecilku dan Segala yang Melintas di Atasnya

Memang, jalan yang dulu terasa jauh atau sebuah tanjakan yang dulu terasa tinggi, kini setelah dewasa ternyata tak sejauh itu, ternyata tak securam itu. Apakah karena kita yang sudah dewasa sehingga langkah dan tinggi tubuh menjulang, atau karena nostalgia itu sejatinya syahdu?

Aku sudah baca biografi Bung Karno yang mencerita perjalanan panjang di zaman mula Jepang ke Bukittinggi yang terkenal itu, nyatanya di sini jalan bersejarah itu terbengkelai, kenapa setelah merdeka bukannya diperbaiki, dijadikan rute napak tilas, atau minimal diperhatikan pemerintah (daerah saja dulu, jangan berharap pusat). Dunia memang begitu, mudah lupa, mudah terlupakan.Jalan masa kecilku sejatinya tak banyak berubah. Atau, ia menyusut ke masa lalu?

Ada satu cerita yang sayang kalau tak kusampaikan di sini, sopir truk tanki Pertamina yang mirip Raja Dangdut Rhoma Irama lewat dan cuek dari sapa warga, sampai suatu hari ia menabrak sapi Uni Jani yang mengubah gaya tengilnya.
Kubaca di sela saat pelatihan koperasi tiga hari dua malam pada 21.10.21 s/d 23.10.21, dapat separuhnya; separuhnya lagi kunikmati di akhir pekannya. Secara keseluruhan kandidat prosa KSK 2021, inilah yang terbaik. Dari Sembilan buku, hanya ini buku bernilai lima bintang. Sayang saat buku ini kupegang, pengumuman lima besar tak mencantumkannya. Cerita Kecil tersingkir justru saat kutemukan prosa yang istimewa.

Catatan ini kututup dengan kutipan dari Ishak Bashevis Singer, pemenang Nobel Sastra yang menulis berbagai genre, termasuk buku anak-anak, dia menjelaskan bahwa anak-anak membaca buku, bukan ulasan/ mereka tidak peduli sama sekali dengan kritik. Cerita-cerita Kecil walau tak seluruhnya cerita anak-anak, tapi Bung Raudal dengan efektif menelusur masa kanak-kanak, dan berhasil.

Cerita-Cerita Kecil yang Sedih dan Menakjubkan | oleh Raudal Tanjung Banua | xi + 192 halaman, 13.5 x 20 cm | Penerbit Akar | ISBN 978-602-50433-5-2 | Cetakan 1. Oktober 2020 | Desai nisi Framearts | Desain cover Nur Wahida Idris | Gambar cover dan isi diolah dari lukisan pada kap lampu | Skor: 5/5

Karawang, 241021 – Manhattan Jazz Quartet

9 down, 1 to go.

Thx to Jual Buku Sastra (JBS), Yogyakarta

Surga Kecil Di Atas Awan – Kirana Kejora

image

“Akan tersaji keelokan istana dengan taman agungnya di langit kuasa bagi mereka yang meniti hidup tanpa keputusan.”

Buku kedua terbitan Euthenia yang kubaca. Hasilnya sama saja, datar. Isinya hanya berputar tentang seorang anak cerdas kelas 3 SMP dengan pelbagai probematikanya. Dituturkan dengan monoton, tanpa konflik, tanpa membuat penasaran Pembaca. Benar-benar cerita sederhana.

Jamus, sebuah nama bukit. Memiliki arti yang tersirat penuh ‘kawruh’ atau pengertian suci akan makna hidup, untuk dibaca setiap hamba dengan baik agar tak ‘kemeruh’ atau tidak merasa tahu.

Awan adalah anak tunggal, asli Ngawi, Jawa Timur. Ayahnya pekerja buruh dengan penghasilan pas-pasan. Ibunya seorang guru yang kakinya sakit sampai harus beberapa kali operasi. Mereka dari keluarga sederhana. Awan diceritakan sangat cerdas, dapat rangking satu terus. Berotak encer. Yanu, teman akrabnya berkebalikan. Ia selalu dapat nilai rendah dalam akademik. Ayahnya minggat. Ibunya mengadu nasib jadi Tenaga Kerja Wanita (TKW) ke Malaysia. Ia tinggal sama neneknya. Dengan kesederhanaan wong ndeso, kita diajak mengenal seluk beluk Ngawi, sebuah lereng Selatan Gunung Lawu yang legendaris itu.

Seperti yang saya sampaikan di awal, ceritanya datar. Sangat monoton, mungkin karena penututurannya yang biasa jadi pembaca tidak diajak terlibat. Kita hanya seperti baca selebaran iklan kota Ngawi dengan keramahannya. Padahal ini kan sebuah buku cerita, tertulisnya novel lho bukan pamflet.

Seperti asal mula nama kota Ngawi. Itu entah karena penuturannya yang ga bagus atau memang susunan sajinya ga oke? Padahal itu jadi potensi tambahan vitamin ilmu buat pembaca. Saya sendiri baru tahu. Yah walaupun ketika kita googling akan dengan mudah menemukan banyak jawab.

Ngawi, berasal dari Bahasa Sansekerta, yaitu awi yang berarti bambu lalu mendapat tambahan huruf sengau, yaitu ‘ng’ sehingga jadi Ngawi. Bambu yang banyak tumbuh di sekitar sungai Bengawan Solo. Bambu bagi masyarakat desa mempunyai peranan penting, apalagi dalam masa sekarang. Banyak orang butuh bambu.

Ada juga yang bilang Ngawi dari kata ‘ngawiwiti’ artinya memulai. Semua hal memang selalu ada permulaan, disitulah awal semua perjuangan kehidupan. Ada juga yang bilang ‘ngawiyat’ yang berarti tempat yang tinggi. Kita berada di tempat yang tinggi, bahkan ditinggikan pada saatnya nanti sama Gusti Allah.

Pada suatu Minggu pagi, duo ini Awan dan Yanu ingin ke Museum Trinil dengan nebeng paklik Darmo. Setelah di-drop di jalan mereka melanjutkan perjalan dengan jalan kaki. 3 Km bro. Dibuatlah skenario itu, Yanu diserempet mobil VW (Volks Wagen) Beetle. Namanya juga cerita, mereka berdua pun diajak sekalian naik itu mobil mewah karena ternyata dua bule Londo itu juga mau ke museum. Arga yang mengendari, Berg dan Alva duo bule. Setelah dari museum Trinil mereka lanjut ke Benteng Pendem dan kebetulan lagi Awan dan Yanu juga ingin ke sana. Udah gitu ditraktir pecel, dikasih uang transport buat pulang. Boleh sih bercerita tentang keberuntung yang terus menghampiri gitu, asal dituturkan dengan seru. Sayang sekali di sini tidak.

Sesampai di rumah, mereka dapat kabar duka. Sang ayah kecelakaan sampai akhirnya meninggal dunia. Kronologinya, beliau ingin membeli gitar KW 2 untuk kado prestasi Awan dapat rangking kelas. Dengan menggadaikan motor bututnya, ia pun beli alat musik itu. Sayang sekali, terjadi insiden. Kehilangan orang yang dicinta tentu saja penuh duka. Seminggu penuh mereka terpuruk. Kehidupan harus terus berjalan. Kini ibu-anak itu mengarungi kerasnya hidup. Dengan penghasilan yang pas-pasan sebagai guru berhasilkah Awan Rojo Panemu menyelesaikan pendidikannya?

Mendaki bukit selalu berawal dari lereng sini untuk bisa mencapai puncaknya. Buku itu bukan hanya jadi jendela dunia, namun juga akan jadi sayapmu untuk terbang mengangkasa, menjelajah dunia.

Buku seperti dengan cepat akan terlupakan. Sekali cetak, menghilang. Lebih layak disebut novelet karena tipis. Sekali baca, lupakan. Nyaris semua pengetahuan (yang mungkin jadi tujuan ditulisnya buku ini) yang disampaikan dengan mudah ditemukan di internet. Asal usul kota Ngawi. Sejarah museum Trinil, Sangiran, Benteng Pendem, arti lambang kota Ngawi. Wait, arti lambang kota Ngawi dituturkan juga? Yup, kalian sedang belajar Ilmu Pengetahuan Sosial (IPS) bukan?

Ojo gumunan, ojo getunan, ojo kagetan, ojo aleman. Urip iku urup.

 

Surga Kecil Di atas Awan | oleh Kirana Kejora | editor Cahyaning | Penerbit Euthenia | Cetakan I, 2015 | III, 184 hlm | 13×19 cm | ISBN 978-602-1010-45-7 | Skor: 1,5/5
Karawang, 200416 # TheAdams – Gelisah

Tuhan, Aku Ingin Menjadi Malaikat Kecil-MU by Eidelweis Almira

image

Tangan mungilku memohon untuk Kau jadikan aku anak yang berguna bagi sesama”

Buku kedua pinjaman itu sudah selesai baca. Tanpa banyak ekspektasi, hasilnya memang sesuai. Buku tanpa isi. Buku yang sederhana, sangat sederhana. Bagaimana bisa buku seperti ini bisa lolos seleksi, dicetak dan dijual? Ada lima cerpen yang disajikan. Kelimanya berpola sama, penuturan monoton tanpa jiwa, dengan narasi yang buruk dan ending yang sama.

Rumah Asa
Tentang Gege anak orang kaya dengan kedua orang tua sibuk. Gege dan kakaknya Tito dibesarkan dengan bergelimang harta. Gege ternyata punya hati mulia, dengan niat membangun sebuah rumah untuk pendidikan anak tak mampu. Tito sakit namun peduli sama adiknya, sehingga ikut menyumbang untuk rumah asa.

Anggrek Jingga
Tentang Anggrek, anak yang suka membantu sesama. Anggrek lagi-lagi adalah anak orang kaya yang sakit namun peduli sesama. Mencuri uang untuk menyumbang panti. Bergaul dengan orang yang kurang beruntung. Niatnya sih menyentuh pembaca dengan membuatkan puisi untuk orang tuanya, gagal.

Mancing Mania
Tentang Adi, lagi-lagi anak orang kaya. Adi dibesarkan orang tunggal. Orang tua bercerai, ibunya sibuk sehingga kurang kasih sayang. Hobi Adi mancing, tapi ibunya mengarahkannya untuk jadi model sehingga diikutkan ekskul fashion show. Adik Adi yang masih TK, Dila juga hasu kasih sayang. Suatu hari Adi dan ibunya sepakat: Adi mau ikut ekskul kalau ibu mau jemput Mila sekolah. Deal.

Demi Adikku
Tentang Anti yang rajin dan pintar. Kali ini anak orang tak mampu namun punya teman-teman kaya nan dungu. Kisah seorang kakak yang penuh cinta kepada kedua adiknya, Riri dan Ari. Riri sakit. Anti yang masih sekolah mencoba membantu kumpulkan uang untuk pengobatannya suatu hari nanti. Cari duit dengan “menjual” PR dan membuat kartu kreatif.

Basri Yang Baik
Tentang Basri yang baik. Si bungsu yang suka membantu. Dari keluarga kurang mampu yang jual makanan yang digoreng. Setiap hari membawa bekal hasil goreng dan dibagikan ke teman-temannya yang ga punya uang jajan. Terkadang kalau Basri bangun kesiangan, mengajak teman-temannya untuk makan di gerobak goreng emak-nya gratis. Terlampau baik namun konyol.

Well, saya sudah tanpa harapan sama sekali membaca buku ini. Terlampau sederhana untuk jadi wow sebuah buku tipis nan simple. Saya menemukan beberapa kata yang tak baku: gorengan, silahkan. Saya menemukan hiperbola “!!!”, saya menemukan typo inkonsistensi dari “Mbak” atau “Mbah”, saya menemukan sesuatu yang ga logis empat juta Rupiah sekali tarik dari ATM, dan seterusnya dan seterusnya. Yang paling parah tentu saja ceritanya. Monoton dengan ending yang sama. Ada tokoh mati dengan cara konyol. Di sampul sih tertulis, “berdasarkan kisah nyata”. First thing first story dan cerita yang disajikan sangat buruk. Kalau buku ini dicetak dengan tujuan membuat orang terinspirasi akan kebaikan sederhana yang dicipta beberapa tokoh, kurang pas juga. Kenapa? Karena beberapa karakter yang dicipta “baik” itu sekaligus “ga baik”. Seperti mencuri uang dari ATM orang tua, mengajak berbohong demi menutupi tindakan ga benar, membandel dari perintah orang tua, dan seterusnya dan seterusnya. Sungguh buku sederhana dengan pemikiran sederhana. Buku tak bernyawa. Sekali baca lupakan. Sekali-dua kali cetak dan akan dilupakan peradaban.

Tuhan, Aku Ingin Menjadi Malaikat Kecil-MU | by Eidelweis Almira | Cetakan I, 2015 | Penerbit Euthenia | ISBN 602-1010-78-7 | Skor: 1/5
Karawang, 230316 – Baby Creed