#Mei2022 dan #Juni2022 Baca

Catatan baca kali ini saya rekap langsung dengan Juni sebab Juni lalu saya fokus 30 hari menulis review buku.

Mei 2022

#1. Melihat Pengarang tidak Bekerja by Mahfud Ikhwan

Menurutku buku ini setara bagusnya dengan Cerita, Bualan, Kebenaran. Tips-tips menulis yang dibalut bukan tips menulis. Nyaman dan terasa sangat masuk akal. Jelas lebih keren dari Menumis itu Gampang yang bertema umum. Poinnya sama, Cak Mahfud bercerita kesehariannya. Buku ini terasa lebih asyik sebab bahasannya fokus ke proses kreatif, yang setelah ditelaah, tak kreatif juga, tak banyak nasehat, atau petuah membumbung. Benar-benar cerita bagaimana ketahananan menulis buku itu perlu, pengalaman dari Penulis pemenang DKJ dan KSK. Dua penghargaan sastra paling bergengsi tanah air. Walau judulnya provokatif, bagaimana penulis menganggur, percayalah, itu hanya jeda. Judulnya biar tampak eksotik. Itu hanya masa santuy, sejatinya menulis memang kudu tahan banting, konsistensi, dan dipaksa.

“Jadi, sekali lagi, mood itu eksis. Ia bukan mitos. Ia ada, dan beberapa orang betul-betul memerlukannya untuk mencipta. Ia, membentuk sejenis pola bagi orang-orang tertentu…”

#2. No Comebacks by Frederick Forsyth

Luar biasa. Keren banget. Kumpulan cerpen yang langka, di mana semua cerpennya mengandung kejutan. Twist. Dituturkan dengan sabar dan muram, telaten. Hingga pukulan telak disiapkan di akhir. kesepuluhnya wow, jelas ini adalah salah satu buku terbaik yang pernah kubaca, setelah menyelesaikan baca langsung terbesit menyusun 100 buku kumpulan cerpen terbaik, dan ini akan kumasukkan 10 besar. Efek yang murni bagus, dan dengan senang hati saya rekomendasikan untuk kalian.

“… Aku juga sudah berkesempatan menggunakan jasa seorang agen sangat terhormat untuk melacak ahli waris yang hilang. Kini nampaknya para ahli waris hadir, tetapi harta tetapnya yang hilang. Namun…”

#3. The Belly of Paris by Emile Zola

Kisah panjang berliku, padahal intinya hanya berkutat di sebuah pasar di Paris abad kesembilan belas. Politik, gosip, percintaan, diaduk sampai lumer dalam keseharian orang-orang pasar. Pijakan kisah memang kuat, keluarga yang berbeda karakter itu, dipecah oleh pandangan politik. Acara ngopi tiap pekan malam hari malah jadi ajang diskusi terlarang, orang-orang lurus merasa terusik. Ditambah drama persaingan dua pedagang besar, politik dalam di sini malah seolah jadi tunggangan. Makanya ending-nya seperti itu. Tepuk tangan untuk itu.

“Dia boleh makan dan tidur di sini dan merepotkan kita kalau mau; kita bisa menghadapi itu, tetapi yang tidak akan kutoleransi adalah kalau dia membuat kita terlibat urusan politik… Kita memerlukan tiga belas tahun agar tabungan kita cukup untuk mandiri, kita tidak pernah terlibat politik, kita hanya ingin membesarkan anak kita dengan baik dan memastikan usaha kita lancar. Kita orang baik dan jujur!”

#4. The Buried Giant by Kazuo Ishiguro

Buku pembunuh naga dimana naganya tidak muncul-muncul bahkan hingga halaman 400 hari 480! Ada tiga konfliks utama sejatinya, dijabarkan dengan sabar dan telaten. Buku bagus memang harus sabar, tak tergesa. Pertama, pasangan tua yang ingin mengunjungi anak mereka di desa seberang, untuk bisa mencapainya butuh waktu lama, tak memiliki kuda, hanya jalan kaki. Warga Briton yang sudah damai dengan warga tetangga. Kedua, seorang kesatria yang diberi mandat membunuh naga betina tua, ia adalah seorang Saxon. Kedua desa sejatinya sudah berdamai tapi percikan amarah masih kadang muncul. Dan ketiga kesatria tua yang menjadi kepercayaan Raja Arthur yang juga mendapat tugas membunuh naga yang sama. Karena ini buku sastra, jangan harap mudah dicerna, bahasanya berpanjang-panjang, meluik-liuk tak tentu arah, sampai akhirnya setiap karakter menemukan titik akhir takdir cerita.

“Kami hanya dua pengelana yang tersesat, kedinginan dan lelah, pakaian kami basa karena air dungai tempat kami diserang baru saja oleh peri-peri yang bisa…”

#5. Mrs Dalloway by Virginia Woolf

Njelimet, novel tak biasa. Tak ada bab, tak ada keterangan tambahan, ndelujur saja dari awal hingga garis finish. Melelahkan memang, tapi seringkali buku yang ditantang mikir, melelahkan, tak biasa, adalah buku yang ok. Mrs. Dalloway jelas tak sekadar ok, ini novel memberi nuansa imaji tersendiri. Pembaca diajak jalan-jalan ke pesta, yang pestanya bahkan masih dalam rancangan, rancang bangun itu lantas diputar ke masa lalu sang penyelenggar. Hari-hari indah dengan mantan kekasih, harapan-harapan yang kandas, hingga semacam penyesalan kesalahan memilih pasangan hidup. Lingkar kawan memang sangat penting mencipta nasib, dan nasib dibentuk dari nukilan-nukilan kejadian sehari-hari.

“Setiap orang merelakan sesuatu ketika mereka menikah.”

#6. The Road by Cormac McCarthy

Bagaimana yang tidak akan pernah ada berbeda dari tidak pernah ada? Buku tanpa tanda petik. Semua, baik kalimat langsung atau sebuah kata yang perlu kutip, tak ada tanda petiknya. Benar-benar ya, mana ceritanya juga antah pula. Sejatinya, setelah menyelesaikan baca, inti kisah tak rumit amat. Duo ayah anak yang melakukan perjalanan dari kota ke kota, bergerak terus untuk mencari perlindungan berujung di pantai di zaman masa depan yang kelam. Itu saja, dari awal sampai akhirnya terjadi tragedi itu, segalanya dicerita datar. Tak ada yang perlu diperdebat lebih, selain kenapa ini terjadi. Jadi pertanyaan filosofisnya, mengapa bumi bisa sedemikian mengerikan. Ini jelas penggambaran hitam, mengerikan kurang pas, hhmm… porak poranda mungkin lebih pas. Sebuah masa suram dunia yang kita tinggali.

Jadi, katakan kepada kami, menuju ke mana dunia ini?

#7. The Bookseller of Kabul by Asne Seierstad

Apa yang pertama terlintas saat Negara Afganistan disebut? Perang? Islam? Osama bin Laden? Atau Negara Islam yang tata kelolanya semrawut? Saya lebih ingat bagian terakhir ini. Sebuah kudeta tahun 1970-an mengubah Negara ini. Lebih tepatnya Zahir Shahm raja yang memerintah selama empat puluh tahun yang boleh dikatakan aman dan damai, didepak tahun 1973. Lalu serangan Uni Soviet selama sedekade, lantas perang saudara, dan Taliban mencipta kekeruhan politik, hingga akhirnya perang tak kunjung usai, dari satu kekuasaan ke kuasaan lain. Saat ada pengumuman perang telah usai. Itu hanyalah perang baru yang akan dimulai – perang yang melindas semua keceriaan. Bahkan hingga kini, terbaru tahun lalu saat Amerika pergi, berita mancanegara bersliweran kepanikan warga, pembersihan politik, hingga kekhawatiran krisis terjadi.

Kutipan penyair favorit Fedusi, “Untuk bisa berhasil, kadang kita harus menjadi serigala dan kadang domba.”

#8. The Frog Princess by E. D. Baker

Cerita pangeran yang dikutuk jadi katak, lalu mendapat ciuman putri sehingga bisa kembali normal mungkin sudah melegenda, sehingga sudah dikenal banyak orang. Cerita asli karya Grimm Brother itu sudah sangat umum. Jadi dasar buku ini adalah legenda itu. Ya, namun jelas modifikasi dicipta, sebab judulnya saja Sang Putri Katak, bukan Pangeran Katak. Yang jadi katak ceweknya dong? Yup, yang nyium Pangerannya? Ah tidak juga, ini adalah kisah pelintiran, jadi sang penulis bebas mengotak-atik pijakan. Dan karena ini terbitan Atria, di mana jaminan mutu sudah melekat, harapan itu tetap terwujud! Luar biasa. Hebat, buku kelima tahun ini dari Atria yang selesai kubaca ini tetap memuaskan. Saya suka cerita sederhana Putri Emma yang menggemaskan.

“Tentu saja. Mengubah manusia-jadi-katak adalah mantra yang sangat sderhana dan mduah diingat. Aku sendiri sudah pernah mempraktikkannya beberapa kali. Kenapa kau bertanya?”

Juni 2022

Juni ini program #30HariMenulis #ReviewBuku menghadirkan tribute untuk para penjual buku atau orang-orang yang meminjami atau menghadiahiku. Agak sulit memilahnya, sebab ada ratusan orang/toko yang telah kusentuh.

#1. The Tales of Beedle the Bard by J.K. Rowling

Luar biasa. Cerita sederhana diramu, menjadi pendukung cerita Potter yang sudah melegenda. Saya sudah menginginkan buku ini jauh hari, tapi ga gegas terwujud. Untuk ada teman film menawarkan. Semua Potter mania tahu, cerita ditutup happy ending, dan dongeng ini menyisakan beberapa pijakan penting. Tiga Saudara dengan tiga benda sihirnya. Hanya bisa bilang wow untuk JK Rowling.

“Jadilah pemberani teman-teman, dan jangan menyerah.”

#2. A Room of One’s Own by Virginia Woolf

Buku yang (rasanya) sulit dipahami, terutama saat awal mula. Namun setelah berhalaman-halaman yang melelahkan, kita akhirnya diajak memasuki maksud utama sang penulis. Lima bab awal, seolah esai ini berputar-putar tak keruan, curhat panjang lebar kehidupan, mengelilingi dunia pustaka di London, sulit dicerna mau ke arah mana. Dan bab penutup, bab Enam menjelaskan segalanya. Gamblang, bahwa untuk menjadi penulis, Virginia Woolf mensyaratkan dua: Jika kau ingin menulis fiksi atau puisi perlu memiliki uang lima ratus pound per tahun dan kamar beserta kuncinya tergantung di pintu. Lima ratus pound setahun berarti kekuatan untuk merenung bahwa kunci yang tergantung di pintu berarti kekuatan untuk berpikir mandiri, tetap saja kau dapat mengatakan bahwa pikiran harus naik di atas hal-hal seperti itu; dan bahwa penyair yang hebat seringkali adalah orang-orang miskin.

“Kebodohan akan mengalir dari bibirku, tetapi mungkin ada beberapa kebenaran tercampur dengannya; tugasmu mencari kebenaran ini dan memutuskan apakah ada bagian yang layak disimpan.”

#3. The Parable of the Pipeline by Burke Hedges

Saluran-saluran pipa merupakan saluran-saluran kehidupan, karena saluran-saluran ini mampu memasok diri sendiri. Saluran itu memang perlu diperbaiki dan dirawat sewaktu-waktu, bahkan kadang perlu membangun kembali, tapi jelas saluran-saluran pipa mampu memompa keuntungan terus-menerus, dari tahun ke tahun.

John Naisbitt bilang, “Semakin banyak kita menggunakan teknologi canggih semakin perlu pula kita mengembangkan sentuhan kemanusiaan.”

#4. Quidditch Through the Ages by J.K. Rowling

Buku penunjang kisah Harry Potter lainnya. Setelah menikmati Fantastic Beast and Where to Find Them, dan The Tales of Beedle the Bard, kali ini kita memasuki tema olahraga. Sejatinya sama saja, ini adalah kisah rekaan, jadi semua yang ada di sini juga rekaan dari modifikasi keadaan sebenarnya. Fantastic mengambil hewan-hewan yang ada dengan menambahkan berbagai mitologi, ada yang berbahaya ada yang jinak nan imut. The Tale begitu juga, mengambil dongeng-dongeng yang ada, dimodifikasi. Dari Cinderella hingga Putri Tidur, jadi kisah penyihir yang baik hati. Dan sama, yang baik akan menerima karma baik. Nah, di Quidditch, olahraga sapu terbang, kita menemui modifikasi dari basket dan sepakbola, lebih kental sepakbola bila merujuk historinya. Begitulah, kiga diajak berjalan-jalan di antara ring dan desingan udara di atas lapangan.

“Tindakan-tindakan Stooging sudah semakin sering saja dilakukan. Kami menganggap peraturan baru ini akan mencegah terjadinya cedera berat pada Keeper…”

#5. Puisi-Puisi Terpilih Catullus by Catullus

Catullus 7: Kautanya berapa banyak ciuman milikmu / Yang cukup, bahkan lebih, bagiku, Lesbia? Sebanyak jumlah butir-butir pasir Libia.

#6. Meet Your Maker by Jacob Julian

Cerita horror tanpa hantu. Sebenarnya pembuka hingga adegan ditemukan kejanggalan, buku ini bagus sekali. Pengenalan karakter dan penggambaran suasana lelaki jomblo menyendiri, jauh dari keluarga dan rekan-rekan, dan karakter pemalas tapi tak malas seperti ini bijaknya dikembangkan jadi karakter umum, dengan problematika kebutuhan sehari-hari. Sayang, sejak adegan terkunci, jendela macet, dan ditemukan banyak darah di luar kamar, kisah jadi ala film kelas C, yang suka mengkaget-kagetkan penonton. Mencoba filosofis, tapi tak sepenuh hati.

“Ketika aku menjelaskan bahwa serangan itu bukan perang, memang itu benar. Manusia tidak perlu perang untuk menjadi monster… kita adalah monster yang berada di dunia yang salah, saat oenghakiman pertama datang sampai penghakiman terakhir muncul…”

#7. Projo & Brojo by Arswendo Atmowiloto

Novel unik. Tukar orang yang dipenjara, dan katanya buku ini merupakan terinspirasi dari pengalaman Arswendo selama dipenjara? Apakah beliau pernah melakukan tukar posisi seperti ini? Ataukah ini pure imajinasi, seandainya punya jabatan penting, bisa seenaknya saja kabur secara tersirat dari jeruji besi? Menarik, walau ditemukan beberapa kejanggalan. Seperti, bagaimana bisa istri tak mengenali suami yang menyamar? Atau perubahan sifat karakter secara tiba-tiba akibat kepergok, seolah materi tak penting? Seakan di otaknya dipasangi rem yang kelewat pakem. Atau bagian, kepolosan perempuan desa yang luar biasa sederhana, polos. apa adanya, dan begitu sabar. Mungkin ada orang-orang seperti itu, di sini diumbar dengan pesonanya sendiri.

, “Kenapa sih kamu ini, apa hidup ini urusannya hanya saruuuung melulu. Ini dunia hampir kiamat.”

#8. 5 Detik dan Rasa Rindu by Prilly Latuconsina

Apa yang bisa diharapkan dari seorang artis yang menulis buku, menulis puisi? Hanya sedikit artis yang sukses menapakinya, sayangnya debut Prilly ini tak sukses. Tertatih, dan biasa sekali. Harapan yang rendah, dan sesuai. Puisi memang sulit dipahami, susah diprediksi, kutipan-kutipan yang pantas di-sher di sosmed biasanya yang berhasil menautkan emosi pembaca, emosi pendengar, penikmat syair. Di sini, tak banyak, atau malah tak ada yang untuk dibagikan. Mengalir saja. Tema cinta dan kerinduan, jatuh cinta memang indah, akan lebih sangat indah bila tak bertepuk sebelah. Mencipta rindu, dan kenangan, yang tak sertamerta merangkul erat para pecinta.

Kamu: Kamu sangat populer di kepalaku / Bahkan saat aku tidur / kepalaku tetap disibukkan olehmu. / Karena kamu selalu singgah dalam mimpiku. / Gawat! Kamu itu seperti sel aktif di otakku / tak pernah berhenti.

#9. Yang Tersisa Seusai Bercinta by Cep Subyan KM

Kesannya malah terjatuh. Seolah-olah bilang, “saya keren”, “saya gaul”, atau “begitu nyastra”. Jatuh. Kembali saya teringat catatan lama saya, dengan menyebut nama-nama keren, kamu tak otomatis keren. Dengan menyebut Gabriel’s Palace: Jewish Mystical Tales, Lo-shu, Montase Retrofilis, Venus in Furs, Hannibal Lecter, The Golden Bough, Dante’s Dream, Sappho’s Lyre, hingga Septem Sermones of the Dead, tak serta merta kamu wow. Malah janggal, novel mengutip para orang hebat sebelumnya terlampau sering, atau terlalu banyak. malah memuakkan dan pengen muntah.

“Pandu Dewana tak akan mati sepanjang dia tidak melanggar larangan bersetubuh dengan Dewi Madri.”

#10. Bokis 2 by Maman Suherman

Apa yang bisa diharapkan dari buku gosip? Sambil lalu, lalu menghilang. Apa yang bisa diharapkan dari sebuah buku yang isinya curhat, cerita kebobrokan dunia selebrita? Tak muluk, walaupun ditulis oleh seorang jurnalis pengalaman, CV-nya merentang dari hiburan cetak sampai visual. Buku yang tak terlalu berfaedah, buku sekadar hiburan, yang kurang relate sama jelata macam saya. Jauh dari hingar bingar infotaiment, jelas ini akan gegas terlupakan, hanya mampir di memori sementara. Bokis, tahu artinya? Enggak? Sama. Baik saya ketik ulang Prabokis-nya ya.

. “… sudahlah, nggak usah dipaksakan. Bikin yang seperti biasa saja. Yang sensasional-sensasional. Masyarakat kita suka gosip sensasional.”

#11. Aliansi Monyet Putih by Ramadya Akmal

Bagus. Cerpen yang bagus itu, memberi efek kejut di akhir. dengan keterbatasan kata-kata, prosedur cerita kudu dicipta. Karena saya sudah membaca buku Franz Kafka hingga Jack Kerouac, standar cerpen naik. Dan sebagian cerpen di sini memenuhi, saya bilang sebagian sebab hanya beberapa saja yang laik disandingkan. Cerita Tuan yang Paling Mulia misalkan, kita baru tahu motif Pak Joachim dengan anjingnya pada halaman terakhir, setelah diajak berputar panjang kali lebar, ternyata itu to maksudnya. Cerita utama, Aliansi Monnyet Putih juga menyimpan kejutnya, bagaimana kekecewaan dan harapan disandingkan, lalu mengapa seorang WNI yang migrasi itu berada di sana, bagus.

“Ternyata kamu pejudi sampai ke darah, ya.”

#12. TLotR: The Fellowship of the Ring by J.R.R. Tolkien

Akhirnya salah satu novel yang sangat ingin kubaca ini terkabul juga, di rak sudah komplit tiga seri. Sudah punya sejak September 2020, baru kubaca tahun lalu dan butuh waktu setengah tahun untuk menuntaskan. Memang tak muda, sebab fantasinya kompleks. Kalau dibanding Narnia yang lebih santai dan tipis, atau Harry Potter yang walau tebal tapi kocak, dan genrenya remaja. The Lord of the Rings sungguh berat. Banyak kosotaka baru, perlu settle dulu memulai pengembaraan. Dan jelas, ini salah satu novel fantasi terbaik yang pernah ada, atau malah yang terbaik?

“Bilbo pergi untuk menemukan harta, lalu kembali tapi aku pergi untuk membuang harta, dan tidak kembali, sejauh yang kupahami.”

#13. Potongan Tubuh by Pyun Hye-young, dkk

Luar biasa, memesona. Beginilah seharusnya cerita pendek dicipta. Dicerita dengan abu-abu tapi tetap mencipta penasaran. Dunia yang sejatinya di sekitar kita, dibuat rumit untuk membuat pembaca penasaran. Pintar sekali yang bikin kisah, kita tak dibiarkan tenang. Nama-nama penulisnya asing, tak satupun kenal. Namun tak ragu saat kubeli bukunya, sebab kualitas terbitan Baca yang beberapa kali kulihat mengalihbahasakan buku-buku Korea, bagus. Ini sama saja, sama kerennya. Tak perlu jadi fans BTS untuk bisa masuk ke dunia literasi Negeri Gingseng.

“Bagiku, kawasan rumahku dan Pecinan merupakan buritan kapal yang sudah dimasuki air dan akan segera tenggelam.”

#14. Tiga by retagalih.pHe

Novel remaja lagi, hufh… sekalipun kubaca saat remaja, buku sejenis ini takkan kusuka. Banyak hal tak relate, terlalu lebai, terlalu lo gue end, terlalu sinetron. Atau malah persis sinetron, plot, karakter, cara penyampaian. Sungguh tak enak dibaca. Cari duit segampang itu, cari pacar seindah itu, cari penyakit sesederhana itu. Sekalipun buku remaja, banyak hal tak pantas disebarkan ke remaja, persis sinetron kita kan. Sayangnya, hal-hal buruk sejenis ini laku, cerita tak mendidik yang meracuni generasi muda. Miris.

“Apa yang diberikan dunia fotografi bagi hidup Anda?” / “Kepuasan, uang dan kebebasan.”

#15. Aisyah Putri 2: Chat On-Line! by Asma Nadia

Merupakan lanjutan Operasi Milenia, kali ini kita diajak berchatting ria. Semua tokoh seri pertama masuk lagi, tak banyak tambahan. Hanya permasalahan dan konfliksnya berbeda. Di tahun 2000, online tentunya belum semudah sekarang. Belum sebanyak dan senyaman saat ini. masih harus di warnet, tarif yang mahal, hingga tak sesederhana sekarang bila ingin lanjut ke chat berikutnya, atau hingga akhirnya kopi darat. Dalam singkatnya, zaman itu untuk chat butuh perjuangan lebih. Tak seperti sekarang, bisa rebahan dan murah.

“Kalau mau lebih aman lagi, ngajak ahwat lain pas buka internet atau chatting. Jadi kalau satu niatnya nyeleweng, yang lain bisa ngelurusin.”

#16. Mengarang Novel Itu Gampang by Arswendo Atmowiloto

Ini adalah sekuel dari Mengarang itu Gampang. Saya belum baca, akan kukejar cari. Kali ini fokus ke novel, di mana pengarang butuh perjuangan ekstra. Ini mengarang novel yang lebih membutuhkan napas yang panjang. Tak seperti cerpen yang spint, novel adalah bentuk lari marathon.

“Akan tetapi realita bukan hanya yang berkaitan dengan tokoh-tokoh yang berdialog. Realitas itu juga merupakan realitas keseharian.”

#17. Bertanam Cabai dalam Pot by Redaksi Trubus

Buku tipis yang bermanfaat. Kubaca sekali duduk siang tadi pas istirahat kerja, langsung kelar. Sejatinya sudah beberapa kali memiliki tanaman cabai di pot depan rumah, sudah berulang kali panen pula. Secara praktek sudah, niat membeli buku adalah tahu teorinya. Dan terpenuhi, benar-benar bermanfaat. Simple, sederhana, ngena. Contoh, pemilihan bibit, dulu saya selalu mengambil biji cabai yang busuk, tidak dimasak, sehingga ketimbang dibuang, bijinya saya tabor di pot. Tumbuh, dan berbuah. Di sini dijelaskan, bibit biji cabai harus yang prima, yang bagus. Benar-benar cabai yang fresh, itupun tak sembarangan. Dipilah dengan disebar di air, yang melayang apalagi terapung, itu bibit buruk, pilih bibit yang tenggelam. Lalu pilih yang segar, tak keriput atau ngeruntel. Sederhana ya, tapi penting.

“Hasil penelitian IPB tahun 1997 membuktikan, harga cabai lebih banyak dipengaruhi oleh suplai. Bila suplai kurang maka harga langsung naik. Bahkan dengan kecanggihan komunikasi saat ini, harga cabai di pasar induk bisa berubah dalam hitungan menit, sesuai ketersediaan barang di sentra produksi.”

#18. Captain Corelli’s Mandolin by Louis de Bernieres

Tebal dan lebar, butuh waktu intens selama sebulan ini untuk menuntaskannya. Filmnya sudah pernah kutonton, tapi agak lupa. Samar saja tentang tentara Italia yang ditugaskan ke sebuah pulau di Yunani di masa penjajahan, kala Perang Dunia Kedua, lalu jatuh hati sama penduduk lokal. Maka saat kutelusuri kata-kata, makin takjub detailnya. Langsung browsing pulau Cephallonia, setelah saya googling, nama pulaunya sekarang Kefalonia, terletak di Yunani Barat, dinamai dari mitologi Cephalus, meskipun artinya ‘Pulau dengan Kepala’. Bahkan air laut sekalipun lebih tembus pandang daripada udara di tempat lain mana pun. Orang bisa terapung di air dan memandangi dasarnya yang jauh, dan dengan jelas melihat ikan-ikan pari, yang entah mengapa selalu disertai ikan-ikan flasfish mungil.

“Aku mencintai Pelagia, tapi aku tahu bahwa aku tidak akan pernah menjadi laki-laki sejati sampai aku melakukan sesuatu yang penting, sesuatu yang hebat, sesuatu yang bisa kubanggakan, sesuatu yang berharga. Itulah sebabnya aku berharap perang akan pecah.”

#19. Neraca Kebenaran  by Al Ghazali

Buku tipis, dicetak mungil. Bagus sekali, saya menemukan cara pandang baru terhadap Al Quran. Banyak hal memang tak bisa dilogika, maka terhadilah percakapan antara si Fulan (F) dengan al Ghazali (G). Membahas kebenaran kitab suci. Bagian terbaik adalah Ijtihad. Sebuah upaya mencari jalan keluar, karena tidak tercantum dalam Al Quran dan Hadist. Butuh ilmu dan akal sehat, dan tertimbangan matang. Mencari arah kiblat contohnya, setiap individu bisa lain, maka butuh ilmu, walau sekarang dengan mudah dengan kompas, kita bisa bayangkan beerabad-abad lalu tanpa alat itu.

“Bertakwalah kepada Allah dan jangan lalim dengan menggunakan ta’wil dalam penafsiran.”

Karawang, 020622 – 080722 – Rihanna –Take a Bow

#Juni2021 Baca

“Orang-orang dungu! Sekarang katakan bahwa Tuhan itu ada!”


Juni adalah bulan Isoman, sejak ulang tahun Sherina sampai awal bulan Juli. Seminggu pertama tidak banyak yang bisa dilakukan, fokus istirahat dan penyembuhan. Baru setelah itu gas, baca buku dan nonton film. Lumayan banyak untuk bulan Juni, 14 buku selesai baca! Tapi momen #30HariMenulis yang sudah sangat lama berjalan, tak gagal. Sehat itu penting.

#1. The Street Lawyer by John Grisham

Bagaimana hidup bisa berubah begitu drastis dalam sebulan? Kisahnya tentang Michael Nelson Brock, yang merupakan pengacara di sebuah biro kaya dan mapan Drake & Sweeney. Ia memiliki istri cantik yang bekerja di rumah sakit Claire, pasangan kaya ini tampak sangat ideal, materi terpenuhi, tapi dari dalam ada keruntuhan batin. Kesibukan dan cinta yang digerus waktu menjelma bosan, dan di dunia Barat yang liberal tentu saja arahnya mudah ditebak, perceraian. Menjadi bujangan lagi bukanlah hal yang hebat. Aku dan Claire sama-sama kalah.


“Aku menemukan panggilan hidupku. Kita masuk ke bisnis ini karena kita pikir menegakkan hukum adalah panggilan mulia. Kita dapat memerangi ketidakadilan dan penyakit-prnyakit masyarakat, dan mengerjakan karya-karya mulia karena kita pengacara. Kita pernah menjadi orang idealis, mengapa kita tak bisa mengulanginya?”

#2. Kanuku Leon by Dicky Senda

Cerpen-cerpen Dicky Senda mayoritas berkisah di tanah kelahirannya di Indonesia Timur. Banyak sekali mengambil bahasa lokal, melimpah ruah sampai butuh penjelasan di tiap akhir cerpen. Menonjolkan budaya lokal sah-sah saja, seolah memang menjual dan menyampaikan ke dunia bahwa budaya yang erat dilakukan itu ada. Seperti pencerita kebanyakan, kisahnya mencoba membumi dengan kegiatan rutinitas, pengalaman pribadi yang dibumbui fantasi. Semua cerpen di sini tertata dengan apik, tapi tetap inti cerita masihlah liar. Tak nyaman diikuti dengan santuy.


“Orang begitu lama mati, karena Tuhan masih kasih kesempatan untuk dia supaya bertobat.”

#3. Pasar by Kuntowijoyo

Novel dengan penggambaran detail mengagumkan. Mencerita apa adanya keadaan pasar dan par penghuninya. Sejatinya setting hanya satu tempat dari mula sampai jelang akhir. Pasar dan situasi yang ada. Orang-orangnya juga itu-itu saja, berkutat melelahkan. Pada dasarnya menggambarkan sifat manusia yang mengingin nyaman, ketika terusik maka ia marah, dan saat keinginan-keinginan tak terkabul, jadi petaka. Minim konflik tapi sungguh menohok saat masalah itu dilemparkan ke pembaca.


“Kalau macan mati meninggalkan belang, Pak Mantri mati meninggalkan tembang.”

#4. The Mummy by Anne Rice

Kisahnya tentang cinta dan pengorbanan, kerelaan, serta keabadian itu tak segaris lurus dengan kebahagiaan. Relatif, dan perubahan, apapun itu adalah keniscayaan. Termasuk para mumi yang diawetkan lalu berhasil dibangkitkan, perbedaan zaman, perabadan yang sudah sangat usang, manusia jadul itu bangkit di zaman sekarang, lantas apakah mereka bahagia? Jelas belum tentu.


Tema usang cinta diapungkan, dan tak akan bosan. Usang itu hanya beda bentuk dan genre, kali ini mumi gagah nan aneh merindu masa lalu, ia adalah raja di eranya, kini ia hanya rakyat biasa. Ini demokrasi dengan kebebasan individu, maka keputusan membangkitkan kekasihnya tentu saja wajar, walaupun tak selalu sesuai harapan.


“Berdoalah kepada dewa-dewamu, tanyakan pada mereka apa yang harus kaulakukan. Tuhanku hanya akan mengutuk perbuatanmu. Tapi apa pun yang terjadi atas makhluk itu, ada satu hal yang pasti. Kau tak boleh mengolah ramuan itu…”

5. Putri Cina by Sindhunata

Kisahnya panjang nan melelahkan, sepertiga pertama agak boring sebab menarik lurus ke balakang sejarah orang-orang Cina di tanah Jawa, agak berbelit dan seolah menikmati dongeng/sejarah. Sepertiga kedua baru kita memasuki are sesungguhnya, bagaimana arah cerita terbentuk. Dari kesenian keliling, bintang ketoprak seorang putri Cina yang menarik perhatian dua tentara/orang penting. Sepertiga akhir barulah meledak. Waktu mengubah mereka menjadi pejabat, tapi persaingan lama terus menggelayuti. Saat geger geden, eksekusi ending yang pilu disajikan. Klimaks, bagaimana susunan itu membuncah luar biasa. Sedih, tapi kisah yang bagus memang rerata berakhir dengan kesedihan.


“Semar punika saking basa samar, mapan pranyata Kyai Lurah Semar punika wujudira samar.”

#6. Isinga: Roman Papua by Dorothea Rosa Herliany

Kisahnya tentang sejoli anak asli Papua yang saling mencinta namun kandas hubungan sebab keadaan yang memaksa. Bagaiman hubungan itu dicipta, dirasa, lalu ambyar berkeping-keping. Yang cewek terus menjaga asa hingga akhirnya perang pecah antar kampung lalu ia diculik dan dijadikan alat damai. Yang cowok juga menjaga asa dalam diam, memilih menyepi pergi dari kampung melalangbuana untuk meredakan sedih, dan akhirnya menjadi ‘orang’. Sejatinya hanya itu, tapi karena ini tentang cinta yang tak sampai dengan balutan budaya daerah yang kental, kisahnya diputar jauh bertitian dengan sejarah Indonesia.


“Mulai sekarang kamu tidak boleh makan pandan merah, Irewa. Karena warna merah dari buah pandan merah adalah darah menstruasi.”

#7. Mati Bahagia by Albert Camus

Mencintai hidup berarti menjalani hidup yang mempesona dan tak terkendali. Kisahnya mendayu-dayu. Tentang hidup dan pilihan yang tersaji. Dibuka dengan menghentak, pembunuhan yang dilakukan oleh Patrice Mersault, nama akrab dalam Orang Aneh ini menjadi seolah antagonis. Ia membunuh sobatnya Zegreus di vilanya dengan menembak jarak dekat di hari minggu pagi yang suram.


Namun semua tak seperti yang kita duga, ‘pembunuhan’ itu sudah dirancang oleh sang ‘korban’ sebab ia muak akan kondisi hidupnya. Veteran perang yang terluka, satu kakinya diamputasi, mengeluhkan keadaan, mengeluhkan rutinitas, mengeluhkan suasana hati yang memang gundah, intinya mengeluhkan hidup. Saat hidup sudah tak senyaman masa lalu, apa yang bisa diharapkan?


“Ada hari-hari aku ingin bertukar hidup denganya, tapi kadang-kadang keberanian hidup lebih susah diraih daripada keberanian untuk bunuh diri.”

#8. Lotre by Shirley Jackson

Ini adalah buku pertama dari Shirley Jackson (1916 – 1965) yang kubaca. Lahir di San Francisco, California, USA. Penulis dengan genre horror dan misteri. Lulusan Syracuse University New York dan aktif di jurnal sastra kampus. Bertemu dengan calon suaminya Stanley Edgar Hyman, dan setelah lulus keduanya berkarier di The New Yorker. Shirley menjadi penulis fiksi, suaminya contributor ‘Talk of the Toen’.


“Hari saat kita mulai bekerja bersama.”

#9. Bisik Bintang by Najib Mahfuz

Luar biasa. Tipis, memukau. Dibaca sekali duduk di malam isoman tengah bulan Juni lalu. Terpesona sama plot yang disajikan tiap cerita, sederhana nan menghibur, beberapa menyakitkan tapi itu nyata, beberapa menggugah hati seperti perkataan gelandangan yang meminta orang kaya korup untuk membersihkan hartanya, beberapa lagi menampar kenyataan yang pahit seprti di permainan usia tua tapi baru merasa diberkahi. Tokoh-tokohnya juga sering sama memakai Kepala Kampung yang mengatur warganya, orang-orang kaya yang kikir, lalu gua di benteng kuno yang mistis, kaum papa yang melawan, sampai lingkup dunia Islam yang moderat.


“Ini adalah kelebat seorang perempuan yang lewat… mengapa kau berada dalam kegelapan di malam begini? Kesendirian akan mengarahkanmu pada hati yang berdebar dan akhir yang tak pasti.”

#10. Komune Paris 150

Eksperimen 72 hari yang dikenal sebagai Komune Paris. Disebut ‘komune’ karena pada rahun 1792 kaum revolusioner telah menata kota-kota mereka ke dalam kantung-kantung teritorial yang mengembangkan prinsip-prinsip pemerintahan swakelola.


Komune bermula sebagai tindakan patriotic, suatu cara untuk mempertahankan Paris dari tentara Prusia; tetapi dengan cepat ia mengambil watak demokratis yang lebih radikal sebagai konsekuensi dari kehendak rakyat dan pengaruh kelompok-kelompok revolusioner.


“Atas nama rakyat, komune diproklamirkan.”
Vive la Commune, teriak orang-orang. “Topi-topi diacungkan di ujung-ujung bayonet, bendera-bendera berkibaran di udara,”

#11. Misa Ateis by Honore de Balzac

Kumpulan cerpen yang menggugah, tipis dilahap dalam sehari hanya sebagai selingan ‘Sumur’-nya Eka Kurniawan yang juga selingan dari Memoar Geisha. Keduanya hanya selingan, saat isoman karena Covid-19. Untuk menjadi hebat memang tak selalu harus tebal, tipis semacam ini dengan penyampaian inti kisah, langsung tak banyak cingcong juga sungguh aduhai. Semua konfliks diramu dengan pas, beberapa tanda tanya sempat diapungkan, arti judul juga jadi saling kebalikan, misa dilakukan untuk orang-orang relijius, ateis berarti tidak tes, tak percaya tuhan, lantas Misa Ateis? Tenang, jawaban itu tak menggantung, ada penjelasan runut dan sajian kuat mengapa itu bisa dan harus dilakukan.


“Segala kemarahan akibat kesengsaraan ini aku lampiaskan ke dalam pekerjaan…”

#12. Sumur by Eka Kurniawan

Satu cerpen dalam satu buku. Terdengar gila ‘kan? Gila nggak? Ya aja deh. Biasanya kita disuguhi kumpulan cerpen, minimal dua atau tiga cerpen. Berarti ini diluar biasanya, hanya Eka Kurniawan yang bisa. Penulis lokal dengan ketenaran dan jaminan mutu. Hebatnya lagi, laris. Dari beranda sosmed saat masa pre-order dibuka dari harga 50k menjadi 40k, banyak sekali toko buku daring yang pajang sold out. Mendekati hari H penutupan, saya yang penasaran malah ikutan klik beli. Dan, setelah #unboxing, ini benar-benar satu cerpen dijual lima puluh ribu rupiah! Dibaca lima menit. Kalau value biaya jelas kurang worth it, tapi kembali ke kualitas yang utama. Eka adalah brand, di mana namanya yang tercetak di sampul memberi rasa penasaran, minimal ada keinginan memilikinya.


“Kamu bertemu Siti di sumur?”

#13. 100 Film by Ibnu M. Zain

Sebuah panduan tontonan yang disarikan dari era jadul awal mula film ditemukan sampai tahun 2000-an. Buku ini terbit tahun 2009 jadi selang 12 tahun ini jelas sudah sangat banyak film rilis dengan kualitas mumpuni. Sekalipun begitu tetap relevan untuk dinikmati. Sayangnya di era digital, panduan nonton sudah sangat mudah ditemukan. Gampangnya tinggal buka situs imdb.com kamu sudah bisa menemukan rating film-film yang biasanya sejalan lurus dengan kritikus.


“Di sebuah galaksi nun jauh di atas sana…”

#14. Therese Desqueyroux by Francois Charles Mauriac

Ini buku lama yang kubaca lagi, kisah istri yang diadili sebab meracuni suaminya. Penggambarannya sulit dicerna sebab meliuk-liuk rumit. Jelas ini adalah novel luar biasa. Dari pemenang Nobel Sastra!


Karawang, 130821 – 180821 – Sherina Munaf – Singing Pixie