Captain Corelli’s Mandolin #30

“Kita mempunyai kenangan-kenangan mendalam, apakah kenangan itu membuat kita bahagia atau sedih, itu tergantung kita. Aku takkan melupakanmu, dan aku akan kembali.”

Tebal dan lebar, butuh waktu intens selama sebulan ini untuk menuntaskannya. Filmnya sudah pernah kutonton, tapi agak lupa. Samar saja tentang tentara Italia yang ditugaskan ke sebuah pulau di Yunani di masa penjajahan, kala Perang Dunia Kedua, lalu jatuh hati sama penduduk lokal. Maka saat kutelusuri kata-kata, makin takjub detailnya. Langsung browsing pulau Cephallonia, setelah saya googling, nama pulaunya sekarang Kefalonia, terletak di Yunani Barat, dinamai dari mitologi Cephalus, meskipun artinya ‘Pulau dengan Kepala’. Bahkan air laut sekalipun lebih tembus pandang daripada udara di tempat lain mana pun. Orang bisa terapung di air dan memandangi dasarnya yang jauh, dan dengan jelas melihat ikan-ikan pari, yang entah mengapa selalu disertai ikan-ikan flasfish mungil.

Langsung cari sejarah Siprus, cek google map setting cerita, dan membayangkan pendaratan militer dari Jerman, Inggris, dan Italia, hingga bagaimana Yunani bangkit pasca gempa besar tahun 1953. Sejatinya buku bagus, salah satu efeknya adalah mencipta penasaran. Dan rasa penasaran itu mencipta riak ilmu fakta-fakta yang ada.

Kita semua punya noda historis yang harus dihapuskan, perhitungan yang belum tuntas. Kalian insiden Tellini tahun 1923. Kalau kata Pelagia, “Semua (perlu) melakukan penebusan dosa. Kami punya perang saudara, kau punya Mussolini, mafia, dan semua skandal korupsi itu, Inggris masuk dan meminta maaf tentang Kerajaan dan Siprus, Amerika minta maaf tentang Vietnam dan Hiroshima. Semua minta maaf.”

Kisahnya berkutat pada gadis Yunani yang sedang mekar, anak seorang dokter yang tinggal di pulau eksotis Cephallonia, di tahun 1930-an hingga 1960-an. Yunani takluk oleh Italia dan Jerman yang bersekutu, mereka dalam pendudukan. Kyria Pelagia tinggal bertiga sama adiknya Lemoni yang imut, dan ayah bijaksana Dokter Iannis. Ibu mereka sudah meninggal sejak kecil, jadi mereka dibesarkan sendiri. Memelihara kambing menggemaskan yang suka makan apa saja yang ada di dekatnya, termasuk kertas berisi tulisan-tulisan sang dokter. Tinggal pula kucing, atau pine marten, seperti musang yang dinamai Psipina. Mereka menemukannya terjepit pagar dan sekarat, diobati, hingga jinak.

Pelagia memiliki tunangan nelayan Madras, mereka tampak bahagia. Namun Madras yang buta huruf serta tak memiliki kebanggaan di mata sang dokter lalu tergerak hatinya. Saat perang pecah, ia memutuskan turun ke arena. “Aku mencintai Pelagia, tapi aku tahu bahwa aku tidak akan pernah menjadi laki-laki sejati sampai aku melakukan sesuatu yang penting, sesuatu yang hebat, sesuatu yang bisa kubanggakan, sesuatu yang berharga. Itulah sebabnya aku berharap perang akan pecah.”

Sayangnya, surat-surat rindu Pelagia tak pernah dibalas, padahal isinya romantis dan begitu indah. Nantinya baru diketahui, saat Madras pulang dengan tubuh ringsek dan babak belur, bahwa surat-surat itu diterima baik, tapi tak dibaca, atau tak mau minta tolong rekan tentara lainnya untuk membacakan, lantas membalasnya. Ia malah meminta sang kekasih membacainya langsung, dalam setumpuk kertas, Pelagia justru tersiksa, menelusur kalimat-kalimat ciptaannya, pedih dan sakit hati.

Lalu muncullah pendudukan Italia, pulau itu makin riuh saat perwakilan Jerman juga hadir, dalam diri Gunter Weber, muncul pula dari Inggris Letnan ‘Bunny’ Warren dari King’s Dragoon Guards yang bicaranya aneh, tak mudah dimengerti, tapi bersikeras belajar bahasa Yunani. Saat tiba di sana, dikira malaikat. Pendudukan militer ini, menautkan banyak hal. Sejarah pencatat, masa awal 40-an, Nazi sedang on fire, tampak digdaya. Dan pada akhirnya melakukan pembantaian sama sekutu yang kalah (terlebih dulu), Italia. Semua tentara dibunuh, Weber yang merupakan sahabat baik, teman nyanyi, ngopi, ngobrol banyak hal, tak tega membunuh teman-temannya, tapi tugas ini tetap harus dilakukan, ini perintah langsung Fuhrer. Bagian saat pasukan dijejer, dan diberondong peluru sungguh memilukan.

Kita kembali ke masa kedatangan Italia, sang Kapten Antonio Corelli yang kocak dan romantis jatuh hati sama Pelagia. Corelli adalah pemusik, memainkan mandolin – dinamai Antonia, dengan sempurna. Bersama pasukannya sering mengadakan konser di pinggir pantai, di jalan-jalan, di tenda, di mana saja untuk menghabiskan waktu luang. Terasa aneh, pemusik handal menjadi tentara.

Pelagia yang sudah tunangan, lambat laun menerimanya. Corelli tidur di rumahnya, di kamarnya, sedang Pelagia malah tidur di dapur dengan selimut dan alas sekadarnya. Tiap pagi, timnya, Carlo akan datang menjemput serta memasok berita. Iannis dan Pelagia, karena sebagai yang terjajah tak bisa banyak berontak, mengikuti sang tamu. Dan begitulah, terjalin banyak romansa.

Cinta mereka bersemi, ayahnya menasihati bahwa Corelli dari pihak musuh, rasanya hubungan ini akan sulit diwujudkan. Mereka juga paham hal itu, dan semakin dekat dan panas, keadaan sekitar juga menegangkan.

Yunani dibantu Inggris, Italia meminta bantuan Jerman. Lalu malah Nazi lepas control dan merusak banyak sekali keadaan. Dengan pijakan hubungan yang rapuh, bagaimana nasib cinta mereka?

Aristophanes menjelaskan bahwa ada tiga jenis kelamin; pria dan wanita yang saling mencintai, pria yang mencintai sesama pria, dan perempuan yang mencintai perempuan. Cinta yang mengilhami, keberanian seperti itulah yang seperti dikatakan Homer, ditiupkan dewa ke dalam jiwa para pahlawan, Cinta yang secara alamiah tertanam dalam sang kekasih. Cinta akan membuat laki-laki berani mati demi sang kekasih – hanya Cinta.

Socrates mengatakan bahwa jenius dalam tragedi sama dengan yang ada dalam koemdi, tetapi komentar itu tak dijelaskan lebih lanjut dalam teks tersebut, sebab saat mengatakannya ia berbicara pada orang tidur dan orang mabuk.

Sudut pandang cerita bergantian, karena wajar saja buku setebal ini untuk pengembangan cerita perlu banyak galian. Saya belum cerita saat sudut ke Carlo Guercio, prajurit Italia penyuka sesama jenis yang ditugaskan di Albania, ia jatuh hati sama teman seperjuangan Francesco yang tewas mengenaskan, dengan Mario Si Tikus yang selalu dibawa dalam kantognnya. Carlo sendiri akhirnya menembak kakinya sendiri agar dipulangkan. Lalu ia mendapat tugas lagi, ke Yunani, dan menjadi timnya Kapten Corelli.

Saat sudut berganti ke Madras, kita turut serta menjadi orang awam yang umum, bagaimana transformasi dia yang dari pemuda lugu yang kesehariannya mencari ikan, lalu keadaan memaksanya menjadi prajurit dan menemukan paham yang lanta dianutnya, bagaimana ia yang buta huruf banyak sekali memertanyakan hidup, hingga akhirnya menemukan takdir pahit di penghujunga.

Bicara tentang Jerman, tentu kita mengarah masa kelam Perang itu. Mereka yang menobatkan diri sebagai ras-ras unggul, yang mabuk dengan hiperbola Darwin dan nasionalis, terbius masalah genetika dan teperdaya mitos, menghidupkan mesin-mesin genodide, pemusnahan massal suatu bangsa.

Karena ini cerita fiksi yang dibalut sejarah, dan sejarah sebenarnya merupakan propaganda pihak yang menang. Maka, sisian cerita itu coba dibuat seakurat mungkin. Begitulah, bahwa kebenaran sejati adalah sejarah seharusnya hanya berisi anekdot-anekdot rakyat kecil yang terperangkap di dalamnya.

Sayang, endingnya agak jatuh. Setelah berwahana menakjubkan selama hampir 500 halaman, lembar-lembar eksekusi akhir malah mengungkap fakta yang menyenangkan. Padahal sudah pas, akhir pahit itu disampaikan. Ingat, hidup ini berat. Hidup ini sering kali keparat, maka memberi akhir bahagia untuk buku perang, sungguh keterlaluan.

Ini buku pertama tentang Yunani yang kubaca, sangat menyenangkan mengunjungi Negara eksotik ini. Semoga suatu hari punya kesempatan main ke sana, menikmati debur ombak, menikmati semiir angin pulau ini.

Acara #30HariMenulis #RevuewBuku akhirnya selesai juga, nanti saya rekap dan pos lagi karena momen tahun ini isntimewa, sebuah tribute untuk para penjual buku.

Mandolin Kapten Corelli | by Louis de Bernieres | Copyright 1994 | Diterjemahkan dari Captain Corelli’s Mandolin | Aih bahasa Hidayat Saleh, Diniarty Pandia, Tanti Lesmana, Gita Yuliani K. | GM 402 01.626 | Penerbit Gramedia Pustaka Utama | November 2001 | 512 hlm; 23 cm | ISBN 979-686-626-9 | Skor: 5/5

Untuk Ibu dan Ayahku,

Karawang, 300622 – Eminem – Slim Shady

Thx to Latifah, Yogyakarta

#30HariMenulis #ReviewBuku #29 #Juni2022

Catullus #14

“Wahai, Caelius, Lesbiaku, Lesbia itu, / Itu Lesbia, yang Catullus cintai lebih / Dari dirinya dan semua miliknya, / Sekarang, di perempatan-perempatan dan lorong-lorong, / Menguliti keturunan berjiwa besar dari Remus.” – Catullus 58

Berpuisi, seringkali sulit dimaknai. Ada yang menyarankan, dinikmati saja. Tak perlu berfilosofi sebab kata-kata puisi itu bait, di mana maksudnya sering kali bercabang. Maka, membaca nyaring disertai kenikmatan suara akan lebih. Ada pula yang menyarankan, selama kamu nyaman dan enak menjelajah bait, kamu sudah sukses membaca puisi. Tak perlu tafsir? Tak perlu merumitkan diri? Dunia puisi, memang harus diakui tak selempeng prosa yang berkelanjutan. Narasinya lebih acak, dan bebas. Begitulah, Catullus dibuat buat pembaca sekarang untuk lebih hati-hati, mungkin ada rasa kurang nyaman, judulnya hanya bernomor, pilihan katanya jadul dengan banyak menyeret dewa Romawi, bukan Yunani yang lebih akrab di telinga, ya, ini buku dibuat sebelum masa Masehi, banyak catatan kaki, hingga ternyata ia adalah Penyair yang galau.

Dari catatan tambahan, kita tahu Catullus atau Gaius Valerius Catullus meninggal muda, 30 tahun. Diperkirakan ia hidup tahun 84 SM – 54 SM. Total ada 30 puisi yang diterjemahkan dari 113 puisi. Untuk memberi gambaran, puisi asli berbahasa Latin jua ditampilkan, jadi kini Latin kanan Bahasa Indonesia. Walaupun, jelas saya juga tak paham Latin, dengan mencantumnya orang yang jago di Latin bia memperkira seberapa akurat alih bahasanya. Nama Lesbia, berulangkali disebut sebagai curahan bait. Baik kemarahan, terutama cinta. Siapa dia? Diperkirakan adalah Clodia, saudari Publius Clodius Pulcher. Atau psudonim Lesbia adalah ‘Lesbos’, tempat Sappho berasal. Berbagai tema disampaikan, beberapa ada yang kasar, seperti puisi 36 bari pertamanya bilang ‘Catatan-catatan tahunan Volusius, kertas tahi’. Atau atau curhat karena sedang malesi, puisi 51 kunukil, ‘Kemalasan, Catullus, adalah masalah bagimu; engkau terlalu berlarut bersenang-senang dalam kemalasan’.

Ketimbang makin tak jelas juntrung pemaknaannya, saya kutip sebagian kecil saja puisi-puisinya.

Catullus 85: Kubenci dan kucintai. Mengapa kulakukan, mungkin kautanya /Tak kupahami, tetapi aku merasakannya dan tersiksa.

Catullus 7: Kautanya berapa banyak ciuman milikmu / Yang cukup, bahkan lebih, bagiku, Lesbia? Sebanyak jumlah butir-butir pasir Libia.

Catullus 92: Lesbia selalu berkata buruk padaku, tak pernah bisa diam. / Terhadap hal tentangku: Jika Lesbia tak mencintaiku, aku binasa.

Catullus 106: Ketika seseorang melihat juru lelang bersama anak lelaki tampan, / Apa yang orang itu percaya selain hasrat untuk menjual si anak lelaki?

Kunikmati bisa saja sekali duduk, tapi saya mengingin tiap malam membacainya satu per satu agar meresap, tapi tetap gagal. Kubaca ulang Minggu sore (12/6) secara acak dan cepat, tetap blank. Memang, nyamanan prosa. Tahun lalu berhasil menamatkan 12 buku puisi, sejatinya tetap sama saja, sulit menikmati. Tahun ini lebih selow, dan ini buku puisi pertama yang saya tuntaskan, ini sudah Juni bung. Jauh secara kuantitas.

Padahal buku ini kubeli saat pre-order tahun 2019 bersama enam buku lainnya. Esai, cerpen, novel semua sudah selesai baca. Menyisa ini saja, hufh… butuh waktu tiga tahun untuk membuka dan menuntaskannya. Benar-benar kudu niat, dan dipaksa.

Kututup catatan kecil ini dengan puisi pembuka, Catullus 1 dalam dua baris terakhir: ‘Bagaimanapun; o perawan teladan, buku kecil yang / Semoga bertahan terus-menerus, lebih dari satu abad.’ Dan lihatnya, doanya terkabul. Bukan seabad, sekarang sudah dua millennium, dan orang-orang berhasil menyelamatkan karyanya. Mungkin seribu abad lagi, akan masih dinikmati generasi berikutnya.

Puisi-Puisi Pilihan Catullus | by Catullus | Penerjemah Mario F. Lawi | Penerbit Gambang Buku Budaya | Desain sampul Kaverboi | Ilustrasi sampul “Catullus at Lesbia’s” karya Sir Lawrence Alma Tadema (commons.wikipedia.org) | Desai nisi Kun Andyan Anindito | Cetakan pertama, Agustus 2019 | xii + 67 hlm. 13 x 19 cm | ISBN 978-602-677-85-3 | Skor: 4/5

Karawang, 140622 – Avril Lavigne – My Happy Ending

Thx to Paperbook Plane, Yogyakarta

#30HariMenulis #ReviewBuku #14 #Juni2022

Menyambut Sensasi Sarribal


Musim baru harapan baru. Setelah enam tahun bersama Simone Inzgahi, kini Lazio menatap musim dengan wajah baru. Adalah Maurizio Sarri yang punya CV lumayan bagus beberapa waktu ini. Di Juventus, walau terseok-seok ia berhasil memertahankan Scudetto 2020. Di Chelsea dengan skuat mentereng juga tak tangan hampa, piala kelas dua Eropa jelas sebuah prestasi.


Kalau melihat Sarri justru yang paling kuingat saat final Carabao Cup tahun 2019 saat ‘manager’ Kepa Arrizabalaga tak mau diganti jelang adu pinalti. Bermusim-musim bersama Napoli yang tampak mentereng di papan atas, ternyata menghasilkan nirgelar. Sebuah catatan minor akan gaya ‘sarriball’ yang ia emban. Setelah setahun bertapa, ia turun gunung.


Cerita menggunakan data, statistik, sejarah untuk menggambarkan kebesaran: Milan, Juventus, atau Inter Milan bisa buat bahan dalam adu debat. Namun sebuah cerita yang bagus juga meliputi perjalanan waktu, tanpa kerangka waktu kita tak bisa menilai apakah kita sedang melihat sesuatu yang benar-benar penting atau hanya denyut anomali. Setiap tim punya ceritanya sendiri, tahun 2013 Lazio juara Copa Italia, bisa jadi bagi ketiga klub yang kusebutkan barusan terdengar biasa, tapi bagi kami menang derby di final adalah orgasme tiada tara. Begitulah, sensasi memori tiap orang berbeda.
Mercatto Lazio memang tak memutar uang besar, sebab apa yang didatangkan nyaris semua pemain kelas premium.

Musim ini tercatat resmi yang berkonstum Lazio adalah Elseid Hysaj (free), Dimitrije Kamenovic (2.5 juta), Luca Romero (200 ribu), nama-nama asing bukan? Tak kenal? Sama! Namun ada dua nama besar yang didatangkan. Rasanya saya fans bola paling bahagia saat mendengar kabar pulangnya Felipe ‘Bale’ Anderson (3 juta). Setelah mencatat rekor klub West Ham dalam bursa, ia mengalami masa sulit di Inggris dan juga Portugal. Padahal ia adalah bintang paling cemerlang di lini tengah Lazio kala pergi, maka patut dinanti aksinya di lapangan tengah, kembali dengan Savic dan Luis Alberto. Nama kedua adalah Pedro (free), kali ini dari seteru.


Jadi target muluk-muluk bintang macam Shaqiri, Torreira, Schira, Walukiewicz sampai kemungkinnan joinnya Coutinho hanya isapan jempol. Gajinya akan bikin muntah Lotito. Kecenderungan Lotito untuk fokus pada biaya yang konkret dan memberi terlalu sedikit perhatian pada biaya kesempatan.


Mari sejenak lihat tim lain. Angka patok jual Barcelona membuat mereka kesulitan menjual pemainnya sendiri. Di era sekarang bisa jadi itu ekonomi kejahatan, dan lihatlah mereka kini di ambang bangkrut. Madrid sama saja, mereka kini tak bisa jor-joran. Jadi pola salary cap yang dinahkodahi Lotito ada benarnya, ini bisa berlaku pula untuk tim besar (jangan sebut City atau PSG). Dengan pengetatan semacam ini bisa jadi sebuah preferensi untuk mempertahankan segala sesuatu sebagaimana adanya, ingat sepakbola adalah tentang sportivitas, bukan melulu tropi apalagi uang.


Anda akan segera menyingkirkan para kandidat pemain yang lebih mungkin tidak masuk kantong budget, gaji besar, clause buy tinggi; dalam satu kata: pemain mahal, atau potensi pemain murah yang kehilangan semangat di tengah musim sebab gagal memberi bukti di masa awal bermain di Olimpico. Untuk itulah kita punya Savic, pemain paling penting di lini tengah yang sejak bergabung tahun 2015 konsisten bermain keren. Sebuah versi awal cerita ia bergabung bahkan menyebut, ia sudah deal sama Fiorentina. Itulah seninya bursa transfer, berita-berita meyakinkan ditampik, positif palsu yang jadi cerita seru dan juga menjengkelkan untuk masa depan.


Lotito tahu, mana yang pantas dilepaskan, dan mana yang tidak. Dengan bergabungnya Pedro, jelas pintu keluar satu striker terbuka: Immobile jelas bukan, Caicedo sang penentu menit akhir? tentu tidak ia terlalu berharga, Muriqi? Bisa jadi, tapi Lotito jarang rugi di bursa transfer jadi rasanya mustahil bisa menjualnya dengan harga pantas. Rasanya rumor Correa yang paling mungkin jadi kenyataan. Terserah mau ke Spurs, Inter, atau bahkan ke Madrid. Saat nantinya resmi pergi, itu sudah bukan cerita milik kita. Daniel Kahneman bilang, “Kita bisa jadi buta pada sesuatu yang jelas, dan kita juga buta pada kebutaan kita sendiri.


Hasil-hasil pra-musim Lazio juga terdengar biasa, kalau tak mau dibilang mengecewakan. Tradisi sparing Auronzo di Cadore berlanjut, dengan gunung dan danau yang sejuk adalah keniscayaan tim ini memulai musim dari sana seolah ada tombol start. Lawan-lawannya memang semenjana, seolah ada pekerja radio, buruh pabrik, atau BEM mahasiswa di sana sedang melakukan hobi di akhir pekan, nama-nama timnya akan membuat fans Manchester City kaget, itu klub bola? Termasuk setelah selesai tapa Auronzo, kita hanya mendapat lawan klub papan tengah macam Twente FC, menang satu gol dan seri 1-1 saat dijamu Sassuolo. Lihat, hasilnya biasa saja. Dari sini tampak, Sarriball belum padu. Masalahnya, walaupun beberapa ide Sarri sudah jelas, banyak yang tidak jelas. Permintaannya jangan main bola atas juga membuat kerut kening sebab tumpuan utama striker jago bola atas kita adalah pemain termahal Muriqi, atau ini tanda ia tak dipakai?


Butuh seorang pemikir sejati untuk melihat masalah yang sudah dilihat banyak orang dan menemukan jalur pemecahan baru. Orang takkan percaya, bahwa menyelesaikan masalah kadang harus memasukkan masalah. Bakteri misalnya, harus dilemahkan dan disuntikkan ke dalam tubuh manusia untuk melawan bakteri dari luar guna meningkatkan imun. Maka, Lazio yang bermasalah di komposisi pemain, bursa transfer yang buruk, pelitnya sang presiden minta ampun, hingga kekuatan yang timpang di inti dan cadangan. Merokok berlebihan, pesan subteksnya adalah bahwa banyak orang merokok juga, itu melegitimasi perilaku yang tidak dinginkan. Semoga Sarri yang bermasalah sebab tak bisa berhenti menghisap rokok, berhasil di Olimpico.
Mari kita nikmati tiap pekannya, karena dalam hidup bersenang-senang itu sangat penting. Tim-tim idola menawarkan lebih banyak kesenangan sekaligus kegetiran untuk memulai pekan baru, dan untuk itulah kita menyukai sepak bola.


Genderang perang telah ditabuh, kompetisi paling elit di tanah Pizza akan dimulai Sabtu, 21 Agustus 2021. Empoli, klub yang baru promosi setelah lama berkubang di kompetisi bawah telah kembali. Lawan yang terbilang mudah, awal yang bagus sepertinya akan didapat. Apakah saya jumawa? Tidak juga, tak ada persyaratan seperti itu untuk menjadi Laziale. Siapa saja memiliki seperangkat fanatisme, fans Madrid bisa menangisi kepergian Ramos dan Barcelona sesenggukan melepas Messi, tapi siapa sangka kedua kapten el clasico bakal setim? Sepuluh tahun lalu, bahkan penggemar kedua tim tak ada yang berani membayangkan. Jadi kalau Pedro, mantan Roma ini akan join kita, kenapa tidak?


Ada satu penjelasan lagi mengapa kita harus antusias menyambut musim baru, setelah sekian lama Lazio merekrut pelatih antah, sebut saja daftarnya panjang, Delio Rossi, Edy Reja, Davide Ballardini, Vladimir Petkovic; kini kita punya pelatih yang berpengalaman yang pernah membesut Chelsea dan Juventus. Di rumput tetangga, kesuksesan membawa pelatih bermulut besar Jose Mourinho akan makin membuat derby makin semarak, siapa tahu mereka berhasil buka puasa, walaupun jelas itu hanya angan kosong. Seni mengalahkan lawan dengan mengantisipasi langkah mereka berikutnya.


Fans sepak bola, mau tim besar, kecil, atau semenjana sekalipun adalah produsen argumen yang mendewakan tim idolanya. Wajar, komentar-komentar kita di manapun baik digital atau adu cekcok langsung, mungkin tak terbantahkan, dan terasa kuat sekali, menggebu sampai bisa berbusa-busa ngomongin strategi dan hasil akhir, tapi jika itu terdengar tak nyaman sama fans lain, kamu tidak akan ke mana-mana.


Memandang rekor itu adalah penghalang buatan. Sebagai fans layar kaca, menikmati bola tiap akhir pekan klub pujaan adalah sebuah kenikmatan tersendiri. Siapa juara Serie A 2022? Bursa bilang akan kembali ke Juventus yang nostalgia dengan Allegri. Namun jelas tak ada yang tahu dan bisa menebak tepat, seperti kata Niels Bohr, “Prediksi itu sulit sekali, terutama bila menyangkut masa depan.” Lazio, bahkan dalam sebuah prediksi akan kembali ke papan tengah. Seperti awal musim yang sudah-sudah, saya tak mengusung optimisme buta atau skiptisme yang suram. Target realistis adalah kembali ke zona Liga Para Juara, scudetto hanya bonus. Kasih tahu saya Mei 2022 nanti, apakah Sarri tersenyum atau cemberut di akhir perjalanan.


Mari menciptakan kesan yang besar pada ingatan kita dengan menyambut sensasi sarribal.


Karawang, 190821 – Bill Withers – Grandma’s Hands


Lazione P. Budy
Kopi di kanan, buku di kiri, musik Jazz bergentayangan di sekitar. Laziale anggota tercatat nomor empat belas dari Karawang. Hobi makan bakso dengan kuah melimpah. Bisa disapa di twitter @lazione_budy

Big Match Pekan Ini: Elang Ibu Kota Versus Zebra Italia

Featured image

Seperti biasa di grup WA FOC diadakan kuis berhadiah pulsa, catatan kali saya nukil dari sana. Penebak, skor akhir dan siapa pencetak golnya. Pastikan sobat WP di depan layar TV pada Minggu dini hari. Lazio the Great akan berupaya menjinakan zebra Azzuri. Siapa beruntung?

Penebak | Lazio vs Juve | Pencetak gol

LBP 2-0 all

Ini adalah ujian sesungguhnya buat Lazio, menang berarti akan jadi penantang kuat juara serie A. Klose dan Djordjevic sedang on fire, lengah sedikit gawang Buffon jebol. Dua gol akan tercipta di babak kedua, salah satunya bahkan di menit menit akhir.

Aditya 1-3 Tevez

Partai yang sekiranya akan berjalan slow di awal, namun mendekati greget di menit akhir, visi tajam Andrea Pirlo siap memanjakan Carlos Tevez untuk mencetak gol, sekalipun itu melalui penalti, mental Juve yang sudah teruji di partai tandang pun cukup jadi modal buat membekuk Elang ibukota.

Jokop 4-0 Djordjevic

Lazio 4-0 Juve , Djorjevic. Semangat team Lazio di markas sendiri jadi kekuatan tersembunyi. A Roma Solo La Lazio!

DC 1-0 Klose

Bakal ada kejutan, main kandang akan menambah kekuatan Lazio. Ooowwhh iyaaa hahaha. Wel wel wel nya lagi off dulu bung 😀

Jacobs 0-4 Tevez

Ini jelas akan jadi pembuktian Allegri apakah dia cocok jadi pengganti Conte. Jeda internasional di mana beberapa pemain dipanggil timnas juga menentukan kondisi pemain. Laga akan berjalan ketat seketar celana jelang libur natal. Dan posisi puncak yang gemilang cahaya akan menjadi hadiah bila salah satu tim akan menang di akhir musim. Lalu apakah Katniss everdeen sanggup bertahan di Hunger Games selanjutnya?

Erwin 1-4 Tevez

Vidal dan Pogba sukses mengacak-acak lini tengah Lazio. Tevez sukses memperdaya pertahanan Lazio.

Saha 1-2 Llorente

Juventus masih terlalu perkasa untuk dapat dibekuk oleh Lazio. Dukungan militan para Laziale belum cukup untuk menjatuhkan mental bermain pasukan Allegri. Kembali, Elang Ibukota hanya akan menjadi perkutut malam nanti.

Takdir 1-0 Djordjevic

Analisa : ?  (gugur)

Williams 0-2 Tevez

Vidal, Pogba ga bisa dilewatin barisan serangan Lazio, Lazio bakal ditekan habis-habisan ama Juve, Tevez bakal memecah kebuntuan, abis  gol pemecah Kazio all out serang, malah kecolongan lagi.

Gentong 0-3 Llorente

Yaudah ni analisa saya Dari rekor pertemuan sudah sangat jelas, ga perlu basa basi lagi. Menahan imbang saja sudah prestasi bagus bagi Lazio. Yang jelas kendali permainan akan dipegang Juve walau main tandang, dan sekali lagi medioker tetaplah medioker walau diperkuat pemain juara dunia sekalipun. Dan tim juara tetaplah tim juara walau sempat ke serie B sekalipun. Upzzz keceplosan😁

Deni 2-1 Klose

Melihat Rabu depan Juve melawan Atletico Madrid di liga Champion dan mengingat posisi Juve belum aman untuk melaju ke babak knock out. Ada kemungkinan Alegri menyimpan para pemain intinya dan inilah kesempatan Lazio buat bias mengalahkan Juventus.

Bagi yang mau gabung ke grup bola What Apps silakan hubungi saya, masih ada slot member sekitar 15 nomor. Happy weekend!

Karawang, 211114