
Enough by John C. Bogle
“Bahaya yang kita hadapi kini, di mana dunia usaha telah menjadi hanya semacam buih dalam arus deras spekulasi, menyiratkan bahwa kapitalisme tidak berjalan sehat.”
Investasi. Sebuah kata yang sering kita dengar. Butuh perjuangan untuk merealisasikannya. Butuh konsistensi, apalagi buat buruh, di mana gaji ketika turun gegas dialokasikan ke kebutuhan apa saja. Buat kebutuhan sehari-hari, bayar cicilan, memenuhi hobi, tabungan, dan investasi. Buku ini tak membahas tata kelola investasi, tapi langsung ke pokok-pokok pentingnya. Ditulis langsung oleh seorang founder Reksadana terbesar di dunia, asli dari negeri kapitalis Amerika. Dan memang terbaca sungguh beda, misalnya hanya membahas dasarnya saja, atau orang Indonesia sekalipun pengalaman. Ini buku sungguh-sungguh bervitamin. Sekalipun saya sudah terjun dan menekuni saham, apa yang ditulis melalangbuana hebat ke teori finansial dan tepekur telaahnya.
Terbagi dalam empat bagian, Uang, Bisnis, Kehidupan, dan Kesimpulan. Pembukanya sudah sangat eksotik dengan mencerita pertemuan Kurt Vonnegut dan Joseph Heller di sebuah pesta di aman tuan rumah mereka menghasilkan lebih banyak uang dari seluruh royalti novel terkenal Catch-22 yang laris, dan direspons dengan bijak, “Ya, tetapi saya memiliki sesuatu yang tidak akan pernah ia miliki… rasa cukup.”
Nah, apakah cukup itu? Sebelum menjawabnya kita diputar ke masa lalu sang Penulis. Merasa benar-benar diberkahi oleh panduan ajaib dari gen penabung Skotlandia, kompensasi berlimpah, kecenderungan untuk menabung berapa pun sisa tiap tahunnya. Keajaiban matematis dari bunga majemuk bebas pajak. Pengetahuan bahwa dalam berinvestasi biaya benar-benar berpengaruh besar, dan kecukupan akal sehat untuk berfokus pada alokasi asset yang berimbang. Walau berasal dari keluarga berada, John harus tetap bekerja di sela kuliahnya yang kudu dari beasiswa. Berjuang untuk bertahan. Lantas lulus magna cum laude bidang Ekonomi di Princetown.
Dirinya pernah dipecat oleh korporasi yang dibuatnya sendiri. Lantas mencipta Vanguard sebuah badan organisasi reksadana terbesar di dunia. Ia mencerita bagaimana sejarah hidupnya. Luar biasa hebat. Salut sekali. Segalanya taka da yang serta merta. Seeperti anggapan, misal: Kebanyakan dari kegiatan yang menghasilkan uang memuat dampak-dampak antisosial. “Uang tak punya nurani”, tetapi jangan biarkan hal itu menggiring Anda untuk melakukan hal yang sama, juga jangan biarkan uang mengubah sikap dan karakter Anda. Maka karakter itu penting.
William Penn pernah bilang, “Kita melewati dunia ini hanya sekali, jadi lakukan sekarang kebajikan apa pun yang bisa Anda lakukan, dan tunjukkan sekarang kebajikan apa pun yang bisa Anda tunjukkan, karena kita tidak akan melewatinya lagi.” Ini jadi pijakan untuk membalas budi, jangan sekadar hidup, tapi hiduplah untuk membantu sesama.
Saat membahas investasi, seperti yang kita tahu ada dua jenis: spekulasi dan benar-benar investasi ia sependapat dengan Keynes bahwa investasi, merupakan peramalan atas hasil prospektif suatu aset selama rentang hidupnya. Sedang spekulasi merupakan kegiatan meramal pasar. Spekulasi adalah sebaliknya, spekulasi itu sarat dengan transaksi jangka pendek, bukan kepemilikan jangka panjang. Pasar saham merupakan pengalihan besar dari kegiatan berinvestasi.
Jadi, spekulasi bukan saja permainan pecundang, ini adalah permainan di mana hasilnya tidak bisa dipastikan dengan cara apapun. Hukum probabilitas tidak berlaku pada pasar finansial kita. Tidak ada alasan untuk berharap hanya karena suatu hal belum pernah terjadi sebelumnya, maka di masa mendatang hal itu tidak akan terjadi. Secara metaforis, kenyataan bahwa selama ini manusia hanya pernah melihat angsa putih, bukan berarti tidak ada angsa hitam sama sekali.
Kehidupan memang sarat angsa hitam, terutama dalam pasar finansial.
Segala kemungkinan yang pernah terjadi dalam sejarah akan terulang, saya mohon dengan amat sangat: jangan pernah beranggapan demikian. Minsky mengamati bahwa sistem finansial mudah sekali mengamali inovasi.
Apa yang harus dilakukan dalam dunia investasi yang sarat dengan spekulasi kelangkaan, keekstreman, dan juga prediktabilitas yang berlaku surut? Peter Bernstein memberi saran, “Dalam investasi, kura-kura cenderung lebih sering menang daripada kelinci selama silih bergantian siklus paar… bertaruh dalam masa depan yang tidak pasti itu jauh lebuh buruk daripada berjudi, karena setidaknya, dalam ajang judi Anda mengetahui kemungkinan menang-kalahnya. Sebagian besar keputusan dalam hidup yang termotivasi oleh keserakahan hanya akan berakhir menyedihkan.
Maka dengan pede beliau bilang, “Saya bahkan tidak mengenal seseorang yang kenal orang yang bisa melakukan market timing dengan hasil yang konsisten, gemilang, dan berulang-ulang.” Lihat, orang yang sangat pengalaman di dunia finansial saja bilang seperti itu. Peluang dan resiko akan datang silih berganti. Satu berbanding 4.096? apakah ini pertaruhan yang layak?
Kekacauan yang terjadi sekarang ini merupakan harga yang harus kita bayar karena membiarkan keseimbangan tersebut terlepas begitu saja.
Paul Samuelson seorang peraih nobel Ekonomi, tahun 2005 di usia 91 tahun, menyebut reksadana indeks pertama setara dengan penemuan roda dan huruf. Dan Bogle memberi sarannya. Pertama, amati baik-baik sebelum terjun. Kedua, jangan terjun hingga dana tersebut telah menghasilkan rekam jejak aktual 10 tahun. Dan yang paling penting, ingat nasehat Warren Buffett, Peramal dari Omaha, “orang bijak melakukan di awal, orang bodoh melakukannya di akhir.” atau ingat, “ada tiga i dalam setiap siklus, innovator, imitator, dan idiot.”
Harga-harga komoditi seluruhnya merupakan berdasar mekanisme permintaan dan penawaran. Makanya, komoditi merupakan spekulasi, dan merupakan spekulasi peringkat. Sebaliknya, saham dan obligasi bisa ditentukan berdasar tingkat pengembalian internal mereka – deviden, pertumbuhan penerimaan, serta kupon bunga. Itulah mengapa salam dan obligasi dianggap investasi.
Sejarah pasar saham akan berulang, padahal jauh di dalam lubuk hati, kita menyadari bahwa satu-satunya teropong yang bisa dipercaya untuk melihat masa depan pasar bukanlah riwayat sejarah, melainkan sumber pengembalian saham. Yang mengherankan, tetapi sudah menjadi hal biasa, kebijakan ini mendorong perusahaan untuk meningkatkan ekspektasi masa depan mereka dengan setiap penambahan pengembalian di masa lalu, amat berlawanan dengan yang terjadi sebenarnya. Tetapi lagi-lagi, mereka tidak kritis dalam melihat fatamorgana ini..
Kinsley, “Kapitalisme modern memiliki dua bagian: ada bisnis, dan ada keungan. Bisnis berarti menyewakan mobil untuk Anda ke bandara, keungan itu hal lain.”
Bill George, “Kepercayaan adalah segalanya, karena kesuksesan tergantung pada rasa percaya konsumen terhadap produk yang dibeli, percaya karyawan terhadap pimpinannya, percaya investor terhadap pihak yang menggunakan dana mereka dan percaya masyarakat terhadap kapitalisme… jika Anda tidak memiliki integritas, tidak ada yang mempercayai Anda, dan memang seharusnya tidak.”
Benjamin Graham, “Pemegang saham adalah raja. Sebagai mayoritas mereka dapat merekrut dan memecat manajemen perusahaan, serta menundukkannya untuk memenuhi kehendak mereka.” Praktiknya, “pemegang saham benar-benar hanyut… mereka tidak menunjukkan kecerdasan maupun kewaspadaan… dan menggunakan suara layaknya kerbau dicucuk hidungnya atas rekomendasi manajemen, tanpa memandang betapa buruknya manajemen.”
Ingatlah kata kunci ini, objektif dan tidak bias.
Dalam indsutri ini kita cenderung mendefinisikan kesuksesan dalam bentuk dollar yang dikelola, aliran kas, pangsa pasar, dan jumlah rekening baru. Justru kesuksesan harus didefinisikan dalam hal kualitas layanan, dan memberikan investor porsi yang layak dari pengembalian berapa pun yang dihasilkan pasar finansial kita. Etika yang baik adalah urusan yang baik.
Pokoknya setiap orang yang menjadi tempat bergantungnya pekerjaan Anda. Memang kecil kelihatannya, tapi sentuhan manusiawi ini dalam perusahaan yang kini tumbuh besar akan, saya yakin, membantu dalam memelihara warisan yang saya ciptakan.
Dunia ini terlalu memiliki banyak permintaan dibanding sumber dayanya jika hanya untuk dihabiskan pada hal-hal yang kurang bermakna dan sementara. Goethe mengidentifikasi keberanian: “Apakah engkau sungguh-sungguh? Tengoklah sebentar. Apa pun, atau impian apa pun, yang bisa kaulakukan, mulailah; karena di dalam keberaniantersimpan kejeniusan, kekuatan, dan keajaiban.”
Di kala seseorang mulai berkomitmen, maka kecermatan akan mengikutinya pula. Apabila suatu pekerjaan ingin diselesaikan, lakukan dengan benar. Komitmen dan keberanian, keduanya adalah hal yang benar-benar penting, hal bisa dijadikan ukuran kehidupan, hal yang dapat memberikan kecermatan dalam hidup.
Kehadiran Wikipedia dan Google yang menunggu untuk melayani kita di dalam jaringan hanya dengan sekali klik, kita semakin dikelilingi oleh informasi, tetapi semakin terputus dari pengetahuan. Fakta (atau lebih seringnya factoid, atau fakta semu) ada di mana-mana. Akan tetapi, kearifan – jenis kearifan yang menjamur di era Founding Fathers Amerika – sudah semakin langka.
Kata wirausahawan (entrepreneur) sudah jamak dikaitkan dengan mereka yang termotivasi untuk menciptakan usaha baru demi meraup kekayaan pribadi atau bahkan keserakahan. Seorang wirausahawan sepatutnya menghadirkan sesuatu yang jauh lebih penting ketimbang uang. Bagi Franklin, mendapatkan uang itu dianggap sebagai jalan menuju tujuan, bukan tujuan itu sendiri.
Kesuksesan bisa diukur dari kontribusi kita untuk membangun dunia yang lebih baik, dalam membantu sesama, dan membesarkan anak-anak kita menjadi insan manusia yang penuh kasih dan kebaikan. Pendek kata, kesuksesan diukur bukan dari apa yang kita dapatkan bagi diri sendiri, tapi apa yang kita berikan terhadap masyarakat luas.
Artikel di majalah American Psycologist, ternyata bukan uang yang menentukan kebahagiaan kita, melainkan adanya kombinasi dari berbagai atribut ini, (1) otomoni, taraf di mana kita memiliki kemampuan untuk mengendalikan hidup kita diri sendiri, “untuk mandiri”; (2) memelihara hubungan (maintaining connectiveness) dengan orang lain, dalam bentuk kasih sayang keluarga, bersenang-senang bersama teman dan rekan kerja, dan keterbukaan dengan siapa pun yang kita temui di berbagai aspek kehidupan; (3) menyalurkan kompetensi, dengan mempergunakan talenta yang dianugerahkan Tuhan dan berasal dari motivasi diri, terinspirasi dan berupaya untuk belajar.
Jadi apa kesimpulan cukup? John D. Rockefellar ketika ditanya arti cukup, ia menjawab, “Sedikit lebih banyak lagi.” bagi Bogle, cukup itu $1 lebih banyak dari yang dibutuhkan.
Salah satu buku non fiksi tentang finansial terbaik yang pernah kubaca. Nasehatnya sungguh-sungguh aduhai. Beruntung saya mendapat buku ini secara diskon, tak sengaja, tak tahu tentang apa. Hanya terbitan Lentera Hati sedang banyak dijual, salah satunya pemicunya biografi Osama bin Laden, dan ini buntutnya. Sangat memikat, dan perlu.
Catatan ini saya tutup dengan kutipan puisi dari T.S. Eliot dalam The Rock (1934):
Ke manakah kehidupan yang hilang dalam hidup? / Ke manakah kearifan yang hilang dalam pengetahuan? / ke manakah pengetahuan yang hilang dalam informasi? / Siklus surgawi dalam dua puluh abad / Menggiring kita menjauhi Tuhan dan mendekati debu.
Enough | by John C. Bogle | Diterjemahkan dari Enough | Terbitan John Wiley & Sons, Inc., | Copyright 2009 | Penerbit Lentara Hati | Cetakan I, Juli 2011 | Penerjemah Devri Barnadiputera | Editor Hendrina Perdana Sari | Proofreader Tutut M. Lestari | Lay out Rizal Rabas | Desainer sampul Haviz M. Nugroho | 374 + xiv hlm.; 11.5 x 17.5 cm | ISBN 978-602-8740-19-7 | Skor: 5/5
Karawang, 290722 – Ariyo Wahab – Sepenuh Hati
Thx to Justin Book Second, Tangerang