Enough: Cukup itu $1 Lebih Banyak Dari yang Dibutuhkan

Enough by John C. Bogle

“Bahaya yang kita hadapi kini, di mana dunia usaha telah menjadi hanya semacam buih dalam arus deras spekulasi, menyiratkan bahwa kapitalisme tidak berjalan sehat.”

Investasi. Sebuah kata yang sering kita dengar. Butuh perjuangan untuk merealisasikannya. Butuh konsistensi, apalagi buat buruh, di mana gaji ketika turun gegas dialokasikan ke kebutuhan apa saja. Buat kebutuhan sehari-hari, bayar cicilan, memenuhi hobi, tabungan, dan investasi. Buku ini tak membahas tata kelola investasi, tapi langsung ke pokok-pokok pentingnya. Ditulis langsung oleh seorang founder Reksadana terbesar di dunia, asli dari negeri kapitalis Amerika. Dan memang terbaca sungguh beda, misalnya hanya membahas dasarnya saja, atau orang Indonesia sekalipun pengalaman. Ini buku sungguh-sungguh bervitamin. Sekalipun saya sudah terjun dan menekuni saham, apa yang ditulis melalangbuana hebat ke teori finansial dan tepekur telaahnya.

Terbagi dalam empat bagian, Uang, Bisnis, Kehidupan, dan Kesimpulan. Pembukanya sudah sangat eksotik dengan mencerita pertemuan Kurt Vonnegut dan Joseph Heller di sebuah pesta di aman tuan rumah mereka menghasilkan lebih banyak uang dari seluruh royalti novel terkenal Catch-22 yang laris, dan direspons dengan bijak, “Ya, tetapi saya memiliki sesuatu yang tidak akan pernah ia miliki… rasa cukup.”

Nah, apakah cukup itu? Sebelum menjawabnya kita diputar ke masa lalu sang Penulis. Merasa benar-benar diberkahi oleh panduan ajaib dari gen penabung Skotlandia, kompensasi berlimpah, kecenderungan untuk menabung berapa pun sisa tiap tahunnya. Keajaiban matematis dari bunga majemuk bebas pajak. Pengetahuan bahwa dalam berinvestasi biaya benar-benar berpengaruh besar, dan kecukupan akal sehat untuk berfokus pada alokasi asset yang berimbang. Walau berasal dari keluarga berada, John harus tetap bekerja di sela kuliahnya yang kudu dari beasiswa. Berjuang untuk bertahan. Lantas lulus magna cum laude bidang Ekonomi di Princetown.

Dirinya pernah dipecat oleh korporasi yang dibuatnya sendiri. Lantas mencipta Vanguard sebuah badan organisasi reksadana terbesar di dunia. Ia mencerita bagaimana sejarah hidupnya. Luar biasa hebat. Salut sekali. Segalanya taka da yang serta merta. Seeperti anggapan, misal: Kebanyakan dari kegiatan yang menghasilkan uang memuat dampak-dampak antisosial. “Uang tak punya nurani”, tetapi jangan biarkan hal itu menggiring Anda untuk melakukan hal yang sama, juga jangan biarkan uang mengubah sikap dan karakter Anda. Maka karakter itu penting.

William Penn pernah bilang, “Kita melewati dunia ini hanya sekali, jadi lakukan sekarang kebajikan apa pun yang bisa Anda lakukan, dan tunjukkan sekarang kebajikan apa pun yang bisa Anda tunjukkan, karena kita tidak akan melewatinya lagi.” Ini jadi pijakan untuk membalas budi, jangan sekadar hidup, tapi hiduplah untuk membantu sesama.

Saat membahas investasi, seperti yang kita tahu ada dua jenis: spekulasi dan benar-benar investasi ia sependapat dengan Keynes bahwa investasi, merupakan peramalan atas hasil prospektif suatu aset selama rentang hidupnya. Sedang spekulasi merupakan kegiatan meramal pasar. Spekulasi adalah sebaliknya, spekulasi itu sarat dengan transaksi jangka pendek, bukan kepemilikan jangka panjang. Pasar saham merupakan pengalihan besar dari kegiatan berinvestasi.

Jadi, spekulasi bukan saja permainan pecundang, ini adalah permainan di mana hasilnya tidak bisa dipastikan dengan cara apapun. Hukum probabilitas tidak berlaku pada pasar finansial kita. Tidak ada alasan untuk berharap hanya karena suatu hal belum pernah terjadi sebelumnya, maka di masa mendatang hal itu tidak akan terjadi. Secara metaforis, kenyataan bahwa selama ini manusia hanya pernah melihat angsa putih, bukan berarti tidak ada angsa hitam sama sekali.

Kehidupan memang sarat angsa hitam, terutama dalam pasar finansial.

Segala kemungkinan yang pernah terjadi dalam sejarah akan terulang, saya mohon dengan amat sangat: jangan pernah beranggapan demikian. Minsky mengamati bahwa sistem finansial mudah sekali mengamali inovasi.

Apa yang harus dilakukan dalam dunia investasi yang sarat dengan spekulasi kelangkaan, keekstreman, dan juga prediktabilitas yang berlaku surut? Peter Bernstein memberi saran, “Dalam investasi, kura-kura cenderung lebih sering menang daripada kelinci selama silih bergantian siklus paar… bertaruh dalam masa depan yang tidak pasti itu jauh lebuh buruk daripada berjudi, karena setidaknya, dalam ajang judi Anda mengetahui kemungkinan menang-kalahnya. Sebagian besar keputusan dalam hidup yang termotivasi oleh keserakahan hanya akan berakhir menyedihkan.

Maka dengan pede beliau bilang, “Saya bahkan tidak mengenal seseorang yang kenal orang yang bisa melakukan market timing dengan hasil yang konsisten, gemilang, dan berulang-ulang.” Lihat, orang yang sangat pengalaman di dunia finansial saja bilang seperti itu. Peluang dan resiko akan datang silih berganti. Satu berbanding 4.096? apakah ini pertaruhan yang layak?

Kekacauan yang terjadi sekarang ini merupakan harga yang harus kita bayar karena membiarkan keseimbangan tersebut terlepas begitu saja.

Paul Samuelson seorang peraih nobel Ekonomi, tahun 2005 di usia 91 tahun, menyebut reksadana indeks pertama setara dengan penemuan roda dan huruf. Dan Bogle memberi sarannya. Pertama, amati baik-baik sebelum terjun. Kedua, jangan terjun hingga dana tersebut telah menghasilkan rekam jejak aktual 10 tahun. Dan yang paling penting, ingat nasehat Warren Buffett, Peramal dari Omaha, “orang bijak melakukan di awal, orang bodoh melakukannya di akhir.” atau ingat, “ada tiga i dalam setiap siklus, innovator, imitator, dan idiot.”

Harga-harga komoditi seluruhnya merupakan berdasar mekanisme permintaan dan penawaran. Makanya, komoditi merupakan spekulasi, dan merupakan spekulasi peringkat. Sebaliknya, saham dan obligasi bisa ditentukan berdasar tingkat pengembalian internal mereka – deviden, pertumbuhan penerimaan, serta kupon bunga. Itulah mengapa salam dan obligasi dianggap investasi.

Sejarah pasar saham akan berulang, padahal jauh di dalam lubuk hati, kita menyadari bahwa satu-satunya teropong yang bisa dipercaya untuk melihat masa depan pasar bukanlah riwayat sejarah, melainkan sumber pengembalian saham. Yang mengherankan, tetapi sudah menjadi hal biasa, kebijakan ini mendorong perusahaan untuk meningkatkan ekspektasi masa depan mereka dengan setiap penambahan pengembalian di masa lalu, amat berlawanan dengan yang terjadi sebenarnya. Tetapi lagi-lagi, mereka tidak kritis dalam melihat fatamorgana ini..

Kinsley, “Kapitalisme modern memiliki dua bagian: ada bisnis, dan ada keungan. Bisnis berarti menyewakan mobil untuk Anda ke bandara, keungan itu hal lain.”

Bill George, “Kepercayaan adalah segalanya, karena kesuksesan tergantung pada rasa percaya konsumen terhadap produk yang dibeli, percaya karyawan terhadap pimpinannya, percaya investor terhadap pihak yang menggunakan dana mereka dan percaya masyarakat terhadap kapitalisme… jika Anda tidak memiliki integritas, tidak ada yang mempercayai Anda, dan memang seharusnya tidak.”

Benjamin Graham, “Pemegang saham adalah raja. Sebagai mayoritas mereka dapat merekrut dan memecat manajemen perusahaan, serta menundukkannya untuk memenuhi kehendak mereka.” Praktiknya, “pemegang saham benar-benar hanyut… mereka tidak menunjukkan kecerdasan maupun kewaspadaan… dan menggunakan suara layaknya kerbau dicucuk hidungnya atas rekomendasi manajemen, tanpa memandang betapa buruknya manajemen.”

Ingatlah kata kunci ini, objektif dan tidak bias.

Dalam indsutri ini kita cenderung mendefinisikan kesuksesan dalam bentuk dollar yang dikelola, aliran kas, pangsa pasar, dan jumlah rekening baru. Justru kesuksesan harus didefinisikan dalam hal kualitas layanan, dan memberikan investor porsi yang layak dari pengembalian berapa pun yang dihasilkan pasar finansial kita. Etika yang baik adalah urusan yang baik.

Pokoknya setiap orang yang menjadi tempat bergantungnya pekerjaan Anda. Memang kecil kelihatannya, tapi sentuhan manusiawi ini dalam perusahaan yang kini tumbuh besar akan, saya yakin, membantu dalam memelihara warisan yang saya ciptakan.

Dunia ini terlalu memiliki banyak permintaan dibanding sumber dayanya jika hanya untuk dihabiskan pada hal-hal yang kurang bermakna dan sementara. Goethe mengidentifikasi keberanian: “Apakah engkau sungguh-sungguh? Tengoklah sebentar. Apa pun, atau impian apa pun, yang bisa kaulakukan, mulailah; karena di dalam keberaniantersimpan kejeniusan, kekuatan, dan keajaiban.”

Di kala seseorang mulai berkomitmen, maka kecermatan akan mengikutinya pula. Apabila suatu pekerjaan ingin diselesaikan, lakukan dengan benar. Komitmen dan keberanian, keduanya adalah hal yang benar-benar penting, hal bisa dijadikan ukuran kehidupan, hal yang dapat memberikan kecermatan dalam hidup.

Kehadiran Wikipedia dan Google yang menunggu untuk melayani kita di dalam jaringan hanya dengan sekali klik, kita semakin dikelilingi oleh informasi, tetapi semakin terputus dari pengetahuan. Fakta (atau lebih seringnya factoid, atau fakta semu) ada di mana-mana. Akan tetapi, kearifan – jenis kearifan yang menjamur di era Founding Fathers Amerika – sudah semakin langka.

Kata wirausahawan (entrepreneur) sudah jamak dikaitkan dengan mereka yang termotivasi untuk menciptakan usaha baru demi meraup kekayaan pribadi atau bahkan keserakahan. Seorang wirausahawan sepatutnya menghadirkan sesuatu yang jauh lebih penting ketimbang uang. Bagi Franklin, mendapatkan uang itu dianggap sebagai jalan menuju tujuan, bukan tujuan itu sendiri.

Kesuksesan bisa diukur dari kontribusi kita untuk membangun dunia yang lebih baik, dalam membantu sesama, dan membesarkan anak-anak kita menjadi insan manusia yang penuh kasih dan kebaikan. Pendek kata, kesuksesan diukur bukan dari apa yang kita dapatkan bagi diri sendiri, tapi apa yang kita berikan terhadap masyarakat luas.

Artikel di majalah American Psycologist, ternyata bukan uang yang menentukan kebahagiaan kita, melainkan adanya kombinasi dari berbagai atribut ini, (1) otomoni, taraf di mana kita memiliki kemampuan untuk mengendalikan hidup kita diri sendiri, “untuk mandiri”; (2) memelihara hubungan (maintaining connectiveness) dengan orang lain, dalam bentuk kasih sayang keluarga, bersenang-senang bersama teman dan rekan kerja, dan keterbukaan dengan siapa pun yang kita temui di berbagai aspek kehidupan; (3) menyalurkan kompetensi, dengan mempergunakan talenta yang dianugerahkan Tuhan dan berasal dari motivasi diri, terinspirasi dan berupaya untuk belajar.

Jadi apa kesimpulan cukup? John D. Rockefellar ketika ditanya arti cukup, ia menjawab, “Sedikit lebih banyak lagi.” bagi  Bogle, cukup itu $1 lebih banyak dari yang dibutuhkan.

Salah satu buku non fiksi tentang finansial terbaik yang pernah kubaca. Nasehatnya sungguh-sungguh aduhai. Beruntung saya mendapat buku ini secara diskon, tak sengaja, tak tahu tentang apa. Hanya terbitan Lentera Hati sedang banyak dijual, salah satunya pemicunya biografi Osama bin Laden, dan ini buntutnya. Sangat memikat, dan perlu.

Catatan ini saya tutup dengan kutipan puisi dari T.S. Eliot dalam The Rock (1934):

Ke manakah kehidupan yang hilang dalam hidup? / Ke manakah kearifan yang hilang dalam pengetahuan? / ke manakah pengetahuan yang hilang dalam informasi? / Siklus surgawi dalam dua puluh abad / Menggiring kita menjauhi Tuhan dan mendekati debu.

Enough | by John C. Bogle | Diterjemahkan dari Enough | Terbitan John Wiley & Sons, Inc., | Copyright 2009 | Penerbit Lentara Hati | Cetakan I, Juli 2011 | Penerjemah Devri Barnadiputera | Editor Hendrina Perdana Sari | Proofreader Tutut M. Lestari | Lay out Rizal Rabas | Desainer sampul Haviz M. Nugroho | 374 + xiv hlm.; 11.5 x 17.5 cm | ISBN 978-602-8740-19-7 | Skor: 5/5

Karawang, 290722 – Ariyo Wahab – Sepenuh Hati

Thx to Justin Book Second, Tangerang

Simple Stories for a Simple Investor #28

Simple Stories for a Simple Investor by Nicky Hogan

I have three things to teach: simplicity, patience, compassion.” – Lao Tzu

Investasi itu kebutuhan. Investasi, ya Anda sudah sering mendengar kata itu. Percayalah itu bukan pilihan, tapi kebutuhan. Alhamdulillah, saya sudah mulai nabung saham awal tahun lalu, berarti sudah setahun lebih saya menggelutinya. Buku ini sejatinya for beginner. Hanya untuk investor pemula yang akan dan baru mulai nabung saham. Saya sendiri aktif di grup saham, baca-baca buku saham (ini contohnya!), baca Koran Daily Investor, Kontan, dll. Ikuti akun-akun saham yang tersebar di sosmed, sampai searching di berbagai web. Jadi ketika kubaca buku ini, rasanya sudah tahu track jalanan. Rajinlah bertanya, banyaklah berpetualang.

Kukira karena ini ditulis oleh seorang yang sudah malang melintang di pasar modal bakalan detail seru nan berdebarkan. Ternyata enggak, buku ini hanya panduan umum. Terutama yang masih ragu akan memulai, seperti judulnya, isinya juga ga njelimet. Datar sahaja. Investasi bukan spekulasi dan bukan judi. Kuno banget kalau masih berpikir seperti itu. “high risk high gain?” Sebagian besar pengulangan, atau sudah beberapa kubaca dan kudengar di tempat lain, lalu kubaca di sini?

Kubaca cepat Oktober tahun lalu, dan setelah selesai justru menemukan bahwa tulisan Bung Nicky sudah tersedia di blognya: nickyhogan.com langsung kucek, isinya sama, eh lebih variatif di sana ding karena tentu bahasa internet lebih ‘merdeka’. Wah, tahu gini saya saya baca di sana saja. Hehe… tetap sih feel-nya beda. Enakan baca di kertas, lebih nyaman. Investasi memang tidak lagi melulu soal uang dan keuntungan. Ini adalah soal nilai moral kehidupan dan masa depan bangsa dengan rakyat yang penuh rasa positif serta optimis mencintai negaranya.

Tulisan yang disaji memang mayoritas pengalamannya di BEI. Cerita tentang sosialisasinya terlihat jelas berdasar kejadian yang pernah dialami. Desa nabung saham, desa Argo Mulyo, desa transmigran di Kecamatan Sepaku, Panajam Paser Utara, Kalimantan Timur. Dan itulah yang pertama yang ada di bumi pertiwi. ‘Yuk Nabung Saham’ diluncurkan oleh Bursa Efek Indonesia (BEI) pada tanggal 12 November 2015. Jepang meluncurkan NISA (Nippon Individual Savings Account) pada tahun 2014, sebuah kampanye dibarengi pemberian insentif pajak. Pada 12 Mei 2018, genap seluruh 34 provinsi di Indonesia telah memiliki galeri investasi, akses langsung ke pasar modal dan BEI. Bila terbuka, memang ada pilihan lainnya selain BEI, yaitu tercatat di bursa efek Negara lain. Untuk perusahaan-perusahaan Indonesia yang listing di bursa efek luar negeri, kembalilah, catatlah juga saham di sini di halaman rumah sendiri. Sekarang jumlah investor pasar modal Indonesia sudah jutaan. Perusahaan yang ada di BEI, jumlahnya ratusan. 20% warga kaya, sisanya 80% tetap saja tertinggal.

The best time to invest is when you have money. Beberapa mengutip dari para penanam modal terkenal Warren Buffett ada di barisan terdepan. “My wealth has come from the combination of living in America, some lucky genes, and compound interest.” Rasanya saat ini kalau kita ngomongin investor terkemuka dunia, nama inilah yang pertama muncul. Invest your linear income so you can earn exponential income, kata Bo Sanchez. Dikutip, dibagikan, ditelaah, dan dijadikan ayat bagi para pemula. Inflation is forever. Investing is the only game in town. We have to invest, without a doubt. Sayangnya beberapa masih berbahasa Inggris asli, ini kan bacaan lokal Bung, kenapa ga sekalian diterjemahkan dengan tetap memasang sumber? Mark Twain bilang, “Twenty years from now, you will be more disappointed by the things you didn’t do than by the ones you did do.

Niatan Bung Nicky jelas mulia, berbagi cerita, ngajak nabung, dan sungguh komitmen berjuang bahwa ada ‘tambang emas’ di sebuah kantor di Jakarta yang sayang kalau kalian ga turut serta! Surga punya ruanganya sendiri dan melaikat selalu punya wujudnya sendiri. Tentu saja sebuah kampanye tanpa dukungan sumber daya manusia dan infrastruktur, tidak akan menghasilkan apa pun. Meminjam istilah LKH, sahamnya ‘salah harga’, masih kemurahan, kenapa tidak biarkan saja dia terus bergerak naik.

Beberapa juga berisi motivasi dan inspirasi, bak Mario Teguh. Kita butuh berpikir, bertutur kata, dan selalu positif. Bergabunglah dengan lingkunagn yang demikian. Berdiri di antaranya, itulah umumnya para loser, pecundang yang hanya menyerahkan uangnya untuk kalah dan rugi. Alam bawah sadar kita selalu mendokrin kenapa meski mengubah sesuatu yang sudah nyaman, karena kita cenderung takut pada kegagalan. Insting manusia cenderung bertahan pada keadaan yang dianggapnya familiar, situasi nyaman. Dan tak menyadari banyak pilihan lain yang lebih baik. Pikiran manusia hanya mampu mengingat antara tiga hingga tujuh hal dalam memori jangka pendeknya. Seperti kata bijak, kita terus menerus mengutuk kegelapan, dan bukannya mulai menyalakan lilin.

Mungkin karena bukan penulis novel, gaya bahasanya terasa standar. Kurang thrilling-nya, kurang mendebarkan, kurang memacu andrenalin. Joke sih beberapa ada, tapi tetap ala kadarnya. Investasi tidak ada yang instan, tidak seperti mi kesukaanmu. Yang jelas jangan cemplungkan habis dana kita di awal investasi, sisihkan sedikit demi sedikit, sambil belajar dapatkan ‘pace’ nyaman. (Bukan ‘uang belajar atau uang sekolah’ ya, yang mengatakan seolah-olah di awal investasi selalu merugi. Ndak ada itu.) Kemudian mulai investasi langsung ke saham, resiko selalu ada seperti pengusaha, that’s it. Btw, teman-temanku menganggap kerugian diawal sebagai uang belajar, ternyata dibantah di sini. Saya sendiri, sejauh ini belum pernah tombok, cut-loss atau jual rugi, see yang penting terus peduli dan tentu saja: sabar! Banyak baca, banyak belajar menjadi komoditi utama bagi para investor pemula. Saya sendiri melebarkan sayap dari pecinta fiksi, sastra dan filsafat kini merambah ke non fiksi, buku-buku motivasi dan tentang belajar investasi kini menjadi bacaan rutin.

Ilmu yang dibagikan juga sangat umum, sudah tersedia di internet rata-rata seperti bedanya investor dan trader, waktu sebagai acuan utama, dan tentu saja sabar. Saya tak suka menggunakan kata kaya karena terkesan kapitalis, lebih nyaman menggunakan kata sejahtera.

Teorinya masuk. Ada 4 hal utama yang selalu perlu kita perhatikan dalam finansial. How to earn, how to spend, how to save, dan how to invest. Teori relativitas begitu sederhana dengan rumus yang begitu singkat tetapi membawa pengaruh yang mahadahsyat. Selalu saja aka nada berita-berita negatif yang membuat pasar saham turun, bukannya itu malah peluang mendapat harga saham murah?

Adakah hal di dunia ini tanpa resiko? Tak ada. Sekecil apa pun itu, pasti ada. Resiko adalah bagian dari investasi, jadi peluklah. Kata cepat dan mudah dengan sendirinya sudah berarti spekulasi, bukan investasi. Spekulasi resiko sangat tinggi. Jadi sabarlah. Selalu cek 2L dari OJK: Legalitas dan Logis. Legalitas untuk memertanyakan produk tercatat dan mempunyai izin dari otoritas, logis untuk memertanyakan keuntungan yang ditawarkan masuk akal. Bunga bank paling tinggi saat ini adalah 6%-7% per tahun, kalau ada tawaran yang lebih dari itu dan cepat, langsung buang ke tempat sampah. Di Indonesia ini, manakah yang lebih banyak: orang serakah atau orang lugu? Konon lapar dan nekat berteman baik.

Semua lembaga rating dunia sudah kompak bilang Indonesia, layak investasi! Indonesia diprediksi menjadi Negara kelima dan keempat terbesar dunia secara ekonomi di tahun 2030 dan 2050. Kejaiban dunia kedelapan akan selalu sama, Bunga Majemuk! Terbukti hanya dengan saham yang mampu memberikan tingkat keuntungan yang kita inginkan. Teori bunga majemuk, begitu sederhana, namun siap ‘meledak’ kekayaan kita kalau kita pintar dan mau memanfaatkannya. Einstein bilang, “He who understands it, earns it… he who doesn’’t… pay it!

Keuntungan nabung saham adalah pasar selalu terbuka. Lima hari seminggu di jam kerja, jadi ga pernah takut apakah ketika butuh duit bisa dicairkan? Beli dan simpan. Jual? Kapanpun kita mau. Kita merupakan pemegang saham dan pemilik perusahaan.

Kebanyakan dari kita bukanlah konglomerat sukses, bukan pula musisi tenar kelas international, dan karangan cerita kita pun hanya sebatas percakapan di grup chatting. Boro-boro punya banyak properti. Yang ada saja cicilannya tidak kunjung tuntas. Pasar saham selalu ada yang namanya Mr. Panik. Mereka konsisten banget paniknya. Ingat juga tiga kutipan bijak: invest your linear income, so you can earn the exponential income. Never depand on single income, make investment to create a second resource, and if you don’t fine a way to make money while a sleep, you will work until you die. Dan sedikit saja ikut race!

Saat ini memang index IHSG sedang merah, beberapa saham minus bahkan yang kakap, santuy sahaja. Saya sendiri tetap tenang dan konsisten tabung. Waktu adalah sesuatu yang pasti, dan tampaknya dia tidak suka dispekulasikan, dipertaruhkan. Membeli saham hanya karena ‘katanya’. Tidak memantau terus-menerus (detik per detik), tidak ‘bersikap ketika salah posisi’. Waktu. Ya, itulah sahabat sejatimu, yang bisa kamu andalkan untuk banyak hal. Dan dalam dunia investasi, waktu adalah segalanya. Sesekali buka aplikasinya, simple. Serumit itu? Ya sesederhana itu!

Cukup fokus ke Perusahaan kita, menjadi lebih baik, dan menghasilkan keuntungan lebih besar untuk seluruh pemegang saham. Para pendiri, pemilik, manajemen perusahaan mencurahkan energinya untuk jalan terbaik Perusahaan. Faktor fundamental kinerja keuangan Perusahaan adalah harga mati dalam menilai dan menentukan pembelian saham. Abaikan rumor di pasar, pergerakan semu, nafsu ingin untung besar dan instan. Resiko yang tertinggal hanyalah pada kinerja perusahaan yang kita beli. Itu saja, yang mana harusnya sangat bisa diminimalis dan harusnya bisa ditolerir sebagai orang perusahaan.

Perusahaan yang rajin bagi-bagi deviden, ada di IDXHIDIV20, index yang isinya 20 saham di BEI yang paling rajin bagi-bagi deviden, dan gede-gede, tinggal beli saja satu, dua, tiga. Tabung di situ, tinggal tidur uang kita tambah. Yang suka saham syariah, cek index di JII70 ada 70 saham terbesar dan terlikuid. Perusahaan-perusahaan yang sudah berdiri sebelum kita lahir, dan akan terus bertahan setelah punya cucu, itulah yang wajib antisipasi. Hidup UNVR, INDF, MYOR, ICBP!!! ( Wah ternyata saya pilihnya mayoritas di costumer goods.

Niatan nabung saham memang kutujukan untuk biaya kuliah Hermione. Berinvestasi saham untuk anak dan cucu. Investor adalah orang yang selalu optimis, dan berpikiran positif ke masa depan. Masa depan keluarga, perusahaan, negeri ini. Juga untuk jaminan masa tua, saat ini di usia kepala tiga, rasanya agak terlambat memulai, tapi kalau enggak sekarang kapan lagi?

History repeating itself.

Seperti pernyataan akhir, “Bursa efek adalah berkah, dan diperuntukan untuk kita…” Yang dibutuhkan hanya keberanian luar biasa, bukan keberanian menghadapi naik turun investasi kita, melainkan keberanian memulai. Dan itu lebih dari cukup. Orientasi kita selalu sama, jangka panjang. Kita tak pernah tahu apa yang menanti di ujung sana.

Dan yang terpenting dari segalanya, modal. Ga perlu gede-gede, saya sendiri cuma buruh pabrik. Modal saya dapat dari sisipan gaji, setiap gajian saya transfer ke rekening sekuritas, lalu tabung di saham bluechip. Kalau di bulan itu sedang ada kebutuhan lebih, tetap tabung berapapun. Kalau belum memenuhi satu lot, simpan dulu saja. Nasabah-nasabah dengan untung terbanyak adalah nasabah-nasabahnya yang lupa bahwa mereka punya rekening di Perusahaan tersebut. Bulan berikutnya kalau sudah cukup belilah satu, dua lot. Begitu terus secara konsisten. Mereka merasakan bosan luar biasa (investasi memang membosankan, apa boleh buat). Kamu tahu aku adalah investor, jangka panjang. Penjang banget. Bahkan kalau memungkinkan, melampaui usiaku. Angka-angka di atas sama sekali tidak menggangguku, sama sekali. Jika saving adalah menyimpan dana untuk dibutuhkan jangka pendek, maka investing selalu ditujukan untuk jangka panjang. Itu pakem pasti dan tak bisa ditawar lagi.

Never depend on single income, make investment create a second source. Investasi seperti juga lari jarak jauh, ketika harga sedang merah, ingat saja satu jurus utama: sabar. Kata Mbah Warren Buffett. Ingatlah, pada akhirnya hidup ini adil. Mari Nabung Saham, sekarang!

Simple Stories for a Simple Investor | by Nicky Hogan | Copyright 2019 | Penerbit PT. Elex Media Komputindo | 719060331 | ISBN 978-602-04-9539-2 | ISBN (digital) 978-602-04-9540-8 | Skor: 3/5

Karawang, 280620 – Bill Witthers – Lovely Day

#28 #Juni2020 #30HariMenulis #ReviewBuku #HBDSherinaMunaf

#Lazio2-1Fiorentina #ForzaLazio

Investasi Waktu

Gambar

Hello hello, teman-teman WP yang saya rindukan. Dua bulan sudah saya vakum dari blog tercintah ini. Alasan klasik karena kesibukan kerja membuat konsistensi menulis saya terganggu. Apakah ada yang merindukan tulisan saya? Eheem… Sebenarnya saya jarang nulis ya karena sudah pindah kerja dan modem di rumah tewas jadi koneksi ke internet (blog) terputus.

 Di tempat kerja baru, setiap pagi ada briefing sekitar 15 menit. Briefing yang lebih mengedepankan motivasi layaknya Mario Teguh bertutur bijak terhadap pendengarnya. Briefing dipimpin oleh factory manager yang dihadiri semua karyawan office. Awalnya saya lebih melihat acara tersebut hanya untuk membuat malu teman-teman yang datang terlambat. Karena dilakukan di jam 08:15 di depan pintu masuk kantor jadi yang suka datang terlambat akan malu ga bisa mengikutinya. Namun ternyata saya salah. Briefing ini lebih kepada sharing sesama rekan kerja untuk lebih termotivasi. Beneran salam super!

Sudah dua minggu berjalan, dan hari ini tema yang diangkat adalah investasi waktu. Dibuka dengan pertanyaan, apa yang kalian lakukan setelah pulan kerja sampai dengan menjelang tidur. Satu orang menjawab: makan bersama keluarga, ngeteh sambil nonton tv, lalu sensor… (hahaha, seisi ruangan tertawa). Satu lagi menjawab: makan sama teman-teman karena kemarin gajian, baru pulang ke kos, becanda sama mereka sampai larut malam, Isya’ lalu tidur. Dari penuturan random cerita tersebut kita tahu bahwa semua orang punya kegiatan masing-masing yang berbeda.

Contoh sebuah kasus, ada seorang satpam main catur dengan seorang pemuda yang saat itu belajar di pelatihan GM Utut Adianto. Apa yang kita tangkap dari kegiatan tersebut? Jelas kegiatan yang dilakukan mereka sama yaitu sama-sama main catur, tapi sudut pandang tujuan main catur akan jauh berseberangan. Pemuda tersebut main catur untuk mengasah kemampuannya untuk mewujudkan cita-citanya menjadi atlet catur sedangan sang satpam main catur hanya untuk iseng membuang waktunya. Jadi sang pemuda sebenarnya sedang menginvestasikan waktunya untuk masa depan.

Mulai sekarang mari kita investasikan waktu kita. Rumus kecepatan adalah jarak dibagi waktu. Bila ingin segera mewujudkan keinginan maka yang dipangkas adalah waktunya. Kita buat rencana kedepan mau apa? Kita catat impian kita apa saja dan buat jalan mewujudkannya. Seperti kecepatan, Impian adalah usaha dibagi waktu.

Investasi waktu bisa dengan banyak cara, tergantung minat dan prospek yang ada. Di dalam pekerjaan, contohnya yang simple saja. Kita luangkan waktu 5-10 menit untuk ngobrol dengan rekan kerja, terutama yang beda departemen. Mulai dari hal sepele dan sederhana, untuk mengakrabkan. Secara tak sadar kita sebenarnya menjalin komunikasi baik. Karena suatu saat kita butuh dia, kalau komunikasi terjalin maka kita akan lebih mudah meminta tolongnya.

Bagi saya, membaca adalah investasi waktu. Karena saya percaya apa yang kita baca suatu saat pasti berguna.

Di kantor NICI – Karawang, 260614