“All things that live in this world die. This is why you must find joy in the living, while the time is yours, and not fear the end. To deny this is to deny life.” – Titan
Sebuah indie fantasi dengan pertaruhan memori sarung tangan baseball ‘Giant Killer’. Keberanian itu hal biasa. Ketabahan itu hal biasa. Tapi kepahlawanan memiliki unsur filosofis di dalamnya.
Magical realism yang menyelingkupi kehidupan remaja 12 tahun Barbara Thorson, yang berupaya menemukan, berburu lantas membunuhnya. Tampak unik, karena selama pemburuan diiringi skoring cekam yang mendukung. Seperti yang diperkira, raksasa itu memang muncul beneran setelah menit-menit yang melelahkan, dan Barbara membunuhnya dalam skema yang sudah dirancang. Imajinasi membumbung tinggi bak bintang-bintang yang berputar riuh di sekitar kepala raksasa yang tertikam.
Kisahnya berkutat pada Barbara Thorson (Madison Wolfe) dengan rambut terurai dan aksesoris telinga kelinci di atas kepala, menelusi pantai dan hutan mencari raksasa, mencoba memerengkapnya. Kakaknya Karen (Imogen Poots) tampak frustasi mengurus kedua adiknya, yang satu lagi Dave (Art Parkinson) hobinya main gim mulu. Keluarga ini sepertinya sedang mengalami depresi bersamaan. Ada masalah apa, nanti akan diungkap secara perlahan.
Barbara sedang memasang perangkap raksasa, melumuri rumput-rumput dengan madu, memasang tali panjang melintasi pantai, membuat perangkap batu ayun di hutan, pokoknya segala upaya melindungi dari serangan monster dibuat. Termasuk menaruh makanan umpan di sebuah tiang. Sungguh tampak tak normal. Seorang siswi baru pindahan dari Leeds, Inggris bernama Sophia (Sydney Wade) akhirnya bergabung. Dengan jaket kuning yang terus dikenakan sepanjang film, Sophia menjadi side-kick penyeimbang dunia khayal dan nyata.
Untuk melindungi diri, Barbara memiliki tas mungil pink yang berisi senjata warhammer bernama Coveleski yang terinspirasi dari pemain baseball pitcher Phillies, Harry Coveleski. Tas sakral yang tak boleh dibuka sembarangan, yang akan digunakan tepat ketika sang raksasa menyerang. Di sekolah ia kena bully, sebagai siswi freak. Gerombolan siswi yang dipimpin oleh Taylor (Rory Jackson) sering beradu argumen, serta adu jotos. Atas beberapa kasus inilah, Barbara dipanggil guru BP Bu Molle (Zoe Zaldana). Dari sinilah kita semakin memahami apa yang ada di kepalanya. Ini tentang bertahan hidup, Barbara memerankan diri sebagai pelindung kota, serangan monster akan tiba, maka bersiaplah! Mitologi raksasanya sendiri terbagi beberapa jenis, dan Titan adalah yang terbesar.
Sophia sendiri tampak ragu, akankah tetap bertahan berteman dengan sang aneh, atau melanjutkan hidup normal. Dengan kertas bertulis opsi, Ya atau Tidak, ia akhirnya melanjutkan petualang di hutan. Barbara memberi mantra pelindung kepadanya, meneteskan darah ke dalam perangkap, disertai janji persahabatan. Sebuah masalah baru tercipta ketika Barbara dipukul Taylor di pantai hingga pingsan, di lantai atas, Barbara terbangun dan mendapati Sophia dengan segelas air dan ‘it’ gelasnya terjatuh pecah.
Setelah beberapa hari ga masuk sekolah, Bu Molle dan Sophia berkunjung, mendapati kakaknya yang sendu. Sophia lalu tahu, apa maksud ‘Gaint Killer’nya dari sebuah rekaman pertandingan di kamar dengan voice-over Ibu Barbara terkait sejarah pemain Coveleski. Raksasa itu ada di dalam kepalanya! Terkuak pula sebab dasar kemunculan imaji itu, raksasa Harbingers dan perwujudan perlawanan untuk menghindari kenyataan orang terkasih yang sekarat. Kebenaran yang menggelisahkan, sebuah kesadaran bisu bahwa di hadapan keluasan tanpa batas, segala yang kita kasihi sekejap menjadi pematik sehingga hampa. Penderitaan adalah bagian dari kita. Penderitaan adalah kita. Barbara hanya berupaya mengubah kebenaran karena dia merasa lebih nyaman berbuat demikian.
Saya belum nonton A Monster Calls tapi udah baca bukunya, kisahnya mirip sekali, di mana monsternya diganti raksasa, motifnya adalah ibu yang sakit keras lalu taruhlah emosi labil yang mencipta tarung antar teman sekolah. Barbara mengangkat senjata, Conor O’Malley memeluk pohon. Dunia fantasi remaja yang melalangbuana. Reaksi-reaksi emosional kita terhadap aneka masalah tidak ditentukan oleh ukuran masalah tersebut.
Nietzsche pernah berkata bahwa manusia adalah suatu transisi, tergantung secara ringkih pada sebuah tali di antara dua ujung, di belakang kita adalah monster dan di depan kita adalah sesuatu yang lebih besar lagi. Siapkan ‘Coveleski Anda’, ia sudah mengintip. Besar sekali perbedaan di antara mengetahui sesuatu dan mendapati sesuatu itu terbukti. Mempelajari fantasi imaji cocok untuk kalian yang suka spekulasi.
I Kill Giants | Year 2018 | Directed by Andrew Walter | Screenplay Joe Kelly | Based on Graphic Novel Joe Kelly, J.M. Ken Nimura | Cast Madison Wolfe, Zoe Saldana, Imogen Poots, Sydney Wade, Rory Jackson, Art Parkinson | Skor: 3.5/5
Karawang, 280420 – Bill Withers – Memories Are That Way