Berpikir tidak Biasa untuk Hasil yang Luar Biasa


Think Like a Freak by Steven D. Levitt & Stephen J. Dubner

“Prasangka membuat kita menyingkirkan serangkaian besar solusi yang memungkinkan hanya karena mereka tampaknya tidak mungkin atau menjijikkan.”

Uang bahkan membentuk cara kita dibentuk.

Berpikir seperti orang aneh, berarti berpikir kecil, tidak besar. Tentang pikiran kritis akan masalah aktual dunia saat ini dilihat dari kacamata orang aneh, orang yang beda. Pemecahannya juga aneh, walau saat ditelaah lebih dalam terlihat malah sungguh sederhana. Contoh, injeksi kotoran manusia untuk pengobatan. Itu hal yang terdengar ganjil, tapi saat ditelaah ternyata bisa dan ada. Atau pemikirannya untuk berhenti protes pemanasan global sebab menipisnya lapisan ozon. Karena percuma. Berani menentang arus. Berpikir seperti orang aneh itu cukup sederhana sehingga siapapun dapat melakukannya. Yang mengherankan, sedikit sekali yang melakukannya.

Ditulis duet, berpengalaman dengan buku sebelumnya yang sukses, disajikan dengan sederhana dan mudah dicerna. Berpikir seperti orang aneh tampaknya mudah dilakukan, dipraktikkan, tapi tak semudah itu juga. Jika masalah tertentu masih ada, Anda boleh bertaruh bahwa sudah banyak orang yang mencoba dan gagal menyelesaikannya.

Cerita para penendang pinalti, keputusan mau ke arah mana diteliti. Persentase kea rah tepat kiper sungguh kecil. Salah satu alasan adalah bahwa sekilas, membidik ke tengah gawang sepertinya ide yang buruk. Tidak ada pemain sepak bola waras yang mau mengakuinya: rasa rakut malu. Namun rasanya sungguh patut dicoba. Jika Anda mengikuti insentif komunal, Anda akan menendang ke tengah gawang.

Mementingkan kepentingan umum daripada kepentingan pribadi atau golongan adalah pelajaran Pancasila sejak sekolah daar. Jika ditanya bagaimana kita akan bertindak dalam situasi yang membenturkan kepentingan pribadi dengan kebaikan yang lebih besar, kebanyakan dari kita tidak mau mengakui bila memilih kepentingan pribadi.

Kebanyakan orang terlalu sibuk untuk memikirkan ulang cara mereka berpikir. Ketika orang-orang tidak membayar biaya sebenarnya dari sesuatu, mereka cenderung mengonsumsinya dengan tidak efisien. Aku sepakat untuk yang satu ini. Sudah lama disebutkan bahwa tiga kata yang paling sulit diucapkan adalah, “aku cinta padamu.” Kami tidak sepakat. Bagi kebanyakan orang, jauh lebih sulit mengatakan, “saya tidak tahu”.

Daniel Patrick Moynihan bilang, “Semua orang berhak atas pendapat mereka sendiri, tetapi tidak atas fakta mereka sendiri.” Apa yang kita ‘tahu’ jelas dapat dibentuk oleh pandangan politik atau agama kita. Hasil penelitian Tetlock, 96% dari mereka lulusan pascasarjana, “menganggap diri mereka tahu lebih banyak daripada yang sebenarnya mereka tahu.” Membuat asumsi yang megah tentang kemampuan Anda dan gagal mengakui apa yang Anda tidak tahu dapat menimbulkan bencana. Setiap kali kita berpura-pura mengetahui sesuatu, kita melakukan hal yang sama: melindungi reputasi kita sendiri ketimbang mengedepankan kebaikan bersama.

Kunci dari belajar adalah umpan balik. Hampir mustahil untuk mempelajari apa pun tanpa hal itu. Semakin sulit sebuah masalah, semakin sulit untuk menangkap umpan balik yang baik. Hanya dengan mendefiniskan ulang masalah kita dapat menemukan serangkaian solusi baru. Kita semua menghadapi penghalang: fisik, keuangan, waktu. Setiap hari. Kebanyakan dari kita, ketika berusahan menyelesiakan sebuah masalah, condong pada penyebab yang paling dekat dan paling jelas. Jika Anda mengatasi akar penyebab masalah, setidaknya Anda tahu Anda sedang mengatasi masalah yang sesungguhnya dan bukan hanya bergumul dengan bayangan. Roy Porter pada tahun 1997 menjelaskan, “Kita hidup pasa zaman sains. Tetapi sains tidak menghapus fantasi tentang kesehatan. stigma penyakit, makna moral kedokteran terus ada.”

Sebagai HR aku sering kali mendapati karyawan yang kasih Surat Keterangan Dokter (SKD) dengan penyakit umum. Selain diare, maag ada di tingkat tertinggi. Tukak lambung sering diistilahkan dengan penyakit maag. Penyakit ini diwarisi atau disebabkan oleh stress psikologis dan makanan pedas, keduanya bisa menghasilkan kelebihan asam lambung.

Menghasilkan ide yang buruk? Tidak masalah, cukup jangan diwujudkan menjadi tindakan. Jika Anda tidak dapat melihat dengan baik, Anda tidak akan membaca dengan baik, dan itu membuat sekolah semakin sulit. Jangan takut pada sesuatu yang sudah jelas. Albert Einstein, “Segala sesuatu harus dibuat sesederhana mungkin, tetapi tidak lebih sederhana.”

Dulu aku suka judi, baru tercerahkan saat nmenikah. Ada prinsip dasar sejatinya. Perlu diingat, walaupun Anda menikmati permainan lotre, Bandar jauh lebih menikmatinya – karena selalu menang.

Cara mengubah pendapat/pikiran orang lain saat baca buku ini terasa wah benar sekali, tapi tetap saja sulit dilakukan. Aku sudah banyak konseling orang, walau sedikit yang gagal tapi tetap saja ada celah. Kuncinya adalah belajar memasuki pikiran orang lain untuk mencari tahu apa yang benar-benar penting bagi mereka. Kita akan mengatakan apa yang kita pikir orang lain ingin dengar dan kemudian, diam-diam melakukan apa yang kita inginkan. Dalam ekonomi, ini dikenal sebagai pilihan yang dinyatakan dan pilihan yang diungkapkan, dan sering kali terjadi kesenjangan besar di antara keduanya. Pepatah lama: jangan dengarkan apa kata orang, lihatlah apa yang mereka lakukan. Kucninya adalah berpikir lebih sedikit tentang perilaku ideal orang-orang imajiner dan lebih banyak tentang perilaku aktual orang-orang sungguhan. Orang-orang sungguhan jauh lebih mudah diprediksi.

Ketika peraturan berubah, perilaku juga berubah. Tidak ada orang yang suka merasa dimanipulasi. Cara terbaik untuk mendapatkan apa yang Anda inginkan adalah dengan memperlakukan orang lain dengan sopan. Seni mengalahkan lawan dengan mengantisipasi langkah mereka berikutnya.

Meyakini Anda benar, tidak sama dengan Anda benar. Legenda basket sekaligus filsuf Kareem Abdul Jabbar, “Lebih mudah untuk melompat dari pesawat – mudah-mudahan dengan parasut – daripada mengubah pikiran Anda tentang suatu pendapat.”

Orang-orang dengan nilai sains dan matematika yang lebih tinggi kemungkinan berpendidikan lebih baik, dan kita semua tahu bahwa kemungkinan berpendidikan lebih baik, dan kita semua tahu bahwa pendidikan menciptakan orang-orang tercerahkan dan moderat.

Hargai pendapat lawan Anda mungkin lebih berdasarkan pada ideologi dan pemikiran kelompok daripada dakta dan logika. Dia beroperasi dari seperangkat prasangka yang bahkan tidak bisa dilihat. Seperti kata Daniel Kahneman, “Kita bisa jadi buta pada sesuatu yang jelas, dan kita juga buta pada kebutaan kita sendiri.” Anda hanya produsen argument. Argument Anda mungkin sangat tak terbantahkan dan kuat sekali, tetapi jika itu rak beresonansi bagi si penerima, Anda tidak akan ke mana-mana. Jika Anda ingin argument Anda dianggap serius, Anda akan berhasil bila mengakui potensi kelemahannya.

Masa depan, seperti yang sudah kita ketahui, hampir mustahil untuk diprediksi. Argument lawan hampir pasti bernilai, Anda dapat belajar darinya dan Anda dapat gunakan untuk memperkuat argument Anda sendiri. Ingat, kita buta terhadap kebutaan kita sendiri. Seorang lawan yang merasa argumennya diabaikan tidak mungkin akan terlibat dengan Anda sama sekali.

Anekdot adalah sebuah kilasan pendek, potongan satu dimensi dari gambaran besar. Hal ini kurang dalam skala, perpektif, dan data. Sebuah cerita akan memenuhi gambaran besar. Cerita menggunakan data, statistik, atau sebaliknya, untuk menggambarkan kebesarannya; tanpa data, kita tidak tahu bagaimana sebuah cerita cocok dengan skema besar segala sesuatu. Sebuah cerita yang bagus juga meliputi perjalan waktu.

Rasanya menggoda bila memercayai bahwa sekali Anda bersikukuh pada sesuatu, berhenti adalah kontraproduktif.

Alasan aku membeli buku ini sebenarnya sederhana saja, Penerbit Noura banyak buku inspirasi bagus. Sudah tiga empat buku kunikmati, maka seperti sebelumnya, buku ini juga sungguh bagus. Secara teori masuk, secara penjabaran sungguh OK, tinggal praktiknya sahaja untuk diwujudkan. Aku setiap hari berhubungan dengan manusia, dan secara garis besar sepakat apa yang disampaikan. Eh wait, mungkin satu yang kurang sepakat. Transplantasi feses! Nah kan…

Think Like a Freak | by Steven D. Levitt & Stephen J. Dubner | Diterjemahkan dari Think Like a Freak, terbitan William Morrow Paperbacks, HarperCollins Publisher, 2015 | Penerbit Noura | Penerjemah Adi Toha | Penyunting Ida Wajdi | Penyelaran aksara Lya Astika | Perancang sampul Fahmi Ilmansyah | Pernah diterbitkan dengan judul sama pda athaun 2016 dan telah cetak 3 kali | Cetakan ke-1, Juli 2018 | ISBN 978-602-385-516-2 | Skor: 4/5

Karawang, 250821 – 271021 – Manhattan Jazz Quartet

Thx to Ade Buku, Bandung

Frank: Hestag Freak — Allow Us To Be Frank

Don: You play C, F, or G? | Jon: Yeah… | Don: You’re in

Tokoh utama adalah Frank, narator dan sudut pandang dari Jon dan sebuah band nyeleneh bernama Soronprfbs sebagai penggerak cerita. Apa yang ditampilkan Frank cukup unik. Perjalanan band menuju ketenaran yang diidam-idamkan.

Film dibuka dengan bagus layaknya sebuah cerita filsof penuh perenungan. Seorang pemuda menatap pantai dan mencari ide untuk membuat lagu. Adalah Jon (Domhnall Gleeson) sang pemuda galau, seorang pemain keyboard yang percaya suatu saat dia akan jadi musisi terkenal. Terlihat dari meja kerjanya yang memajang pin up Bon Jovi dengan tulisan: Never stop believing Jon.

Suatu senja yang cerah saat Jon mencari inspirasi di pinggir sungai, ada seseorang yang berniat bunuh diri. Dia mengancam menenggelamkan diri namun berhasil dicegah oleh polisi. Setelah diamankan, berdiri di samping Jon seorang nyentrik yang nyeletuk, “dia pemain keyboard kami”. Lalu Jon balas, “saya pemain keyboard.” Bersitatap sebentar lalu setelahnya, sang nyentrik itu bilang, “kamu diterima, datang ke café jam 09:00.” Tanpa audisi, tanpa seleksi ketat Jon jadi bagian Soronprfbs.

Saat manggung, personil muncul. Dan betapa kagetnya Jon saat tahu bahwa sang vokalis Frank ternyata mengenakan kepala boneka kartun palsu. Awalnya terdengar keren, namun malam itu berjalan berantakan. Akhirnya Don – sepertinya ketua band – mengumpulkan anggota Soronprfbs untuk ke pondok yang terpencil. Mereka lalu konsentrasi mencipta lagu dan berlatih lebih intens. Dari situlah akhirnya karakter setiap anggota terlihat. Don yang pendiam, Clara yang egois, Frank yang aneh karena sepanjang waktu topeng bonekanya ga dibuka, Nana yang unik serta Baraque yang berontak. Jon diam-diam merekam latihan mereka dengan memasang cctv lalu mengunggahnya ke Youtube. Keunikan mereka ternyata disukai netter. Banyak like dan komen positif. Langkah bagus menuju pentas.

Sebuah tragedi terjadi. Salah satu anggota ditemukan meninggal bunuh diri. Ternyata dia adalah pemain keyboard lama sebelum Lucas yang mencoba bunuh diri di awal film. Jon terkejut, dua pemain keyboard-nya stress dan (mencoba) mengakhiri hidupnya. Apakah dia akan jadi korban berikutnya? Mampukah band ini jadi terkenal? Siapa jati diri Frank yang misterius? Saat satu per satu anggota Soronprfbs mundur apakah band ini masih bisa diselamatkan?

Well, setelah menonton film ini saya jadi teringat film lama. Apakah ada yang kenal band Stillwater? Tidak? Saya juga. Sebelum nonton film Almost Famous. Stillwater adalah band angkatan Rolling Stones, band yang bagus yang sayangnya terpuruk sebelum menggapai kejayaan karena sebuah sebab, yang dalam film tersebut dituturkan dengan sudut pandang seorang remaja. Nah di Frank, sudut pandangnya seorang musician-wanna-be yang masih hijau. Soronprfbs, yang Jon sendiri tak bisa mengejanya terpuruk karena keegoisan anggota.

Dalam 5 atau 10 tahun ke depan saya yakin Frank akan jadi film Cult. Film aneh, yang sampai akhir apa yang ada dalam kepala Frank masih saja misterius. Namun sayangnya Frank tak mencapai harapan, anti-klimak. Karena (akan) seperti film musical tapi sayangnya tidak ada satu lagu pun yang nyangkut lama dalam ingatan.

Frank | Directed by: Lenny Abrahamson | Written by: Jon Ronson, Peter Straughan | Cast: |Michael Fassbender, Carla Azar, Domhnall Gleeson, Scott McNairy, Meggie Gyllenhaal | Skor: 3.5/5

Karawang, 150515 – Tanggal yang cantik