Filsafat Administrasi #9

“No training can develop a man, he must develop himself.”

Bagus. Kaget juga, untuk sebuah organisasi yang sudah umum itu ada ilmu khususnya. Dan disampaikan dengan sangat memikat. Yang paling mengena bagiku adalah bagian inti organisasi. Ada empat unsur: anggota, apa mau anggota? Pengurus, apa yang jadi sasaran pengurus yang ada dalam organisasi. Sinkron enggaknya tujuan anggota dan pengurus. Terakhir, kalau tidak sinkron apa yang harus dilakukan. Keempat unsur yang pas banget diterapkan di dunia yang hingar bingar perlu ditata. Terasa pas karena sekarang sedang mendapat mandat di koperasi, dan keempat unsur organisasi itu patut diterapkan.

Teori melimpah, bahkan menjadi penting rasanya kata ‘administrasi’ yang awalnya kuanggap biasa. Charles A. Beard, historikus politik bilang “Tidak ada satu hal untuk abad modern sekarang ini yang lebih penting dari administrasi. Kelangsungan hidup pemerintah yang beradab dan malahan kelangsungan hidup dari perabadan itu sendiri akan sangat tergantung atas kemampuan kita untuk membina dan mengembangkan suatu filsafat Administrasi yang mampu memecahkan masalah-masalah masyarakat modern.”

Administrasi dalam buku ini berarti keseluruhan proses kerjasama antara dua orang atau lebih yang didasarkan atas rasionalitas tertentu untuk mencapai tujuan yang telah ditentukan sebelumnya. Sederhananya, bila dua orang bekerja bersama-sama untuk menggulingkan sebuah batu yang tidak dapat digulingkan hanya oleh seorang di antara mereka, pada saat itulah administrasi telah ada. Manajemen adalah inti dari administrasi. Maka administasi lebih luas dari manajemen.

Dilihat dari fungsionalnya ada dua tugas utama, menentukan tujuan menyeluruh yang hendak dicapai (organizational goal), dan menentukan kebijaksanaan umum yang mengikat seluruh organiasasi (general and overall policies). Human relations merupakan inti dari kepemimpinan. Human relations adalah keseluruhan rangkaian hubungan, baik yang bersifat formal, antara atasan dan bawahan, atasan dengan atasan, serta bawahan dengan bawahan yang lain yang harus dibina dan dipelihara sedemikian rupa sehingga tercipta suatu teamwork dan suasana kerja yang intim dan harmonis dalam rangka pencapaian tujuan.

Dalam organisasi selalu ada tiga kelompok pimpinan: Top management, middle management, dan lower management.  Semakin tinggi kedudukan seseorang di dalam organisasi, ia semakin generalist. Sedang makin rendah makan kedudukannya specialist. Pemimpin yang dengan menggerakkan bawahannya selalu atau sering bersifat punitive tidak dapat dikatakan sebagai pemimpin yang baik. Pemimpin yang baik, tidak menganak-emaskan sesuatu bagian di dalam organisasi, menganak-tirikan yang lain.

Kalau belum punya pondasi kepemimpinan, tenang saja. Pengalaman akan menempa. Tidak ada seorang manusia pun yang serta-merta memiliki semua ciri ideal pemimpin ideal. Karena itu penting bagi seorang pemimpin untuk menganalisis diri sendiri untuk melihat ciri-ciri kepemimpinan apa yang telah dimiliki dan ciri-ciri apa yang perlu dikembangkan melalui pendidikan, baik formal atau informal. Dua belas ciri pemimpin keren: sehat, berpengetahuan luas, keyakinan, hakiki, stamina (daya kerja), gemar dan cepat mengambil keputusan, objektif, adil memperlakukan bawahan, menguasai prinsip IR, menguasai teknik komunikasi, mampu sebagai penasehat, dan mempunyai gambaran menyeluruh aspek organiasai. Setiap orang mampu menjadi pemimpin, bila diberi pendidikan dan pengalaman. Seorang pemimpin akan menjadi pemimpin karena ia telah dilahirkan dengan bakat-bakat kepemimpinan.

Sukses tidaknya seseorang menjalankan peranannya sebagai pemimpin akan sangat tergantung bukan pada ketrampilannya melakukan kegiatan operasional, tetapi akan dinilai tertutama dari kemampuannya mengambil keputusan. Pemimpin yang bersangkutan memiliki pengetahuan yang mendalam tentang dirinya sendiri, kekuatan-kekuatan dan kelemahan-kelemahannya, termasuk di dalamnya, kemampuan dan kemauan belajar terus-menerus.

Dalam proses pengambilan keputusan tidak ada hal terjadi secara kebetulan. Pengambilan keputusan tidak dapat dilakukan secara ‘asal jadi’ karena pelu pendekatan berdasar sistematika tertentu. Pemecahan tidak dapat dilakukan dengan hanya mencari ‘ilham’ atau dengan intuisi, akan tetapi juga perlu didasarkan kepada fakta yang terkumpul dengan sistemtika, terolah dengan baik, dan tersimpan secara teratur sehingga fakta-fakta/data itu sungguh-sungguh dapat dipercayai dan masih up to date.

Agar seseorang pemimpin dapat meramalkan reaksi, sikap dan tindak-tanduk para bawahannya dalam rangka pelaksanaan daripada sesuatu keptusan yang diambil, ia perlu mengetahui bagaimana pandangan para bawahan itu terhadap diri mereka sendiri. Dengan mensinkronkan tujuan dan kepentingan individu dalam organisasi.

Efektivitas pengambilan keputusan sangat tergantung atas cepat tidaknya informasi yang diperlukan dapat diambil dari tempat penyimpanan. Organisasi sebagai setiap bentuk persekutuan antara dua orang atau lebih yang bekerjasama untuk mencapai tujuan yang telah ditentukan dalam persekutuan tersebut.

Fakta penting yang harus digarisbawahi, sayangnya. Hiks, jika seorang pemimpin mengambil keputusan yang menggembirakan setiap orang, ada kemungkinan bahwa keputusan itu bukan merupakan keputusan yang baik. Oleh karena itu tugas mengambil keputusan bukan merupakan tugas yang enteng. Meminta nasehat staff untuk mempermudah proses pengambilan keputusan menjadi sangat penting. Staff yang mampu memberi ‘nasehat’ kepada atasannya mempunya nilai lebih.

Manusia pada dasarnya adalah makhluk yang egoistis padahal manusia mempunyai kemampuan-kemampuan terbatas, baik fisik, biologis maupun mental. William H. Whyte menyebut, manusia itu sebagai manusia organisasi.

Fungsi administrasi dan managemen: planning, organizing, commanding, coordinating, dan controlling. Pada hakikatnya rencana adalah suatu keputusan, maka polarisasi pemikiran yang cenderung untuk memisahkan proses perencanaan dan proses pelaksanaan tidak boleh terjadi. Charles F. Kettering, industrial Amerika pernah bilang sesuatu masalah yang hakikatnya telah diketahui telah separuh terpecahkan.

Baru tahu sistem 5W1H itu dicetuskan oleh Penulis favotiku dari Inggris. Rudyard Kipling pernah bilang bahwa dalam hidupnya ia mempunyai enam pelayan yang baik bernama: What, Where, When, How, Who, dan Why. Atau ini penegasan saja?

Setiap bentuk persekutuan antara dua orang atau lebih yang bekerjasama untuk suatu tujuan besama dan terikat secara formal dalam persekutuan mana selalu terdapat hubungan antara seorang/sekelompok orang yang disebur pimpinan dan seorang/kelomok orang lain yang disebut bawahan.

Manusia sebagai makhluk hidup bersedia memberikan yang terbaik pada dirinya, waktunya, tenaganya, keahliannya dan ketrampilannya apabila ia diyakinkan bahwa ia akan diberi balas jasa yang setimpal dengan jasa-jasa yang diberikan. Quid pro Qua yang artinya Sesuatu untuk sesuatu, atau dalam pepatah kita, “Ada ubi ada talas, ada budi ada balas.”

Abraham Maslow dalam teorinya, ada lima tingkatan kebutuhan: 1) kebutuhan fisiologis (sandang, pangan papan), 2) kebutuhan keamanan (kemanan jiwa dan harta), 3) kebutuhan sosial (perasan diterima, dihormati, maju, dan ikut serta), 4) kebutuhan akan prestise (esteem needs), 5) kebutuhan mempertinggi kapasitas kerja.

Perencanaan dan pengawasan merupakan kedua belahan mata uang yang sama, bahwa tanpa rencana pengawasan tidak mungkin dilakukan karena tidak ada pedoman untuk melakukan pengawasa. Sebaliknya, rencana tanpa pengawasan akan timbul penyimpangan-penyimpangan.

Well, ini tentang sistem. Kata ‘filsafat’ di dalam judul tak bohong. Bahasannya lugas, walaupun penulis banyak menukil sumber, dengan daftar pustaka yang banyak, tapi ini jelas sungguh buku yang bervitamin. Sebagai IR saya banyak menemukan teori-teori yang menunjang pekerjaan. Yang jelas, setelah baca buku ini, saya tak memandang sambil lalu kata ‘administrasi’. Dan, kalian harusnya juga.

Filsafat Administrasi | by Dr. Sondang P. Siagian M.P.A., Ph.D. | Penerbit Gunung Agung – Jakarta | 1970 | Cetakan keduabelas, tahun 1983 | Penata wajah AMA | Pencetak Percetakan Offset Sapdodadi, Jakarta | Skor: 4/5

Karawang, 090622 – Westlife – You Raise Me Up

Thx to Lumbung Buku, Bandung

#30HariMenulis #ReviewBuku #9 #Juni2022

Kemungkinan yang Tak Terbatas


Firebelly by J.C. Michaels


Aku tetap berada di rumput sampai kesejukan pagi membangunkanku. Ketika aku sedikit bergerak, aku merasakan tanah yang kering pecah di kulitku…”


Kadang-kadang kehidupan kita dibelokkan oleh sesuatu yang begitu sederhana dan begitu tidak penting seperti seekor katak. Buku ini lebih bagus penjelasan di kata pengantar dan lampiran tentang eksistensialime-nya ketimbang isi utamanya. Mencoba filsafat, sang katak malah mengantar pembaca menguap bosan dengan berbagai pilihan hidup. Bagaimana sebuah pertanyaan sederhana dapat menyebabkan timbulnya masalah besar. Adalah pemicunya, dari sang katak tua, si katak muda lantas mengalami petualangan hebat. Mereka memandang kehidupan dengan tergopoh-gopoh dan merasa telah menemukan sesuatu. Ludwig Wittgenstein menulis sebuah buku yang sangat kecil di mana dia menyatakan bahwa batasan bahasa adalah batasan dari apa yang dapat kita ketahui dan kita sampaikan pada orang lain. Jika kita punya kata-kata untuk menggambarkan sebuah pengalaman, pengalaman itu akan lenyap dan tidak dapat dimiliki orang lain.


Biasanya terbitan Serambi menjamin kualitas, terjemahan pilihan dari novel-novel bermutu. Maka, walau saya tak paham ini tentang apa dan siapa, karena terbitan Serambi aja saya putuskan beli. Ternyata ada yang kurang bagus. Novel ini lemah dalam bercerita, tentang katak bunting yang banyak bertanya tentang kehidupan, semesta metamorphosis sampai rasa penasaran bila keluar dari zona nyaman apa yang akan terjadi. Umum, menggurui, lantas masalah yang disodorkan terlampau biasa, konfliks sederhana, tak berbahaya, atau dalam satu kata: datar.


Descartes mengemukakan argumen bahwa karena persepsi-persepsi kita bisa diperdaya atau tidak akurat, kepastian dan pengetahuan sejati hanya bisa datang kalau kita mengabaikan panca indra kita dan bergantung pada pemikiran dan penalaran.


Katak itu bernama Mising Pieces (PC) – potongan yang hilang, sebab dua kakinya buntung. Ia terlahir sebagai Firebelly, si perut api di sebuah danau, tempat liar. Semasa masih embrio, ia tumbuh menuju kehidupan, bermetamorfosis, yang lantas mengantarnya pada kerasnya kenyataan.


Ia mendapat banyak petuah dari kata tua, bahwa hidup ini misteri. Penderitaan adalah awal mula kesadaran. Apakah setiap tindakan dan keyakinan adalah hasil dari beberapa sel saraf yang membakar di dalam otak kita? Apakah ada kekuatan tak terhingga yang bekerja membentuk siapa dirinya, lama sebelum ia terlahir. Waktu akan menyembuhkan apapun yang mengganggunya, dan luka apapun yang terbentuk sekarang.


Nah suatu hari, ia kena jaring. Bersama binatang lainnya, ia lalu ditaruh di toko peliharaan. Daerah yang berisik karena bersama binatang lain, salah satunya adalah ular. Predator kaum mereka. Salah satu contoh hewan lalat jenis Ephemerids yang hidup singkat adalah , jenis lalat yang hidup hanya sehari.


Dari sinilah, kisah lalu melalangbuana liar. Ia dibeli oleh remaja putri Caroline, orangtuanya bercerai, ia hidup sama ayahnya. Ia bernama PC, dan hidup dalam limpahan kasih sayang. Di tempatkan di akuarium, di kamar yang sejuk, dengan makanan jangkrik yang terjamin rutin. Ia bahagia.


Lantas suatu hari sang ayah akan keluar negeri, ke negeri jauh di Asia. Pergi ke negeri-negeri jauh dan menunggang unta melintasi gunung pasir yang angin. Maka Caroline diantar ke rumah ibunya, PC dibawa dan ditempatkan di jok belakang, sayangnya penampung itu terbuka, ia memiliki kesempatan bebas. Apakah impian petualangan liar yang dikisahkan pak tua itu worth it dilakukan, atau ia nyaman saja sama Caroline? Kembimbangan, dan segala kemungkinan ditimbang. “Berpikir dapat menimbulkan banyak kesulitan.”


Rasa penasaran mengantarnya, keluar. Hippocrates bilang, “Kehidupan ini singkat, kesenian berumur panjang, kesempatan cepat berlalu.” Ia bersembunyi di kolong tempat duduk mobil, ia menikmati kesunyian, kesabaran, dan momen merdeka yang absurd. Bukankah ini yang inginkan selama ini? kembali kea lam liar, menikmati semburan matahari bersama saudara-saudaranya, walau ancaman ular atau predator lain menghadang. “Aku terkutuk untuk bebas…”


Kita diperkenalkan dengan keluarga baru, seorang remaja bermasalah bernama Claire. Ia mendapat konseling oleh guru BP-nya Pak Levante. Dan takdir mempertemukan mereka. Keduanya bermasalah, tapi nasib makhluk hidup memang dinamis ‘kan?! “Yang penting adalah mengembangkan harga diri dan kebahagiaan sehingga kita bisa menghadapi tantangan hidup…”


Dalam salah satu sesi penyuluhan. Di antara ruang yang memisahkan, ada kesunyian yang menggelisahkan. Claire komplain, Bapak selalu mencari hal yang sama, dengan sudut pandang yang sama, dan menemukan solusi yang sama – tanpa menghiraukan siapa yang duduk di kursi ini. “Kita hidup bahagia dan senang sampai sesuatu membuat kita sedikit merasa tidak enak dan sakit, sampai kita menyadari ada akhir pada setiap kehidupan…”


Semua orang memberikan alasan dan penjelasan tentang kelakuan Claire, tapi kemudian dia melakukan sesuatu yang menghancurkan optimism semua orang.


Awan telah menghitam dan menyebar di langit seolah-seolah menutupi dunia dalam warna kelabu yang samar-samar. Dunia luar memanggilnya dengan janjinya akan keliaran dan petualangan, mengajaknya dengan kemungkinan mengenai kehebatan dan kemegahan. Tidak ada cahaya pemahaman yang bisa diterima semua orang. Yang ada hanyalah kesadaran Claire bahwa dia tidak bisa kembali pada kesenangan masa kecil.


Kehidupan penuh dengan tepi-tepi yang kasar. Kehidupan adalah perjalanan luar biasa menuju wilayah tak dikenal. Kita hanya menggunakan kiasan dan analogi untuk menggambarkan perjalanan waktu. Objek yang ditangkap indra kita sama; persepsi kitalah yang berubah seiring bergesernya cahaya dan bayang-bayang. “Kamu tidak pernah berubah, dan itulah alasan aku menyukai kamu ada di sini. Kamu sama seperti dulu, sama seperti ketika aku masih kecil…”


Kita selalu melihat ke belakang. Benar, kan? Tepi itu tidak pernah menjemukan dan selalu menarik. “Aku berbicara seperti seorang penyair karena… yah.. karena aku berusaha untuk tidak memberitahumu tentang tepi yang kasar dalam kehidupanku..”


Berikutnya adalah lampiran tentang keberadaan, bagus banget penjelasannya. Beberapa kutipan beberapa filsuf. Gagasan mengenai keberadaan. Novel ini menitikberatkan pada eksistensialisme. Salah duanya adalah tokoh yang terkenal akan teori ini adalah Jean-Paul Sartre, bukunya Being and Nothingless dan Martin Heidegger, bukunya Being and Time.


Hal-hal besar terjadi di sekitar kita sepanjang waktu, hal-hal besar yang berlalu tanpa kita sadari atau yang kita abaikan, cerita-cerita besar yang tenggelam dalam rajutan kisah dunia, dan hanya bagian-bagian kecilnya yang kita lihat dan kita kenal.


Dalam Notes from Underground, Dostoyevsky melukiskan seorang anti-hero yang ingin menjadi lawan dari hal-hal yang rasional, dapat dimengerti, dan bermanfaat… dia ingin menciptakan ketidakteraturan dan kekacauan sebanyak-banyaknya.


Sartre dalam Nausea, “Apa yang kulakukan sekarang akan menciptakan siapa aku nanti.”


Nama resminya adalah firebelly toad, atau dalam bahasa Indonesia kodok perut api, dan memang lazim ditemukan di toko hewan peliharaan karena warnanya yang unik sehingga menarik dilihat, dan juga mudah dalam perawatannya.


Ini adalah buku pertama J.C. Michaels, dan rasanya sudah bisa bilang bye andai ketemu karya lain. Mengingatkanku pada nama besar Paulo Coelho yang isinya petuah, menggurui, menasehati di mana cerita utama sejatinya hanya tempelan. “… Aku ingin tahu berapa banyak bagian hidupku yang hanya sebuah mimpi… jika aku bisa menjadi orang lain, hanya untuk sesaat, banyak sekali yang akan kupahami.”


Apa yang tersisa kalau Anda menyingkirkan warna, ukuran, bentuk, tekstur, dan baunya? Apa yang tersisa ketika Anda menyingkirkan emosi dan perasaan, rekaan dan gagasan fantastis? Ketika semua yang bisa Anda sebutkan hilang dan disingkirkan dari kehidupan, apa yang tersisa?” Sartre menjawab: keberadaan.


Firebelly | by J.C. Michaels | Diterjemahkan dari terbitan Philograph, Inc, Boston, 2007 | Penerjemah Rahmani Astuti | Penyunting M. Sidik Nugraha | Pemeriksa aksara Eldani | Pewajah isi Siti Qomariyah | Penerbit Serambi Ilmu Semesta | Cetakan pertama, September 2010 | ISBN 978-979-024-203-6 | cover gilang-iggrafix | Skor: 3/5


Untuk Julia,


Karawang, 050921 – Take Over Band X John Paul Ivan – Cuma Kamu


Thx to Derson, Jkt

14 Best Books 2020 – Non Fiksi

Meskipun sudah berusaha untuk tidak salah mengerti pemikiran dasar Anthony Giddens, saya tetap jauh dari keyakinan bahwa saya tidak keliru memahaminya yang begitu luas memang bagaikan mengejar kawanan gejala modernitas yang selalu berlarian tunggang-langgang.”Anthony Giddens: Suatu Pengantar (B. Herry Priyono).

Mulai tahun ini saya buat terbaik-terbaik dalam dua kategori sebab buku-buku yang kubaca mulai berimbang genre, fiksi/non fiksi, kategori apapun kulahap. Sebelum merekap baca 2020, sudah saya sarikan terbaik fiksi di sini. Total ada 38 buku non fiksi yang kunikmati. Kusaring dengan mudah menjadi 21 buku, lalu dipadatkan dengan mudah pula menjadi angka sakral 14. Kenapa kubilang lebih mudah, sebab non-fiksi dan perjalanan menyusun best books adalah mainan baru, dan mainan itu tak lebih dari 50.

Dari kumpulan teori sastra sampai cara-cara menulis yang kreatif, dari segala harapan dan ke-ambyaran-nya sampai dunia sufi yang misterius, dari bualan dan kebenaran menyemai tulisan sampai cerita musim panas di Aljazair, dari tuturan bahasa yang rumit sampai teori penelitian sastra, dari seorang CEO iklan ternama sampai teori humanistik. Tahun yang sangat berwarna, semua genre disikat.

Berikut daftar buku non-fiksi terbaik yang kubaca tahun 2020 versi LBP – Lazione Budy Poncowirejo:

#14. Confesions Of An Advertising Man by David Ogilvy (Pustaka Tangga) – 1963

Semakin banyak informasi dalam iklan Anda, semakin persuasif iklan itu jadinya. Buku bagus. Sungguh menyenangkan menyantap ujaran-ujaran baik bagaimana beriklan dengan baik dan menyenangkan. Saking seringnya kalimat ini diucapkan seolah menjadi jargon, “Anda tidak dapat memaksa orang untuk membayar produk Anda; Anda hanya dapat membuat mereka agar tertarik membelinya.”

Selama ini kita dijejali iklan di berbagai sudut ruang dan platform, kita tak tahu bagaimana detail iklan itu dicipta. Di sini banyak hal dikupas, dari negosiasi, tata kelolanya, sampai iklan itu tampil. Dibuat oleh orang yang sangat kompeten, Pengakuan Orang Iklan jelas disampaikan berdasarkan pengalaman pahit manisnya. Lebih seperti memoar, tapi lebih banyak menyorot profesinya, sungguh beruntung saya mendapatkan buku ini di masa yang tepat. Ketika saya menulisnya, orang-orang periklanan masih berkiblat pada Madison Avenue sebagaimana kaum muslim berkiblat ke Mekkah. Sekarang banyak agen-agen periklanan Amerika berkiblat ke London.

#13. Creative Writing by A.S. Laksana (Banana) – 2020

Banyak buku menyaji tips-tips menulis, saya baru baca 4-5 buku, termasuk ini. Sebelum menikmati, jargon Penulis Stephen King selalu kupegang, kuncinya satu: “Tulis, tulis, tulis.” Karena hanya mantra itu yang cocok untuk menjadi penulis. Action menulis adalah langkah utama yang tak bisa dibantah, setiap kali menikmati tata-cara entah namanya apa, termasuk saat menikmati Creative Writing. Lalu latihan terus menerus yang akan mengasahnya. Seperti pemain bola yang pandai bikin gol, itu tak serta merta, itu butuh latihan yang keras, ditempa dengan darah dan keringat. Menurut William Blake, penyair Inggris hasrat saja tanpa ada tindakan akan membiakkan penyakit. Oke, menulislah sekarang juga. Dan ‘menulislah yang buruk’. Beberapa tips usang, beberapa terasa baru.

Berisi 24 tips, dengan berbagai level nasihat. Dari yang dasar sekali, bagaimana keinginan yang kuat dan niat yang level dewa tak akan jadi tulisan nyata jika tak praktek, tak action. Sampai level intermediate yang menanamkan efektivitas kata, penggunaan diksi yang pas, sampai cara-cara mencipta metafora. Dituturkan oleh penulis yang terbukti sudah mencipta karya bagus, saya sudah baca dua bukunya kumpulan cerpen: Bidadari Mengembara, dan Murjangkung. Sudah pengalaman mengajar jua di Jakarta School. Jadi rasanya terasa sekali sharing pengalaman.

Penulis Denmark Isak Dinesen (1885-1962) berujar ke Paris Review, “Mula-mula saya merasakan dorongan kuat untuk menulis sebuah cerita. Kemudian datanglah karakter-karakter, dan merekalah yang membangun cerita. Dari gerak karakter-karakter itulah, muncul plot.”

#12. Metodologi Penelitian Sastra by Suwardi Indraswara (Medpress) – 2003

Penelitian, kritik, resensi, dan esai sastra seluruhnya bermuara pada upaya memahami karya sastra secara komprehansif. Buku yang sangat bervitamin. Yang suka sastra wajib melahapnya, benar-benar melimpah ruah nustrisinya. Megap-megap bacanya. Beruntung saya sudah berpengalaman membaca ribuan karya sastra sehingga langsung klik atas segala teori penelitian, seolah dengan membacanya saya mendapat ajaran teori yang berfungsi meluruskan hal-hal yang selama ini abu-abu. Penelitian yang mengikuti proses verifikasi melalui pengukuran dan analisis yang dikualifikasikan, menggunakan data statistik model matematika, sedangkan penelitian kualifikatif dilakukan dengan tidak mengutamakan angka-angka, tetapi mengutamakan kedalaman penghayatan terhadap interaksi antar konsep yang sedang dikaji secara empiris.

Memang belum ada pedoman khusus penulisan resensi sastra dengan baik. Satu cabang penelitian yang unik adalah Feminisme, dan kalau ngomongin ini selalu ingat pepatah Jawa yang terkenal: ‘perempuan adalah swarga nunut nraka katut.’

#11. Cerita, Bualan, Kebenaran by Mahfud Ikhwan (Tanda Baca) – 2020

Lucu, ironi, dan poin pentingnya eheemmmm…. tidak sombong. Tentang betapa merasa benar sangat tipis jaraknya dengan kesombongan. Biasanya saya manggil pria di blog ini dengan sebutan Bung untuk segala usia, tapi karema kita berteman di facebook dan sebagian besar sobat Dawuk memanggilnya Cak, saya turut serta di mayoritas itu. Untuk manusia penerima penghargaan Sastra tertinggi di tanah air, bahkan menyandingkan piala dari Dewan Kesenian Jakarta (DKJ) dan Kusala Sastra Khatulistiwa (KSK), Cak Mahfud terbaca humble. Bayangkan, dua dari tiga novelnya menang! Wow banget ‘kan.

Ini buku tentang curhatnya, pengalaman menulis yang disarikan dalam warta asyik sekali. “Saya menulis apa yang saya tahu, saya pahami, dan saya kuasai.”

#10. Bagaimana Aku Menjadi Penulis by Gabriel Garcia Marquez (Circa) – 2019

Kumpulan esai penulis nomor satu di daftar novel terbaik LBP. Seru sekali membaca curhatan Penulis favorit, seperti saat pertama kalinya melihat dan menyapa dari jarak jauh penulis idola beliau: Ernest Hemingway di Paris. Sekadar teriak woooy… dibalas lambaian tangan saja, sudah bikin hepi. Bayangkan, suatu saat ketemu Seno Gumira Ajidarma lalu diajungi jempol. Hahaha… sedemikian bagus sampai-sampai hal biasa tampak menyenangkan. Atau cerita beliau ketika melakukan wawancara di udara, terdengar menarik sekali, sang narasumber punya waktu sempit, penulis harus menyesuaikan. Terutama sekali cerita beliau saat proses menulis buku paling fenomenalnya, ‘Seratus Tahun Kesunyian. Mematikan karakter favorit membuatnya menangis tersedu-sedu dalam pelukan istri, betapa mendalam perasaan Sang Penulis terhadap tokoh rekaannya. Dan fakta bahwa ia tak suka fantasi karena segala yang ‘ngawang-awang’ terasa palsu. Jadi semua buku beliau berdasar semacam rekonstruksi kehidupan, tak ada unsur fantasi? Yup, termasuk adegan dramatis ruh yang terbang? Ya. Itu berdasarkan mimpi, ia mengelola sebuah mimpi menjadi adegan yang terlihat nyata. Hhhmmm… menariq.

Berisi delapan tulisan yang diambil dari berbagai sumber. Circa mengumpulkan tulisan berserak lalu membundle-nya dalam buku ini. Dan nasihat utamanya buat para penulis: “Satu-satunya saran adalah terus menulis dan melanjutkan menulis.”

#9. Pandemic! COVID-19 Shakes the World by Slavoj Zizek (Independen) – 2020

Buku tipis yang padat nasihat, atau setidaknya informatif karena kesimpulan akhir kembali ke pribadi. Untuk kelangsungan hidup, umat manusia dalam peranannya bertahan dari gempuran penyakit, musibah, atau petaka lain. Virus bukan musuh yang mencoba untuk menghancurkan kita – ia hanya mereproduksi-diri dengan otomatisme buta. Kukira judulnya Panik!, ternyata ada huruf ‘dem’ di insert ‘I’ sehingga jadi Pandemik! Termasuk buku terbitan luar update, aslinya dari OR Books yang terbit tahun ini. Makanya sungguh beruntung kita hidup di era digital, menikmati karya bisa dalam waktu rentang bentar dari aslinya! Kita memperlakukan alam semesta sekadar sebagai mitra dalam komunikasi.
Dampak nyata di depan kita adalah ekonomi, banyak sektor terpuruk. Pekerjaan yang membutuhkan perjalanan, kumpul-kumpul, atau potensi memunculkan potensi penularan dipenggal seketika.

#8. Discourse on Method by Rene Descartes (IRCiS0D) – 1626

Buku pertama Rene Descartes yang kubaca, filsuf dan matematikawan Prancis, yang sering disebut sebagai Bapak Filsafat dan Matematika Modern. Riwayat hidupnya tentu sudah sering kita lihat di berbagai literasi, terutama filsafat. Dari Buku Diskusus dan Metode ini, kita mendapati pemikiran beliau yang menarik, alasan-alasan menulis sampai semacam menyelamatkan kebenaran. Di atas sesuatu yang demikian rapuh, tidak mungkin dibangun sesuatu yang kokoh. Terdiri atas enam bagian yang panjang.
Rene muda bermimpi tiga kali berturut-turut dan bersambungan. “Quad vitae sektabor iter?” – “Hidup apa yang akan kau ikuti?”

#7. Everything is F*cked by Mark Manson (Grasindo) – 2019 | Bagian 1 | Bagian 2

Setelah heboh dengan debut Sebuah Seni Bersikap Bodo Amat, Mark Manson melanjutkan buku motivasi yang terasa lebih rapi dan tak meletup-letup. Lebih bagus, dan syahdu. Ini blogger yang menjelma motivator, yang masih bodo amat sama keadaan yang menanungi. Sungguh beruntung saya membacanya berselang tak lama setelah alih bahasa. Harapan dan keambyaran, kombinasi keren dalam rangkaian hidup yang fana ini. Tulisan yang bagus adalah tulisan yang mampu berbicara dan merangsang kedua otak pada saat yang sama.

Formula Kemanusiaan berbunyi, “Bertindaklah dengan mendudukan kemanusiaan, senantiasa sebagai tujuan, bukan hanya sebagai sarana.”

#6. Summer by Albert Camus (Liris) – 1954

Menulis esai tentang kehidupan sehari-hari di tempat beliau tumbuh kembang. Terlahir di Aljazair, tulisan dalam Summer bercerita tentang kehidupan Camus di sana. Keseharian dan kewajaran yang manusiawi.
Secara garis besar, Camus memainkan majas personifikasi, membaurnya dalam puisi yang naratif, memancing tanya pembaca dalam spekulasi, membawa serta mitos Yunani, kehidupan sederhana Afrika Utara tampak dalam padang gersang. Matahari, musim panas, hingga bicara cuaca menjadi asyik rasanya bila disampaikan oleh sang Penulis. Jelas, ini salah satu kumpulan tulisan hebat, sangat worth it untuk dinikmati penggemar sastra. Bukan, lebih baik saya sebut bagi semua orang. Tak perlu kotak-kotak untuk dapat melahap nikmati Summer (Finn).

Perkataan Klestakoff: “Kita harus terlibat dalam hal-hal yang lebih bernilai.”

#5. Teori Kepribadian Rollo May by Ina Sastrowardoyo (Balai Pustaka) – 1991

Rollo May sangat menekankan eksistensi pribadi manusia. Cita-cita bukanlah murni keinginan sendiri, melainkan yang diperoleh dari orang lain; orang tua, atasan, guru dan pandangan umum lainnya. “Saya hanya merupakan suatu koleksi cermin, yang memantulkan keinginan orang lain.” Keadaan luar itu hanya merupakan gejala dari apa yang tersembunyi di bawah permukaan kehidupan bersama seluruh masyarakat.
May berujar bahwa konseling merupakan seni, yang dapat dikembangkan lebih besar dari seni lain misalnya melukis atau seni musik. Orang yang memandang objek seni, bahkan dapat mengidentifisir dirinya dengan objek seni itu.

#4. Pengarang Tidak Mati by Maman S. Mahayana (Nuansa Cendikia) – 2012

Buku yang keren banget. Jelas ditulis dengan telaah mendalam, ditulis oleh orang yang berkecimpung di bidangnya. Dibagi dalam tiga bagian panjang, dengan dua lampiran tulisan dari Michel Foucault dan Roland Barthes. Kata Ernst Cassirer, sastra sekadar berfungsi mimetis, peniruan atas segala yang terjadi dalam kehidupan manusia. Produk budaya sebuah komunitas.
Membaca karya sastra sebagai kegiatan membuang-buang waktu. Mereka membaca karya sastra dicap sebagai pemalas. Inilah pandangan sebagian besar masyarakat kita mengenai profesi sastrawan dan memperlakukan karya sastra sebagai karya tidak mendatangkan manfaat apa-apa. Buku yang padat sekali teori kesusastraan Indonesia. Ditelaah dari sastra mula Nasional sampai yang terbaru (ketika buku terbit). Tajam dan menyenangkan. Ditulis oleh seorang yang sudah expert di bidang sastra: Munsyi sastra dan kritikus. Sebuah produk kreativitas berupa tulisan, abadi tak lekang ditelan zaman, tak punah dilindas usia.

Kreativitas harus menjadi tanda perubahan mentalitas yang sangat berarti dalam diri makhluk manusia. Para pencipta adalah kaum yang lebih tinggi.” Kata Nietzsche.

#3. Serendipities: Language and Lunacy by Umberto Eco (Circa) – 1998

Buku pertama Umberto Eco yang kubaca ini sangat cantik dan liar. Teori bahasa dalam tampilan lugas nan istimewa. Teori-teorinya, gagasannya, analisisnya. Jos banget. Klasik, jadul, memikat. Santo Thomas dalam Queaestio Quodlibet alias XII, 14 menyatakan ‘utrum veritas sit fortiori inter vinum et regem et mulierem’ yang memunculkan pertanyaan mengenai mana yang lebih kuat, lebih meyakinkan, dan lebih membatasi: kekuasaan raja, pengaruh anggur, pesona wanita, atau kekuatan kebenaran? Jawaban Aquinas halus dan fasih: anggur, raja, wanita, dan kebenaran tidak dapat dibandingkan mereka tidak dalam kategori yang sama. Semuanya dapat menggerakkan hati manusia untuk melakukan tindakan tertentu. Keren ya jawaban filsuf ini,
Apa yang disebut kemurahan hati dalam perhatian mereka lebih menyerupai permainan yang dimainkan anjing dan tikus.”

#2. Theory of Literature by Rene Wellek & Austin Warren (GPU) – 1977

Seperti inilah sebuah teori harus ditulis. Detail, cocok buat kaum awam, akan merasuk pula untuk para expert. Terbagi dalam dua khazanah pendekatan utama: Pendekatan ekstrinsik yakni pendekatan yang mengait karya sastra dengan bidang lain (psikologi, masyarakat, biografi), dan instrinsik, yakni pendekatan dengan mengkhususkan diri pada unsur-unsur kritik sastra, teori, sejarah, sastra nasional, sastra perbandingan, dst. Bagi saya yang awam, ini sungguh mengasyikkan. Saking melimpahnya vitamin yang disajikan, saya baca perlahan, baca ulang di banyak bagian, takut terlewat, dan kalau sudah nemu buku semacam ini, jelas laik dikoleksi, dibaca ulang di lain hari, dijadikan rujukan. Jelas ini buku panduan kesusastraan yang istimewa.
Sastra terbuka untuk dinilai semua orang, tetapi ‘semua’ di sini dibatasi untuk ‘semua penilai yang kompeten.’

#1. Mystical Dimension of Islam by Annemarie Schimmel (Pustaka Firdaus) – 1975

Seseorang bertanya kepada Abu Hafs: “Siapakah sufi?” Ia menjawab: “Seorang sufi tidak bertanya siapa sufi.” Sebagai buku penutup tahun, buku 500 halaman yang padat dan penuh perenungan. Saya tak mengenal tasawuf, jelas ini barang baru. Saya tak mengenal Annemarie Schimmel, sebelum memutuskan beli, saya sudah tanya ke grup buku dan serentak sepakat orang hebat dari Jerman, maka ini pengalaman pertamanya yang menakjubkan, akan ada buku-buku beliau yang akan kubaca. Sudah antri.

Kadang-kadang kebenaran mengetuk hatiku selama empat puluh hari, tetapi aku tidak mengizinkannya masuk kecuali kalau ia membawa dua saksi. Quran dan hadis Nabi.”

Karawang, 070121 – Bill Withers – Soul Shadow

#Oktober2020 Baca

“Manusia yang berpikir bukan otaknya.” – Kata Straus (1963)

Bulan santai pasca KSK, secara kuantitas tetap saja melaju di angka belasan. Yang paling sulit memang The Constant Gardener berisi lima ratus lima puluh halaman, ukuran lebar dan topiknya rumit. Heart of Darkness kumasukkan giveaway, jadi setelah baca langsung kulepas. KSK ada dua buku, keduanya tersingkir dari daftar pendek jadi dibaca santai yang ternyata malah bagus banget keduanya. Sedang menikmati buku-buku psikologi dan filsafat, dan kumpulan esai. Oh iya, jangan lupa beberapa buku lama kubaca ulang, terutama yang belum kuulas jadi untuk mengetiknya, saya butuh refresh.

Menyenangkan sekali bukan, menikmati buku dan menceritakan keseruannya dalam blog?

#1. Heart of Darkness Joseph Conrad

Ini tentang perjalanan ke belantara Afrika dengan rute sungai. Penuh perjuangan sebab di prosesnya mendapat serangan dari suku pedalaman. Menuju Tuan Kurtz yang kejam, sekaligus dipuja oleh Pemerintahan Belgia. Menuju jantung kegelapan, tentang kolonialisme di Kongo, tentang penjualan gading.

Bernarasi kalimat langsung, jadi sang tokoh Aku menceritakan kepada para awak kapal, pengalamannya selama perjalanan. Sebagai nahkoda dalam misi menjelajah ke Congo, sebagai wilayah jajahan Belgia. Nah, selama air mengalir mengantar mereka itulah kita disuguhi sisi gelap manusia. Kolonialisme, pemaksaan kehendak demi kepentingan para penjajah, penjualan gelap gading gajah, korupsi, hingga perilaku manusia dalam sisi hitam. Memudiki sungai ini bagaikan melakukan perjalanan kembali ke masa paling awal dunia ini, ketika vegetasi bersuka-ria di bumi dan pepohonan besar bak raja-raja.

Aku melihatnya, aku mendengarnya. Aku melihat misteri tak terpahami dari satu jiwa yang tak mengenal batasan, keyakinan, dan ketakutan, namun masih berjuang membabi buta mengasai dirinya…”

#2. Makan Siang OktaNurul Hanafi

Saya suka sekali film A Ghost Story yang menampakkan ‘hantu’ yang bosan menapaki waktu di tempat yang sama untuk rentang kisah acak. Saya juga suka sekali Buried yang membuat Ryan Reynolds terkubur satu setengah jam dalam peti, yang otomatis sepanjang film penonton turut sesak. Saya juga suka sekali Locke, filmnya tentang Ivan Locke ngomong sendiri di mobil via telpon, ia berkendara dan meramu kejadian di sekelilingnya jadi syahdu. Nah, di Makan Siang Okta kita mendapat sisi minimalis itu. Sungguh jantan dan menarik. Kalian diminta untuk terus menyimak dialog sampai bosan. Terimalah kebosanan itu. Peluklah kebosanan itu, cintailah kebosanan itu.

Ini kisah sederhana, sebuah kunjungan anak SD ke teman sekelasnya untuk meminjam buku, yang nantinya kita tahu hanyalah alibi. Kedatangan ini memang tak memerlu konfirmasi sebab Okta, gadis itu juga tidak tahu ia bakalan datang, saat Tendy tiba ia sedang makan siang. Kau hampir sama sekali tak tahu bahwa ikan bandeng, sepatu selop, seuntai kalung, dan sebuah buku cerita benar-benar telah tampil sia-sia jika dibandingkan dengan keanehan dia yang memiliki semua barang itu sekaligus. Adegan sepanjang buku akan berkutat di situ. Setelah berputar-putar dalam dialog dan ‘dialog’ dalam kepala Tendy, kita bertemu ibunya Okta yang sedang mengupas kentang, turut sertalah beliau dalam belitan kisah. Tokoh nyata hanya bertiga, walau dalam percakapan menyinggung nama-nama lain seperti teman sekolah atau teman masa kecil ibu, tapi tetaplah tokoh Makan Siang hanya bertiga. Sekolah tidak mengajarkan cara menghabiskan waktu siang yang baik bersama seorang teman laki-laki. Maka muncullah buku panduan ini. Haha…

Karena aku menganggapnya paling cantik sekelas.”

#3. Kiat Bermain SahamSurono Subekti

Secara ekstrem saham dibagi menjadi dua, saham fundamental dan saham kucing kurap. Di era itu belum dikenal saham gorengan kali ya. Justru ketika baca saham kucing kurap rada aneh. Hehe… Faktor judi di saham kucing kurap itu sangat besar, disebut kucing kurap karena diusahakan setelah dipegang segera dilepas begitu ada kesempatan. Sedang saham fundamental, bisa disimpan bertahun-tahun di lemari besi, bahkan seumur hidup sampai pensiun kalau mau.

Pengalaman adalah guru terbaik, lapangan adalah guru terbaik. Saya sudah main saham hampir dua tahun, Alhamdulillah sudah positif, sudah untung. Sejatinya ingin jadi investor, tapi tiap minggu/bulan pas lihat grafik hijau, tangan ini gatal buat jual, akhirnya yo wes yang warna hijau berkali-kali kujual buat kuputar. Sampai-sampai berpikir, ini kok cari duit sederhana dan gampang ya? Cuma tanam duit, pilih saham bagus, diamkan, sebulan dua bulan dicek udah untung. Wew… kenapa ga dari dulu pas masih lajang sih. Hiks. Namun nggak papa terlambat, masih bisa kok nabung saham. Terus bergerak dan belajar. Termasuk baca buku saham dari yang jadul (seperti buku ini – buku kedua saham yang selesai kubaca setelah Simple Stories for Simple Investor) sampai baca buku saham terbitan baru, saya lahap semuanya. Beberapa buku pinjam, beberapa beli sudah di rak. Saya adalah pembaca yang rakus.

Jadikan bermain saham sebagai hobi. Memilih saham sama seperti memilih orang. Salah satu alasan membeli saham adalah membeli masa depan perusahaan.

#4. Apa yang Harus Saya Lakukan? Drs. R.I. Suhartin

Buku konseling remaja yang bervitamin sekali. Keren! Jadi tahu curhat dan jawaban pakar masalah-masalah pergaulan tahun 1980-an. Buku ini berisi lima permasalahan utama, yang dibagi lagi dalam tanya-jawab satu arah 47 poin, kecuali ada dua pertanyaan dari orang yang sama. Merupakan kumpulan tulisan dalam Rubrik Pendidikan di suratkabar Berita Buana. Sangat menarik, bagaimana remaja kala itu menghadapi problematika yang rasanya relatif masih sama dengan era sekarang, minus gadget dan kebebasan bersuara. Related. Permasalahan remaja, tak jauh dari cinta, keluarga, dan peningnya belajar. Cinta kala itupun sudah mengarah ke seks yang tentu saja tabu untuk dibicarakan.

Jawaban-jawaban yang diberikan sangat lugas, bagus sekali, enak dibaca. Terlihat sekali direspon dari orang bijak yang berpengalaman mendidik dan mengalami pasang surut kehidupan. Seperti opsi, yang utama membahagiakan orang tua atau pribadi? Ketidakmampuan memenuhi kemauan orang tua tidaklah menjadi soal, yang pokok adalah Anda! Susunlah rencana sesuai dengan kemampuan, dan segera menyusun siasat, cara, dan teknik penyampaiannya, yang penting bahagia sesuai kemampuan pribadi. Kebetulan topik ini beberapa hari lalu sedang dibahas di diskusi inspirasi pagi. Hanya doa dengan hati yang bersih yang dapat dikabulkan Tuhan.

Cinta sejati bukan sekadar seks belaka, tapi harus meliputi keseluruhan pribadi masing-masing, yang utama tahan uji dalam keadaan apapun, maka cinta bukan hanya seks centered, tapi harus personality centered.

#5. Oh Film…Misbach Yusa Biran

Buku tipis yang sebenarnya bisa cepat diselesaikan baca, tapi saya baca santuy jelang tidur. Saya bacakan untuk Hermione satu atau dua bab setiap beberapa malam. Ini adalah buku rekomendasi Sherina Munaf dan berkali-kali cari di Gramedia Karawang nggak ada, maka saat ada yang jual daring, langsung kusambar. Buku yang sejatinya biasa, hanya mencerita kehidupan seputar orang-orang film di Senen, dari sudut pandang para jelata mengais rupiah hanya untuk sekadar bertahan hidup dari bulan ke bulan. Kisah apes yang mengelilingi para kuli film. Judulnya tentu pas sekali, … oh, film!

Kisahnya lebih sederhana dan membumi, ini buku berdasarkan pengalaman sang penulis yang berkecimpung di dunia film sejak 1954 sebagai anggota PERFINI. CV filmnya sangat banyak, jasanya dalam seni di Indonesia tentunya melimpah. Tahun 2008 beliau menerima Bintang Budaya Parama Dharma, bintang tertinggi dari Pemerintah RI di bidang budaya.

“Ah… betapa tenangnya langit, mengapa orang bisa tidur di malam berbintang terang seperti ini?”

#6. Ketua Klub Gosip dan Anggota Kongsi KematianYetti A. KA

Kumpulan cerpen yang menyajikan hal-hal sederhana malah mendekatkan manusia kembali pada realitas kehidupan. Kata Martin Heidegger dari Jerman, yang meneliti eksistensi manusia terutama tentang kecemasan, kenisbian segalanya dan kesadaran manusia akan kematian. Ada yang bilang Heideggar seorang ateis, ada yang bilang pula ia seorang mistikus, tapi dengan jelas ia mengatakan bahwa dirinya, “sedang menunggu kedatangan Tuhan.”

Begitulah, Ketua Klub Gosip menjadi kumpulan cerita pendek yang melatari sisi dalam setiap individu. Dengan tema beragam dan beberapa minim penjelasan menjadikannya lebih asyik sebab segala yang membingungkan malah menarik. Ia mempertahankan pentingnya transendensi. Bagaimana jadinya kalau gosip sedih itu dimulai dari orang yang kita kasihi?

“Seharusnya kau menggunakan benang merah untuk topi itu”

#7. Cerita, Bualan, KebenaranMahfud Ikhwan

Kebetulan ini buku kedua tahun 2020 dari Tanda Baca yang kubaca, Tentang Menulis-nya Bernard Batubara yang gagal memenuhi harap, sekadar curhat pengalaman beliau mencipta karya, tak dalam, sangat biasa, dan benar-benar tak bervitamin. Sempat terbesit sepintas, jangan-jangan ini buku ala kadar juga? Sama-sama tipis dan berkutat dalam proses kreatif. Namun tentu saya rasa was-was itu bisa dienyahkan seketika, jelas Cak Mahfud punya kualitas, punya standar yang menggaris, mana yang laik dicetak dan mana yang sebaiknya tetap tersimpan dalam komputer. Kedelapan tulisan di sini sungguh ciamik. Kalau dituturkan dengan irama merdu gini, sangat perlu dibuat lebih banyak lagi kisah-kisah dibalik karya, terutama tentu saja karya yang sudah dikenal rakyat, dikenal pembaca dengan akrab. Dengan sudah membaca tiga buku sebelumnya, bualan beliau langsung bisa nyetel, klik sejak di akhir tahun cuti yang lucu itu.

Saya belum baca satupun buku karya Pak Kunto, tapi namanya memang termasyur di kalangan klub buku. Berkali-kali incar, gagal bawa pulang. Terutama Pasar yang sering kali muncul di pajangan. Ternyata menjadi panutan Cak Mahfud.

“Kekuasaan bergandengan tangan dengan agama akan memperlihatkan sisi buruk manusia.”

#8. Koleksi Kasus Sherlock HolmesSir Arthur Conan Doyle

Saya sedang membaca ulang beberapa buku lama, saya pilih pilah yang terkesan dan belum kuulas. Seingat saya, buku Sir Arthur baru satu yang kuulas di blog, makanya seminggu lalu entah refleks ambil buku ii di rak. Saya sudah khatam semua kisah Sherlock, dan membaca ulang malah menelusur kenangan, dan ingatan saya di Koleksi Kasus ternyata nggak kuat nempel, hanya beberapa yang klik, kebanyakan lupa tentang apa. Makanya terasa fresh lagi. saya baca buat selingan baca non-fiksi tentang filsafat yang bikin kerut kening making banyak.

Ternyata ini masa-masa akhir Holmes yang pensiun. Jadinya masuk ke koleksi kasus. Beberapa kisah berulang, seperti Holmes yang sombong menunggu klien saat Watson sedang duduk lalu mendengarkan detail. Atau Watson yang seperti kita tak paham maksud Holmes bahwa kasus ini sudah jelas, padahal selubung belum dibuka. Atau bahwa Holmes selalu ingin di balik layar, oarng-orang dari Kepolisian saja yang mendapat pujian. Atau Holmes yang hanya ingin menangani kasus unik, aneh, berat. Uang bukan masalah, justru ia tak tertarik menarik bayaran bagi jelata. Hebat. Keren. Takjub. Kebetulan saya sudah baca seri satu detektif karya Penulis Harry Potter. JK Rowling mencoba meng-copy gaya Holmes ke era masa kini. Belum bisa menandingi, tapi patut diapresiasi usahanya. Hal-hal yang paling rumit biasanya sangat bergantung pada hal-hal yang paling sepele.

“Nada bicara Anda tak kalah sombongnya, Mr. Holmes. Tapi saya bisa memakluminya. Hasil kerja Anda patut mendapat acungan jempol.”

#9. Bebas dari MiliterMartin Shaw

Buku yang sejatinya sangat umum, ditulis tahun 1991, dan kini sudah hampir tiga puluh tahun sudah banyak sekali perubahan militer. Telaahnya tentu saja sudah banyak tidak relevan, memang menikmati buku ini lebih ke nostalgia. Dunia digital meluluhkan segalanya. Membahas istilah saja bisa berlembar-lembar, membahas militer Inggris bisa panjang sekali, lalu telaah nuklir dan konsekuensi, menyelam dalam Perang Teluk yang berlarut, dst. Melelahkan sekali, tapi kalau nggak segera kupaksakan takutnya terbengkelai, maka gegas kutuntaskan. Berhubung militer adalah hal yang awam bagiku, lumayan bervitamin. Seluk beluk dunia militer. Jika perang selalu menjadi anakronisme sosial, masalahnya tidak akan selesai dengan menjadikannya sebagai kambing hitam.

Setiap masalah bisa dipecahkan jika teknologi dan dana digunakan dengan dosis yang tinggi. Argumen Ross bahwa apa yang sering kali dideskripsikan sebagai militerisasi di Dunia Ketiga (atau ‘militerisasi global’) lebih merupakan bangunan militer daripada militerisasi sosial.

“Pengeluaran militer pasti merusak kesejahteraan ekonomi meskipun ia memiliki keuntungan ekonomi yang positif.”

#10. Mimpi-Mimpi Einstein Alan Lightman

Secara cerita buku ini mengecewakan, intinya kurang gereget, hanya labuhan khayal sang ilmuwan yang acak dan tak jelas. Terliaht samar, mencoba merumitkan diri. Ini fiksi sehingga Alan Lightman harusnya punya kreasi bebas untuk melalangbuanakan bualan, sayangnya inti yang coba disampaikan tak jelas. Sepenggal masa-masa tahun 1905 di mana Einstein muda mengajukan tulisan terkait teori waktu, menjadikannya patokan utama, benang merah, dari seratus halaman, sejatinya hanya bagian interlude yang menjadi realitas yang menyenangakn dilahap, sayangnya yang namanya interlude ya sesekali saja muncul. Sementara sebagian besar hanya pecahan kejadian yang bebas dan tak beraturan. Tak kuat secara cerita, tapi memang dasarnya seperti puisi, semua bebas disenandungkan, keras, berisik, dan merdeka. Namun melelahkan sekali…

Buku ini sudah berkali-kali masuk daftar incar. Berbagai kover sudah kulihat, setelah bertahun-tahun akhirnya kumiliki edisi cetakan kesepuluh dengan kover kuning mentererng. Penerjemahnya adalah Penulis Raden Mandasia yang terkenal itu. Saya tak terlalu banyak complain terkait alih bahasa, karena memang rerata bila dikerjakan dengan serius hasilnya bagus. Kembali di kalimat pembuka, yang utama adalah cerita, dan Mimpi-Mimpi Einstein ceritanya kurang OK, mencoba bermewah kata, menawarkan stair-syair puisi kehidupan masyarakat di sekitar pegunungan Alpen. Mimpi-mimpi itu pada akhirnya menghancurkan diri sendiri sekaligus mengekalkan-dirinya-sendiri.

“…Saat terkenal nanti, kau akan teringat bahwa kau pertama kali menjelaskan padaku, di perahu ini.”

#11. Teori Kepribadian Rollo MayIna Sastrowardoyo

Kehidupan kosong dapat terlihat dari manusia yang hidup seperti robot, tiap hari itu-itu saja yang dikerjakan tanpa gairah atau kegirangan seolah-olah dipantau oleh radar di kepala. Buku psikologi yang sangat bagus, dipadatkan dengan bagus dan dijelajah pengertian itu dengan sangat pas. Menjadikan penasaran lagi buku asli karya Rollo May, karena disini didedah dengan sudut yang mengagum. Sumbangan May, mendekatkan manusia kembali pada realitas kehidupan.

May berujar bahwa konseling merupakan seni, yang dapat dikembangkan lebih besar dari seni lain misalnya melukis atau seni musik. Orang yang memandang objek seni, bahkan dapat mengidentifisir dirinya dengan objek seni itu.

“Saya hanya merupakan suatu koleksi cermin, yang memantulkan keinginan orang lain.”

#12. The Constant GardenerJohn le Carre

Kisah mengambil sudut utama Justin Quayle yang mendapati istrinya Tessa Quayle meninggal dunia dibunuh di tepi Danau Turkana, dekat Teluk Allia bersama pula rekannya dokter Arnold Bluhm, sang Apollo berkumis dalam sebuah pesta perjamuan di Nairobi, dokter kharismatik, lucu, dan tampan.. Pengemudinya Mr. Noah Katanga juga tewas. Mrs. Qayle akan dikenang atas pengabdiannya dalam menegakan hak-hak asasi wanita di Afrika. Sebuah pengalaman buruk yang didapatkan Tessa dan Arnold dalam perjalanan lapangan mereka sejenis malapraktik, jenis yang dilakukan oleh perusahaan farmasi.

Masalah obat ini adalah: pertama berbagai efek sampingnya ditutupi demi meraih keuntungan. Kedua masyarakat termiskin di dunia digunakan sebagai kelinci percobaan oleh masyakarat terkaya di dunia. Ketiga debat ilmiah yang sah mengenai masalah ini diberangus oleh intimidasi korporat. Apa yang benar selalu kekal. Para bedebah ini tidak memilkirkan apa pun selain keuntungan yang sangat besar, dan itulah kebenaran. Dyraxa bukan obat yang buruk, itu obat bagus hanya belum menuntaskan uji cobanya. Tidak semua dokter bisa dirayu, tidak semua perusahaan farmasi itu ceroboh dan tamak. Tessa dan Bluhm telah dibunuh karena mengetahui tentang kesepakatan jahat yang dilakukan perusahaan farmasi. Tessa adalah korban dari konspirasi internasional.

“Sandy, tugasku adalah mengabdi untuk Afrika…”

#13. Prosa 3 Obsesi Perempuan Berkumis – Budi Darma Dkk.

Wow, baru tahu dulu pernah ada sebuah buku berjilid Prosa sekeren ini. Ini adalah edisi ketiga entah total ada berapa edisi, isinya luar biasa, padat, sedap, bervitamin. Semacam majalah? Enggak juga. Semacam edisi khusus sastra? Bisa jadi, yang jelas benar-benar keren. Bung Budi Darma menjadi pusat, dengan cerpen panjang, kritik sastratentang cerpennya, dan wawancara khusus, Bung Yusi juga menyumbang dua tulisan. Bagus semua. Bikin pembaca megap-megap antusias.

Mengubah dunia tentu memerlukan keyakinan, ketetapan, kepastian – dalam bentuk ilham maupun dokrin, dan organiasasi dan lain-lain. Berisi tiga jenis tulisan: fiksi,esai, dan dialog. Renyah sekali.

“Saliva, Saliva, hatimu, mulutmu, ucapanmu, semuanya berlendir.”

Oktober tahun ini memang penuh buku. Kukira bakal jadi puncak jor-joran beli buku, ternyata November sejauh ini sudah beli belasan lagi. sulit sekali menghentikan.

Karawang, 161120 – Solomon Linda & The Evening Birds – Mbube (1939)

Ontologi: Sebuah Penuturan Sederhana #2

Ontologi: Sebuah Penuturan Sederhana #2

Ontologi adalah keheningan sekaligus permainan bahasa itu. – Sartre

Pada masa cahaya bintang | Belum disalin ke dalam bahasa | Ilmu dan puisi belum membanjiri dunia | Cukup mengikuti hukum alam | Manusia bisa menjadi bijak dan bahagia | Sebagaimana burung-burung terbang | Dan ikan-ikan berenang – Faisal Kamandobat, Kisah Kemurungan Adam

Karena beli daring, kukira ini adalah buku terjemahan filsafat. Eh ternyata lokal, ini seperti kumpulan pelajaran dasar seri filsafat. Berhubung saya masih awam untuk hal ini wajar buku Ontologi lumayan bervitamin, apa yang disampaikan memang sangat dasar. Banyak mengambil referensi lain, banyak menguntip dan menulis ulang dari era sebelum Masehi, abad pertengahan sampai yang tergres. Ga masalah, mending memberi sumber dan mencantumkan itu kata dan tulisan siapa ketimbang ke gap, suatu ketika. Saya mengira akan jadi sebuah penuturan boring, eh enggak jua. Dilahap cepat dalam stabilo warna untuk hal-hal yang bagus. Sayangnya banyak typo, untuk buku yang berhalaman tak lebih dari seratus, tim Quarks Book harus punya proof reader mumpuni guna mengantisipasi kesalahan ketik di kemudian hari.

Filsafat muncul karena manusia merasa heran (thaumasia) dan sangsi (skeptis) atas segala hal baik di dalam maupun di luar dirinya, juga merasa diri terbatas di hadapan ketidakhinggaan di sekeliling.
Metafisika sering disalahartikan dengan cara dipaksakan oleh para penggunanya. Kesalahan tersebut kira-kira sama seperti istilah politik diartikan sebagai kekuasaan dan ekonomi sebagai uang dan keuntungan yang sebesar-besarnya. Padahal politik dan ekonomi sesungguhnya adalah moralitas yaitu kebiasan baik (phronesis) yang didasarkan pada keutamaan (arete) untuk mendukung terciptanya kehidupan yang sejahtera, penuh dan utuh (eudaimonial well being) secara bersama-sama dalam sebuah komunitas.

Protagoras (480 – 411 SM) menyatakan bahwa manusia adalah ukuran segala-galanya, baik yang ada maupun yang tidak ada. Bagi Aristoteles, kenyataan atau benda konkret adalah benar-benar ada dan tidak ada kaitannya dengan ide-ide yang ada di atasnya.

Epikuros (341-271 SM) menyatakan bahwa alam semesta ada dan berjalan karena gerak atom-atom. Para dewa tidak menciptakannya dan tidak ikut campur tangan dalam urusan dunia. Manusia bertanggung jawab sendiri atas diri dan dunianya. Oleh sebab itu tidak perlu takut pada dewa.
Kaum Neophytogorean yang memegang teguh dualisme Plato yang menentangkan antara yang rohani dengan bendawi. Mereka percaya tidak ada hubungan antara yang Ilahi dengan dunia ini. Yang Ilahi adalah yang ada, tak bergerak, realitas sempurna, subtansi yang bukan benda. Yang Ilahi itu terlalu tinggi dan terlalu jauh untuk dijangkau umat manusia. Ia tak terhampiri sehingga tak dapat dipujasembah. Bagi mereka alam semesta ini tidak diciptakan oleh Yang Ilahi melainkan dibuat oleh perantara, yaitu demiurgos. Dinatara Ilahi dan manusia ada dunia demon dan manusia setengah dewa.

Plotinos (204-269 SM) dari Lykopolis, Mesir bahwa Yang Satu (to Hen) merupakan asas pertama dan terdalam dari pikiran serta segala sesuatu yang ada. Yang Satu bukanlah pikiran, bukan Ada dan bukan juga sesuatu yang ada, melainkan Adi-Ada, Yang Tak Terhingga, dan Absolut.
Hakikat sejati dunia materi adalah bersifat rohani. Posisi jiwa sama dengan demiurgos, dengan dunia material sebagai taraf terendah emanasi dan Yang Satu. Adapun tujuan dunia material adalah remanasi, yaitu kembali ke Yang Satu. Ada tiga cara remanasi, Kembali ke Yang Satu: Manusia harus menyucikan diri dengan melepaskan diri dari dunia materi; Mendapat penerangan dari Nous tentang Yang Satu; dan menyatukan diri dengan yang Satu dalam ekstasi.

Konsep adalah suatu tanda alami (signum naturale) yang diungkapkan dalam suatu sebutan atau nama (nomen) atau dalam suatu istilah khusus tertentu (terminus) melalui bahasa yang bersifat konvensional. Tidak ada hubungan antara kenyataan dengan penamaannya; kalaupun ada hanya dugaan saja.

Tujuan Kung Sung-Lung adalah berusaha mengubah dunia ini dengan cara membenahi pemahaman manusia mengenai hubungan anatar nama dan pemahaman manusia mengenai hubungan nama dan kenyataan. Baginya terdapat kesalahan pemahaman terkait ini. Misalnya, manusia ingin damai di negaranya, namun tak jarang mereka melakukan perang demi kedamaian itu. Maka sebuah kekeliruan, harus diperbaiki sebagai langkah pertama dengan mengubah keadaan tersebut.

“Wacana tentang Kuda Putih” dia membuat penyataan utama bahwa ‘Kuda putih adalah bukan seekor kuda’. Alasan pertama bahwa kata kuda menunjuk pada suatu bentuk, kata putih menunjuk pada suatu warna. Apa yang menunjuk warna tidak dapat menunjuk pada benda. Maka kuda putih bukanlah seekor kuda. Alasan kedua, bahwa seekor kuda akan selalu memerlukan sebuah warna, bukan memerlukan seekor kuda berwarna putih. Alasan ketiga, kuda pastinya memiliki warna, tidak ada kuda yang tanpa warna. Oleh sebab itu menurut Kung-sun Lung, kuda putih adalah bukan seekor kuda (yang tanpa warna).

Filsafat identitas berusaha mendamaikan antara subjek dan objek, yang tidak terbatas dengan yang terbatas, pada zaman itu menjadi problem dan skandal dalam filsafat. Dengan filsafat identitasnya, Spinoza berhasil melebur-hilangkan perbedaan subjek-objek. Realitas kemudian dipahami sebagai satu keseluruhan yang utuh, di mana subjek sekaligus merupakan objek.
Manusia dengan tubuh (extensio) dan pemikirannya (cogitato) merupakan ciri hakiki dari subtansi Allah. Dalam filsafat identitas ini Spinoza, Allah yang tiada batasnya dipahami sebagai aktivitas yang tak terhingga, meliputi pemikiran murni, dan menghendaki yang murni. Allah adalah pikiran yang sedang memilikirkan dan menyadari pikiran dan diri-Nya sendiri.

Bagi Schelling, Yang Mutlak tidak memiliki prioritas atau lebih utama daripada yang tidak mutlak. Atau sebaliknya, yang tidak mutlak tidak lebih unggul dibandingkan dengan Yang Mutlak, karena keduanya bersumber yang sama dan bersifat sama sekali netral, yang oleh Schelling diberi nama sebagai Identitas Mutlak atau Indiferensi Mutlak Murni.

Pyrrho of Elis (365-270 SM) menyatakan bahwa sikap hidup yang skeptis akan membawa seseorang kepada kedamaian jiwa dan ketenangan batin (ataraxia) yang membuat seseorang tak tergoyahkan dalam segala kekacauan situasi kehidupan. Orang yang hidup tenteram adalah orang yang hidup mandiri dan swasembada (autarkia) karena bermental dan bertekad kuat.

Materi adalah data indrawi dan bentuk adalah a priori yang ada dalam pikiran. Bentuk a priori ini oleh Kant disebut sebagai ‘kategori’. Ada 12 kategori Kant: Kuantitas (kesatuan, kejamakan, dan keutuhan); kualitas (realitas, negasi dan perbatasan); modalitas (kemungkinan, keniscayaan, peneguhan); hubungan (subtansi-aksidensi, kaulitas dan resiprositas); setelah itu barulah akal budi mengatur pengetahuan rasional ke dalam kesatuan dan kesempurnaan, yaitu menarik kesimpulan dan membuat argumentasi-argumentasi tentangnya. Inilah yang disebut sebagai putusan sintetis a priori.

Pengetahuan manusia terbatas pada realitas dunia alami. Oleh karena itu Allah ‘berada’ diluar jangkauan pengalaman manusia, maka tidak mungkin kita mengetahui secara teoritis tentang Allah. Namun Kant juga menegaskan bahwa penyangkalan kemungkinan pengetahuan teoritis tentang Allah sekaligus berarti keberadaan Allah juga tidak dapat dibantah.

Menurut Hegel, sejarah manusia kemudian hanyalah mengulang bentuk dan tahapan lama, tidak ada lagi peristiwa yang sungguh-sungguh baru akan terjadi.

Heidegger melihat Ada bukan sesuatu yang terisolasi pada dirinya dan lepas dari manusia. Manusia tidak terisolasi pada dirinya dan lepas dari Ada. Hakikat Ada dan hakikat manusia berkaitan satu sama lain. Untuk menyingkap Ada membutuhkan manusia. Manusia adalah ruang tempat Ada mengambil tempat untuk berada. Manusia adalah tempat (statte) Ada menjelma, tempat Ada mengambil tempat. Hanya melalui perantara manusia, Ada yang tersirat pada berbagai adaan, dapat memberita.

Tetapi Ada bukan produk sama sekali hasil pikiran manusia. Pikiran adalah pemberian, rahmat Ada (Gnade des Seins). Berfikir adalah membantu Ada tampil sebagaimana mestinya. Karena itu berfikir adalah bentuk terima kasih dan berbicara adalah mendengarkan. Tugas pemikiran adalah menjaga terjadinya peristiwa Ada dengan penuh rasa kasih.
Menurut Jacques Derrida, manusia adalah teks yaitu tanda sekaligus sekedar pengganti yang untuk sementara menunda hadirnya Ada, bahkan mempertegas ketidakhadiran Ada.

Penyataan tertinggi Wittgenstein adalah bahwa mempertanyakan atau meragukan kenyataan pun harus didasari keyakinan/keyakinan bahwa kenyataan itu harus diragukan atau keraguan itu adalah suatu hal yang harus meyakinkan dan pasti.

Waktu sebagai sebuah entitas adalah sebuah momen yang memiliki ciri khusus tersendiri. Namun sebagai sebuah bukan-entitas, waktu merupakan bagian dari sebuah kesatuan rangkaian, di mana ketika seseorang mengatakan ‘sekarang’ namun pada saat waktu yang sama ‘sekarang’ itu sendiri telah berlalu.
Inti pemikiran Nagarjuna (150-250 M) adalah bahwa hakikat keberadaan realitas adalah kekosongan (emptiness/sunyata). Bahwa tidak ada sesuatu di atas sana, bahwa seseorang tidak dapat lagi pergi ke sana dan tidak dapat lagi yang digapai.

Lao Tzu (604 M) bahwa jalan yang dapat dijalani bukanlah jalan. Nama yang dapat disebut adalah bukan nama. Jika diungkapkan dengan kalimat lain, “Yang tahu tidak bicara, Yang bicara tidak tahu.” Wittgenstein juga mengulangnya bahwa, “Apa yang seseorang tidak dapat katakan, harus dibiarkan dalam diam.”

Secara langsung Budha berhadapan dengan variasi logika Jainisme, atau juga boleh disebut sebagai variasi logika catuskoti Madyamika. Pandangan ini dikenal dengan nama teori ‘Belut Berkelit’ (amaravikkhepavada, ‘theory of eel-wrigglers’). Mereka berdebat apakah ada kehidupan setelah kematian? Sanjaya Belattputta (6-5 SM) yang hidup pada tahun yang sama dengan Budha dan Mahavira menjawab: Tetapi saya kira itu tidak ada. (1). Saya tidak mengatakan bahwa itu tidak ada, dan (2) Saya tidak mengatakan sebaliknya. (3) Saya tidak mengatakan itu tidak ada, dan (4). Saya tidak tidak mengatakan itu tidak ada.

Kaon adalah permainan kata-kata di mana bahasa dibolak-balik untuk menggoncangkan pemahaman subjek tentang sesuatu. Kaon berusaha menyadarkan seseorang terhadap keterbatasan bahasa dan sifat ilusif bahasa dengan cara mengejek dan mengolok-olok sifat dan hakikat bahasa. Ada dua jenis kaon: (1) Tidak ada jawaban atas suatu pertanyaan yang sesungguhnya kosong. (2). Jawaban pertanyaan itu harus ditemukan dengan meditasi yang mendalam. Singkatnya menurut Zen bahasa dapat dan selalu menjadi penghalang terhadap pengalaman langsung. Bahasa adalah simbol, lambang, tanda atau jari menunjuk, namun tidak pernah membawa seseorang kepada apa yang ditunjukkannya.

Jika seseorang sudah mengenal dirinya sendiri maka dia sudah tidak jauh mengenal Tuhannya. Manusia selalu terkecoh dengan keinginannya sendiri.

Ontologi: Sebuah Penuturan Sederhana | oleh Tony Doludea | cetakan pertama, September 2017 | Penyelaran bahasa Faisal Kamandobat | Perancang sampul dan tata letak Faisal Kamandobat | gambar sampul Melanncholy (1891) karya Edvard Munch | Penerbit Quark Book | bekerja sama dengan Cak Tarno Institute (CTI) | ISBN 978-602-61928-1-3 | Skor: 3/5

Karawang, 020618 – Nikita Willy – Maafkan

#2 #Juni2018 #30HariMenulis #ReviewBuku