Mata Penuh Darah #3

“Aplikasi-aplikasi adalah bagian dari peradaban yang tak dapat ditolak. Yang juga menjelma racun dalam obat.”Eko Triono, Kukirimkan Padamu Sebuah Hari dari Masa Depan

Kumpulan cerpen yang maaf, so so. Mencerita masa depan itu sulit. Kumpulan cerpen yang diterbitkan untuk merayakan 10 tahun penerbit Shira Media, dari berbagai penulis, dan karena nama Faisal Oddang dipajang, ia adalah penulis paling sukses dan menjual. Sayangnya banyak bagian cerita menulik masa depan yang gelap, tak bisa diterima, hanya memprediksi, beberapa bahkan ada yang luar biasa buruk. Hufh…

#1. Mata Penuh Darah: Dua Peristiwa, 1966 – 2033 by Faisal Oddang

Presiden Soeharto diadili atas kejahatan tahun 1966, sebuah masa kelam negeri kita akan pembersihan PKI. Tahun 2033 pengadilan fiktif itu dilakukan oleh keturunan yang tersangkut kejadian 1966.

“Anda di sini untuk menjawab, bukan bertanya.”

#2. Siasat Jitu Membunuh Mantan Kekasih by Adam Yudhistira

Cerita aneh tentang cinta, tikus, hingga pembunuhan terencana. Ini Amerika yang gegap gempita, dan presiden beserta pasangannya menghilang.

“Kenapa sih urusan cinta selalu lebih pelik dari urusan politik.”

#3. Siapa yang Membawa Lesatan Ingatan ini Bermula? by Teguh Dewangga

Memainkan waktu dan ruang, lesatan ingatan dan sejarah bangunan masjid. Melalui lorong di bawah tanah, memasuki dimensi lain. Hutan-hutan, bamboo itu berubah jadi bangunan beton di kemudian hari.

#4. Venesia by Pringadi Abdi Surya

Jakarta di masa depan tenggelam, menjadi Venesianya Indonesia. Transpotasi dengan kapal, K berangkat kerja dan begitulah. Ia berangkat dari Bogor. Generasi Vetsin, tak terikat tahun kelahiran.

“Selamatkan generasi kami dari vetsin!”

#5. Mengenang Olea by Wi Noya

Banyak cara mengenang orang terkasih meninggal dunia. Di masa depan dengan virtual, mengundang teman-teman lama, dan Olea bangkit dalam hologram untuk merakayakn ulang tahun. Namun tak semua puas.

“Pulang? Kan baru mulai, Mas.”

#6. Secangkir Kopi Ethanolic by Ahmad Ijazi

Dylan di tahun 2111, masa depan yang tak pasti itu disajikan dengan pernikahan… robot? Helena yang bisa berpikir dan menentukan keputusan.

“Tapi.. aku tak memiliki ayah dan ibu.”

#7. Perempuan dari Jalan Kuno Lingkar by Pilo Poly

Lanskap tak terbatas para Guardian di negeri antah.

“Yang berlari ke gunung membunuh harimau, dialah penguasa Lenin. Yang bertempur ke masa depan, dialah pahlawan Lenin.”

#8. Ule Sondok So-Len by Al El Afif

Cerita dari Makassar dengan banyak kata daerah.

“Dikenangnya suatu senja yang lalu, kala angin berputar di atasnya…”

#9. Budayut by Tony Lesmana

“Negeri ini kosong!”

“Negeri ini gosong!”

“Negeri ini bolong!”

“Seperti kumbang yang memburu angin.”

#10. Program Pembaca Nasib by Muhammad Aan

Bagaimana weton di Jawa dijadikan ramalan. Sebuah ramalan untuk menentukan jodoh, pasangan ideal, tanggal baik. Dipadukan teknologi, jadilah ladang bisnis.

“Laksi, menurutmu, seberapa besar kesabaranmu?”

#11. Sembilan yang Kedelapan by Asmi

Perayaan penikahan, tapi sudah tak menikah dengan pasangan. Perayaan yang dilanda kebimbangan. Loka dan Moze yang mengenang hal-hal yang selayaknya masih bisa dikenang.

“Ka, kita ini lucu ya. Kita datang ke sini untuk ulang tahun pernikahan kita yang bahkan rasanya nggak layak dirayakan.”

#12. Perihal Mesin dan Peristiwa Setelahnya by Galeh Pramudianto

Area-area yang saling bersinggungan menentukan tindakan dan hal-hal yang layak dilakukan.

“Aku ingin membuat cerita, tanpa harus bersusah payah memikirkan sebuah judul.”

#13. Bagaimana Kita Menulis Cerita Pendek 20 Tahun dari Sekarang by Ardy Kresna Crenata

Di tahun 1998 dan 20 tahun kemudian, cara menulis cerpen jelas berbeda. Dan cerpen yang bagus sering kali muram, gelap, busuk, tragis, dan hhhmm… menjijikan.

“Manusia bertanggung jawab atas punahnya sejumlah mamalia besar di bumi…”

#14. Nosarara Nosabatutu by Budi Saputra

Negeri Zamrud yang berubah, di musim panas dan kenangan abadi.

“Ya, menjadi mahasiswa di negeri ini adalah pilihan, agent of change…”

#15. Adam-Hawa, Iblis, dan Eksperimen Ali Mugeni by Ken Hanggara

Sejarah manusia, sebelum duo Adam Hawa turun ke bumi, iblis sudah duluan. Dan masa melesat di tahun 2381 Masehi, kotak raksasa ditemukan.

“… seiring dengan itu, anak-cucu Ali Mugeni pun berbuat hal yang sama, yang tak kalah hebat dari iblis dan anak-cucunya…”

#16. Katakombe Santa Fallecia by Agus Noor

Kepercayaan dan kontradiksi. Rahasia sakit yang diderita, dan pengorbanan untuk anak memang sepanjang masa.

“Bila pun kamu tak percaya doa, tak ada salahnya bila kamu mendoakan ibumu.”

#17. Percintaan Terakhir M by Bernard Batubara

Tinder, dan gelagat aneh M. Cinta dan nafsu di dunia digital, seinstan itu.

“Mantan mertuaku juga menganggapku alien…”

#18. Kukirimkan Padamu Sebuah Hari dari Masa Depan by Eko Triono

Kiriman masa dari masa depan yang bahagia.

“Hasrat kadang seperti haus yang diberi air laut.”

Mungkin karena usia juga, selera saya sekarang memang yang sederhana-sederhana saja. Makanya saya malah memilih cerpen Sembilan yang Kedelapan karya Asmi sebagai yang terbaik. Cerita ketemu mantan pasangan, yang dirayakan dengan sederhana dan aneh pula. Tak perlu muluk-muluk, tak perlu pakai kata futuristic nan fenomenal untuk membuat takjub pembaca. Hal-hal yang umum dan dekat dengan pembaca dan berhasil meletup emosi adalah bukti keberhasilan cerita, dan Sembilan yang Kedelapan tentu saja sangat membumi, dan dekat. Semua orang makan, semua orang berpesta di rumah makan, semua orang pernah mengalami cinta, memeluk kekosongan yang buat fun.

Oiya, mayoritas cerpen ini saya masukkan dalam program Menjalankan Wejangan Ray Bradbury. Dibaca nyaman satu cerpen satu hari. Sebuah kehormatan sejatinya, bahkan saya isi di sela kumpulan cerpen dunia, dan buku tebal cerpen Ernest Hemingway, yang juga kubeli dari Warung Sastra. Mengalir dan nyaman…

Mata Penuh Darah: Dua Peristiwa, 1966 – 2033 | by Faisal Oddang, dkk. | Penyunting Tim Redaksi | Rancang isi Tim Redaksi | Ilustrasi isi Marwa Pipit, Mutiara Arum K.S. | Ilustrasi sampul Bambang Nurdiansyah | Rancang sampul Katalika Project | ISBN 978-602-6657-98-4 | 206 halaman | 14×20 cm | Cetakan pertama, April 2018 | Penerbit Shira Media | Skor: 3/5

Karawang, 030522 – Tasya – Ketupat Lebaran

Thx to Warung Sastra, Yogyakarta

#30HariMenulis #ReviewBuku #3 #Juni2022