Sweet and Sour: Meluap-luap dalam Didih Penuh Citarasa

Pak Satpam: “Jika tertinggal taksi, kau bisa menunggu yang berikutnya. Tapi jika kehilangan seseorang, maka sampai situ aja. Aku akan merindukanmu…”

Setiap bentuk rasa frustasi, setiap akibat dari kepuasan naluriah yang dihalangi, atau yang mungkin diakibatkan, adalah berada dalam pemuncakan rasa bersalah. Waktu tak bisa diputar balik, tapi cerita bisa kan? Penyesalan selalu di akhir, kesalahan demi kesalahan diberbuat manusia, yang terlindas waktu tak bisa diubah. Bertabrakan menjadi sangat aduhai jika terjadi di bandara, dalam posisi lari mengejar wanita yang sama. Ini masa lalu, ini masa kini. Lantas masa depan apa yang lebih menawan untuk dijalani? Harga yang mesti dibayar demi kemajuan peradaban kita adalah hilangnya kebahagiaan melalui pemuncakan rasa bersalah.

Keren sekali yang bikin cerita. Tak menyangka akan seterkejut ini, walaupun curiga juga di awal, diet kok semudah ini. haha.. berjuang ekstra keras, sempat bilang beruntung sekali si Ndut dapat perawat cantik dan baik hati, lantas saat film bergulir jauh, langsung oh… Su!  

Ini adalah jenis film yang mengesalkan, atau setidaknya membuat penonton kaget atau bisa juga sampai marah, sebab kita ditipu. Kita dibohongi plot, apa yang tampak di permukaan, setidaknya sampai tinggal beberapa menit, tak seperti yang kita kira. Kita menjadi semacam, penikmat display pigura yang hanya bisa mengangguk-angguk tanpa mengerti, kesal, marah, geregetan. Lantas, kalau kita ditipu mengapa kita malah menyukainya? Ya, sejatinya hal-hal yang menggelitik otak itu jauh lebih mencipta penasaran dan kekuatan untuk bilang wow ketimbang mengikuti garis lurus buku tulis.

Kisahnya tentang cinta segitiga dan kekuatan untuk bertahan dalam asmara LDR antara Seoul dan Icheon. Walaupun tiap hari bertemu, tapi tak berkualitas sebab sudah lelah. Dibuka dengan kata ‘Sepatu Baru’ di rumah sakit, seorang pasien didorong dalam tempat tidur dengan tergesa. Sutradara dengan cerdik tak memperlihatkan wajah mula, lalu setelah beberapa detik, tahulah kita, bahwa Jang-Hyuk (Lee Woo-je) si gendut sakit Hepatitis B dan dalam perjalanan perawatan ia jatuh hati sama perawat Da-eun (Chae Soo-bin).  

Da-eun yang cantik dengan rambut lurus dan lalu keriting tampak pribadi unik, emosinya labil, makannya banyak, merokok tampak untuk menghilangkan stress. Setelah masa rawat inap selesai, Hyuk berusaha mendapat nomor HP-nya. Perjuangan itu membutuhkan banyak tingkah, sampai dibentak perawat senior sebab buka data rumah sakit, di layar kita melihat ia menderet kertas dengan berbagai kontak, menghubunginya satu per satu, sampai akhirnya Da-eun yang asli menjawab ‘Hyuk’ dalam tanda kutip. Nantinya kita tahu, ada kesalahpahaman, yang menjelma erat hubungan. Situasi dan peluanglah yang menciptanya. Maka dalam tempo sesingkat-singkatnya, mereka bertemu, menginap, berciuman, dan mendeklamasikan hubungan pacar. Adegan mengganti lampu mati dengan lampu yang nyala seolah adegan sederhana, oh ternyata justru ini adalah adegan sangat penting. Perempuan mudah tersentuh akan kebaikan hati, betapa dunia digulirkan dengan dahsyatnya tersebab kamuflase ini. Schillr berkata bahwa rasa lapar dan cinta adalah hal-hal yang menggetarkan dunia.

Mereka lantas berlibur Natal, karena baju couple tak ada yang muat, maka Da-eun membelikan sepatu couple, Hyuk terharu dan dengan tekad yang bulat akan melakukan diet. Lantas adegan di bandara dalam surealis, samar terlihat Hyuk lari dan adegan berubah ‘Sepatu Lama’, Hyuk berlari dan sudah tampak ganteng, maskulin asli. Saya langsung complain, ya ampun menurunkan berat badan tak semudah itu, merubah wajah menjadi setamvan itu, jelas ganti pemeran dan segala hal dalam dirinya. Namun sekali lagi, simpan semua argumenmu, kawan.

Lantas kita diajak bersafari hubungan mereka sejauh mana. mereka tinggal seatap, satu apartemen. Beli mobil, menabung, suka duka dalam pergaulan anak muda menyongsong masa depan. Hyuk mendapat promosi kerja ke Seoul, sebagai designer bangun yang masih muda menjanjikan, petualangan di tempat baru memberinya tantangan besar. Bergabung dengan arsitek lain, Han Bo-yeong (Krystal Jung) yang cantik dan ambisius, workaholic. Proyek jembatan yang menjadi tanggung jawab mereka menemui beberapa kendala, memaksa mereka berdua kerja lembur lebih sering. Bahkan menjadi dua karyawan akhir di gedung tiap malam, sampai lampu dimatikan.

Nah, kebersamaan ini mencipta hubungan erat. Sama-sama karyawan outsource yang mendapat beban kerja berat. Hyuk mencoba tetap pulang-pergi antar kota, tampak kemacetan dan suasana lalu lintas khas kota besar yang membosankan. Awalnya ia menertawa beberapa traveler lain yang makan, sikat gigi, bahkan mandi ala kadar dalam mobil. Nantinya, ia juga sama saja. Melakukan hal yang ia tawa di masa lalu, sinis sekali kawan.

Awalnya hubungan jarak jauh itu masih baik-baik saja, Hyuk yang lelah sampai apartemen langsung tidur, Da-eun yang lelah sebagai perawat mengeluhkan kerja shift yang panjang. Lalu beban kerja melindas mereka, karena pekerjaan dan hal lain ia sesekali tidak pulang, toh besok pagi hadir di kantor lagi, sang pacar mulai mencium gelagat tak menyenangkan hubungan ini. Dua orang lelah yang sudah bosan, dan tetap coba dipertahankan. Sekadar mengganti lampu mati, saja ia tak mau, tak antusias. Beginilah jadinya.

Da-eun hamil, tapi akhirnya digugurkan. Ia marah dan lantas mengirim kembali cicin tunangan, hal itu memberi efek domino, Hyuk juga marah dan kecewa, kesetiaanya runtuh, lantas gadis cantik rekan kerjanya disikat juga. Ia tak pulang, dan kini memiliki affair. Tentu kalian yang tahu permukaan marah dan memaki banyak kata bijak ke Hyuk. Namun segalanya menjelma kejut saat Hyuk di pesta besar sukses proyek sukses, Da-eun yang sudah bersiap berlibur ke Jeju, tiketnya atas namanya tapi tak dicancel, dan dengan dramatis mengejar pesawat ke bandara sekaligus melamar sang pujaan hati. Apa yang terlihat di sana mencipta kerut kening berlipat-lipat. Kukira tulisan pembuka sepatu baru adalah salah ketik atau semacam lelucon, oh ternyata itu klu penting. Kita lantas ditampar banyak fakta mengejutkan, tampar bolak-balik sampai melongo. Luar biasa.

Cerita yang mengasyikkan. Menyenangkan sekali menjadi saksi hubungan yang ambyar dan direkat ulang dengan subjek lain. Berdasarkan pada novel Jepang karya Kurumi Imui dan sudah difilmkan dengan judul ‘Initiation Love’. Ini adalah film kesekian dari Korea yang kutonton selama Isoman, atas rekomendasi BM. Rerata bagus dan memuaskan sekali. Yang kukhawatirkan mulai mencinta produk Korsel sepertinya menampakkan diri.

Kekuatan segala motif aktivitas umat manusia berjalan menuju pertemuan dua tujuan yaitu keperluan dan kesenangan. Hyuk yang gendut punya motif mengejar cinta pada pandangan pertama, Hyuk yang tamvan punya motif mencoba mengembalikan hubungan yang retak. Da-eun punya motif, mencari yang pasti-pasti aja toh, ini dalam masa sulit. Bo-yeong? Tentu saja punya motif, kalian kira kerja sampai larut itu tamasya? Semuanya punya motif, yang jelas dua unsur perlu dan rasa senang-lah yang menyelingkupi. Jika tindakan itu digerakkan oleh cinta atau benci terhadap seseorang, berarti tindakan itu digerakkan oleh, dalam terminologi Emmanuel Kant, ‘kecenderungan’, dan tindakan ini tidak rasional sama sekali. Egois, tapi begitulah manusia. Boleh saja kita mendukung atau mencoba menjadi sosok yang kita raih simpati dari ‘tiga tokoh utama‘. Dalam praktiknya, kita sukar memilih antara sudut pandang netral dan sudut pandang kekinian. Yang jelas plot yang disajikan rapi dan aduhai, sungguh aduhai, terjalin terorganisasi dalam kemeriahan puisi kehidupan.

Ceritanya terlalu memesona untuk dikeluarkan dari relnya oleh fakta. Selamat, sejauh ini Sweet and Sour adalah film paling menghibur tahun ini. Kita butuh kualitas, kita butuh keseruan. Menghibur sama artinya tidak membosankan. Jangan kelamaan kalian merenung, gegas nikmati sajian menu istimewa ini, mumpung masih hangat. Manusia tidak pernah berhenti tumbuh dalam penegetahuan mengenai nasibnya.

Sweet and Sour | Year 2021 | Directed by Kae-Byeok Lee | Cast Jacky Jung, Krystal Jung, Jang Ki-Yong, Chae Soo-bin, June Yoon | Skor: 4.5/5

Karawang, 070721 – Hanson – This Time Around (Best Live and Acoustic)

*) RIP Angga Nurfian (tenang di sana kawan)

**) Tayang di Netflix 4 Juni 2021

Seni Lukis dalam Frame Horor Mengelabuhi

Rumah Hujan by Dewi Ria Utari

Bagaimana mungkin aku tidak menyayangi ibu dari anakku.”

Kubeli Senin (9/12/19), kubaca kilat dua hari berikutnya (10-11/12/19) langsung kelar. Salah satu ciri buku bagus memang memberi penasaran pada pembaca. Mencipta kengerian – dalam tanda kutip, sehingga terhanyut dalam pusaran problematika sang protagonist. Sebuah dunia itu berupa kamar fantasi tempat semua benda-benda melayang.

Buku ini juga membuatku ketakutan akan fakta, bahwa salah satu karakter menurut kepercayaannya melakukan ritual, sebelum pada hari bertuah tepat pada jam satu malam, berkeliling rumah sambil menabur garam sambil mengucap mantra. Mengingatkanku pada (almarhum) ayahku Poncowirejo yang setiap magrib mengelilingi rumah, menabur garam dan membaca doa di depan pintu. Bahkan ayahku tak peduli sekalipun cuaca badai, hujan lebat. Pernah kutanyakan langsung apa yang dilakukan, beliau hanya jawab, ‘ritual jaga rumah dan penghuninya menurut Islam Kejawen.’ Karena memang doa yang dibacakan adalah doa yang dinukil dari ayat Al Quran. Sampai sekarang rumah joglo di kampungku masih asri, masih nyaman buat kumpul keluarga tiap Lebaran, dan hubungan semua saudaraku sangat baik. Ga pernah ada cekcok, ga pernah ada rebutan warisan, bahkan ketika kakakku minta garis tanah warisannya ditarik lebih lebar dari bagiannya, kita santuy saja. Saya sendiri tak terlalu peduli warisan, kita semua merasa berkecukupan. Tanah di Palur, dan rumah Joglonya asri.

Kisahnya tentang Dayu, pelukis yang sedang mencari rumah inspirasi buat mencipta karya. Dia mendapat informasi ada rumah bagus, ideal akan sepi dan murah. Rumah joglo di daerah Purwodadi itu milik janda yang baru meninggal. Sempat akan dirubuhkan, tapi sayang sehingga ketika sahabatnya Nilam menawarkan langsung diambil. Alasan Dayu mengingin joglo sendiri terlihat sentimental. Melalui manajernya Ariaji proses pembelian berjalan cepat dan lancar.

Kisah lalu begulir ke masa lalu, bagaimana Dayu menghabiskan waktu bersama keluarga. Ia begitu mirip dengan ibunya, Anjali. “Dayu? Wah kamu… sangat mirip ibumu.” Kata Cakra, yang lalu mengisi hari-hari remajanya. Cakra ternyata mencintai ibunya, tapi cinta itu tak menyatu. Ia adalah sahabat Mahesa, pamannya yang juga menghubungkan bisnis perkebunan dan segala alur asmara ini. “Dengan apa lagi kamu mengukur kesuksesan jika kamu tidak menilainya dengan uang yang kamu dapatkan?” Mungkin kalimat klasik orang tua kepada anak, hal yang sama disampaikan ayah Cakra yang lebih ingin mewujudkan impian jiwa mudanya ketimbang melanjutkan usaha keluarga. Namun cintanya pada ibu Dayu memang sangat besar, sehingga ketika ada kemiripan padanya ia jatuh hati. Dayu sendiri menyambutnya dan terjadilah percumbuan. Shock itu ketika Cakra ternyata sudah bertunangan dan gadis pilihan orang taunya yang menang. Diam adalah cara Cakra untuk membiarkan semuanya terurai oleh waktu meski selalu ada desakan kuat dalam diri Dayu untuk menjadi perempuan yang diinginkan, dikejar, dirayu. Ia sebenarnya gugup apakah ia cukup berani untuk melihat kesedihan di mata perempuan itu.

Mahesa sendiri sama saja, ingin mengikuti kata hati dengan merantau ke Bali membuka toko surfing ketimbang bersentuhan dengan perkebunan. Mana pernah aku peduli sama aturan baku atau yang mainstream. Ah… jiwa muda yang menggelora.

Misteri Narpati yang sering muncul di mimpinya perlahan namun pasti dikuak. Para penghuni rumah hujan, begitu akhirnya Dayu menyebutnya dituturkan dengan sudut yang nyaman dituturkan. Penampakan di studio lukis, jenis lukisan Dayu yang semakin hari semakin menakutkan – dalam artian artistik – sehingga makin laku di pameran-pameran, banyak dorongan mencipta karya istimewa, dan memori hubungannya dengan Cakra kembali timbul di rumah itu.

Dayu yang sering tak sadarkan diri, tampak menikmati luka. Justru ia merawatnya dengan intens. Arwah Narpati menawarkan sesuatu, dari alam bahwa sadar ia meminta semacam ‘kesalahan’ masa lalunya dituntaskan. Karena doa pada dasarnya mantra dan mantra melindungi rohnya. Memori alam gaib yang misterius itu menjelma dalam seni gambar di atas kanvas. Hanya kesadaran yang bisa mencegah tubuh kita dimasuki unsur lain. Dayu malah menemukan titik ilham ketika dalam tak kesadaran, di dunia antara. Yup, sekali lagi Doa itu sebenarnya sama dengan mantra. Ada teori yang meyakini bahwa harapan yang ketika diucapkan berkali-kali, seperti dalam doa, akan menjadi semacam mekanisme peringatan yang membentengi diri kita dalam bentuk medan magnet. Dayu harus berpacu untuk menyelesaikan permintaan Narpati atau korban-korban orang terdekatnya akan kembali terjatuh.

Selalu ada batas tipis antara menjaga diri khas dengan keenganan untuk melakukan terobosan yang bisa beresiko tidak diterima pasar. Sebuah karya, entah dalam bentuk apapun setelah dilepas ke pasar adalah milik publik untuk dinilai. Lukisan sendiri terlihat agung karena memang terbatas. Hanya kalangan elit yang bisa membeli karya terbatas yang aduhai. Kelas jelata jelas hanya mampu membeli, mengoleksi lukisan umum. Bahkan kalau kalian perhatikan, kaum jelata yang coba memasuki area kolektor lukis, tampak norak. Karya sederhana yang lebih murah, dan yang paling parah lukisan cetak yang dipajang di dinding ruang tamu. See…, seni ya gitu. Kita membeli keotentikan karya, sadis sih tapi faktanya seni lukis memang mahal. Alasan seni sering kali digunakan orang untuk menjelaskan keanehan orang.

Kalimat yang jleb salah satunya adalah ini: “Sudah jadi sifat manusia yang takut akan sesuatu yang tidak mereka pahami.” Benar banget, terutama generasi tua yang menghadapi banyak perubahan zaman. Perubahan digital itu menakutkan, percepatan teknologi sungguh luar biasa. ‘Dunia butuh perlambatan’, kata Bli De Coy sahabatku. Saya jelas sepakat. Penemuan-penemuan baru terus bermunculan dengan gagah dalam dua dekade ini. Manusia akan mendapat yang sepadan dengan yang diharapkan ketika ia mengatur hidupnya sedemikian rupa untuk mencapai harapannya tersebut.

Waktu dini hari yang sakral, sepertiga malam sering disebut di sini. Terutama jam tiga pagi sampai subuh karena menurut kepecayaan, itulah saat-saat roh kita sangat rentan. Buku ini terbagi dalam tiga bagian utama, O sebagai pembuka lalu sebelum, ketika dan setelah hujan. Setelah itu ada lima cerita pendek lagi. Pantas saja sub judulnya bertulis: ‘sebuah novel dan cerita-cerita lainnya.’ Dan syukurlah, cerpen yang disaji juga horor berkualitas. Puas.

Saya bukan penikmat cerita horor, baik medium buku atau visual gerak. Ga banyak kisah menakuti yang kuikuti, Rumah Hujan pun saya beli bukan karena genre itu, tapi lebih kepada sang penulis yang beberapa kali muncul di beranda sosmed, dan buku ini merupakan pengembangan dari cerpen ke novel. Beberapa buku yang kunikmati dari pengembang itu, mayoritas memuaskan, asal penulis sendiri yang mengembangkannya. Gentayangan, Kura-Kura Berjanggut, sebagian contoh sukses. Rumah Hujan, ternyata masuk ke golongan sukses itu. Daya pikat yang ditebar sepanjang halaman, mencekam gigil dengan interaksi pembaca, endingnya keren bagaimana jati diri seorang seniman yang dijual adalah seni dengan tanda langka, megah dan tak bisa dijelaskan. Sukses mengelabui pembaca, sukses mengelabui para kolektor seni lukis tentunya.

Ini memang kisah orang berpunya, enggak relate sama saya atau kaum jelata kebanyakan. Dayu terlahir sebagai anak tunggal yang memiliki kelimpahan materi, ga dekat sama ibunya ga bisa curhat nyaman sama ayahnya. Menciptanya sebagai pelukis, ga pelukis kere ya. Gaul sama golongan Kaya. Punya usaha keluarga di perkebunan, punya sahabat-sahabat yang mengisi ketika dibutuhkan. Berlimpah ruah kasih sayang sahabat, dari gambaran Cakra yang mencinta mati saja kita bisa bayangkan betapa tokoh utama kita sangat cantik. Sulit memang mencipta suasana orang-orang kaya mengeluhkan keadaan, sedikit karya cerita orang kaya yang sukses menyentuh penikmatnya. Dan ternyata Rumah Hujan, termasuk yang sedikit itu. Sebuah seni dalam cerita horor yang mengelabuhi.

Kegelapan yang membuatnya mengigil dan meniadakan kesadaran. Kesedihan sering kali melarungkan harapan dalam pelayaran tak bertepi. “Aku baru menyadari bahwa dari semua yang ada di dalam manusia, ingatan adalah hal yang terapuh.”

Rumah Hujan dan Cerita-cerita Lainnya | Oleh Dewi Ria Utari | 6 16 1 75 002 | Penerbit Gramedia Pustaka Utama | Desain sampul Lambok Hutabarat | Editor Hetih Rusli | ISBN 978-603-03-2899-7 | 256 hlm; 20 cm | Skor: 4/5

Untuk almarhum eyang kakung, Siwidodo Sastrodikromo, yang memberiku kenangan akan perjalanan membonceng sepeda ontel, melintasi malam dan kuburan.

Karawang, 141219 – 130120 – Roxette – Sleeping in My Car

Kisah Dalam Satu Jam

Dunia yang palsu, mengapa pendanganmu menyilaukan kami.”

Kumpulan cerpen Penulis dunia. Nama-namanya sudah mendunia, sebagian besar sudah akrab di telinga. Pas memutuskan beli ya karena karya mereka adalah jaminan kualitas. Jarang saya beli kumpulan cerpen dengan sistem keroyokan gini, iseng ambil pas di Zona Kalap IIBF 2018.

#1. Kerangka – Rabindranth Tagore
Kisah pembuka yang luar biasa. Kisah sederhana di tangan Tagore menjadi wow. Tentang balas dendam, tentang cinta yang tak sampai. Ditulis dengan halus, tanpa menggebukan amarah arti kesumat itu sendiri. Ada ruang berisi kerangka, dengan sudut orang ketika kita disajikan cerita berlapis bagaimana kisah tragis menjadi dahsyat. “Apakah kau masih di sini?

#2. Kasus Pembunuhan – Graham Greene
Pembunuhan ganjil dengan sebutan ‘Kasus Peckham’. Di dini hari yang remang pembunuhan terjadi. Menghadirkan beberapa saksi salah satunya Nyonya Salmon yang melihat jelas dari sibak tirai jendela. Begitu sidang pengadilan telah berjalan dan niscaya Anda pun akan berpendapat pastilah si penjahat, Adams akan dihukum gantung. Namun sebuah bukti lain mengejutkan sehingga segala yang tampak yakin menjadi kabur. Kisah dengan cerdas melontarkan pilihan ketiga, dan ending yang mengerikan. “Anda lihat orang itu sekarang ada di sini.”

#3. Perkampungan Indian – Ernest Hemingway
Orang Indian akan menyukai sesuatu jika diberi kesempatan. Tentang persalinan di seberang dermaga. Nick dan ayahnya dijemput orang Indian untuk membantu kelahiran, pasangan sang ibu hamil kemarin sakit parah sehingga saat persalinan berlangsung ia mendekam dalam kamar dengan erangan sakit tiada tara. Lebih nyaring dank eras ketimbang proses persalinan itu sendiri. Akhirnya sendiri menyedihkan. Ironi bagaimana sang Penulis akhirnya malah berakhir dengan bunuh diri. “Apakah banyak manusia yang bunuh diri?

#4. Burung Bulbul – Marxim Gorky
Cerita keempat tetap luar biasa, bagaimana siulan burung bulbul menjadi penanda. Bagaimana orang dengan teknik khusus bisa mencipta siulan burung bulbul. Trik dan segala keahlian itu mengecoh para penumpang kapal. Kesedihan merambat di atas sungai yang tampak lesu. “Ketika saya sudah mahir meniru kicau burung, orang-orang desa mengatakan kepada saya. Teruskan bersiul, Misha…” Kita telah mendengar kicau burung bulbul, burung yang menjadi mahsyur karena penyair, bukan karena anak desa penjiplak tadi. Ternyata mengetahui kenyataan tak lebih indah dari ilusi.

#5. Kisah Dalam Satu Jam – Kate Chopin
Bagaimana dengan kita, akankah kita ke surga nanti?” Sebagai cerita yang diambil sebagai judul utama, kisah ini benar-benar keren. Tragis, unik dan sungguh diluar duga. Nyonya Mallard yang mengidap penyakit jantung diberi tahu dengan tenang oleh Josephine, adiknya bahwa Brently Mallard sang suami ada dalam daftar orang ‘meninggal’ dalam musibah. Mereka mengatakan mencoba sehalus mungkin. Sedih, dan mencoba menyangkalnya Nyonya Mallard menyendiri dalam kamar. Ia muda dan cantik, kesedihan ini tak bisa dibiarkan berlarut, sampai akhirnya kisah menemui titik kejut yang dahsyat. “Bebas, bebas, bebas.”

#6. Rumah Di Jalan Buntu – Mahesh Bhargava
Empat Sekawan: Biman Guha, Paritosh Sen, Mayank Cahtterji dan Surajit Gangguly selalu tampak bersama di kampus sebagai para penikmat seni, sastra dan cerita petualangan. Keempatnya melakukan perjalanan ke Calcuta, mereka harus istirahat bermalam di sebuah rumah di jalan buntu. Dan sesuatu yang tak terduga terjadi. “Jika sungai Gangga melimpah airnya, orang-orang miskin yang tinggal di sepanjang tepi-tepinya akan kehilangan barang-barang dan tempat tinggalnya.”

#7. Sumur Thakur – Prem Chand
Cerita klasik dari Banaras. Gangi yang membutuhkan air bersih untuk minum Jokhoo yang lemah, hanya tersedia air lumpur. Ada sebuah sumur di keluarga kaya tuan Thakur. Kebimbangan, kenekadan, atau sebuah tindakan buruk dalam menentukan pilihan? Malam itu Gangi melakukan sesuatu yang sungguh liar. “Kami hanya berpikir lebih baik bekerja keras dan mandiri.”

#8. Glushenko Dan Bunga Aster – Hellen Melpomene Brown
Tentang dialog-dialog panjang di meja makan. Para bangsawan Ukraina, Prancis dan beberapa utusan menikmati malam dengan santai sampai akhirnya bunga aster yang dimaksud butuh ‘pertolongan’. “Pernahkah kau membaca kisah Star Rover karya Jack London? Pengalaman-pengalamannya di penjara.” Mereka selalu bilang jangan habiskan untuk pesta pernikahan atau jangan habiskan uang untuk pemakaman. Walau begitu, ayahku bukanlah seorang ahli kayu, melainkan seorang ahli sihir.

#9. Pendosa – Sherman Alexie
Tentang mimpi buruk Jonah akan perang. Kepanikan melanda, sebagian menyangkal, sebagian peduli dan bersiap. Ini kisah anekdot sebelum perang saudara pecah di Amerika, dan seperti yang sudah kita ketahui, pertempuran akhirnya terjadi, mimpi Jonah benar. “Ibu, akan terjadi perang.” Kami memasuki cahaya terang, aku memasuki cahaya terang.

#10. Bayi Dalam Bak Sampah – Donne Bartholomew
Cerpen dari Singapura dengan judul asli, ‘The Baby in the Rubish Bin’. Seorang anak yang selalu menghindari bak sampah saat pulang karena sebal ada Froggy, kodok berisik. Namun suatu hari ia menemukan bayi dalam bak sampah, dan esoknya koran-koran memberitakan penyelamatan itu. “Seorang pahlawan.

#11. Kain Kafan – Prem Chard
Pasangan miskin yang aneh, Madhava dan Budhiya. Budhiya sakit keras. Lalu Gheeso sang pengerajin kulit, memberi saran pada sobatnya agar menengok istrinya. Madhava yang juga aneh keberatan. Mereka melarat dan sungguh menderita. Bahkan saat Budhiya esoknya meninggal mereka ga kuat beli kain kafan. Sumbangan datang, terkumpul dan mereka pun mencoba mencari kain ke pasar. Sungguh mengejutkan uang receh itu malah habis buat mabuk. “Kita bilang saja uangnya jatuh dari sarung yang kita pakai. Mereka tak akan percaya, tapi mereka akan memberi kita uang lagi.” Duh, berengsek!

#12. Selembut Tangan Ibuku – Robert Fontaine
Suami istri tua yang masih saja terkejut akan tingkah pasangannya. Hidup memang untuk dinikmati, tetapi apa yang kita impikan lagi jika sudah berumur 80 tahun dan sudah menikah lebih dari 50 tahun. Bukankah semua jalan sudah dilewati, semua laut sudah diseberangi? Sang aku, sang anak menjadi pencerita bagaimana kedua orang tuanya dengan tingkah aneh melewati malam. Ayahnya pergi dan tak kembali, kekhawatiran melanda, dan pencarian terjadi. Esoknya saat ayah mereka pulang, dengan santai menjawab. “Aku pergi ke bioskop.” Oh. Dan fakta-fakta kasih sayang yang abadi tersaji. Saat dia menggenggam kedua jari tangannya dalam berdoa atau menepuk tangannya, jarak antara bumi dan bulan bisa berubah.

#13. Harta Terpendam – Alberto Moravia
Kisah tak lazim bahwa dari obrolan di rumah makan sebuah penginapan memicu kriminal. Si tua Marinese melontarkan sebuah kabar bahwa ia memiliki emas yang terpendam di pekarangan. “Suatu hari kelak saat tua renta dan tak mampu bekerja, aku akan menggalinya.” Maka sang aku, pelayan dan Remigio merencana merampok, meminta paksa petunjuk tempat penyimpanan emas. Dengan berbekal sekop, linggis dan sepucuk pistol malam itu kejahatan tercipta. “Dan apa yang kau lakukan dengan pistolmu?”

#14. Gadis Pintar – Margaret Bonham
Ia ingin menarik perhatianmu, dan kamu memberinya perhatian.” Penutup yang bagus. Kisah tentang penulis yang mengirim naskah ceritanya ke media. Koran The English Review dipimpin oleh lelaki bernama Stendel, dibantu sekretaris laki-laki Mark Pellini. Suatu hari seorang tukang pos mengantar sebuah kiriman naskah cerita bagus sekali, benar-benar narasinya hebat sampai-sampai apa yang dikisahkan tampak nyata. Sang pengirim gadis introvert yang freak. Cerpen berikutnya ‘Ruang Tunggu’ sama hebatnya, sampai-sampai Stendel terbawa cekam saat naik kereta dan di ruang tunggu seolah muncul karakter cerpen, mengancamnya. Penutupnya nge-twist bagaimana cerpen sang gadis berkisah pembunuhan oleh sopir taksi, siapa korbannya, kalian akan begidik. “Aku tidak bohong Mark! Karangan Nona Anna itu benar-benar terjadi pada diriku.”

Harbolnas, menikmati Mizan Store

Ditemukan banyak typo, editing yang buruk, layout berantakan. Entah bagaimana semua itu diloloskan untuk dicetak, dan betapa menyedihkan untuk dijual! Sebuah penerbit kecil, penerbit indi sekalipun hal-hal dasar harus tetap diperhatikan. Proof reader, cek and ricek, sumber yang valid dst. Bahkan setiap profil Penulis seharusnya ada foto, ada yang kelewat kosong. Seolah editingnya memang tak tuntas, atau malah mencari foto Penulis ga ketemu? Di era digital gini? Alamak!

Sayang sekali, tulisan sebagus ini dibawakan dengan ala kadarnya. Ibarat makan udang rebus kualitas restoran bintang lima disajikan dalam semangkuk plastik berdebu. Sulit untuk cetak ulang bila sajiannya penuh minor gini. Namun saya percaya, 30, 40, atau 50 tahun lagi buku terbitan kecil gini akan langka dan menjadi cult. Dan saya berpendapat Kisah Dalam Satu Jam bakalan menjelma cult, cocok untuk kolektor!

Kami akan melaksanakan apa yang menjadi tugas kami, dan kami akan melaksanakan tugas dengan cepat dan tanpa menimbulkan rasa sakit.”

Kisah Dalam Satu Jam | Kumpulan Cerpen Penulis Dunia, diterjemahkan dari berbagai sumber | Cetakan I, Februari 2015 | Diterbitkan oleh Penerbit Literati | Penerjemah dan Editor Edi Warsidi | Lay out Rozal Rabas | Desainer sampul M. Shodiq N. | 242 hlm.; 13 x 19 cm. | ISBN 978-602-8740-41-8 | Skor: 4/5

Karawang, 121218 – Nikita Willy – Ku Akan Menanti

Yang Terjadi Dalam Seminggu

Kesibukan telah kembali mewarnai rutinitasku.

1. Manchester City Juara EPL 2013/2014

Liga yang dianggap paling mentereng sedunia itu kini berakhir sudah, dengan menempatkan Man City sebagai pemenang. Puncak klasemen sempat berganti-ganti Antara Chelsea, Liverpool, dan Arsenal. Namun konsistensilah yang membuat Manchester Biru juara. Selamat!

2. Futsal

Gambar

Lama tak bermain futsal, hari Kamis lalu akhirnya saya menyempatkan diri cari keringat. Bersama teman-teman baru di tempat kerja baru. Saya coba menyesuaikan diri. Rencananya sih rutin dari kantor tiap Kamis. Yah, mudah-mudahan bisa.

3. Adik Ipar Menikah

Hari Jumatnya adik iparku menikah, tepat sehari setelah ultahnya yang ke 22 tahun. Sayangnya kesibukan kerja membuatku ga bisa hadir full. Sebagai orang baru di kantor saya belum bisa ijin. Jadi saya datang ke acara pulang kerja jam 21:00 saat acara bebas. Selamat ya Dek!

4. Kebunku

Kebun di depan rumah kami yang sempit sudah menghasilkan. Berisi campur aduk tanaman, akhirnya pohon singkong itu berfungsi juga. Daunnya sudah mulai dipetik buat dibikin lalapan, cabe-nya bisa buat bumbu masakan. Sayangnya buah melon yang siap petik tiba-tiba dimakan tikus/hewan liar sehingga gagal dinikmati.

5. Koran

Gambar

Sebulan sudah saya bekerja di tempat baru, sehingga rutinitas baca Koran kembali bisa dinikmati di akhir pekan. But it’s OK!

Karawang, 130514

Yang Terjadi Dalam Sepekan

Gambar

(sortir data saldo JHT BPJS karyawan)

<img class="size-full wp-image" id="i-1411" alt="Gambar" src="https://lazionebudy.files.wordpress.com/2014/03/img00299-20140311-0350.jpg?w=650"(So many books to read, so little time)

<img class="size-full wp-image" id="i-1412" alt="Gambar" src="https://lazionebudy.files.wordpress.com/2014/03/img00302-20140311-0724.jpg?w=650"

(memantau dari lantai atas karyawan training)

Gambar

(ada lomba masak kreasi singkong di masjid dekat rumah)

Gambar

(buku ‘Sang Fotografer’ dan ‘Heroes of the Valley’, kiriman dari Klaten sudah sampai)

Karawang, 110314