Neraca Kebenaran

“Saya tidak tahu apakah saya harus berdoa qunut pada salat subuh atau tidak, juga membaca Bismillah terdengar atau tidak? Sekarang berijtihadlah dengan diri sendiri. Amati para imam (manzhab), siapa diantara mereka yang menurutmu lebih utama, juga yang fatwa-fatwanya lebih pas dengan hatimu. Sebagaimana kamu sakit dan harus ke dokter, karena saking banyaknya dokter di kampungmu… maka begitulah kamu berijtihad dalam beragama. Siapa yang paling mendominasi dalam sangkaan Anda sebagai yang paling utama, maka ikutilah dia.”

Buku tipis, dicetak mungil. Bagus sekali, saya menemukan cara pandang baru terhadap Al-Qur’an. Makin tertancap yakin. Banyak hal memang tak bisa dilogika, maka terjadilah percakapan antara si Fulan (F) dengan Al Ghazali (G). Fulan dari sekte Syi’ah Batiniyyah. Diungkapkan dengan segala kelemahan dan kelebihannya, mencipta pesona dan sesuai tujuannya, agar kita bisa mengambil manfaat dari dialog-dialog ini dengan merenungkan hal-hal yang lebih tinggi daripada sekadar meluruskan manzhab Ta’limiyyah.

Parameter-parameter timbangan Al-Qur’an pada dasarnya ada tiga: parameter ta’adul (ekuilibrium), talazum (ekuivalensi), dan ta’anud (kontradiksi). Ditambah parameter ekuilibrium yang dipetakan menjadi tiga, akbar (besar), awsat (tengah atau medium), dan asgar (kecil), jadi kalau dihitung semua ada 5 parameter. “Dan jangalah kamu tergesa-gesa dengan Al-Qur’an sebelum disempurnakan pewahyuannya kepadamu, dan katakanlah: Ya Tuhanku, tambahkanlah ilmu pengetahuan.” (QS. Taha: 114)

Ketika si Fulan semakin paham, ia malah mendukung beberapa argument Ghazali. “Saya tahu sekarang, mengapa orang-orang berbeda pendapat. Mereka tidak mencerdasi kerumitan-kerumitan ini sebagaimana Anda mencerdasinya, sehingga ada yang salah dan ada yang benar.”

Maka dijawab dengan bijak, “Seyogyanya kita tidak mengingkari, dalil-dalil Al-Qur’an, meskipun kita melihat sisi-sisi keraguan pada premisnya, sebab dalil-dalil tersebut, memberikan api penerangan tersendiri bagi orang-orang yang mengakui. Anda bisa belajar menimbang yang betul dan memenuhi syarat. Maka setiap kali ada permasalahan, Anda bisa menimbangnya dengan parameter, lalu mencerdasi syarat-syaratnya dengan pemikiran yang jernih dan jerih payah yang cukup, maka pikiran Anda akan terbuka.”

Lalu Fulan melanjutkan, “Seorang imam yang bisa dianut haruslah memiliki mukjizat atau berargumentasi dengan nass (teks suci) yang turun temurun dari nenek moyangnya. Lalu dimanakah teks suci dan mukjizat Anda?”

Dijawab, “Ketahuilah bahwa orang yang bisa disebut ‘iman’ adalah orang yang belajar dari Allah dengan perantara Jibril. Ini jelas tidak bisa kuklaim untuk diriku. Tapi saat ada yang bilang, ‘Saya hapal Al-Qur’an’ ada tiga orang, mana yang paling kamu percaya? “Buktinya saya akan membaca Al-Qur’an tanpa mushaf.” Saya pikir Anda tahu pasti mana di antara bukti-bukti itu yang paling jelas bagimu, dan mana yang paling bisa dibenarkan.”

Manusia terdiri atas tiga kelompok: pertama, awam, kalangan bodoh yang selamat penghuni surga. Kedua, khawwas (elit), kalangan intelegensia. Dari kalangan inilah muncul kelompok ketiga yaitu pakar debat dan korius yang mengorek-orek kerancuan paham dalam Al-Qur’an untuk menyalakan fitnah. “Agama memiliki susul (wilayah prinsipil, dasar) dan furu (wilayah sub divisi, cabang), dan friksi perbedaan sama-sama ada dalam keduanya…”

Manusia tidak dibebani untuk salat dengan baju suci, melainkan memakai baju yang mereka sangka suci. Manusia tidak dibebani salat menghadap ke kiblat, tapi dibebani untuk salat yang disangka menghadap kiblat dengan pedoman gunung, bintang, matahari.

Kebanyakan penghuni surga adalah orang bodoh, sementara surga-surga illiyyin diperuntukkan untuk para cendekia. Sementara orang-orang yang suka mendebat ayat-ayat Allah, mereka menghuni neraka dan Allah bertindak dengan kekuatan bagi orang yang tidak bisa ditindak Al-Qur’an.

Buku mungil yang nyaman dan layak dikoleksi. Karena sistem dialog maka, muncul perdebatan dan pelurusan. Penyampaiannya juga harus mudah dipahami orang awam. Jika yang satu mampu meragukan (dan melemahkan) argumentasi yang lain maka konsklusinya harus ia terima. Yang diajarkan di sini, bagaimana cara menimbang hal rasional dengan bersandar pada manqul (tekstual) agar ujaran yang ada menjadi mudah diterima. Penalaran dan analogi. Dan terpenting, bila masih ragu juga, nasehatnya jelas. “Ambillah ilmu pengetahuan dari orang yang melalangbuana, mengenal dan meneliti. Serahlah diri Anda pada orang pakar.”

Neraca Kebenaran | by Al-Gazali | Penerbit Pustaka Sufi | Alih bahasa Kamran As’ad Irsyady | Penyunting Sabrur R. Soenardi, Pahrurroji M. Bukhori | Desain sampul A. Sobirin | Tata letak Ataya | Pracetak Abdullah, Rudi Parlin | Cetakan pertama, Januari 2003 | Pencetak Futuh Printika | xvi + 120; 12×18 cm | ISBN 979-97400-0-2 | Skor: 4/5

Karawang, 050722 – 150722 – 210722 – Maroon 5 – Sugar

Thx to Ade Buku, Bandung

Dua Drama Mendebarkan di Atas Kapal

“Aku memahami pokok-pokok, bahaya dan kerasnya serangan dan pertahanan, teknik berpikir bergerak ke depan, perencanaan, dan serangan balik. Dan aku mampu mengenali kepribadian dan gaya masing-masing…”

Menakjubkan. Bagaimana bisa dua buah cerita pendek, tapi tak terlalu pendek, bernarasi di atas kapal. Polanya sama, bertemu orang asing, lalu bercerita. Dua drama yang menakjubkan. Untuk buku ini, kekuatan cerita yang utama. Menegangkan, bahkan hanya dari dua orang duduk ngobrol kita turut khawatir dan ketakutan. Yang pertama, curhat dokter yang ketakutan sebab menyimpan rahasia gelap. Kedua, curhat mantan tahanan Nazi yang jenius aneh, sebab dalam penjara secara tak sengaja menanamkan buku catur di otaknya. Keduanya sungguh brilian cara penyampaiannya, cara menyelesaikan masalahnya, cara mengakhiri cerita.

Amok secara hebat menelusur masa lalu sang dokter yang terasing, bagaimana masa lalu menciptanya jadi segila saat ini. The Royal Game juga sama, secara hebat menelusur sang dojter yang terasing, bagaimana masa lalu menciptanya jadi sejenius saat ini. Keduanya ditempa kesepian, keterasingan, dipaksa keadaan. Dan keduanya menjadi tokoh sentral yang bercerita pada sang aku, sang aku menjadi pendengar yang sangat baik, lantas menjadi penulis kisah yang brilian.

#1. Amok

Dinarasikan oleh penumpang tak bernama, sang penulis yang naik kapal dari India. Tiket sudah habis, tapi kalau ada kapal dari Hindia Timur nanti dikabari. Dan benar saja, ada tiket murah menuju Eropa, seadanya. Ga masalah, sebab ia memang ingin gegas mudik. Selama perjalanan kapal India ke Eropa itulah ia berkenalan dengan orang aneh di dek gelap.

Setiap tengah malam, ia ngopi menikmati kesunyian, memandang cakrawala. Lalu secara tak sengaja bersinggungan dengan orang aneh, yang mabuk dan waspada. Kesamaan sepi dan nasib menyatukan mereka, lalu ia pun menjadi pendengar kisah menakjubkan tentang cinta yang kandas dan rahasia besar.

Seorang dokter Belanda yang ditugaskan di Pulau Jawa, keterasingan dan beban hidup yang ditimpakan membuatnya kesepian. “Dalam keterasingan yang bagai neraka ini. Ah, hutan, keterasingan, ketenangan, saya bermimpi!” Keseharian melayani masyarakat, pernah membantu anak walikota yang kakinya terluka, terkenal baik hati dan suka menolong. Hingga pada suatu hari muncullah tamu agung, seorang istri pejabat Belanda yang galau. Awalnya ngaku sakit kecil, “Bukan hal serius, hanya hal-hal kecil, masalah perempuan… pusing-pusing, pingsan.”

Keluhan sakitnya, tak secara langsung disampaikan. Secara tersirat meminta tolong, tapi sang dokter memberi bayaran berat, yang ditolak, tarik ulur itu menghasilkan putusan memalukan. “Ada percikan hasrat dalam diriku mengatakan: jangan terlalu cepat! Ciptakan kesulitan. Buatlah dia mengemis!”

Sang dokter yang kesepian, hasrat seks-nya yang selama ini tersalur dengan penduduk lokal yang pasrah dan dingin, kini mengingin perlawanan. Dan cintanya terhalang tembok besar. “Saya sangat lemah terhadap wanita dengan sikap dingin dan angkuh.”

Suami pejabat itu akan turun dari kapal hari Sabtu, maka mereka yang kembali bertemu di pesta jamuan malam tampak canggung, dan sayangnya takdir yang menyentuh mereka adalah putusan hitam. “Bila Anda telah kehilangan segalanya, Anda berjuang mati-matian untuk yang terakhir yang tersisa, dan yang terakhir adalah warisannya kepada saya, kewajiban saya untuk menjaga rahasianya.”

Dan di sinilah, di atas kapal perjalanan jauh ini sang dokter memiliki misi menjaga warisan rahasia itu. Di Napoli, segalanyanya ditutup. Pilu, sedih, tragis.

#2. The Royal Game

Bertema catur, duo jenius beradu di atas kapal. Yang pertama adalah juara dunia yang ditemukan secara tak sengaja oleh bapak pendeta di Yugoslavia. Anak yatim piatu bernama Mirko Czentovic yang tinggal di gereja menjadi anak asuh. Tumbuh buta huruf, tak mengenal sekolah, seolah tanpa harapan. Namun suatu malam saat sang pendeta main catur melawan si polisi, ada panggilan tugas mendadak yang memaksa permainan dihentikan. Pak polisi yang mengamati bocah yang penasaran melihat papan catur, mengajaknya melanjutkan main, dan si bocah menang. Menantang berulang, menang terus, besoknya bapak angkatnya penasaran dan saat bertanding si bocah menang berulang kali. Hingga akhirnya mencipta kegemparan, jenius catur ditemukan. Hingga ia mendapat gelar juara dunia. Yang kedua adalah penumpang asing, yang secara tak sengaja turut serta pusaran permainan.

Nah, dalam perjalanan kapal uap dari New York ke Buenos Aires. Si aku (lagi-lagi mengambil sudut pandang penulis) penasaran, sebab di kapal ada juara catur, ia coba memancingnya. Menantang main catur sama sobatnya McConnor di area merokok, lalu menggoda temannya untuk menantang sang juara dunia. Promotornya memiliki banyak syarat, salah satunya ada uang yang dipertaruhkan, dua ratus lima puluh dollar dalam satu permainan. Tak masalah, Czentovic melawan semua penonton, artinya boleh membantu memberi saran, dan pertandingan dilakukan jam 3 sore.

Seperti dugaan, McConnor kalah. Dan menantang tanding ulang, dan saat di tengah permainan, McConnor diberi nasehat orang asing. Penonton di belakangnya nyeletuk, kasih nasehat, beri saran tiap langkah, dan hasil seri sepertinya sudah cukup. Benar saja, semua intruksi diikuti, sampai membuat jenius kita kewalahan, hingga meminta seri. Pikirannya yang cepat harus menghitung semua pergerakan lawannya mungkin terlebih dahulu.

Besok, juara dunia yang penasaran malah gantian meminta tanding lagi. Di jam yang sama, dan kali ini sang aku meminta bantuan orang asing tersebut, dan tahulah kita semua masa lalu Dr. B. Bagaimana ia mendapat ilham catur, di penjara, introgasi, frustasi, dan dalam keterasingan, ia mendapat ilham. “Dan dengan empat atau lima benda-benda yang bisu: meja, tempat tidur, jendela, wastafel. Kauhidup seperti penyelam di lautan hitam dalam keheningan… ketiadaan di mana-mana.”

Buku yang diambilnya, diselundupkannya adalah buku catur, dank arena dalam penjara tak bisa ngapa-ngapain, ia lalu memelajari catur dengan luar biasa intens, menciptanya jadi manusia super. “Aku bermain ‘buta’ menggunakan istilah teknis. Catur memiliki efek mengagumkan karena energi intelektual yang dikumpulkan dalam bidang sempit yang dibatasi. Aku memikirkan kemustahilan yang aneh: ingin bermain catur melawan diriku sendiri.”

Singkat cerita, besoknya ia maju dan meminta jangan terlalu berharap banyak, ia mengingatkan sang aku untuk menegurnya, bila meminta tanding ulang, ingat ini hanya satu laga. Duo jenius berhadapan, siapa menang?

“’Kau bermimpi’, aku berkata pada diriku sendiri. ‘Kau bermimpi’ apapun yang kau lakukan, jangan buka matamu! Membiarkannya pergi, mimpi ini. atau kau akan melihat kamar yang terkutuk di sekitarmu lagi: kursi, wastafel, meja, dan wallpaper dengan pola selalu sama. Kau bermimpi, pergilah dari mimpi!”

Ini adalah buku Stefan Zweig pertama yang kubaca. Bagus banget, dua cerpen (atau bisa disebut juga novela) yang kusikat dalam dua kali kesempatan duduk. Malam Minggu (09/07/22) dan Minggu paginya di suasana Adha. Ada biografi singkat sang penulis di halaman belakang, perjalanan hidupnya yang membenci Nazi, dan bagaimana ia mengungsi ke Inggris lantas ke benua Amerika dan memutuskan bunuh diri, bergitu juga istrinya. The Royal Game adalah karya terakhirnya, dan malah menjadi buku perdananya yang kulahap. Di rak ada buku satu lagi karya beliau. Tak sabar rasanya, apa kekejar bulan Juli ini juga?

The Royal Game and other stories | by Stefan Zweig | Penerjemah Maria Vregina & Aprilla Rizqi Parwidanti | Editor Wayan Darmaputra | Penyelaras akhir Naufil Istikhari KR & Wahyudi Kaha | Perancang sampul dan lukisan Anzi Matta | Penata letak Mawaidi D. Mas | Penebit Papyrus, 2017 | Cetakan pertama, 2017 | vii + 239 hal; 13 x 19 cm | ISBN 979-602-19513-9-2 | Skor: 5/5

Karawang, 110722 – Caro Emerald – Back it Up

Thx to Warung Sastra

Bertanam Cabai dalam Pot #28

“Hasil penelitian IPB tahun 1997 membuktikan, harga cabai lebih banyak dipengaruhi oleh suplai. Bila suplai kurang maka harga langsung naik. Bahkan dengan kecanggihan komunikasi saat ini, harga cabai di pasar induk bisa berubah dalam hitungan menit, sesuai ketersediaan barang di sentra produksi.”

Mungkin kutipan yang saya pilih kurang tepat, ini tentang tanam mandiri cabai di pot rumah, bukan di lahan, tapi mengapa malah hasil penelitian yang menarik? Di akhir buku ada penjelasan keuntungan finansial, dan bisa dimanfaatkan untuk memasak di rumah. Walaupun sekadar nilai tambah di dapur, tapi hasil panen ini memang beberapa kali benar.

Buku tipis yang bermanfaat. Kubaca sekali duduk siang tadi pas istirahat kerja, langsung kelar. Sejatinya sudah beberapa kali memiliki tanaman cabai di pot depan rumah, sudah berulang kali panen pula. Secara praktek sudah, niat membeli buku adalah tahu teorinya. Dan terpenuhi, benar-benar bermanfaat. Simple, sederhana, ngena. Contoh, pemilihan bibit, dulu saya selalu mengambil biji cabai yang busuk, tidak dimasak, sehingga ketimbang dibuang, bijinya saya tabor di pot. Tumbuh, dan berbuah. Di sini dijelaskan, bibit biji cabai harus yang prima, yang bagus. Benar-benar cabai yang fresh, itupun tak sembarangan. Dipilah dengan disebar di air, yang melayang apalagi terapung, itu bibit buruk, pilih bibit yang tenggelam. Lalu pilih yang segar, tak keriput atau ngeruntel. Sederhana ya, tapi penting.

Itu baru bahas benih, benih bisa dari berbagai jenis cabai. Dari cabai besar dan kecil, cabai warna merah, kuning, hijau, cabai rawit yang pedas dahsyat, hingga cabai tak pedas jenis paprika warna hijau. Gegaya cabai besar, tapi tak ganas. Jenis ini seringnya dipakai untuk lalapan bersama daging.

Bahasan berikutnya bahas tanah. Tanah yang ideal itu yang bagaimana, pembagian dengan pupuk, air, dan tanah ada hitungannya. Komposisinya akan lebih ok bila pas. Ada pula pemilihan pot. Dari semen, tanah liat, plastis, hingga keramik. Yang utama, dan malah akan tampak eksotik jelas tabung bekas produk. Botol cat, drum bekas, gallon bekas, dll malah ok kan. Penggunaan barang bekas. Berikutnya pemilihan pupuk juga dijelaskan. Nah yang ini tak paham saya, selama ini ngasal saja, Cuma disiram dan dipetik bila ada daun kering atau rusak. Di sini disajikan berbagai jenis pupuk, beserta nominal harganya (tahun 1990-an).

Poin penting pemeliharaan, tak sembarangany juga asal petik daun menguning atau yang keriput, ada ilmunya juga. Pembagian jarak antar pohon juga kudu dijaga, bila hama menyerang, perlu disemprot, hingga bagaimana cara panen yang benar. Panen saat cabai 80-90% berwarna merah, maka jangan langsung dipetik semua. Dipilah, mana yang sudah ok mana yang masih perlu Tuhan mewarnainya. Berbagai jenis cabai juga beda masa hidupnya. Yang direkomendasikan untuk pot rumahan adalah pohon cabai rawit yang bisa bertahan hingga tiga tahun!

Sekarang tinggal prakteknya, bila sesuai hitungan, bila saya mulai saat ini menanam cabai maka bisa dipanen hingga 4-5 bulan lagi, berrati sekitar Oktober – November, mari kita coba. Kebetulan kemarin pas libur saya lempar cabai busuk ke pot, ngasal. Besok saya pilih yang sesuai buku, dan coba kita sandingkan. Tak perlu yang berlebihan, paling pakai pot bunga yang ada di depan, ditambah kaleng-kaleng bekas yang ada, hanya tata cara tanamnya sesuai buku ini.

Mau cerita, dulu setiap masa panen tetangga sering kali meminta ambil cabai di pot saya. Sejatinya kalau sekali dua kali sih ok, tapi ternyata berulang. Bahkan sudah berani ambil dulu, minta izinnya pas saya pulang kerja. Hufh…, itu padahal tanam cabai iseng saja. Makanya bagaimana kalau sudah dapat ilmunya dan benar-benar pohon cabai nantinya lebih dominan ketimbang bunga? Ya, tetap saya kasih sih kalau minta. Iseng berpahala saja.

Akhirnya, buku-buku non fiksi memang enaknya dibuat dengan fun dan sederhana gini. Apa karena temanya yang sederhana sehingga malah nyaman, atau memang pembawaannya yang pas. Ingat ini buku dibuat keroyokan, sebuah majalah terkemuka tentang tanaman, cetakan yang kubaca adalah 13, dan sudah direvisi. Makanya nyaman, dan ternyata laku, laris. Apakah di masa digital seperti ini buku sejenis ini masih laku? Yang jelas masih dibutuhkan. Ingat setiap tahun IPB meloloskan para sanjana pertanian yang membutuhkan bahan bacaan berkualitas tentang tanaman. Makanya, pembawaan yang fun dan enak perlu. Yang jadi pertanyaan, bagaimana kalau tema serius ditulis dengan fun dan nyaman juga? Perlu dicoba tuh…

Bertanam Cabai dalam Pot | Penyusun Redaksi Trubus | Foto sampul Dok. Trubus | Foto ilustrasi Dok. Trubus, Titut Wibisono, Angga Wibowo | Ilustrator Fahrul Lutfie Haikal | Penerbit Swadaya | Unggaran 1997 | Cetakan ke XIII, Jakarta 2006 (edisi revisi) | A CCXCIX/737/2000 | Bibliografi: hlm. 51 | ISBN 979-489-546-6 | Skor: 3.5/5

Karawang, 280622 – Image Dragon – Believer

Thx to Justin Secondbook, Jakarta

#30HariMenulis #ReviewBuku #28 #Juni2022

Buku Yang Saya Baca 2018

Tahun yang sibuk, sebenarnya sebelumnya juga baca banyak sih tapi ga kuhitung. Baru tahun 2018 saya coba hitung, karena baru punya HP Ok dan instagram yang mulai aktif, jadi catatan ini saya ambil dari ig: lazione.budy sebagian sudah ulas di blog ini, sebagian besar lagi masih menunggu antrian. Sudah kususun pula Best 14 nya. Berikut buku yang kutuntaskan baca tahun lalu:

32 buku yang kubaca Januari ada di sini.

#33. The Last Song – Nicholas Spark
Cerita cinta yang mudah sekali ditebak. Kisah cinta putri sulung kepada ayahnya dan persembahan ‘Lagu Terakhir’ yang dicipta. “Karena kau hanya menyinggungnya sambil lalu selama beberapa minggu terakhir dank au tak pernah ngobrol dengannya di telepon, tidak sulit mengambil keputusan ada sesuatu yang terjadi.”

#34. Ratu Sekop – Iksaka Banu
Kumpulan cerpen yang absurd. Penyuka seni, sad ending, menyisakan tanya dan pilihan judul yang unik. Twist!

#35. Pesta Remeh Temeh – Milan Kundera
“Keremehtemehan kawanku, adalah esensi dari eksistensi. Semua itu ada di sekitar kita. Dan di mana-mana serta senantiasa. Anak-anak tertawa tanpa tahu sebabnya, bukankah itu indah?” Kehebatan buku ini terletak pada penempatan kata-kata yang pas, membawakan kisah tanpa tergesa dan hal-hal kecil remeh temeh dijadikan lelucon seru.

#36. Kelir Slindet – Kedung Darma Romansha
Baru tahu arti telebuk dari sini. Campuran kearifan lokal Indramayu dari dangdut, kasidah, miras sampai pelacuran. Gelar haji yang terbeli dan seabreg hal-hal klenik. Liar, dendam dan saling tempar teluh.

#37. Three Sisters – Anton Chekov
“Jadi menurut Anda, bahkan hanya memimpikan kebahagiaan saja itu tidak ada gunanya? Bagaimana kalau aku sekarang sedang bahagia?” Penikmat teater wajib baca, penikmat fiksi pasti suka detail-detail seperti ini. Jadi seberapa pelik permasalahan tiga saudari Olga, Marsha dan Irina?

#38. Potret Diri – Atasi Amin
Kumpulan puisi yang menyasar berbagai tema, dari potret diri akan kenarsisan sang penyair “… mari bersama atasi. Amin” sampai beragam tema dari hal sepelemacam kegiatan cacing, suara suara sampai narasi aneh Punokawan.

#39. Kealpaan – Milan Kundera
“Prediksi hanyalah satu dari sekian kepastian yang ditangguhkan kepada umat manusia.” Dua karakter emigrant yang terasing, Irena ke Prancis, Joseph ke Denmark lalu keduanya mudik ke Ceko tahun 1989 dan bagaimana mereka mengenang hal-hal yang sudah disapu waktu.

#40. Kaas – Willem Elsschot
Awalnya kukira bakalan klise tentang motivasi pekerja yang resign untuk memulai usaha keju, tapi ternyata enggak sehampar yang kusangka. “Maka kulakukan hal itu seperti orang sakit yang diam-diam ke dukun, tanpa sepengetahuan dokter.”

#41. Smokol – Cerpen Kompas Pilihan 2008
Tumben yang njelimet kisahnya yang dipilih hanya sebagian kecil. Biasanya cerpen Kompas butuh telaah lebih. Untuk cerpen yang terpilih sebagai judul, Smokol adalah pesta makan absurd yang ironi.

#42. Klop – Putu Wijaya
Kumpulan cerpen yang masuk kandidat Kusala Sastra, sayangnya pengalaman pertamaku dengan sang sastrawan senior ini berakhir biasa sekali. Sebagian besar klise, kritik Pemerintah yang ambigu, tak banyak kejutan. “Aku jadi takut berharap, aku jadi takut merasa senang, aku jadi tak berani melakukan perubahan. Karena kau tahu semua sudah diterapkan.”

#43. Laut Bercerita – Leila S Chudori
Maaf ya, dengan menyebut Pramoedya, Gabo, The Beatles sampai Tan Malaka tak otomatis keren. Cerita yang utama, harus tetap kuat dan membuat pembaca tetap semangat. Sayang sekali buku pertama Leila yang kubaca berakhir membosankan. Drama penculikan 1998 terpendam, ekspektasiku ketinggian.

#44. Jatuh 7 Kali Bangkit 8 Kali – G. Sunarto & J. Sumardianta
Buku yang penuh kutipan cerita, tapi setelah menelusur kisah using kita dipertemukan cerita pengalaman pribadi yang laik dinikmati. John C. Maxwell mempelajari proses seseorang menjadi pemimpin: 5% akibat krisis, 10% dari karunia alam, dan 85% karena pengaruh pemimpin sebelumnya.

#45. Never Let Me Go – Kazuo Ishiguro
Luar biasa, buku perenungan kelas satu. Manusia sudah bisa dikloning, organ didonorkan, dengan sudut pandang Kathy sang perawat kita diajak berpetualang dalam cinta, persahabatan, eksistensi manusia yang emosional.

#46. The English Patient – Michael Ondaatje
Novel yang butuh kesabaran tingkat tinggi. Semua rumit: alur, karakter, pembawaan cerita, konflik. “Beri aku sebuah peta dan aku akan membangun sebuah kota untukmu. Bari aku sebatang pensil dan aku akan menggambar sebuah kamar untukmu di Kairo Selatan, bagan gurun di tembok, selalu ada gurun di tengah kami.”

#47. Semusim dan Semusim Lagi – Andina Dwifatma
Premis bagus hanya di tengah, bagian awal mengingatkanku pada The Last Song-nya Nicholas Spark, di tengah sok filsafat dengan mengutip banyak Penulis Besar tapi langsung terperangah saat ada ikan koki yang ngajak bicara, jelang akhir langsung kedodoran, drop. “Atas nama demokrasi, pura-puranya setiap orang dapat bebas mengemukakan gagasan. Tapi jika gagasanmu tak sesuai harapan orang maka kau bersalah.”

#48. My Irresistible Earl – Gaelen Foley
Di abad 19 Prancis sedang bermusuhan dengan Inggris dengan menyusupkan mata-mata untuk saling merongsong pemimpin lawan. Ada adegan bagus saat adu strategi hingga sang agen rahasia tewas, sayangnya novel ini lebih ke kisah cinta ala Harlequin. Cinta pertama Jordan kepada Mara yang mudah ditebak. “Kau adalah malaikat kiriman Tuhan untukku.”

#49. Gempa Waktu – Kurt Vennegut
Mopery! “Ilmu pengetahuan tak pernah membahagiakan siapa pun. Kebenaran tentang situasi manusia terlampau mengerikan.” Mari kita mundur sepuluh tahun ke 1991.

#50. Anna Karerina – Leo Tolstoy
Kejamnya cinta. Saya malah tak setuju dengan pendapat, “Cinta tak selalu membutuhkan pertanyaan mengapa.” Apalagi statusnya adalah seorang istri yang terikat janji suci pernikahan dengan suami penyayang dan ideal. Ini adalah cetakan Gradien Mediatama, versi yang dipadatkan.

#51. Trilogi Insiden – Seno Gumira Ajidarma | 1 | 2 | 3
Kumpulan cerpen, novel dan kumpualn esai. Bagaimana SGA menentang Orde Baru terkait insiden di Timor Timur. Tahun 1990an sebuah era peralihan.

#52. Perawan Remaja Dalam Cengkraman Militer – Pramoedya Ananta Toer
Buku ini kubeli dan baca karena efek buku Trilogi Insiden, di bagian akhir disinggung kisah Perawan Remaja ini. Sayangnya kisah yang disajikan sebagian bukan karya asli Pram tapi saduran, kutipan dari wawancara atau perjalan hidup orang lain dalam telusur di Pulau Buru. Kejahatan perang saat Jepang menginvasi Indonesia.

#53. Mary Poppins Is Back – P. L . Travers
Sekuel Mary Poppins yang fenomenal. Sayangnya nyaris semua adalah pengulangan, kayak pertama kita makan es cream, rasanya sungguh lezat, kedua kalinya biasa. Formula sang nany mengasuh anak-anak keluarga Banks.

#54. A Mercy – Toni Morison
Buku pertama Penulis Amerika yang menyabet Nobel Sastra yang kubaca. Narasinya juara, tentang perbudakan Negeri Paman Sam tahun 1690an. Arti kesepian dan esensi bertahan hidup.

#55. Siddharta – Hermann Hesse
Buku yang mengulas beliau sebelum jadi Gautama. Terkejut juga apa yang disampaikan, tema perjalanan reliji yang berliku. Bab terakhir terkait pemaknaan hidup yang luar biasa.

#56. Panggilan Telepon – Roberto Balano
Pengalaman kreatifitas sang Penulis dari Cili ke Meksiko. Kumpulan cerpen yang anehnya ketika karakter Roberto Balano pakai nama B dan pasangan atau orang lain dengan inisial X.

#57. Sahabat Sejatiku – Farras Salsabila
Kisah nyata anak SD yang penuh gaya, persahabatan yang diuji dan bukti siapa yang ada di samping kalian saat kalian terjatuh. Lupakan konflik, cerita ini hanya cocok untuk generasi pelajar.

#58. Dover – Gustaaf Peek
Tentang pencarian suaka. Dari Negara-negara Non Barat menuju Prancis, Inggris dan Belanda. Salah satunya adalah warga Indonesia yang terusir akibat tragedi 1998.

#59. Hear The Wind Song – Haruki Murakami
“Dua hal yang seharusnya tidak ada dalam cerita adalah kematian dna hubungan seks sebab cepat atau lambat orang akan mati dan pria akan tidur dengan wanita. Tidak ada kegunaan menulis sesuatu yang niscaya.” – Nezumi

#60. Memorizing Like An Elephant – Yudi Lesmana
Untuk jadi pengingat yang kuat poinnya satu, berlatih, berlatih dan berlatih. Semua teori yang disampaikan hanya sarana. Mengimajinasikan dalam kata dan gambar hanya langkah satu dari banyak cara. Tetap latihan yang utama karena segala yang berulang pastinya akan nempel dalam kepala.

#61. Kura-Kura Berjanggut – Azhari Aiyup
The Chronicles of Bandar Lamuri. Buku panduan membunuh sang Sultan Nuruddin, anak haram penguasa Durud Dunya. Pertikaian perebutan kekuasaan di ujung Barat Indonesia.

#62. The Cave of Time – Edward Packard
“Pilih sendiri petualanganmu.” Kisah yang tentu saja memainkan waktu, pembaca diberi pilihan masuk ke halaman mana yang dipilih, dan berputar-putar hingga Pembaca berhasil menyentuh garis finish.

#63. Kambing dan Hujan – Mahfud Ikhwan
Gumuk Genjik menjadi saksi persahabatan dua manusia aliran Muhammadyah dan NU semasa remaja, perseteruan merebak dengan banyak unsur hingga kedua anak mereka saling mencinta. Apakah egoistis masih tinggi atau melupa gengsi demi kenangan masa lalu?

#64. Mobil Bekas Dan Kisah – Bernard Batubara
Menjadikan mobil jip sebagai saksi orang-orang sekeliling. Kumpulan cerpen dengan tema variatif. Bagus juga ide sebuah jip menonton diam atas tingkah polah manusia.

#65. The Strain – Guillermo Del Toro & Chuck Hogan
Cerita mayat hidup dengan aturan yang aneh. 1/3 pertama sungguh menjanjikan, pesawat mendarat di bandara JFK hanya menyisakan empat penumpang yang hidup. Taka da tetoris, taka da wabah, taka da pathogen atau virus. Boleh saja kita buat permasalahan yang bombastis, tapi penyelesaian juga harus bombastis bukan antiklimak gini.

#66. Misteri Dian Yang Padam – S Mara GD
Pembunuhan Dian yang diperumit. Pemudi bermasa depan cerah, siapa yang membunuh? Kekasih, mantan kekasih, mantan tunangan kekasih yang marah? Atau tangan lain yang ingin dian itu padam? Kisah Detektif Indonesia zaman dulu yang asyik diikuti.

#67. Seruni Merah Jambu – Pearl S. Buck
Buku dari Penulis The Good Earth, dengan setting Perang Dunia Kedua dan setelahnya Jepang dalam masa transisi setelah luluh lantak. Pemuda Amerika yang jatuh hati dengan gadis Jepang, pertentangan dan segala upaya tak mempersatu dicoba tapi kekuatan cinta mengalahkan segalanya. Jiah, klise ya? Tunggu dulu, ini buku dari Pemenang Nobel Sastra, jelas ada yang sitimewa.

#68. Bidadari Yang Mengembara – AS Laksana
Banyak kiasan, banyak hal mirip dengan kumpulan cerpen Murjangkung. Nama-nama karakterpun sama, Alit dan Seto seolah adalah nama favorit. “Ayah terus menerus mengingatkan aku agar jangan pernah mengumpat dan menyesali nasib, bahkan untuk nasib yang paling buruk sekalipun.”

#69. Sine Qua Non – Marga T
Dancing with the holy spirit. Kumpulan cerpen, Penulis roman legendaris Indonesia dari tahun 1964-5014. Rentang waktu yang lama, cerita-cerita yang dihimpun dari media massa. Perayaan 50 tahun yang mulia. Hebatnya, seluruh royalty buku ini disumbangkan ke Yayasan Nusa Membaca.

#70. Timeline – Michael Crichton
Petualangan Marek, Kate dan Chris, mahasiswa 1990an yang dikirim ke abad 14 untuk menyelamatkan professor. “Kita semua diatur oleh masa lalu, meskipun kita tidak ada yang memahami masa lalu. Tidak ada yang mengenali kekuatan masa lalu. Kalau dipikirkan kembali, masa lalu lebih penting dari masa depan.”

#71. Harimau Harimau – Mochtar Lubis
Para pencari damar di hutan yang diteror harimau lapar. Ketika salah seorang tewas dan mereka terancam, mereka dipaksa mengakui dosa-dosa masa lalu.

#72. The Spirit Of Loving – Emily Hipburn Sell
Kumpulan kutipan saja, ga ada apapun. Buku terburuk tahun 2018, sungguh keterlaluan ada buku berisi hanya kutipan, seolah ini makalah mahasiswa tingkat awal.

#73. Manifesto Flora – Cyntha Hariadi
Kisah-kisah tak lazim yang ada di sekeliling kita. Kegetiran hidup dan segala janji demi masa depan.

#74. Catatan Adam Hawa – Mark Twain
Kehidupan mula manusia yang diturunkan ke bumi dan kisah-kisah lainnya khas Twain.

#75. Muslihat Musang Emas – Yusi Avianto Pareanom
Kumpulan cerpen yang bagus sekali. Kafe menjadi tempat pemulaan cerita, masyarakat urban yang mencipta keanehannya sendiri.

#76. Rose Madder – Stephen King
Cerita berliku seorang istri yang kabur dari suaminya. Lukisan hidup yang menjadi sandaran dan tempat pelarian.

#77. Bartleby, Si Juru Tulis – Herman Maville
Satu cerpen dalam satu buku? Terlalu, sekedar lumayan bagus. Dunia saham di abad 19.

#78. Gentayangan – Intan Paramaditha
Sepatu merah yang melalangbuana, pilih sendiri petualanganmu. Seorang gadis yang mengikat diri dengan iblis demi perjalanan dunia.

#79. Tiba Sebelum Berangkat – Faisal Oddang
Bagian tengah, saat arti Tiba Sebelum Berangkat adalah bagian menakjubkannya. Bagaimana manusia istimewa bisa melihat masa depan dan mengaplikasikannya sama.

#80. Sai Rai – Dicky Senda
Kumpulan cerpen dari Indonesia Timur, bahasanya rumit dan bagus. Temanya juga nyeleneh.

#81. Gerimis Di Kuta – Wendoko
Kumpualn cerpen cinta dengan memainkan kata berlebih: gerimis, senja, pantai, Bali. Otomatis romantis.

#82. Ibu Susu – Rio Johan
Pemenang Kusala Sastra tahun ini kategori karya pertama atau kedua yang sungguh mengecewakan. Terlalu berkutat dalam pencarian ibu susu, sungguh monoton.

#83. Sang Raja – Iksaka Banu
Sejarah rokok Indonesia. Mendalami perjuangan hidup penguasaha di era colonial.

#84. Buku Panduan Matematika Terapan – Triskaidekaman
Kerumitan matematika yang diterapkan dalam kehidupan, dengan sudut pandang dua remaja menjelajah dunia.

#85. Biografi Jack Ma – Chen Wei

Cerita yang disajikan kebanyakan masa setelah sukses, kurang dalam karena sang asisten memang dulu adalah muridnya. Tak mendalam mengenai perjuangan sang Godfather.

#86. 1Q84 Book 1 – Haruki Murakami
Fantasi dunia pararel tahun 1984. Dengan dua karakter saling silang. Novel filosofis, membunuh demi keadilan? Mengedit dan menulis ulang naskah untuk sebuah prestis?

#87. Matinya Seorang Penulis Besar – Mario Vargas Llosa
Kumpulan esai yang fantastis. Seluk beluk proses kreatif sang Penulis mencipta karya dan bagaimana Llosa melihat dunia literasi.

#88. Gadis Pantai – Pramoedya Ananta Toer
Novel yang melawan kemapanan di era kolonial. Gadis pantai dan masyarakat yang ‘kalah’ dalam mengarungi kehidupan melawan kuasa.

#89. Pulang – Leila S Chudori
Mengejutkan. Bagaimana bisa kisah biasa gini menang Kusala Sastra kategori prosa? Tentang orang-orang terbuang, Indonesia tahun 1965 dan orang-orang kiri harus tersingkir. Dengan judul Pulang kita pasti tahu mereka akan kembali-kan?!

#90. The Trial – Franz Kafka
Inilah buku terbaik tahun 2018. Joseph K yang diadili atas kejahatan yang jelas. Karena merasa tak bersalah, menjalani sidang dengan pede-nya, hingga fakta demi fakta terungkap, bagaimana sidang pengadilan seolah sandiwara radio.

#91. For One More Day – Mitch Albom
Cerita yang biasa banget, lama-lama membosankan membaca Labom, malah jatuhnya kayak
Tere Liye yang mencoba membuat petuah, tapi flop.

#92. Pedro Paramo – Juan Rulfo
Satu-satunya novel karya Juan Rulfo. Bahasa tingkat tinggi, butuh pemahaman lebih. Harus baca untuk ‘dong’ di beberapa poin.

#93. Mycroft Holmes – Kareem Abdul Jabeer & Anna Water
Kisah saudara Sherlock Holmes, sang detektif. Asal mula bagaimana sang kakak masuk dalam lingkaran istana. Merentang jauh ke Trinidad dalam pengungkapan kasus pembunuhan anak-anak di pantai.

#94. Fathers And Sons – Ivan Turgenev
Perjalanan hidup manusia atas kebanggaan kasta. Rusia yang berwibawa dan tanggung jawab moral. Ah hubungan erat ayah-anak yang sungguh menyentuh. Ah cinta…

#95. Cerita Cinta Tanpa Cinta – Rayya Indira Dkk.
10 cerpen yang mengaduk emosi. Tak kusangka melebihi ekspektasi, Rayya Indira dkk membuat cerita tanpa satu kata cinta pun di dalamnya. Cinta di sekeliling kita.

#96. Ford County – John Grisham
Grishman sejauh ini selalu memuaskan. Cerita khas berkutat mengenai pengadilan, dan kumpulan cerita pendek yang tak pendek ini sungguh bervitamin.

#97. Kisah Dalam Satu Jam – Kumpulan Cerpen Penulis Dunia
Kumpulan cerpen dari orang-orang termasyur. Karya-karya besar yang dicetak penerbit kecil.

#98. 100 Tokoh Paling Berpengaruh Di Dunia – Michael H. Hart | 1 | 2 | 3
100 orang hebat disusun dan dirangking, sungguh buku kaya nutrisi. Kita tinggal menikmati rangkuman jasa dan ‘jasa’ orang-orang terdahulu yang legendaris.

#99. American Gods – Neil Gaiman
Kisah Dewa-dewa Amerika yang galau, dengan gabungan mitos dan legenda mereka jelang perang besar, akankah bisa dicegah?

#100. Sihir Perempuan – Intan Paramaditha
Buku keseratus adalah Sihir Perempuan. Dimulai baca di Rawa Monyet, Karawang dan bagaimana cerita hantu tak melulu soal setan gentayangan.

#101. The Art of Giving F*ck – Mark Manson
Book of the year versi para penjual buku tentunya, cetak ulang berulang kali, nangkring di banyak toko buku. Buku motivasi dari seorang blogger. Bodo amat…

#102. Lelaki Tua Yang Membaca Kisah Cinta – Luis Sepulveda
Novelet dari Penulis Cili yang mengingatkanku pada Harimau Harimau-nya Mochtar Lubis. Bagaimana seorang tua yang mencoba menikmati buku kisah cinta mencoba adaptasi dengan lingkungan hutan baru dirambah.

#103. Matinya Burung-Burung – Fiksi Mini Penulis Amerika Latin
Ternyata tulisan satu dua paragraph bisa disebut karya. Benar-benar simpel, genre fiksi mini yang mendua. Yang paling bagus adalah cerita pesawat jatuh, bagaimana dua penumpang berdialog.

#104. Mata Malam – Han Kang
Tuhan akan memaafkan dosa kami, seperti kami memaafkan mereka. Aku tidak memaafkan dan dimaafkan siapapun. Buku dari Korea Selatan, bagaimana sebuah rezim melindas segala hal di depannya tanpa perasaan.

#105. Seribu Kunang-Kunang Di Manhattan – Umar Kayam
Kekuatan ngobrol. Manusia-manusia rantau yang kesepian di Amerika. “Tetapi Marno, bukankah aku harus berbicara? Aku kira Manhantta tinggal lagi kau dan aku yang punya. Apalah jadinya kalau sudah salah satu pemilik pulau ini capek berbicara? Kalau dua orang yang terdampar satu pulau, mereka akan terus berbicara hingga kapal tiba, bukan?”

#106. The ABC Murders – Agatha Christie
Pembunuhan dengan korban bernama huruf ABC dan tempat kejadian perkara berawal huruf ABC, lalu pola rusak saat seharunya D malah E. Ada sesuatu yang janggal dan Poirot membongkar kebusukan sang pembunuh.

#107. Ibu Mendulang Anak Berlari – Cyntha Hariadi
Kumpulan puisi tentang keluarga. Ibuku melahirkanku. Sebagai seorang anak. Anakku melahirkanku. Sebagai seorang ibu.

#108. A Man Called Ove – Fredrik Backman
Si tua penggerutu, Ove adalah warga Negara Swedia yang mengeluhkan segalanya. “Seluruh jalan berubah menjadi rumah sakit jiwa. Kekacauan total.” Dan Saab.

#109. Christ The Lord – Anne Rice
Jesus kecil yang banyak tanya akan kekuatannya. “Simpan apa yang akan kukatakan ini dalam hatimu, akan tiba saat kaulah yang akan memberi jawabannya pada kami.”

#110. Originals – Adam Grant
“Ciri khas orisinilitas adalah menolak status quo dan mencari pilihan yang lebih baik. Titik awalnya adalah keingintahuan.” Buku penutup tahun adalah hadiah dari Noura.

Karawang, 310119 – Nikita Willy
Inter 1-1 Lazio. (Lazio wins 4-3 penalti)