Lakukanlah, Terinspirasilah, Ikuti Inspirasi Hati

Si Cacing dan Kotoran Kesayangannya 3! By Ajahn Brahm

Saat ia berpikir, “Kapan Ajahn Chah akan berhenti?” Ia membatin sendiri, “Kapan akan berhenti?”

Inilah 108 cerita (terakhir) Pembuka Pintu Hati. Wah, ternyata seri tiga ini lebih bagus. Inspirasi dan perenungannya lebih mengena. Polanya masih sama, dengan mengambil cerita umum, pengumpamaan, pengalaman, sampai mengutip beberapa penelitian. Namun kali ini lebih beragam nyamannya, lebih bebas, lebih syukur akan kecukupan. Saya sudah baca seri satu, lumayan Ok, seri dua punya tapi sampai sekarang belum tuntas, seri best of justru yang paling biasa, karena tipis dan sungguh dipadatkan jadi seolah petualangan spiritualnya belum terlalu merasuk malah udah kelar. Nah seri tiga ini, kurasa yang terbaik. Menghibur, jauh lebih bebas, lepas, dan tentu saja inspiratif. Kovernya saja monyet, pantas lebih kocak. Cerita monyet sendiri ditaruh di nomor 108 yang artinya sebagai cerita penutup. Pinter, bagian menarik ditempatkan di ending sehingga ketika menutup buku ini seolah merasuki pikiran monyet. Apa yang paling penting dalam hidup? Anda sudah tahu kok, melewatkan waktu bersama dalam hubungan, atau menemani anak-anak, menjaga kesehatan agar tak stress, menjadi bijak, dermawan, kehidupan spiritual Anda, itulah yang benar-benar penting. Segala hal lainnya adalah urusan kedua. Anda tak akan menjadi monyet yang hanya berayun dari satu pohon urusan ke pohon urusan berikutnya, tanpa pernah menemukan kebahagiaan dan kedamaian sejati. “Pikiran monyet yang buruk, jelek, dan harus dienyahkan.”

Dibagi dalam 11 pokok bahasan yang dipecah ke cerita-cerita. Dari Kepekaan, Jangan Serius-Serius Amat, Ketidakpastian, Kematian dan Kehidupan, Hidup Mawas, Kebahagian dan Inspirasi, sampai Keheningan. Lebih banyak meditasi, lebih banyak kecukupan waktu. Ketika ditanya, bisakah sang biksu mengisi acara pemberian berkah untuk rumah baru? Ia menjawab tak bisa, lagi sibuk. Esoknya ditanya lagi, dan masih ga bisa. Sebenarnya kenapa? Sibuk apa? Meditasi! Wah, sibuk yang sunyi. “Ya, dan saya masih belum selesai.” Haha… jadi lambatkanlah kecepatan Anda, untuk mengingatkan kembali diri Anda, memusatkan diri Anda. Itulah meditasi, belajar cara untuk berhenti. Mau bahagia tiga puluh menit atau tiga puluh tahun semua sama saja, inipun akan berlalu.

Bab tentang masa lalu Sang Penulis yang berkisah mahasiswa demo, lalu rusuh ia merasa tak bisa. Karena buat apa, menggulingkan aturan salah hanya untuk menempatkan sesuatu yang salah juga? Mengutip syair Penulis abad 16:

Tangan pembalasan dendam menemukan pembaringan, // Tempat sang ungu tiran kabur, // Tangan besi menghancurkan kepala sang Tiran, // Dan menjadi sang Tiran, menggantikannya.” – William Blake.

Syair yang mengatakan bahwa jika Anda berada dalam aktivitas memperbaiki keadaan sosial di masyarakat, Anda harus lebih berhati-hati. Anda setidaknya harus punya pelatihan batin, supaya Anda tidak menjadi Tiran yang digulingkan. “Anda memiliki karma yang jauh lebih baik dari saya, tolong tarik tuasnya.” Dan dalam momen sekejap ketidakelingan… jackpot!

Jalan menuju kedamaian, kebahagiaan, dan kebebasan menjangkau sampai sejauh itu. makin jauh kita menapak, sebagian besar kabut akan lenyap. Kita menyebutnya sebagai ‘pengalaman memenangi arus’. Saat itulah Anda dapat sesungguhnya melihat tujuannya. Anda sudha berada di bawah kabut. Anda benar-benar bisa memahami apa pencerahan itu, betapa kuat dan indahnya pencerahan itu.

Ahso, ahso (oh begitu, oh begitu). Kadang Anda diberlakukan tidak adil, kadang mereka mengatakan hal-hal yang tak pernah Anda lakukan, bahkan Anda dikucilkan dan ditindas, pada saat itulah katakan; “Ahso, ahso…” Mudah saja bahagia ketika kehidupan mengalir seperti lagu, tapi yang hebat adalah orang yang bisa tersenyum ketika segalanya runyam.
Kadang hal yang kita cemaskan bisa jadi sebenarnya bisa begitu kocak. Jadi alih-alih merasa sedih akan hal itu, alih-alih merasa negatif, kita bisa membuang suasana negatif itu dan menggunakannya dengan cara yang sangat berbeda. Anda bisa menjadi orang yang ceria, menarik, damai, mengagumkan, tak peduli peristiwa apapun dalam hidup.

Dalam ilmu psikologi, bahwa jika kita hendak mengkritik seseorang kita harus puji mereka dulu, sanjung mereka. Kedua jika Anda memuji seseorang dikarenakan pengkondisian batin kita semua, pujian itu tak akan masuk, Anda harus memuji selama 15 detik. Hanya 15 detik, barulah pujian itu diterima. Tapi cacian, kritik, cercaan akan masuk ke hati seseorang dalam hitungan detik, langsung akan masuk ke batin, kita tak perlu mengulang-ulang. Orang itu bahkan tak kan membiarkan lupa kritik itu. Maka pujilah 15 detik orang-orang sekitar Anda. Kita semua pernah melakukan kesalahan, dan sebagian besar kritik tak berdasar. Terhadap kritik semacam itu kita tak perlu terlalu memikirkannya, dan tetaplah memusatkan ke hal-hal yang positif.

Menolong orang menjadi hal yang sungguh menggembirakan, bukan lagi sebagai kewajiban, sungguh menyenangkan bisa melayani. Jangan meremahkan ungkapan ini: melayani itu menyenangkan. Ketika ada tragedi, bukan peristiwa itu yang tragis, namun bagaimana orang itu menyikapinya yang membuatnya menjadi musibah atau berkah.

Seperti halnya berziarah ke India, tempat Buddha dulu hidup, mengajar, tinggal, dan betapa indah dan damai tempat terpencil itu. Gua indah di puncak Nasar dan taman wiharanya di luar kota. Begitu sunyi dan damai. Biksu menyebutnya Vatikan atau Mekkah-nya agama Buddha. Di sana tak ada tembok tebal atau atap lengkung indah, tapi sebuah pemandangan langit berbintang dan pegunungan sebagai tembok mengelilingi. Keseluruhan ajaran Buddha adalah kesederhanaan, kecukupan hati hanya dengan yang sedikit. Apa yang dibutuhkan di dunia ini? Bukan bangunan, tapi orang-orang, tapi keheningan dan kedamaian, itulah yang terpenting.

Orang-orang memberi saya foto, saya simpan beberapa lama, lalu membuangnya. Buat apa menyimpan foto-foto itu? sebab mereka adalah beban. Bukankah hidup selalu berubah? Mengapa Anda menyimpan dan membekukan momen indah? Jauh lebih baik melepaskan semua masa lalu, dan mengalir besama perubahan, bersama dengan aliran itu, daripada berkutat dengan masa lalu. Anda sesungguhnya tidak bebas untuk berada dalam momen ini dan kini.

Kakek dan empat hubungan: mengundang ‘keharmonisan’ terlebih dulu, ketika keharmonisan masuk, itu langkah yang benar. Kalau sudah harmonis, ‘kedamaian’ akan mengikuti. Lalu otomatis ‘kesuksesan’ pun turut serta, dan terakhir Anda akan mendapatkan ‘kekayaan’.

Sungguh baik menantang gagasan kebahagiaan yang dianut banyak orang. Ketika Anda menantangnya sebanyak mungkin, Anda memahaminya lewat menantangnya. Selain itu, tantang juga diri sendiri. Sebab dalam proses menantang itu, Anda akan tiba pada kebenaran, selama Anda jujur pada diri sendiri. Lalu dari pengalaman itu, Anda akan mengetahui apa itu kabahagiaan dan kedamaian.

Milikilah kewelasan terhadap orang yang hidup bersama kita, sebab mereka sesungguhnya sudah melakukan upaya terbaik mereka. Percaya atau tidak orang-orang itu sudah benar-benar melakukan yang terbaik. Termasuk diri Anda, miliki kewelasan terhadap diri Anda sendiri pula.

Juru tulis cendekia Mesir Kuno 4,000 tahun lalu menulis dalam karya sastra, “Semua ungkapan terbaik, semua kata terbaik, semuanya sudah dipakai. Tak seorang pun bisa menulis apa pun yang segar lagi.” Bayangkan, itu lampau sekali yang menjadi keluhan sama orang-orang di jurusan Bahasa Inggris zaman now. Itulah masalahnya, kita tak memandang sudut pandang sejarah, kita malah berkata: “Makin lama makin buruk.” Faktanya, hal ini pernah terjadi. Seperti saat ini, wabah korona sedang menggila, kita adalah pelaku dan saksi sejarah pandemi ini. Faktanya dunia mengalami zaman keras dari masa ke masa, termasuk dalam menanggulangi wabah. Kekerasan datang dan berlalu, wabah tiba dan pergi, kedamaian datang dan lewat pula. Ketika kita merenungi ini, kita sampai ke pemahaman mengenai apa yang dunia ini bisa berikan kepada kita. Kita tak lagi berkonflik dengan bagaimana dunia bergulir, namun tak berarti kita berhenti berjuang. Jadi maknanya adalah, saat kita berhadapan dengan konflik, kita berupaya mengurangi kesulitan dan duka hidup, kita tak kan berhasil memperbaiki dari hal yang luar, kita akan selalu berhasil jika kita memiliki konflik di dalam batin kita.

Daniel Goleman mengatakan bahwa yang lebih bisa diandalkan adalah untuk mengukur kesuksesan seseorang atau masyarakat dengan kecerdasan emosional. Ini adalah istilah kecil yang hebat, sebab bukan hanya untuk menunjukkan kemampuan berpikir, namun kemampuan untuk merasakan pula. Apa yang diamati adalah kemampuan membentuk hubungan, terutama dengan orang lain di dunia ini. Pada dasarnya adalah kesadaran bahwa Anda tak bisa pernah mengendalikan diri Anda sendiri. Kesadaran bahwa untuk berteman dan bisa bergantung pada orang lain, Anda harus memiliki jejaring informasi, bantuan, dukungan yang lebih luas. Dan itulah kunci kesuksesan. Bahkan bagi orang yang memiliki ingatan fotografis bisa menyerap informasi dalam jumlah yang besar, mereka disebut ensiklopedia berjalan, tapi bisa saja bodoh dalam kehidupan. Mereka mengetahui kata-kata, makna, konsepnya, namun mereka tak bisa memasukannya ke dalam pola bermakna yang bisa membawa kebahagiaan, keberhasilan, kebebasan.

Ketika Anda bahagia, sesungguhnya Anda rileks, dan saat Anda rileks, Anda memiliki kebahagiaan yang alami. Itulah pertanda relaksasi: bahagia. Orang yang tidak bahagia adalah orang yang tidak tertawa, tubuh tegang, dan terjebak dalam diri sendiri. Satu-satunya doa yang disampaikan Bisku adalah “Semoga Anda sehat dan bahagia.” Dan doa itu sangat kuat. Sampai jumpa di buku Ajahn Brahm berikutnya. Salam inspirasi, Lakukanlah, Terinspirasilah, Ikuti Inspirasi Hati!

Tempat memiliki energi. Ketika Anda mengunjungi tempat berenergi baik, anda bisa menemukan pencerahan di sana. Lalu dalam keheningan itu Anda akan menemukan makna hidup. Cukup diamlah, dan heninglah, maka Anda akan mengetahuinya. Lalu bermeditasi, melepas… Saya hanya sangat hening, damai, dan bahagia.

Si Cacing dan Kotoran Kesayangannya 3! | By Ajahn Brahm | Penyunting Handaka Vijjananda | Penghimpun dan Penerjemah Tasfan Santacitta | Penyelia Vina Swarnadhita | Penggambar Shinju Arisa & Jeff Liang | PenataVidi Dayasati | Copyright 2012 | Penerbit Awareness Publication | ISBN 978-602-8194-62-4 | Cetakan 1, Nar 2012 | Skor: 4/5

Karawang, 200420 – Backstreet Boys – Downing

Thx to Titus Pradita

Melampaui Zona Nyaman Rasio dan Emosi Kita

Si Cacing dan Kotoran Kesayangannya by Ajahn Brahm | baca juga ulasan best of nya

Daripada mengeluhkan kegelapan, lebih baik menyalakan lilin.” – Pepatah Buddhis

Saya sudah baca seri keduanya, ga selesai. Saya udah baca versi best of-nya, selesai. Karena tipis dan pinjaman. Maka ketika saya ada kesempatan baca versi pertama, pinjaman juga maka harus tuntaskan. Sempat mengendap hampir setahun di rak, bukan karena bacaan berat, tapi karena non-fiksi dan cara berceritanya terpenggal per bab per cerita sehingga lebih ringan, ga ada degub jantung khawatir akan kisah, tak ada rasa penasaran sehingga dibaca santuy, maka ketika akhir tahun lalu kelar, huft leganya. Sempat coba kuulas bulan lalu, tapi ga kelar, dan akhirnya bulan ini kutuntaskan segalanya, biar ga numpuk dan bisa segera kukembalikan. Dipinjam lagi ding, sama Natasha.

Seorang biksu tidak diperkenankan menerima, memiliki, atau memegang uang, apapun macamnya. Saking miskinnya, sampai-sampai biksu mengacaukan statsitik pemerintah. Si Cacing dan Kotorannya, sekadar bagus. Banyak kisah adalah saduran, mayoritas adalah pengalaman Ajahn Brahm dalam menekuni Buddha selama 35 tahun. Sebagai biksu yang melalalangbuana, akhirnya menuturkan hal-hal yang terjadi semasa mengabdi. Phra Visuddhisamvarathera atau Ajahn Brahmavamso atau seperti yang tertera di sampul, Ajahn Brahm bernama asli Peter Betts, orang Inggris yang memutuskan menepi di pedalaman Thailand, lalu ke Australia, pengabdiannya sungguh menakjubkan. Kegigihannya luar biasa. Kisah di sini kebanyakan dari gurunya, Ajahn Chah dari Thailand bagian timur laut. Brahm lahir di London tanggal 7 Agustus 1951, meraih gelar Sarjana Fisika Teori di Cambrigde University. Pada usia 23 tahun memutuskan bertapa.

Ada 108 cerita, yang diklaim pembuka pintu hati, kisah yang menyentuh, menggelikan dan mencerahkan, yang terbagi lagi dalam 11 bab, lalu dipecah dalam sub-bab sebagai judul. Rata-rata ga ada benang sambung dari satu ke cerita lain, jadi memang goresan merdeka. Dalam Buddha ada 4 kebenaran mulia, urutan lazimnya: 1). Kebahagiaan 2). Sebab Kebahagiaan 3). Hilangnya kebahagiaan 4). Sebab hilangnya kebahagiaan.

Dibuka dengan kisah batu bata jelek, yang sudah sering saya dengar tentang dua batu bata yang tersusun jelek di antara susunan yang sempurna. Dalam kunjungan umat, justru batu bata jelek yang miring itu tampak istimewa karena beda dengan yang lain. dua bata jelek yang punya ‘ciri unik’. Kisah ini sudah beberapa kali diperdengarkan, tersebar di internet. Hanya implementasi syarat sukses ada tiga, jadi yang pertama, jadi yang terbaik, atau jadilah yang berbeda. Jelas bata itu sukses di sisi terakhir.

Saya ga terlalu mengingat banyak kisah istimewa di sini, sebagian kecil saja. Namun kalau buku ini kubuka lagi, hanya dengan melihat judulnya saya akan kembali ingat, oh iya kisah yang itu… contoh, barusan banget pas bikin tulisan ini, saya buka judul ‘Mensyukuri Kekurangan’. Dialog antara ayah mertua dengan menantu barunya, bagaimana sang menantu begitu mencintai anaknya, lalu sang ayah menasehati, seperti itulah hidup. Ketika baru menikah, seolah sang istri adalah segalanya, perempuan paling hebat di dunia. Berjalannya waktu, akan melihat kekurangan-kekurangan. Maka muncullah kalimat keramat, “… jika dia tidak punya kekurangan-kekurangan itu, Menantuku, dia mungkin sudah menikah dengan orang lain yang jauh lebih baik dari kamu.” Yes. Sepakat.

Atau judul ‘Meramal Masa Depan’, sepintas lihat saja pikiran saya pasti akan menerawang bahwa ramalan masa depan itu, sesuatu yang tak pasti. Karena seperti kata Einsten bahwa satu-satunya kepastian adalah ketidakpastian itu sendiri. Rasa takut adalah mencari-cari kesalahan dengan masa depan. Rasa takut adalah unsur utama rasa sakit. Rasa takut membuat rasa sakit tambah menyakitkan. Enyahkan rasa takut, maka perasaan sajalah yang tertinggal. Sebuah momen keputusasaan terkadang bisa membuka pintu kebijaksanaan, pintu yang tak terlihat dalam keadaan biasa. “let go”, biarlah berlalu.

Marah bukanlah respon yang cerdas. Orang bijak selalu bahagia, dan orang yang bahagia tak akan pernah marah. Marah, terutamanya, adalah hal yang tak masuk akal. Pemicu utama kemarahan kita kebanyakan adalah pengharapan yang tak sampai. Kadang kita menginvestasikan diri dalam sebuah proyek yang ternyata hasilnya tak sesuai harap, kita marah. Semua ‘seharusnya’ merujuk pada pengharapan, suatu prediksi masa depan. Masa depan, adalah tak pasti. Terlalu mengandalkan pengharapan masa depan, sesuatu ‘seharusnya’ itu namanya cari-cari masalah.

Yang jadi masalah soal kemarahan adalah kita menikmati amarah. Ada sejenis kecanduan dan kenikmatan besar sehubungan dengan pelampiasan kemarahan. Dan kita tak ingin membiarkan sesuatu yang kita nikmati berlalu begitu saja. Kemarahan akan menghancurkan hubungan dan memisahkan kita dari teman-teman kita. Sebuah masalah dengan sebuah solusi memerlukan sebuah keputusan. Dan sebuah keputusan memerlukan strategi.

Ketika seseorang menyakiti kita, kita tidak harus menjadi penghukum bagi mereka. Islam, Kristen, Yahudi tentunya percaya bahwa biarlah Tuhan yang akan menghukum mereka. Buddha, Hindu atau Sikh percaya hukum karma akan menyediakan ganjaran bagi penganiaya. Atau hukum agama modern bernama psikoterapi, Anda tahu bahwa penganiaya akan menjalani terapi yang sangat mahal selama bertahun-tahun karena rasa bersalah. Mari memaafkan, jangan jadi ‘algojo’. Kita tetap menunaikan kewajiban bermasyarakat yang menyejukkan.

Kita semua senang dipuji, sayangnya sepanjang hari kita sering mendengarkan kejelekan kita. Kurasa itu adil, karena kita ternyata juga terlampau sering membicarakan kejelekan orang lain. Kita jarang menyampaikan pujian. Kata pujian gratis padahal, mempererat hubungan, menciptakan kebahagiaan. Kita harus lebih sering menaburnya di sekeliling kita. Orang yang paling sulit dipuji adalah diri kita sendiri. Kita terlampau sering mendapat dokrin, pujian terhadap sendiri mencipta besar kepala. Bukan begitu. Yang benar adalah besar hati. Memuji kualitas baik diri kita sendiri berarti menbesarkan hati dengan cara positif.

Cerita berjudul ‘Pengajaran yang Tak Ternilai’ memberi makna yang dalam. Bagaimana biksu ketika ditanya berapa tarif meditasi bilang gratis, ditanggapi berarti Anda ga bagus. lalu berapa tarif ceramah, dibilang gratis lagi, dicap ga bagus. Well, jadi apa yang kalian dapat? Kebahagiaan! Mantab gan. Ini yang kusuka. Dari pengalaman ini, sang biksu lalu mengubah jawab saat ditanya tarif. Pengajaran ini tak ternilai.

Salah satu pengajaran tak ternilai itu adalah mengalahkan depresi. Terlihat sederhana, nyatanya tak semudah itu. depresi adalah penjara yang yang sering dialami kita-kita. ‘Inipun akan berlalu’ membantu melecut semangat kita, juga menghindarkan salah satu penyebab depresi terberat, yaitu tak menyukuri saat ini.

Salah satu puisi bagus dari Jonathan Wilson-Fuller, saya foto ya.

Saya mencintai diri saya sendiri lebih dari kalian semua.” Cinta sejati itu langka. Ada dua jenis kebebasan di dunia: kebebasan untuk berkeinginan (freedom of desires) dan kebebasan dari berkeinginan (freedom from desires). “Ketika tidak ada yang bisa dilakukan, ya jangan ngapa-ngapain.

Si Cacing dan Kotoran Kesayangannya | by Ajahn Brahm | Diterjemahkan dari Opening the Door of Your Heart | Penerjemah Chuang | Penyunting Kartika Swarnacitra, Handaka Vijjananda | Penggambar sampul Shinju Arisa, Jeff Liang | Perancang dan Penata Vidi Yulius Sunandar | Copyright 2004 | First published in Australia by Thomas C. Lothian Pty Ltd. | ISBN 978-602-8194-31-0 | Penebit Awareness Publication | Cetakan 25, Mei 2012 | Skor: 3.5/5

Segala masalah manusia disebabkan oleh ketidaktahuannya tentang bagaimana untuk duduk tenang.” – Blaise Pascal.

Karawang, 210120 – 200220 – Bee Gees – You Should be Dancing

Thx to Titus RP

4 Cara Melepas – Si Cacing Dan Kotoran Kesayangannya 2!

Ketika kemarin saya diberitahu bahwa pagi ini dapat giliran mendapat ‘ngisi’ briefing inspirasi dan motivasi pagi. Malamnya saya langsung lihat buku-buku yang ada di rak, buku mana yang akan saya nukil. Setelah pilih dan pilah akhirnya saya comot buku karya Ajahn Brahm: Si Cacing Dan Kotorannya 2!, yang saya beli tahun 2012. Saya ingat sekali, waktu itu bulan November saya lagi berduka, dan buku ini sedikit banyak menyembuhkan.

Buku berisi 108 cerita pembuka hati. Perlu diketahui ajahn Brahm adalah seorang Budha yang lahir di London, Inggris. Lulusan Cambridge University ini memutuskan mejadi biksu dan berlatih di bawah bimbingan Ajahn Chah selama 9 tahun di Thailand kemudian ke Australia. Nah materi yang saya sampaikan tadi pagi saya ambil dari bab 14 – 18 tentang “4 cara melepas”. Entah Anda bermeditasi atau tidak, entah Anda Buddhist, Kristiani, Muslim, atau apapun, kita masing-masing dari waktu ke waktu harus belajar cara melepas. Dengan tidak mampu melepas, membawa terus kenangan buruk masa lalu, perasaan negative masa kini dan ketakutan masa depan akan menimbulkan banyak duka dan rasa sakit. Bukan hanya pada kita namun juga pada orang-orang yang bersama kita. Kadang kita memiliki segala ketakutan mengenai masa depan. Masalahnya kita tahu, bahwa melepas itu masuk akal – tapi kita tidak mampu melakukannya. Berikut adalah 4 cara melepas:

1. Satu Hal Pada Satu Waktu

Ajahn Chah memungut sebuah ranting di pinggir jalan. Ia berbalik dan berkata, “Brahmavamso, apa ini berat?” Sebelum saya menjawab, ia sudah melempar ranting itu ke semak-semak lalu berkata, “Lihat kan, itu hanya berat jika kita melekat padanya”. Ya itu hanya berat ketika kita memegangnya, namun begitu kita lepas, tidaklah berat lagi. Sungguh mendalam, sederhana dan tak terlupakan.

Jadi hal-hal berat apa yang Anda miliki sekarang dalam hidup? Pekerjaan, kanker, kesulitan uang,… apakah itu berat? Hanya berat jika Anda memegangnya. Hal ini memberi Anda pemahaman bahwa cara pertama untuk melepas adalah “membuang” hal-hal. Anda menjalani hidup yang begitu rumit. Anda memiliki begitu banyak hal di dalam keranjang, itu berarti Anda tidak bisa berpergian dengan ringan dalam menjalani hidup.

Saya tak tahu apakah sejarah hidup saya bagus atau buruk. Saya telah membuang batu itu lama sekali. Masa lalu adalah penjara. Masa lalu adalah sebuah sel dengan pintu yang terbuka, kita bisa melangkah keluar dari sana kapan saja kita suka, namun sering kali persis seperti orang yang telah lama di penjara, mereka takut meninggalkan penjara.

Anda tidak belajar dari masa lalu, Anda sebenarnya mendapat lebih banyak duka dari masa lalu. Anda akan belajar jauh lebih banyak dari melepas masa lalu ketimbang terus menyimpan masa lalu itu. Lao Tzu, seorang guru besar dari China setiap sore berjalan-jalan. Ia akan memilih salah satu siswanya – hanya satu siswa yang boleh pergi bersamanya. Namun ada aturan emas, jika berjalan dengan guru agung Tao, Anda harus diam tidak bicara sepatah kata pun. Suatu hari siswa muda, berjalan bersama guru, dan mereka sampai di puncak gunung saat matahari terbenam. Matahari terbenam sangat indah, sampai pemuda itu tak tahan bergumam, “Wow.. indahnya matahari terbenam.” Ia telah melanggar aturan. Lao berbalik dan masuk ke Biara dan tak pernah mengizinkan siswa tersebut untuk ikut berjalan lagi bersamanya. Sahabat pemuda tersebut mohon ampunan, “Dia kan  cuma  mengucapkan satu kalimat. Ampunilah dia Guru, menjaga kesunyian masa sampai segitunya.” Saat itulah guru besar berkata: “Ketika pemuda itu berkata betapa indahnya matahari terbenam, dia tidak melihat matahari terbenam lagi. Ia hanya memperhatikan kata-kata dalam batinnya.”

2. Mau Di Sini

Cara melepas kedua adalah mengetahui apa itu sesungguhnya kebebasan. Jika kita tidak suka mendengarkan ceramah, kita bertanya-tanya kapan ceramah akan berakhir, itulah penjara kita. Kita tidak ingin berada di sana. Jika kita berada dalam hubungan yang tidak kita sukai, hubungan itulah penjara kita. Jika kita berada dalam pekerjaan yang tidak memuaskan kita, itulah penjara kita. Bahkan dalam tubuh ini, ketika kita sakit kita tidak ingin ada di sana, tubuh kita pun menjadi penjara.

Namun ada cara yang sangat mudah untuk melepaskan diri dari penjara-penjara kehidupan. Anda tidak perlu mengubah suami anda, istri anda, Anda tak perlu ganti pekerjaan, anda bahkan tak perlu membaik dari penyakit. Anda cukup mengubah sikap Anda menjadi mau di sini.

3. Memberi Tanpa Harap Kembali

Cara ketiga melepas adalah dengan memberi – bukan sekedar memberi, namun memberi tanpa harap kembali. Di Wihara saya, tidak ada tulisan atau plakat tentang siapa yang menyumbang bangunan iti. Tidak ada nama donator, bahkan di tempat retret kami yang dibangun senilai 5 juta Dollar Australia. Banyak orang donator, banyak sekali sumbangan besar dan kecil, namun tak ada satu pun plakat di tempat itu mengenai siapa menyumbang apa.

Apa hubungan hal ini dengan melepas? Ketika Anda menikah dan menjalin hubungan, apakah Anda memberi? Ataukah Anda mengharap sesuatu imbalan? Apakah Anda benar-benar melepas? Terlampau sering kita mengharapkan imbalan dan hal itu malah menyebabkan duka besar dalam hidup, toh pengharapan tak terwujud. Meditasi adalah tindakan memberi tanpa harap kembali. Untuk mengkosongkan, untuk melepas. Mini adalah cara yang indah pula untuk mejalani hidup.

Jadi mengapa Anda tidak memberi kepada kehidupan ini? Berilah segenap kebaikan, cinta, energi Anda kepada kehidupan, maka Anda akan tahu apakah melepas itu dan apakah sesungguhnya makna kehidupan spiritual itu.

4. Batin Teflon

Cara keempat untuk melepas adalah memiliki batin ala Teflon. Maksdunya tidak ada apa pun yang menempel padanya. Anda memiliki momen indah ini, nikmatilah sekarang; ketahuilah bahwa ini pun akan berlalu, sehingga Anda bisa bebas dan siap untuk kedatangan momen berikutnya, dan melepas pula momen itu.

Orang-orang yang memiliki terlalu banyak pengetahuan tidak akan bisa memahami kebenaran saat kini. Terlampau sering kita menyantap menu –pengetahuan– kita belaka dan tidak menyantap makanannya – pengalaman. Itulah sebabnya saya katakan: jangan pernah biarkan pengetahuan menghalangi kebenaran. Namun begitu banyak orang berkata, “Tapi Budha berkhotbah…”, “Yesus bersabda…”, “Para pakar mengatakan..”, “Pemerintah memutuskan..” atau apapun. Memangnya kenapa? Jadi ingatlah bahwa semua pengetahuan hanyalah papan petunjuk, hanyalah arah, mereka bukanlah yang sejati. Belajar cara menjadi bebas. Itulah cara untuk melepas.

Ruang HR NICI – Karawang, 250215

Oscar note pending dulu