Portrait of a Lady on Fire: Barisan Puisi di Atas Kanvas

When you asked if I know love. I could tell the answer was yes. And that it was now.” – Marianne

Art and sisterhood. Pelukis mencipta seni, melakukan seni, dan memamerkannya. Ruang dan waktu bukanlah konstanta universal, semakin kita mendekati kecepatan cahaya, semakin ‘melambat’ gerak waktu, dan ruang pun semakin mengerut. Di abad 18 Prancis masih melarang perempuan melukis tubuh laki-laki secara terbuka. Larangan itu bukan karena moral atau kepatutan, tetapi lebih mencegah agar perempuan tidak menjadi hebat, anatomi tubuh lelaki adalah subjek besar yang tak terjangkau perempuan. Ini adalah film feminis yang mempresentasikan persamaan gender.

Berkat film ini saya jadi parno-noid sama buku halaman 28, mewanti-wanti ada ga gambar telanjang gadis cantik di sana. Beberapa novel beneran saya buka dan cek, yah memang saat ini belum ada. Nantinya siapa tahu muncul. Atau kita munculkan saja, kita gambar saja wajah sang mantan di sana? Eh…

Filmnya minimalis, dengan setting utama sebuah pulau yang sunyi, plot digulirkan dengan nyaman dan tenang, setenang ayunan kuas lukis. Alurnya slow, terlampau slow malah tapi dari alur yang lambat itulah potongan adegan menjadi frame-frame lukis indah. Pengambilan gambar yang menyorot jauh nan lama dengan tampilan ciamik deburan ombak. Deburan ombak, keretak api, angin malah menjelma skoring alamiah. Banyak adegan terlihat murni dan nyata. Tamparan ombak di karang itu menjadi saksi ciuman panas yang seolah melepas belenggu. Inilah kisah cinta terlarang pelukis dan sang putri, lesbian dengan pusat pusaran Vivaldi.

Di sebuah pulau Britania, Prancis tahun 1760an. Seorang putri aristrokrat Prancis, Heloise (Adele Haenel) akan menikah dengan lelaki bangsawan Milan, menyepi di pulau terpencil berencana membuat potret pernikahan. Sang pelukis muda Marianne (Noemie Merlant) yang disewa datang dengan kepolosan gadis lugu. Permulaan perkenalan sang model dan pelukisnya memang tak langsung klik, terlihat sekali sang Lady tak nyaman dan malesi ga mau dilukis sebab ia sejatinya tak mau menikah. Dibujuk untuk berpose dan dalam bujuk itu ada hasrat lain yang tersimpan. Bayangkan, gadis pencipta seni bergulat dengan gadis yang mencari jati diri, telanjang. Ini seolah perwujudan visual rangkaian sajak berima. Setiap detail tubuh, entah itu mata, telinga, hidung meletupkan tekstur baris-baris indah penuh kekaguman. Interpersonal sepenuhnya adalah tentang kelekatan emosional. Dan cara terbaik untuk membangun kelekatan tersebut, adalah dengan saling menyentuh, memikat.

Karena waktu juga mereka yang sering bertemu dan saling mengenal akan saling mengisi. Rada absurd membayangkan dua perempuan muda ini tersenyum saling tatap. Lukisan yang sudah jadi malah dihancurkan karena tak sesuai gambaran ideal, ibunya marah kemudian pergi ke Italia, memberi waktu tambah untuk mencipta ulang. Di sinilah ikatan Marianne dan Heloise perlahan menguat. Suatu malam mereka membaca cerita Orpheus and Eurydice, mendebat alasan kenapa Orpheus kembali ke istrinya. Kemudian membantu Sophie (Luana Bajrami), seorang pelayan melakukan aborsi dengan manual, di sini gambaran perempuan yang kesakitan ditampilkan implisit, termasuk tamu bulanan yang datang rutin dan bagaimana mengatasinya.

Dalam adegan renung, para perempuan ini benyanyi dan menari, ketika pakaian pengantin Heloise terbakar. Syairnya adalah bahasa latin ‘fugere non possum’ yang artinya datang untuk terbang. Menurut Nietzsche, ‘semakin tinggi kami terbang semakin kecil kami terlihat bagi mereka yang tak bisa terbang.’ Sebuah pesan anarkisme terselubung, para perempuan yang berkumpul digambarkan mampu menggapai cita kemerdekaan dan kebebasan berkehendak.

Dengan keterbatasan akses, sepi menjadikan bahan bakar asmara. Api pemanas meluapkan gairah. Dan bagaimana pertanggungjawaban sang pelukis ketika produksi lukis ini usai? Marianne bisa memandang potret Heloise untuk melepaskan kerinduan, setidaknya sedikit mengobati rindu. Bagaimana dengan Sang Lady? Baiklah saya ciptakan saja, potret diriku untuk kau simpan. Dan muncullah adegan paling berkesan tahun ini, wanita telanjang di atas kasur dengan cermin yang ditaruh tepat di depan kemaluan, mengambil buku, dan Marianne lalu mencipta sketsa Marianne. Barisan puisi ini untuk kau simpan dank au kenang. Saya lebih suka menyebutnya ‘Obsesi Halaman 28’ dengan pulasan pualam.

Kebanyakan kita mengenal meditasi sebagai buah teknik relaksasi diri. Senandung Potret mengiringi goresan dasar atas kesadaran kisah, ini adalah film dengan plot gambar yang bercerita, dan sketsanya lebih keras berteriak ketimbang suara. Kalian bisa lihat, dengan apa yang harus kalian tahu. Kalian diminta untuk terus merenung sampai bosan. Terimalah kebosanan itu. Peluklah kebosanan itu, cintailah kebosanan itu. Bagaimana Heloise melepaskan beban terasa sekali, seolah inilah tujuan hidup, inilah yang ia tunggu-tunggu. Rebel with a cause.

Menurut Kant, nilai tertinggi dalam semesta adalah sesuatu yang dipandang sebagai nilai itu sendiri. Satu-satunya hal terpenting adalah suatu hal yang menentukan kepentingannya. Tanpa rasionalitas, semesta akan menjadi sia-sia, hampa, dan tidak memiliki tujuan. Tanggung jawab moral yang paling fundamental adalah kelestarian dan kemajuan kesadaran, baik untuk diri sendiri atau orang lain.

Endingnya mirip dengan Call Me by Your Name, lagu Concerto No. 2 for violin in G minor, Op. 8, Rv 315 L’Estate gubahan Antonio Vivaldi yang dimainkan La Serenissima, Adrian Chandler berkumandang dengan lembut menjelang tutup layar. Yang membedakan Call Me berkonsep MvM, yang ini FvF.

Dan ini jauh lebih jleb.. dengan lelehan air mata pula, karena orkestranya sempurna. Ayooo kita bikin gif-nya. Film yang berhasil membakar hasrat. Tak diragukan lagi, Portrait of a Lady on Fire adalah salah satu film terbaik dekade ini. Sinematografi keren. Akting keren. Cerita keren. Minimalis terkesan. Masterpiece, emotions and artistically running high!

Portrait of a Lady on Fire | France | Judul Asli Portrait de la Jeune Fille en Feu | Year 2019 | Directed by Celine Sciamma | Screenplay Celine Sciamma | Cast Noemie Merlant, Adele Haenel, Luana Bajrami, Valeria Golino, Amanda Boulanger | Skor: 5/5

Karawang, 210420 – 290420 – Bill Withers – Heartbreak Road

Thx to rekomendasi William Loew