Bank Kaum Miskin

“Sekolah-sekolah di Bengali menanamkan nilai-nilai baik bagi anak-anak. Mereka tidak hanya berupaya mendorong prestasi akademis tetapi juga mangajarkan kebanggaan pada bangsa, pentingnya keyakinan spiritual, kekaguman pada seni, musik, dan puisi, serta menghargai pemerintah dan disiplin.”

Luar biasa. Seharusnya lebih banyak buku-buku kelas Nobel dialihbahasakan. Ii adalah buku nobel Perdamaian pertama yang kubaca dan saya terkesima. Terutama separo pertama, sungguh luar biasa perjuangan Muhammad Yunus. Tujuan mulia, diperjuang dengan gigih, melawan banyak arus, dan lihatlah. Sungguh hadiah prestis yang pantas.

Berangkat dari pengalaman pribadi, di mana saat mengajar di kampus ia merasa prihatin sebab dunia di sekelilingnya miskin. Universitas-universitas yang ada justru menciptakan kesenjangan hebat antara mahasiswanya dengan kenyataan hidup sehari-hari di Bangladesh. Maka ia tergerak turun langsung. Membiarkan lahan tetap tandus di sekitar kampus universitas adalah hal memalukan. Jika universitas adalah gudang pengetahuan, maka sebagian pengetahuan itu harus dimanfaatkan untuk komunitas sekitarnya.

Terjadi kelaparan di sana, mereka hanya terbaring dengan begitu sunyi di pintu-pintu rumah kami dan menunggu mati. Ada banyak cara untuk mati, tapi bagaimanapun, mati akibat kelaparan adalah yang paling tidak bisa diterima. Kematian yang berjalan lambatm detik demi detik, jarak antara hidup dan mati menjadi susut dan kian susut, sampai keduanya menjadi begitu rapat dan kita tidak bisa lagi membedakannya. Ibarat tidur, mati akibat kelaparan berlangsung begitu senyap, tanpa bisa dihindari, orang yang melaluinya pun bahkan tidak bisa merasakannya.

Telusur lebih lanjut, ia menemukan fakta pahit. Banyak yang terjerat rentenir, uang itu menjerat kaum miskin. Banyak bu-ibu yang punya usaha kerajinan untuk sekadar hidup saja sulit. “Ya, tapi rentenir akan meminta banyak. Orang yang berurusan dengan mereka hanya akan bertambah miskin.”

Tunakisma, petani kehilangan lahan pertaniannya, butuh modal. Dan keputusan radikal diapungkan. Orang miskin tidak butuh pelatihan ketrampilan. Mereka butuh dana mendesak dan flesibel. Untuk itulah program kredit mikronya difokuskan terutama untuk perempuan. Yunus lalu merancang skema. “Biasanya kalau saya menyentuh bantal, saya akan langsung tertidur dalam hitungan detik. Tapi malam itu saya sulit tidur. Terbaring dengan merasa bersalah karena menjadi bagian dari masyarakat yang tidak bisa menyediakan AS$27 bagi 24 orang yang punya ketrampilan untuk mempertahankan hidup.”

Awalnya, ia menghubungi bank. Dunia Ketiga sampai-sampai pihak peminjam jarang menyadari betapa menindasnya perjanjian ini. Dan seperti di Indonesia, mereka tak kan memberi pinjaman tanpa jaminan. Pertama, tentu saja yang punya jaminan hanya orang kaya. Kedua, msyarakat miskin buta huruf. “Di Bangladesh, di mana 75 persen penduduknya tidak bisa baca-tulis, mengisi formulir adalah syarat yang edan.” Ketiga, saat akhirnya bank menyetujui, itupun nama besar Yunus sebagai professor yang dipegang. Ia menjamin, pinjaman orang miskin yang secara nominal saat didistribusikan ke banyak warga sungguh kecil. Keempat, birokrasi bank yang sungguh ribet. Yunus harus menandatangani dokumen setiap transaksi, tak peduli sedang di mana. Begitulah, ia mengambil keputusan penting: Karena alasan rasional dan ekonomis, tidak mungkin bank memihak kepada orang miskin. Yunus membongkar kepalsuan-kepalsuan itu sampai ke akar tungangnya.

Kalau bank tak bisa meminjamkan uang buat kaum miskin, kenapa tidak saya saja? Maka dengan dasar membantu sesama, Yunus mendirikan bank. Bermula dari kecil-kecilan, dari rumah ke rumah. Kredit mikro, tata caranya mudah, uangnya diputar untuk usaha kecil, dan terutama perempuan. Dengan cepat kedatangan mereka meluap bak air bah. “Segala sesuatu tidak serumit kelihatannya. Hanya arogansi kitalah yang mendorong kita mencari-cari jawaban yang tak nyana rumitnya untuk masalah-masalah sederhana.”

Tidak ada struktur finansial formal yang tersedia untuk melayani kebutuhan kredit kaum miskin. Pasar kredit ini, oleh mereka keterbatasan lembaga-lembaga formal, telah diambil alih oleh rentenir lokal.

Dan jadilah Grameen Bank.

Kami yakin bahwa Islam sama sekali tidak menentang pengentasan kemiskinan melalui program kredit mikro. Islam pada hakikatnya tidak melarang perempuan menghidupi dirinya sendiri atau memperbaiki keadaan ekonominya. Banyak cendekiawan Islam memberi tahu kami bahwa larangan syariah memberlakukan bunga tidak berlaku untuk Grameen Bank, karena peminjam adalah juga pemiliki Grameen Bank. Tujuan perintah agama yang melarang bunga adalah untuk melindungi kaum miskin dari riba, tetapi ketika kaum miskin memiliki sendiri banknya, bunga sebenarnya dibayarkan ke perusahaan miliknya sendiri, dan artinya untuk mereka sendiri.

Masalah riba, juga sensitif. Di sekitar kita masih cukup banyak kepalsuan-kepalsuan religius, di mana Allah yang sering disebut-sebut justru adalah “allah materialism”, “allah kekuasaan”, dan bukan Allah yang sebenarnya. Agama tanpa Allah.

Karena perusahaan-perusahaan raksasa tetap kapitalis, dan persentase yang sangat kecil dari keuntungan kapitalis itu (ketamakan: sifat yang paling diserang Yunus) tidak lebih daripada usaha untuk menenangkan kelompok-kelompok protes dari masyarakat sekitar.

Dalam dunia yang sedang membangun, jika seseorang menyatukan kaum miskin dan kaum yang relatif tidak miskin dalam sebuah program, maka mereka yang relatif tidak miskin akan selalu mengusir mereka yang miskin, dan mereka yang miskin akan mengusir yang lebih miskin lagi, kecuali langkah-langkah proteksi dilembagakan secara tepat saat program dimulai.

Kaum miskin ketika berdaya secara ekonomi, adalah pejuang yang paling tangguh dalam perang mengatasi masalah kependudukan, mengakhiri buta huruf, menjalani hidup yang lebih sehat dan lebih baik. Kaum miskin adalah mitra mereka, bukan penonton atau musuh, kita akan berkembang lebih cepat ketimbang yang kita capai saat ini.

Sejak awal, metode Grameen untuk memberikan uang tanpa satu pun upaya memberi pelatihan keterampilan terlebih dahulu ini memang berlawanan dengan metode pengentasan kemiskinan lazimnya. Memberi akses kredit kepada kaum miskin menjadikan mereka segera mempraktikkan keterampilan yang sudah mereka pahami.

Kebanyakn bantuan asing dipakai untuk membangun jalan, jembatan, dsb yang diniatkan membantu kaum miskin “dalam jangka panjang”. Dalam teori ekonomi, kredit dipandang hanya sebagai alat untuk melumasi roda-roda perdagangan, bisnis, dan industri. Kenyataannya, kredit menciptakan kekuatan ekonomi yang dengan cepat berubah menjadi kekuatan sosial.

Grameen berkomitmen pada tujuan-tujuan sosial: Penghapusan kemiskinan, penyediaan pendidikan, layanan kesehatan, dan kesempatan kerja bagi kaum miskin, pencapaian kesetaraan jender melalui pemberdayaan perempuan, memastikan kesejahteraan kaum manula. Grameen memimpikan sebuah dunia yang bebas-kemiskinan, bebas tunjangan kesejahteraan.

Ketika pemerintah berniat membantu kaum miskin, biasanya kebijakan mereka adalah bagi-bagi: bagi-bagi gratis uang, tanah, atau asset-aset lainnya… sepanjang jalur, pembagian gratis itu jarang mencapai kaum miskin karena orang-orang yang lebih berkuasa antre memanfaatkan sistem distribusi yang ada.

Grammen bank menyalurkan tiga jenis kredit: Kredit mata pencahariaan (suku bimga 20 persen), kredit [erumahan (suku bunga 8 persen), dan kredit pendidikan tinggi anak-anak keluarga Grameen (suku bunga 5 persen). Seluruh bunga adalah bunga tunggal yang dikalkulasi berdasarkan metode declining balance.

Pendidikan adalah salah satu unsur utama untuk keluar dari kemiskinan.

Buku juga dilengkapi pidato lengkap saat penerimaan hadiah Nobel di Oslo, 10 Desember 2006. Salah satu yang paling jleb pas bilang, “Kita telah menciptakan dunia yang bebas-perbudakan, dunia yang bebas-penyakit cacar, dan dunia yang bebas-apartheid. Menciptakan dunia bebas-kemiskinan akan lebih besar dari semua prestasi ini sembari pada saat yang bersamaan memperkuatnya. Ini akan menjadi sebuah dunia yang kita semua bisa bangga hidup di dalamnya.”

Saya sepakat. “Saya pikir kredir harus dianggap sebagai bagian dari hak azazi manusia (HAM) dan bagaimana kredit bisa memainkan peran strategis dalam menghapus kelaparan di dunia.”

Dibaca dalam dua hari, 4-5 Maret 2022. Buku superb. Lebih banyak buku nobel dialihbahasakan ke Indonesia akan makin mematik pikiran. Demi dunia yang lebih baik.

Bank Kaum Miskin | by Muhamad Yunus (bersama Alan Jolis) | Pertama terbit bahasa Prancis judul Vers un monde sans pauvrete, copyright 1997 Editions JC Latters | Diterjemahkan dari bahasa Inggris oleh Irfan Nasution | Penyelia akhir Ronny Agustinus | Penerbit Marjin Kiri | Cetakan pertama, April 2007 | 269 hlm.; i+xxvi; 14 x 20.5 cm | ISBN 979-1260-01-X | Skor: 5/5

Karawang, 200323 – 230323 – Arctic Monkeys – Do I Wanna Know?

Thx to Saepul Gobed

Iklan

Satu komentar di “Bank Kaum Miskin

Tinggalkan Balasan

Isikan data di bawah atau klik salah satu ikon untuk log in:

Logo WordPress.com

You are commenting using your WordPress.com account. Logout /  Ubah )

Foto Facebook

You are commenting using your Facebook account. Logout /  Ubah )

Connecting to %s