A Short Story: Ini Murakami Banget


“Hello, goodbye.”

Kucing hitam bertemu dengan Orang-orangan sawah, bertegur sapa, dan saling meminta tolong, dan perjalanan sang pengelana dimulai, pencarian makna hidup atau ghal-hal bersifat filosofis. Film pendek absurd. Melibat pesan-pesan tersirat, fabel singkat nan meriah. Penonton diajak menemui orang-orang aneh, ditanyai apakah yang paling berharga dalam hidup? Dan begitulah, setiap individu itu unik, jawabannya tentu juga berbeda-beda. Yang menarik, sang kucing pada akhirnya kembali di awal. Dengan metafora topi terbang melayang, terhembus ke sawah sehingga seolah reinkarnasi, pertanyaan itu melingkar. Banyak hal bisa dikupas, jadi mari kita dedah.

===catatan ini mengandung spoiler===

Mengambil sudut pandang Pupil yang kena zoom memenuhi layar. Pupilnya aneh, melintang ke atas, bukan ke kanan-kiri. Kalau dipikir lagi, menakutkan. Sepanjang film sang narrator, adalah sang protagonis, otomatis adalah para penonton tetapi sekaligus sang pembawa pesan. Semacam alternatif jiwa seseorang.

Kucing hitam memang hewan mistis. Dan kini ia ada di sawah, dimintai tolong Orang-orangan sawah agar membakarnya. Ia sudah ingin terbang ke surga, bertemu teman-temannya. “Kehidupan” di dunia terlalu monoton dan sangat membosankan. Ya iyalah, tugasnya mengusir burung tapi tak bergerak. Menjadikannya makhluk diam, sendiri di tengah keheningan. Sebelum api tersulut, Sang Kucing bertanya, “Apakah benda yang paling berharga dalam hidup ini?” dijawab, ia tak bisa menjawab. Namun memberi rekomendasi untuk bertemu tiga orang aneh: Robot, Wanita, dan Demon. Maka dengan latar asap api mengepul, sang kucing mengenakan pakaian orang-orangan sawah, melanjutkan petualangan. Inilah perjalanan hidup yang ia cari, perjalanan untuk makhluk bijak. Melalui pupil yang kucing, kita menjalankan tur singkat ini.

Seorang kucing yang mencari sesuatu dan pada akhirnya ia menemukannya, tetapi yang ia temukan justru sesuatu yang tidak ia harapkan. Seperti itulah strukturnya. Ini bukan film fiksi ilmiah, cerita film dengan menggunakan struktur fiksi ilmiah.

Pertama, Rob yang ada di panti asuhan. Ia menemuinya di ruang remang, banyak lapisan plastik menjuntai. Dengan pecahan cermin di sekeliling, dengan kemuraman yang ditawarkan, Sang Kucing mencari jawab. Rob sendiri tertidur sebab baterai-nya telah mati. Maka dengan kilau mentari yang masuk ke ruangan, sang kucing memantulkan cahayanya mengenai Rob. Ada pergerakan di sana, jemarinya bergerak hidup, lalu dengan sikap tanpa ekspresi, sang Rob memberikan benda berharga itu.

Kucing tentu saja tak suka makanan manis, tentu saja bingung. Ia adalah pemakan daging, buat apa permen? Gula hitam hanya untuk anak-anak. Dan begitulah, secara simbolik kita diajak mengarungi kehidupan. Inilah mulanya, masa kanak-kanak, manis tak terperi. Adanya main saja. Lalu, pahitnya dimana? Saat masa kecil itu berakhir. Menuju gerbang kedewasaan. Yah, selamat datang di kehidupan yang sesungguhnya.

Perjalanan berlanjut, orang kedua adalah wanita dengan ingatan pendek. Makan mie, dengan tampang polos, faceless seolah ditimpa beban berat, tanpa tahu solusinya apa. Ia berada di ruang remang, yang lantas saat pintu dibuka ternyata kita ada di dalam gebong kereta api. Mereka dalam perjalanan, dengan latar pemandangan dari kursi penumpang, kita menyaksi waktu terus berjalan, tak peduli apapun yang terjadi, apapun yang dilakukan. Inilah masa remaja beranjak dewasa. Masa galau menentukan arah hidup.

Ini semacam pendewasaan, banyak kesalahan dilakukan. Banyak pertimbangan, dan tentu saja penetapan pasangan hidup, cinta berganti-ganti hingga akhirnya menemukan pasangan sejati. Sedih yang diaduk, pada akhirnya akan terhenti di stasiun (rumah). Sang kucing tetap tak puas, akan jawaban yang lantas turun gerbong melanjutkan perjalanan.

Ketiga adalah Demon. Dengan narasi dunia tercemar, perubahan iklim meningkat, ancaman global warning, dan seterusnya, tapi impian seseorang akan terus bermekar. Harapan selalu ada. Bunga satu layu, tumbuh seribu bunga lainnya. Dengan atraksi semacam panggung sandiwara, ia pesulap yang sudah bosan sama trik. Butuh aksi nyata. Demon bangun tidur, mengenakan pakaian dengan gaya, baju melayang, celana melayang mendekat, dikenakan. Dalam surealis melakukan trik-trik sulap, hingga akhirnya mendekat dan membulatkan segumpal jiwa. Ternyata kita yang di kursi penonton di atas panggung, bukan di bawah. Panggung merekah.

Kalau diperhatikan, asap rokok itu bukan keluar dari mulut. Tapi asapnya malah masuk ke mulut. Sang kucing ketakutan dan ia berlari, berlalu setelah sadar ia dipermainkan. Sebab segalanya buruk.

Dan hari ini ia menyaksi ulang tahun anak kecil dalam lanskap cembung di pupilnya. Menari dalam keceriaan. Mereka bersahabat. Buruknya, Sang Kucing yang menyayangi Gadis kecil malah mengacaunya dengan memberinya bangkai burung, tikus mati, bahkan ular yang sudah dingin. Kacau! Kini malah berbalik, Sang Gadis menuduh Kucing Hitam adalah makhluk jahat, jelmaan iblis.


Singkat kata, mereka bertemu lagi di tempat lain, di ujung teratas tangga berjalan. Dan akhirnya dengan sekuntum bunga di balik topi, seorang teman menitipkannya untuk sang Gadis. Cerita mereka berhenti pada titik itu. Adegan berhenti seolah kena tombol pause, sejenak untuk membiarkan penonton tergugah, membiarkan ceritanya meresap.

Perjalanan hidup sang pencari bijak selesai, kita kembali ke titik mula di sawah, topi melayang dalam balutan musik pengiring, yang tentu saja topi itu mengarah ke Orang-orangan Sawah. Kembali ke area kosong. Sebidang tanah kering berkabut, membiarkan kesendirian, kesunyian, dan kesepian meresap dalam.

Ini jelas film dengan tafsir bebas. Saya lebih melihatnya sebagai perjalanan manusia yang mencoba memberi makna kehidupan di setiap tahapnya. Mencoba menjadi sebijak filsuf seagamis sufi, sekaligus kemerdekaan pikir anak-anak. Ini cerita pendek yang bisa diurai lebih dalam, tak akan pendek.

Ini Murakami banget. Ciri itu tersebar di banyak adegan. Kucing hitam sebagai tokoh utama. Seorang wanita misterius. Sesuatu menghilang. Sebagai penonton kita mengikuti jejak sang kucing dalam berkelana. Kekuatan suoernatural. Kereta api sebagai latar. Ngobrol sama kucing. Pararel pikiran. Suasana muram, hingga karakter dengan wajah faceless. Semua bisa ditemukan dalam tempo sesingakt-singkatnya. Murakami pernah menyebut bahwa kisah-kisahnya sebagai ‘misteri tanpa solusi’, yang bisa kita baca sebagai metafora dari kehidupan itu sendiri. Makanya bebas tafsir sebab sejatinya tidak ada jawaban di dalam Murakami, tetapi di sana ada kebaikan.

Makanya kenapa benda berharganya itu, agak klise dan penuh pesan moral.

Film pendek, seperti cerita pendek, ruangnya terbatas. Dalam tempo belasan menit harus bisa merangkai plot. A Short tentu saja berhasil, fabel muram tak banyak warna. Fantasinya berjalan jauh dan beberapa bagian terasa kompleks, terutama orang ketiga. Dengan hanya duduk dan meramu dan rokok yang terbalik. Mereka mengikuti satu pola, tetapi variasinya tak terbatas. Well, linier tapi terasa tak linier.

Dan begitulah, Dunia sedang menunggu untuk dipelajari.

A Short Story | 2022 | China | Short Movie (15 min) | Directed by Bi Gan | Story Bi Gan | Skor: 4/5

Karawang, 050123 – Room Eleven – One of These Day

Iklan

Tinggalkan Balasan

Isikan data di bawah atau klik salah satu ikon untuk log in:

Logo WordPress.com

You are commenting using your WordPress.com account. Logout /  Ubah )

Gambar Twitter

You are commenting using your Twitter account. Logout /  Ubah )

Foto Facebook

You are commenting using your Facebook account. Logout /  Ubah )

Connecting to %s