Desember2022 Baca

“Kita bisa jadi gila dengan main kucing-kucingan seperti ini.” – Persiden, Wisran Hadi

Desember ini sejatinya fokus untuk bacaan fiksi lokal. Kalaupun ada area di luar itu hanya iseng, dan malah Penyihir Cilik yang kelar pertama. Tipis, anak-anak, bagus. Dibaca kilat. Sebagai bulan penutup, sejatinya tak muluk-muluk sebab biasanya kalau sudah menyentuh 100 buku, sisinya hanya bonus. Dan untuk kali ini, ada di angka 21. Seperti biasa, ngalir saja, nyaman saja.

#1. Penyihir Cilik by Otfried Preussler

Keren. Cerita fantasi anak yang sejatinya umum, tapi ini ditulis tahun 50-an. Dan endingnya luar biasa. Jadinya tak umum lagi, meluap-luap dalam suka cita. Bab penutup yang sempurna. Tak menyangka apa yang dilakukan, tak kukira bakalan berani melawan, berani balas dendam. Penyihir Cilik jelas adalah cerminan kebaikan akan menang, berbuat baiklah sekalipun melawan arus, tak dilihat orang, tanpa pamrih, benar-benar demi niat menolong. Maka alam akan bersatu menolong balik. Dan jangan lupa, ini juga balasan bagi siapapun yang rajin membaca buku, rajin berlatih, rajin melakukan tindakan mengarah perwujudan mimpi. Mantra sim salabim pun butuh keringat dan air mata untuk menjadi nyata, taka da yang instan sekalipun di dunia sihir.

“Lumayan, sebagai permulaan! Kurasa kau punya bakat untuk menjadi penyihir yang baik!”

#2. Persiden by Wisran Hadi

Persiden adalah tempat segalanya. Dan dimula kita disuguhi sudut-sudut lain tempat itu. Seperti rumah warisan yang tua yang juga pusat segalanya (bagi keluarga), persiden menua dihajar perkembangan zaman, dan juga semua penghuninya. Antara Saraung dan Persiden seperti kehidupan hitam putih. Selalu berkerlap-kerlip dalam diri orang-orang muda di sana. Satunya surau penuh pengajian, satunya tempat dugem. Sarauang adalah benteng kedua setelah Rumah Bagonjong. Hitam putih yang jelas bukan? Namun bagaimana kalau dari surau itulah muncul kasih terlarang?

“Bagiku, saudaraku adalah mereka yang mau seia sekata denganku. Yang mematuhi ketentuan yang kita sepakati bersama…”

#3. Jari Tengah by Alfian Dippahatang

Buku setipis ini, dibaca cepat dan gegas. Tak berasa. Mungkin karena memang puisi bukan genre saya, dan kelemahan umum puisi adalah narasinya kurang. Belum dibangun bentuknya, terlanjur tutup. Jangan salah, beberapa maestro puisi yang pernah kubaca, bangunan narasinya baguuss baguuuuus. Beberapa bikin takjub. Nah, feel itu tidak kudapatkan. Narasinya malah vulgar, walaupun tak semuanya. Kubaca lirih dan kencang pun rasanya sama. Memang biasa saja.

Renung: “tanganmu pernah berkelana ke celana dalamnya. / kau bangkitkan raksasa yang mampu merusak / dan memperbaiki dunia…”

#4. Desis Kata Kata by Heni Hendrayani

Buku puisi lagi, beruntun saya ulas buku puisi. Sebuah kebetulan saja. Buku puisi cepat selesai dibaca, sebab tak ada kesinambungan narasi dari awal tengah akhir. Sepenggalan saja sehingga cepat dicerna, cepat pula dilupa. Tema utama sejatinya adalah perjuangan perempuan, bagaimana dahulu kala Kartini, Dewi Sartika, dan pahlawan perempuan lain mengabdikan diri dalam perjuangan persamaan hak. Menyinggung pula cara berpakaian. Zaman berubah tapi kelakuan purba sama. Lantas di zaman millennium ini, banyak perempuan yang menggadaikan kemerdekaannya demi materi.

PSK: “Di taman kota / Dua tubuh berpagut / Berbagi pesing” – 2011

#5. Pak Janggut by Aman Dt. Majoindo

Suka sama kesedehanaannya. Suka sama polanya yang mengalir lancar, beberapa mengundang tawa, beberapa getir. Bagaimana manusia zaman dulu mendapati nama panggilan. Orang berjanggut panjang, Pak Janggut. Orang berbadan kurus, Si Kerempeng. Orang berbadan gemuk, Bu Pan. Orang suka ceramah, Pak Ustadz, dst. Nama-nama yang didapat dari orang-orang sekitar, dari pergaulan, dari dampak sosial. Umum, dan sangat membumi. Untuk itulah, saya suka. Seri satra Nostalgia.

“Akan jadi sarang kutu saja janggut itu, menambah-nambah kerja awak.”

#6. Cubek di Rimba Raya by Jef Last

Cerita dari Bali ditulis orang Belanda. Kearifan lokal yang elok. Klasik.

#7. Ketika Lampu Berwarna Merah by Hamsad Rangkuti

Transmigrasi jadi tempelan cerita. Waduk Gajah Mungkur di Desa Karanglo, Wonogiri, bagaimana terbentuknya. Di tempat pertemuan kedua sungai itu akan dibangun waduk raksasa Gajah Mungkur. Air akan melenyapkan semua kenangan mereka. Jelas ini sejarah, diselipkan dalam kisah kepiluan warga Jakarta yang terpinggirkan di gubuk-gubuk kumuh sepanjang rel kereta api. Lalu dikemas drama keluarga. Jadilah Ketika Lampu Berwarna Merah. Saat mobil berhenti, mungkin membuat kesal karena perjalanan tertunda. Tetapi bagi anak-anak, ketika lampu berwarna merah satu harapan baru telah tiba. Dengan bekal kasihan, pengemis melakukan pekerjaannya. Meminta-minta di sepanjang jalan saat warna rambu lalu lintas berwarna merah. Dengan pusat kasihan anak lelaki berkaki buntung. Menggendongnya, mengetuk hati para sopir.

“Itu sekolah yang dapat dari kebiasaan kita. Kita tidak akan bisa pergi dari situ. Dunia kita adalah dunia orang minta-minta.”

#8. Rojak by Fira Basuki

Mungkin klise. Mungkin sangat sinetron. Mungkin pula terbaca lebai. Namun harus diakui Rojak ditulis dengan sangaat bagus. Runut, nyaman, dan begitu hidup. Enak sekali menikmati tiap lembarnya. Kehidupan urban. Kehidupan warga Singapura dari perpaduan imigran China dan Perantau Jawa. Dan lihatlah, sungguh campuran yang aduhai. Yang cewek galau sebab kegundahan hatinya tak tercurah, mertua Jawa yang masih feudal padahal kini terpuruk miskin. Yang cowok malah luntur kesetiaan karena pergaulan dengan teman kantor yang salah arah. Dan lagi-lagi pihak ketiga memainkan perannya. Dicampur aduk dengan lihai dalam alur yang tak ajeg maju. Hebat. Hanya saja, ceritanya ya itu, klise, sinetron, lebai.

#9. Pillow Talk by Chistian Simamora

Sungguh terlalu. Cerita cinta dengan banyak hal menyedihkan. Genre chicklit yang disampaikan dengan begitu hhmmm… apa ya pasnya? Aneh? Kurang pas. Dungu? Juga kurang pas. Mungkin kata, malesi lebih klik. Sedari awal, dengan sangat mudah sudah dapat diprediksi, dua sahabat itu bakalan bersatu. Kita tahu kata-kata hati keduanya, kita bisa menerka dengan mudah, tindakan apa yang akan dilakukan. Bahkan ketika salah satunya dilamar orang lain, dan diterima. Bahkan saat satunya lagi dikenalkan temannya teman dan begitu anggun mencinta. Malesi sekali mengikuti perjalanan orang-orang dewasa ini yang tak dewasa. Seks bebas, dan pikiraany tak bebas. Hufh…

#10. Rich Dad’s Guide to Investing by Robert T. Kiyosaki

Buku yang luar biasa, salah satu non fiksi terbaik tahun ini yang kunikmati. Benar-benar nampol abiiizzz… membuka mata, membuka hati, membuka wawasan tentang finansial. Buku bukan sekadar tentang investasi, tapi berisi petunjuk-petunjuk jitu, formula-formula ampuh. Membuncah, banyak sekali tipsnya. Sebagian besar buku investasi ditulis untuk orang-orang yang berada di luar dunia investasi. Buku ini ditulis untuk mereka yang ingin berinvestasi dari sisi dalam. Dibuat untuk mengubah sudut pandang orang, dari sudut pandang kekurangan uang ke sudut pandang menciptakan dunia yang kelebihan uang.

“Kebanyakan orang bukan investor, kebanyakan orang adalah spekulan atau penjudi. Kebanyakan orang punya mentalitas ‘beli’, simpan, dan berdoa saja semoga harga naik’…”

#11. The Joker by Esi Lahur

Novel remaja yang hhmm… begitulah. Pada umumnya. Bagaimana remaja SMU jatuh hati, saling taksir, pesta dansa, konfliks sama teman/lawan, perebutan cowok macho, atlit basket! Hingga berbagai masalah anak muda pada umumnya. Tipikal. Pertemanan itu dibalut dalam sosmed. Terbita sekitar 2000-an di mana Facebook awal mula menyerbu dunia. Maka banyak bagian di sini komunikasi via itu. Kelebihan utama jelas disampaikan dengan baik. Ditulis dengan nyaman. Dan sungguh rapi. Kelemahan jelas cerita. Para anak sekolah yang mengkhawatirkan hal-hal sederhana. Cinta-cintaan yang begitu polos. Dan sisi horornya, sungguh aneh dan lemah. Memanggila arwah hanya untuk komunikasi? Penampakan-penampakan makhluk dunia lain? Cenayang? Ah, dunia remaja yang ada-ada saja. Sudah lewat masa itu.

#12. Ulid, Tak Ingin Ke Malaysia by Mahfud Ikhwan

Menyenangkan menikmati perjalanan seseorang yang realistis. Megedepankan sisi humanis. Terlahir di desa yang sederhana, dengan kepentingan sederhana, lantas keinginan sederhana: tak ingin ke Malaysia. Kerasnya hidup, di tengah kekurangan materi. Dan begitulah, semuanya akan kena arus. Siapa yang bisa bertahan dari gerusan air gelombang itu? Daya tariknya banyak. Sangat banyak. Dari teknologi masuk desa, dikupas perlahan-lahan seolah mengupas bengkoang. Mulai dari kepemilikan radio, teman nongkrong dengar sandiwara, tv-tv tetangga yang menyatukan tetangga, hingga akhirnya kedewasaan memaksa kita menginjak bumi. Realitas, seorang lelaki (apalagi sulung) harus kerja. Begitulah, sederhana dan sangaaat nyaman. Menjadikannya buku terbaik 2022 lokal fiksi yang kubaca. Amat layak.

“Kamu juga pingin sepeda, Lid?” / “Ah, nanti sajalah.” / “Kalau kambing bagaimana?” / “Kambing?”

#13. Sherlock Holmes: Misteri Bintang Sirkus by Tracy Mack dan Michael Citrin

Sherlock biasanya dibantu Watson untuk menyelidiki kasus. Well, kali ini dibantu laskar jalanan. Sejatinya beberapa kali kita temui laskar ini membantu, tadi tersamarkan. Nah, kali ini kita mengambil sudut pandang pasukan anak-anak. Menyebut Sherlock Master dan segala petunjuk dilakukan, diarahkan, lalu malah jadi pengungkap kasus pembunuhan anggota sirkus yang jatuh dari tali saat melakukan aksi. Jelas pembunuhan, dan seperti biasa, bermula penyidikan dari motif.

#14. Misteri Sutra yang Robek by S Mara GD

Cerita deketif yang bagus. Seperti biasa, perpaduan polisi dan mantan pencuri mencoba mengungkap pembunuhan keluarga dengan dalih kekerasan rumah tangga. Mungkin tertebak, karena lingkaran kandidat pelaku tak beranjak dari tiga: pertama sang istri yang jadi tersangka utama, dipenjara sementara sebab ketika suaminya meninggal dialah yang terakhir bertemu, keluar rumah sore itu. Kedua, sang selingkuhan. Ia-lah yang menemukan mayat korban, datang setelah ditelepon. Ketiga tetangganya yang juga menemukan mayat, bersama mereka membuka paksa pintu rumah dan begitulah, penyelidikan dilakukan. Siapa pembunuhnya, kalian akan dengan mudah mendapati, sebab potensi utama sang istri dengan sangat mudah dicoret, jelas bukan pembunuhnya. Lalu siapa?

Karawang, 040123 – Renee Olstead – Stars Fell on Alabama

Iklan

Tinggalkan Balasan

Isikan data di bawah atau klik salah satu ikon untuk log in:

Logo WordPress.com

You are commenting using your WordPress.com account. Logout /  Ubah )

Gambar Twitter

You are commenting using your Twitter account. Logout /  Ubah )

Foto Facebook

You are commenting using your Facebook account. Logout /  Ubah )

Connecting to %s