
“Zaman edan. Terkutuklah nasibku, karena aku lahir untuk meluruskanmu.” – Willaim Shakespeare, Hamlet, Babak I Adegan V
Sudah akhir tahun lagi, dan bacaan tetap konstan di angka 100-an. Untuk non fiksi berjumlah 33 buku. Karena pengalaman pula, maka banyak buku bagus tersaji. Dari tips-tips menulis sampai tips-tips santuy para penulis. Dari tipikal sifat-sifat manusia kita sampai sufi modern. Dari ringkasan para filsuf. Dari petunjuk investasi sampai politik garis keras. Dari sejarah Diponegoro sampai curahan amarah dari Rusia. Berikut daftar buku non-fiksi terbaik yang kubaca tahun 2022 versi LBP – Lazione Budy Poncowirejo:
#14. Pengantar Ilmu Antropologi by Koentjaraningrat (GPU) – 1979
Daftar pertama adalah buku lokal.
Kepentingan antropologi sebagai ilmu bantu dalam penelitian. Buku non fiksi yang bergizi, saking bergizinya saya sampai sepintas membandingkannya dengan Sapiens. Namun ternyata setelah ditelaah lebih lanjut, tidak. Sapiens dibawakan dengan fun dan sangat luar biasa. Buku ini lebih banyak teori-nya, rerata dinukil dari buku-buku sebelumnya, buku-buku antropologi lama, teori yang sudah ada disusun dan dijadikan acuan. Sedang Sapiens malah banyak yang mengandalkan spekulasi, banyak yang berdasar pemikiran, dan ‘sejarah’ manusianya tampak fiksi. Maka, hanya beberapa yang laik disandingkan.
“Makhluk manusia berevolusi dalam jangka waktu kurang-lebih empat juta tahun lamanya.”
#13. Menyingkap Rahasia Akhirat by Al Ghazali (Pustaka Sufi) – 2003
Buku agama, bersafari kea lam lain.
Luar biasa. Karena ini hal yang baru, saya terpesona. Alam akhirat yang misterius itu dijelaskan dengan gamblang, bagaimana kehidupan setelah kematian. Dari mulai detik-detik kematian, hingga putusan akhir penghakiman pada-Nya. Ini versi Islam, artinya segalanya bersumber pada Al Quran dan Hadist sehingga, diluar itu tak disinggung sama sekali.
“Tak ada yang bisa menyingkap rahasia-rahasia akhirat kecuali orang yang menguasai ilmu-ilmu keakhiratan.”
#12. Melihat Pengarang tidak Bekerja by Mahfud Ikhwan (Diva Press) – 2022
Berikutnya penulis yang sudah sangat akrab. Sangat produktif.
Menurutku buku ini setara bagusnya dengan Cerita, Bualan, Kebenaran. Tips-tips menulis yang dibalut bukan tips menulis. Nyaman dan terasa sangat masuk akal. Jelas lebih keren dari Menumis itu Gampang yang bertema umum. Poinnya sama, Cak Mahfud bercerita kesehariannya. Buku ini terasa lebih asyik sebab bahasannya fokus ke proses kreatif, yang setelah ditelaah, tak kreatif juga, tak banyak nasehat, atau petuah membumbung. Benar-benar cerita bagaimana ketahananan menulis buku itu perlu, pengalaman dari Penulis pemenang DKJ dan KSK. Dua penghargaan sastra paling bergengsi tanah air. Walau judulnya provokatif, bagaimana penulis menganggur, percayalah, itu hanya jeda. Judulnya biar tampak eksotik. Itu hanya masa santuy, sejatinya menulis memang kudu tahan banting, konsistensi, dan dipaksa. Maka tata kelola waktu juga sebuah kunci, dan buku ini jelas patut dipertimbangkan jadi rujukan proses mencipta karya. Seperti yang dulu pernah kubilang di ulasan buku Mario Vargas Llosa dalam Matinya Seorang Penulis Besar (sudah diterjemahkan oleh Shira Media), bahwa buku-buku dibalik karya sangat patut dicetak sebanyak mungkin agar pembaca tak meraba ngasal. Setidaknya kita tahu, buku-buku itu diterbitkan penuh pengorbanan, tak sim salabim mengada.
#11. Manusia Indonesia by Mochtar Lubis (Gunung Agung) – 1977
Berikutnya, buku lokal lagi, yang begitu keras menghantam manusia Indonesia.
#10. Sufi Sufi Diaspora by Jamal Malik & John Hinnels (Mizan) – 2015
Dan buku-buku tasawuf selalu muncul. Yang ini sufi modern.
#9. Filsuf-filsuf Besar tentang Manusia by Dr. P.A. Van der Weij (GPU) – 1972
Begitu juga buku-buku filsuf.
Bagus. Seolah kita mendapat ringkasan pemikiran para filsuf terkenal. Beberapa sudah kubaca, beberapa sebagian kecilnya baru tahu. Namun pemikiran mereka ternyata sebagian tumpang tindih dan saling silang, seperti arti filsafat sendiri yang definisinya memang mengalami tafsir bebas, maka wajar para filsuf jua menyampaikan pemikiran itu dengan liar. Intinya, ini tentang ultim. Makna hidup manusia, kita dihadirkan di bumi ini ngapain, mau ke mana, tujuan apa – atau dalam satu kalimat singkat: Kita dilahirkan sebenarnya buat apa sih? Nah, terpecah dalam tiga garis besar: Ilmu pengetahuan, Agama, dan Filsafat. Filsafat ada di tengah-tengah, dijepit dengan ilmu reliji yang bilang dengan mantab: setelah kematian ada kehidupan, dan ilmu pengetahuan yang sebagian bilang: hidup ya saat ini, saat mati, maka selesai sudah. Kalian tak ‘kan menemukan jawaban terbuka di buku ini, sebab filsafat memang menawarkan jawaban luas dan tafsir bebas.
“Hidup bahagia adalah hidup menurut keutamaan dan hidup berkeutamaan terdiri dari usaha tak henti-hentinya untuk mewujudkan kemungkinan-kemungkinan manusiawi kita yang positif.”
#8. Rich Dad’s Guide to Investing by Robert T. Kiyosaki (GPU) – 2002
Buku finansial yang wow.
Buku yang luar biasa, salah satu non fiksi terbaik tahun ini yang kunikmati. Benar-benar nampol abiiizzz… membuka mata, membuka hati, membuka wawasan tentang finansial. Buku bukan sekadar tentang investasi, tapi berisi petunjuk-petunjuk jitu, formula-formula ampuh. Membuncah, banyak sekali tipsnya. Sebagian besar buku investasi ditulis untuk orang-orang yang berada di luar dunia investasi. Buku ini ditulis untuk mereka yang ingin berinvestasi dari sisi dalam. Dibuat untuk mengubah sudut pandang orang, dari sudut pandang kekurangan uang ke sudut pandang menciptakan dunia yang kelebihan uang. “Kebanyakan orang bukan investor, kebanyakan orang adalah spekulan atau penjudi. Kebanyakan orang punya mentalitas ‘beli’, simpan, dan berdoa saja semoga harga naik’…”
David Faust, penulis The Limits of Scientific Reasoning, “Penilaian manusia jauh lebih terbatas darupada yang kita kira.”
#7. The Art of Novel by Milan Kundera (Jalasutra) – 2002
Akhirnya rasa penasaran itu terpuas.
Kundera menulis dengan semangat merayakan lelucon. Dari judul-judulnya sudah terlihat. Harus membaca buku-bukunya dulu untuk bisa menikmati secara maksimal buku ini. Saya baru membaca empat: Pesta Remeh Temeh, Kitab Lupa dan Gelak Tawa, Identitas, dan Kealpaan. Dan itu tak cukup. Selain mengupas novel-novelnya, kita juga diajak bersafari ke novel-novel hebat sebelumnya. “Kita sering mendengar trinitas suci novel modern: Proust (belum baca), Joyce (Ulysses belum baca), Kafka (sudah baca). Menurut saya, trinitas itu tak ada. Kafka memberikan orientas baru, yaitu orientas post-Proustian. Caranya memahami diri sungguh-sungguh mengejutkan.” Ya, ketiganya sangat dominan dikupas, ditambah Cervantes (belum kubaca), Schweik (sudah kubaca), hingga Balzac. Sayangnya, hanya sebagian kecil yang kunikmati. Ada tiga kebijakan utama yang wajib dikembangkan manusia: toleransi, humor, dan imajinasi.
“…Tapi jika masa depan bukan suatu nilai bagi saya, lalu untuk apa saya bekerja? Untuk Tuhan? Negara? Masyarakat? Diri sendiri? Jawaban saya yang edan dan tulus adalah: saya bekerja bukan untuk apa-apa, melainkan buat warisan turunan Cervantes.”
#6. Enough by John. C. Bogle (Literati) – 2011
Investasi. Sebuah kata yang sering kita dengar. Butuh perjuangan untuk merealisasikannya. Butuh konsistensi, apalagi buat buruh, di mana gaji ketika turun gegas dialokasikan ke kebutuhan apa saja. Buat kebutuhan sehari-hari, bayar cicilan, memenuhi hobi, tabungan, dan investasi. Buku ini tak membahas tata kelola investasi, tapi langsung ke pokok-pokok pentingnya. Ditulis langsung oleh seorang founder Reksadana terbesar di dunia, asli dari negeri kapitalis Amerika. Dan memang terbaca sungguh beda, misalnya hanya membahas dasarnya saja, atau orang Indonesia sekalipun pengalaman. Ini buku sungguh-sungguh bervitamin. Sekalipun saya sudah terjun dan menekuni saham, apa yang ditulis melalangbuana hebat ke teori finansial dan tepekur telaahnya.
“Ya, tetapi saya memiliki sesuatu yang tidak akan pernah ia miliki… rasa cukup.”
#5. Mengarang Novel Itu Gampang by Arswendo Atmowiloto (GPU) – 1984
Luar biasa. Ini seolah menampar wajah para penulis yang masih gamang. Dibuat dengan model tanya jawab, saat-saat membacanya mencipta kalimat ‘iya ya, iya ya… terasa mudah, terasa gampang’. Sesuatu yang malah sangat amat menohok keragu-raguan. So far, buku motivasi menulis terbaik yang pernah kubaca. Ga kebanyakan teori, ga kebanyakan motode, cas cis cus, gegas tulis. Rasanya, akan malu bila kita yang manggut-manggut tak mempraktekkan gayanya. Ini buku kedua beliau yang kubaca, dan memang legend almarhum abah Arswendo ini. Salut.
“Siapa yang melarang? Kau menjadi pengarang, berarti kau membuat sendiri, mencipta sendiri.”4. A Room of One’s Own by Virginia Woolf (Jalan Baru) – 2020
#4. A Room of One’s Own by Virginia Woolf (Jalan Baru) – 2020
Luar biasa. Buku yang (rasanya) sulit dipahami, terutama saat awal mula. Namun setelah berhalaman-halaman yang melelahkan, kita akhirnya diajak memasuki maksud utama sang penulis. Lima bab awal, seolah esai ini berputar-putar tak keruan, curhat panjang lebar kehidupan, mengelilingi dunia pustaka di London, sulit dicerna mau ke arah mana. Dan bab penutup, bab Enam menjelaskan segalanya. Gamblang, bahwa untuk menjadi penulis, Virginia Woolf mensyaratkan dua: Jika kau ingin menulis fiksi atau puisi perlu memiliki uang lima ratus pound per tahun dan kamar beserta kuncinya tergantung di pintu. Lima ratus pound setahun berarti kekuatan untuk merenung bahwa kunci yang tergantung di pintu berarti kekuatan untuk berpikir mandiri, tetap saja kau dapat mengatakan bahwa pikiran harus naik di atas hal-hal seperti itu; dan bahwa penyair yang hebat seringkali adalah orang-orang miskin.
“Buku catatanku sendiri berisi coret-coretan liar yang kontradiktif. Catatan itu menyedihkan, membingungkan, memalukan. Kebenaran telah mengalir di jari-jariku. Setiap tetes alirannya telah lenyap.”
#3. Notes From Underground by Fyodor Dostoevsky (KPG) – 1979
Kita kadang-kadang memilih suatu omong kosong karena oleh kebodohan kita, kita mengira omong kosong itu jalan yang paling mudah untuk memperoleh sesuatu keuntungan. Catatan yang luar biasa. Melimpah penuh amarah, sekaligus ketakutan. Seolah benar-benar tulisan refleks curahan hati. Seorang penulis jenius curhat, hasilnya menakjubkan di satu sisi, mengerikan di sisi lain. Kata-kata kritik biasanya mengcuat di puncak, tapi kali ini justru memerlihatkan betapa muak ia, yang mengaku cerdik, terhimpit di tengah masyarakat yang bebal dan menyebalkan.
“Angan-angan biasanya bisa terasa manis dan hidup sekali setelah kita mengalami suatu masa sia-sia, mereka datang bersama penyesalan dan air mata, dan kutukan dan keharuan.”
2. Kuasa Ramalan Jilid 1 by Peter Carey (KPG) – 2011
Sengaja saya hanya baca jilid 1 tahun ini, sebab kuyakin jilid 2 bakalan meledak. Nantikan bulan depan.
Game of Thrones (GOT), adalah kata pertama yang terlintas setelah ussai membacanya. Ini seperti novel rekaan GRR Martin. Bedanya setting Jawa, dan ini nyata. Wow, setelah baca GOT saya berkomentar, susah juga hidup di masa itu. Gerak apapun terasa salah. Mau bela kerajaan manapun tetap akan sulit bertahan, semua akan serba salah. Semua punya ambisi, dan harapannya masing-masing. Perang di mana-mana, dan nyawa begitu murahnya. Di Kuasa Ramalan, konfliks terjadi di banyak arah. Mau para penjajahnya sendiri, Belanda Inggris Prancis yang mempunyai tanah rampasan, berniat memetik sebesar-besarnya keuntungan di Negara kita. Pun, kerajaan Jawa yang saling curiga dan tak saling dukung. Sultan dan Sunan tak bisa bersatu, apalagi pasca Perjanjian Giyanti, Jawa mudah diadu domba, dan ini jelas menguntungkan pendatang.
“Engkau sendiri hanya sarana, namun tidak lama, untuk disejajarkan dengan leluhur.”
#1. How the World Works by Noam Chomsky (Bentang Pustaka) – 2016
Juara tahun ini adalah novel berat, politik kiri yang sangat kritis dan memuat amarah Amerika.
Lega. Itulah perasaanku setelah bertahun-tahun coba menyelesaikan baca buku ini. Kubeli tahun 2015, sempat menggebu membaca di awal. Down di tengah jalan,. Tahun 2016 sempat pula coba kulanjutkan, dan kembali tertunda. Dan begitulah, tertimbun buku-buku lain. Terlupakan. Memang bukan buku yang santuy, bahasannya berat. Politik, dan begitu kritisnya banyak ungkapan-ungkapan yang bikin pemerintah panas.
“Ada kasus yang sangat solid untuk didakwa setiap presiden Amerika sejak Perang Dunia Kedua bertanggung jawab atas berbagai peristiwa berdarah di seantero dunia. Mereka semua merupakan penjahat perang atau setidaknya dalam kejahatan perang yang serius.”

Karawang, 301222 – Rossana Casale – Just Friends
Terima kasih untuk semua penjual buku, kalian luar biasa.