“Hei, Malam Walpurgis!”


Penyihir Cilik by Otfried Preubler
“Lumayan, sebagai permulaan! Kurasa kau punya bakat untuk menjadi penyihir yang baik!” – Abraksas

Keren. Cerita fantasi anak yang sejatinya umum, tapi ini ditulis tahun 50-an. Dan endingnya luar biasa. Jadinya tak umum lagi, meluap-luap dalam suka cita. Bab penutup yang sempurna. Tak menyangka apa yang dilakukan, tak kukira bakalan berani melawan, berani balas dendam. Penyihir Cilik jelas adalah cerminan kebaikan akan menang, berbuat baiklah sekalipun melawan arus, tak dilihat orang, tanpa pamrih, benar-benar demi niat menolong. Maka alam akan bersatu menolong balik. Dan jangan lupa, ini juga balasan bagi siapapun yang rajin membaca buku, rajin berlatih, rajin melakukan tindakan mengarah perwujudan mimpi. Mantra sim salabim pun butuh keringat dan air mata untuk menjadi nyata, taka da yang instan sekalipun di dunia sihir.

Diceritakan Penyihir Cilik (karakter tanpa nama) menginginkan mengikuti malam Walpurgis, malam pesta para penyihir tiap tanggal 1 Mei di gunung Blocksberg. Hidup dengan burung gagak hitam yang bijak. Sering kali mengingatkan dan saling tanya jawab diskusi. Usianya masih muda, 127 tahun, dan belum diperbolehkan, apalagi ia sering kali salah menyihir. Ilmunya belum tinggi, perlu banyak belajar. Namun karena keinginannya kuat, ia melanggarnya. Diam-diam naik sapu terbang, dan turut serta dalam pesta. Apes, saat seru-serunya berdansa, ia kepergok bibinya sendiri Rumpumpel. Dan karena bibinya jahat, mengadu, Penyihir Cilik disidang, dan dihukum. Ia harus berkelakuan baik, bila berhasil, tahun depan boleh turut serta. Hukuman instannya, sapu terbangnya disita, maka ia turun dari gunung dengan jalan kaki tiga hari tiga malam. Hufh…

Penyihir Cilik yang pada dasarnya suka iseng, akhirnya tobat. Membaca dan memperlajari buku ilmu sihir tujuh jam sehari, biasanya hanya enam jam. Belajar giat sampai tahun depan! Dan dimulailah kebaikan-kebaikan itu..

#1. Tiga nenek mencari kayu bakar, taka da angin lewat sehingga ranting-ranting tak mau jatuh. Dengan cerdik, Penyihir mencipta angin ribut.

#2. Penjaga hutan yang melarang pencarian kayu bakar, bila memergoki akan dihukum. Maka Penyihir Cilik pun berakting cari kayu bakar, kepergok dan sim salabim, sang Penjaga Hutan menurut saat diminta mengangkatnya, jadi kuda tunggangan.

#3. Di hari pasar, seorang pedagang bunga kertas tampak sedih sebab barang dagangnya tak laku, dan sim salabim, Penyihir Cilik mencipta wewangian, dan bunga kertasnya tak habis-habis saat dijual. Antrian pembeli panjang.

#4. Di kedai minuman, gerobak pengangkut bir dengan dua kuda dikendarai, kusirnya galak betul, suka memecutnya. Kedua kuda tampak lesu dan sedih, sim salabim. Penyihir Cilik mencipta cemetinya mengenai kusir tiap kali dilecutkan!

#5. Tiap hari Jumat, tak boleh ada sihir yang digunakan sebab hari istimewa ini hari libur. Penyihir Cilik kedatangan dua anak kecil yang menanyakan arah, sekalian saja dijamu. Dan untuk memukau mereka ia menutup korden jendela, memamerkan skill sihirnya. Ssttt… jangan bilang siapa-siapa.

#6. Thomas dan Vroni mengundang Penyihir Cilik untuk datang ke pesta rakyat, ayahnya adalah orang berpengaruh, sayangnya di acara jago tembak itu, berhadiah sapi kesayangan Thomas, Korbinian. Siapapun yang menang, pasti akan membuat pesta dengan menyembelihnya. Oh, Sang Penyihir Cilik punya ide.

#7. Di musim salju, penjual kantanye bakar sakit flu, bersin-bersin dan sungguh kakinya sangat dingin. Penyihir Cilik ditawari, dan atas kebaikannya, ia membuat penjualnya tak kedinginan. Saat ia terbang, datang dua anak kecil membeli kastanye.

#8. Kali ini untuk si burung Abraksas, cuaca dingin keduanya menggigil. Kenapa tak kau gunakan sihir agar keduanya tak kedinginan? Betul juga.

#9. Boneka salju yang dibentuk oleh anak-anak dengan tekun, suatu saat dirusak oleh gerombolan tujuh nakal yang berbadan lebih besar. Sedih, saat Penyihir Cilik tahu, ia mencipta boneka salju yang membalas.

#10. Di karnaval kota, berbagai bangsa hadir. Penyihir Cilik bilang umurnya 127,5 tahun dan membuat mereka ketawa. Hehe, lantas muncullah kanibal yang jahat, sim salabim dikalahkan dengan mudah.

#11. Kali ini Penyihir Cilik pengen mengadakan karnaval dalam hutan, para binatanglah yang diundang. Datang ke pondoknya, pesta pora para binatang. Saat muncul Si Musang, semua ketakutan. Ia sering kali memangsa sesama. Tenang, semua terkendali.

#12. Seorang istri yang sedih sebab suaminya gemar main kegel, judi sehingga lupa memberi nafkah keluarga. Penyihir Cilik meminta sehelai rambutnya, sim salabim. Si Pembuat sirap malah ditolak di kedai judi sebab bola yang dilemparnya mencipta kecing, haha…

#13. Saudara burung gagak Kreks was-was sebab sarangnya kini dalam ancaman, ada dua anak nakal sering kali memanjat pohon dan akan mengambil telurnya. Sim salabim, Fritz anak tukang jahit dan Sepp, anak tukang sepatu yang suka usil itu terjebak di pohon sebab melekat! Hehe, Penyihir Cilik baru melepas sihirnya saat mobil pemadam kebakaran datang menolong.

Itulah tiga belas kebaikan yang dilakukan setahun ini, maka saat sidang dibuka kembali apakah ia diperbolehkan ikut pesta atau tidak. Awalnya hampir lulus, tapi sang bibi yang jahat lantas membeberkan kelakukan usilnya. Mulai dari larangan menggunakan sihir di hari Jumat singga fakta-fakta kebaikan yang dilakukannya. Ternyata selama ini sang bibi yang merupakan penyihir cuaca mengamati, pantas saja ada awan hitam berarak dengan sebatang sapu menjulur pernah dilihat. Persidangan itu malah memberatkannya, Penyihir Cilik dapat hukuman lebih berat.

Namun kali ini, ia tak tinggal diam. Ia harus melakukan sesuatu yang luar biasa. Ini harus dihentikan.

Ini adalah buku pertama penulis fantasi Jerman Otfried Preubler yang kubaca. Langsung jatuh hati, sederhana, jitu, menyenangkan. Seolah mengantar kembali masa lalu yang memang genre fantasi adalah genre favorit. Lama rasanya tak menemukan kesederhanaan yang sungguh-sungguh menghibur seperti ini. Kubaca dalam sekali duduk pada Sabtu pagi, 3 Desember 2022. Fresh sebab malamnya rencana nonton bola gatot, alarm menyala kencang, Cuma dimatikan, lanjut tiudr, makanya selepas subuh benar-benar segar, dapat buku segar, klop deh. Jelas, semua buku Otfried Preubler amat pantas diburu dan dikoleksi. Semoga dapat, semoga berhasil.

Tampilan gambarnya juga sangat pas, sederhana, sungguh jitu. Tampilan ciamik, ilustrasi mantab. Benar-benar seperti inilah fantasi remaja harusnya ditampilkan, nyaman dibaca, aman buat anak-anak, penuh pesan moral, hingga sedap dipandang, sangat pantas dipajang di rak. Sejatinya untuk memukau pembaca, tak perlu muluk-muluk, tampilkan aja realitas buruk, kasih karakter masalah hingga biarkan memecahkan konfliksnya. Tak kusangka saja, akhirnya seperti itu. Apa yang dirasakan Penyihir Cilik, itulah yang dirasakan pembaca. Lepas, lega, puas. Bukankah semua orang suka keadilan? Bukankah semua orang senang kebaikan menang? Bukankah Penyihir Cilik tak sekecil itu pemikirannya? Nah, seperti katanya di puncak kemenangan, ia pantas bersorak dan dibalas ruing gema menarik, “Hei, Malam Walpurgis!”

Penyihir Cilik | by Otfried Preubler | Copyright 1957 by K. Thienemanns Verlag, Stuttgart | Judul asli Die Kleine Hexe | Alih bahasa Agus Setiadi | GM 106 01.277 | Ilustrasi oleh Winnie Gebhardt-Gayler | Sampul dikerjakan Marcel A.W. | Penerbit Gramedia Pustaka Utama | November 1985 | Cetakan kedua, Maret 2001 | 144 hlm; 20 cm | ISBN 979-686-277-8 | Skor: 5/5

Karawang, 051222 – Ella Fitzgelard & Louis Armstrong – They Can’t Take That Away from Me

Thx to Pak Saut, Jakarta

Iklan

Tinggalkan Balasan

Isikan data di bawah atau klik salah satu ikon untuk log in:

Logo WordPress.com

You are commenting using your WordPress.com account. Logout /  Ubah )

Gambar Twitter

You are commenting using your Twitter account. Logout /  Ubah )

Foto Facebook

You are commenting using your Facebook account. Logout /  Ubah )

Connecting to %s