Si Badung jadi Pengawas


Si Badung jadi Pengawas by Enid Blyton

“Berdirilah kalau kau berbicara dan keluarkan tanganmu dari saku.” – William

Kubaca dalam dua kali kesempatan. Pertama saat perjalanan tugas luar ke Bogor dan Depok Rabu, 26 Oktober 2022 dapat separo. Lalu sisanya dituntaskan pada Jumat lusanya di rumah, santuy. Murid-murid sekolah di London pertengahan abad 20 ini menggemaskan. Dengan segala kesederhanaannya. Sekolah asrama, Elizabeth di kelas dua menjadi penagwas sekolah. Si Badung yang insyaf ini kini mendapat kepercayaan, dan tiap minggu turut dalam sidang besar. Hal-hal indah yang ia bayangkan saat liburan buyar saat saudaranya, yang jelita dan manja bergabung. Segalanya tampak berantakan, Elizabeth bahkan beberapa kali dikeluarkan dari kelas. Ada yang salah. Pencurian, penggelapan uang jajan, hingga akhirnya misi yang lebih besar. Penyelamatan di danau!

Kisahnya tentang Elizabeth Allen yang bersekolah di Whyteleafe, ia adalah si Badung yang kininaik kelas dua dan ditunjuk menjadi pengawas. “Aku berharap semester ini akan sangat menyenangkan bagiku. Dan ternyata segalanya tak keruan.” Sekolah asrama ini, kini sedang liburan dan ia begitu rindu ingin kembali ke sekolah. Saat itulah orangtuanya memberitahu bahwa saudaranya dari Amerika akan ikut bersekolah di sana, namanya cantik Arabella Buckley. Dan antusiasme Elizabeth luntur saat tahu, orangnya sangat rapi. Biasanya anak yang terlalu bagus berpakaian tak bisa melakukan suatu permainan atau kegiatan lainnya. “Menghabiskan liburan dengan seseorang hanyalah menggembirakan kalau kita senang pada orang itu.”

Permulaan perkenalan yang buruk, dan berlanjut sampai sekolah dimulai. Mereka memang tak cocok. Semakin sopan Arabelka makin kasar tingkah laku Elizabeth. Dengan kereta api mereka ke London. Di sekolah ada empat anak baru, dua laki-laki dan dua perempuan. Elizabeth sebagai pengawas memperkenalkan.

Ada anak lucu nan cerdas bernama Julian. Ia bisa membuat suara berbagai binatang, tanpa ketahuan. Cuek, tampak urakan, dan begitu mudah berteman. Nah, konfliks digulirkan dari sini. Arabella melakukan kesalahan dengan tidak mengumpulkan semua uang saku. Seharusnya di dewan rapat yang dipimpin William dan Rita, uang saku berapapun dikumpulkan lalu dibagi rata per anak dua shilling. Arabella yang anak kota, tak terima, ia menyembunyikannya.

Lalu ada kasus lagi Arabella, melakukan pesta sembunyi tengah malam di hari ulang tahun. Dengan dana berlebih ia membeli kue, makanan, permen, dan sebagainya. Lalu disembunyikan di berbagai tempat, saat tengah malam, teman-teman yang diundang berkumpul di aula bermain. Apes, saat Julian akan mengambil kue di loker kepergok Elizabeth. Pesta itu langsung bubar. Makin pecah kongsi-lah dua saudara ini.

Dan yang paling parah kasus uang hilang, Elizabeth lalu menandai uang shilling barunya, dan menaruh di tempat jebakan. Saat hilang, ia menelusur dan betapa teekejutnya, ternyata uang itu ada di tangan sahabatnya Julian. Dalam rapat, ia menuduhnya. Dan berakhirlah persahabatnya.

Kasus berikutnya malah mengarah ke Elizabeth. Karena tuduhannya yang ngasal, ia dikeluarkan sebagai pengawas. “Lucu juga Robert, dahulu saya sangat bangga karena terpilih sebagai pengawas. Sekarang pun saya masih bangga. Tetatpi rasanya menjadi pengawas membuatku tak bebas bergaul dengan yang lain. Dan ini aku tak suka…” Ia kena jebak amarah Julian. Dari buku-buku yang jatuh sendiri, bersih-bersih tak henti, sampai air yang menetes tiba-tiba dan terus menerus ke arahnya. Dikeluarkan dari kelas, dan betapa memalukannya.

Sedih, dan makin terpuruk. Ia lalu bercerita pada kuda, mencurahkan masalahnya, da nada Martin yang mendengarkan, di sela-sela. Begitulah, sekolah yang dinanti kini justru berantakan. Segalanya ambyar. Bagaimana ia bisa menanganinya? Melawan balik dengan keren? Kasihan sekali Elizabeth. Selalu saja terjerumus dalam kesulitan karena kurangberpikir. Apa yang akan dilakukannya kini?

Tindakan Elizabeth mungkin gegabah, tapi dirasa perlu. Ia kena melakukan apa yang harus dilakukan sebagai pengawas. Maka saat mengetahui Julian pelakunya, jelas ia berkata bijak. “Bukan uangku yang satu shilling itu atau permenku yang jadi persoalan. Tapi kenyataan bahwa Julian telah mengambilnya. Ini tidak bisa diperbaiki hanya dengan mengembalikan benda-benda itu. Walaupun apa yang hilang dariku telah dikembalikan tapi sifat Julian yang suka mengambil milik orang lain takkan jadi sembuh karenanya…”

Kedudukan sebagai pengawas memberi batas gerak Elizabeth. Memang tak bisa leluasau lagi, si badung jadi alim. Bila kita memiliki kedudukan yang menonjol yang memisahkan kita dari yang lain, memang kita akan merasa gelisah – sampai nanti kau terbiasa oleh kedudukan barumu itu.

Hal menarik di sini bagiku justru aturan sekolah. Secara aktual mereka mempraktikkan sistem sosialis. Membagi rata uang, sidang besar itu mirip dengan manifesto sosial. Dan benar saja selalu ada saja kejutan terjadi pada sebuah Rapat Besar. Dari kasus pembagian uang, penggunaan untuk kerja sosial, hingga slogan sama rasa sama rata. Ingat, novel ini ditulis di masa Perang bergolak, belum pecah benar mana Sosialis, Komunis, atau Kapitalis.
Di London yang sedang berjuang melawan Jerman yang digdaya, cerita anak sekolah yang menyenangkan sangat diperlukan.

Alhamdulillah, saya berhasil menikmatinya. Ini buku kedua Enid yang kubaca setelah Sapta Marga. Jelas, buku-buku anak seperti ini laik koleksi dan dibaca anak-anak. Semoga ke depan bisa lebih banyak lagi menikmati katya-karya Enid Blyton.

Si Badung jadi Pengawas | by Enid Blyton | Judul asli The Naughtiest Girl is a Monitor | copyright Darel Waters Limited 1942 | First published by George Newnes 1942 | Alih bahasa Djokolelono | GM 304 97.658 | Penerbit Gramedia Pustaka Utama | 1983 | Cetakan kelima, Agustus 2000 | 256 hlm.; 18 cm | ISBN 979-605-658-5 | Skor: 4/5

Karawang, 031122 – George Benson – Body Talk (Altenative Take)

Thx to Fasilah Haryati, Bekasi