“Bakat itu adalah 1% ilham, ditambah 99% kerja keras.”
Kubacakan untuk Hermione (8 tahun) dalam dua kali kesempatan duduk, pada Sabtu siang 17 September, tidak ke mana-mana, lagi flu. Dan tuntas Sabtu kemarin, 24 September siang hari beberapa saat sebelum jalan-jalan, ini timing-nya pas di sela ujian sekolah. Sempat dikomplain May karena, diminta belajar, tapi malah didongengin tokoh. Dan kebetulan juga, dia ikut ekstra kulikuler Sains, dan saat ini mencita-cita menjadi ilmuwan (8). Cita-citanya berubah terus: dari pengen jadi guru (6), arsitek (7), hingga bupati (5). Maka tepat sekali, buku pertama tentang ilmuwan yang kubacakan adalah Edison. Dan tentu saja dia sangat tertarik, banyak hal, menanyakan banyak hal, memastikan banyak hal.
Edison dalah Bapak Penemu. Seluruh hak paten yang dipunyai lebih dari seribu macam, di antara yang terkenal lampu pijar, listrik dan alat perekam, aki, piringan hitan, telegram, kamera film serta proyektor, dia juga menyempurnakan mesin tik dan telepon. Kalau disebut sebagai salah satu orang hebat yang berpengaruh dunia, jelas ia masuk daftar tersebut.
Apa yang bisa saya ceritakan? Semua orang sudah tahu bahwa ia drop out sekolah, Tahun 1855 masuk sekolah yang didirkan Pendeta Engle, dan hanya bertahan tiga bulan. Ia dinyatakan idiot, tak bisa menerima pelajaran dengan benar. Ibunya lah yang mendorongnya untuk belajar sendiri, mengajarinya di rumah. Yang menarik ia berjualan Koran di kereta api sejak umur 12 tahun, melakukan penelitian di gerbong kerta, membuat Koran sendiri, menerbitkannya mingguan di usia 15 tahun! Dan lajunya tak terbendung sejak itu.
Hak paten pertama didapat di usia 21 tahun atas mesin otomatis penghitung suara, menjadi pegawai teknisi pencatat harga emas di New York, dari uang inilah ia bisa mendiri, dan akhirnya bersama hak paten mesin telegraf perekam, ia bisa mendirikan laboratoriumnya sendiri. Laboratorium Penyelidikan di New Jersey. Lucu di bagian ilustrasi, harga mulanya dikira lima ribu, dan dalam hati Edison merasa kemahalan, maka ia kepikiran mau menjual di angka tiga ribu saja, tapi yang disampaikan PT Western Union malah menawar empat puluh ribu.
Mandiri, punya lab sendiri maka semua lalu mengalir. Lampu pijar sendiri baru ditemukan di usia 32 tahun, di mana setelah melakukan percobaan berulang kali, mencipta kawat tahan panas saat dialiri listrik sehingga ada nyala di sana, lampu itu berhasil menyala 40 jam, lalu dikembangkan terus hingga bisa lebih baik.
Beberapa fakta yang perlu dicatat: menikah dua kali, pernikaha pertama di mana Edison masih dalam proses menuju sukses, sempat ditentang keluarga istrinya. Namun berhasil meyakinkan calon mertua, ia bisa. Lihat, trust itu penting. Jangan sampai menikah dengan lak-
Sejak kecil sudah terbiasa kerja keras, jual Koran (aku pernah jual koran di pasar dan terminal doeloe) dan membacainya, berani bertaruh dengan tanda tanya. Api yang disulut, membakar gudang, membakar gerbong, dan itu mematik ide-ide berikutnya menyala. Salut sekali.
Fakta terpenting, tentu saja perjuangan ibunya. Memberinya rasa optimis, rasa percaya diri yang ditanamkan kepadanya, untuk terus berjuang. Bayangkan, bagaimana kalau saja ibunya menerima saja pemberitahuan guru, bahwa anaknya tak bisa diajar, dan menyerah? Bisa-bisa Edison terpuruk, dam sejarah yang kita tahu ini takkan digoreskan.
Buku tipis ini, dibuat nyaman buat anak-anak. Berbentuk ilustrasi, seperti komik sehingga bisa dibaca cepat. Sesekali saat muncul pertanyaan, saya jawab dulu. Karena isinya banyak dialog, tinggal menyesuaikan intonasi dan karakter. Have fun, meluangkan waktu sama anak, membacakannya cerita, selalu menyenangkan.
Menarik, seri tokoh dunia siapa lagi yang akan kubacakan pada Hermione. Tergantung, dia minatnya ke siapa. Sebab di rak sudah ada puluhan buku berjajar, tinggal pilih. Kemungkinan para ilmuwan yang diprioritaskan. Siapa pun itu, moga antusiasme itu tetap tinggi.
Seri Tokoh Dunia 17: Thomas Alva Edison | by Lie Ching le | ISBN 957-627-120-7 | 957-627-137-1 | Copyright 1979 Newton Publishing Co. Ltd. | Alih bahasa Klara Siauw | 15095336 | Penerbit PT Elex Meida Komputondo | ISBN 979-637-359-9 | Pertama terbit 1995 | Cetakan keempat: April 1997 | Skor: 3.5/5
Karawang, 260922 – Helen Merrill – Night and Day (Live)
“Di mana ada kucing menuntun, di situ manusia mengikuti. Lihatlah keduanya, di Pofton Hall, itu kau dan Emily.”
Keren, tak kusangka ada kejutan di akhir. Perang klan antar kucing terjadi di perumahan, memperebutkan Sarden Suci. Pengakuan kekuasaan, saling sandera, saling ancam, hingga akhirnya bak roman Shakespeare, ada cinta terlarang di antara mereka. Mungkin tata kelola perubahan manusia menjadi kucing dan sebaliknya yang dirasa janggal dan kurang, dan terlampau instan serta mudah. Namun nikmati saja, ini buku anak yang fun. Ending-nya yang keren sebab setelah pengungkapan scenario tersembunyi, ada kejutan lain yang mewah, dan menurutku filosofis di mana kehidupan, sejatinya bak air mengalir, pilihan, hingga kembali ke dasar, sebuah kenyamanan itu sangat didambakan, tak peduli itu manusia, kera, kutu, hingga kucing.
Kisahnya unik, walau sederhana dilihat dari sudut pandang manusia, remaja yang galau dan memimpikan kehidupan kucingnya yang tampak damai. Namun tentu saja tidak, kehidupan kucing perumahan tersebut ternyata tak sedamai kelihatannya. Mereka terpisah garis rumah, terdiri beberapa klan, dan secara turun termurun saling sikut dan saat memanas terjadi perang.
Dibuka dengan kepiluan, bahwa ayah Catherine berduka sebab gurunya, Profesor Katzenberg yang sedang meneliti di Mesir dinyatakan tewas akibat dimakan buaya. Ia mengirim sejenis warisan, surat dan segala hal-hal yang dipelajarinya. Terdapat legenda dewa Pahnkh di kota Thebes Kuno, ada harta karun tertinggal di sana. Dan hebatnya, Pahnkh bukan manusia, dia kucing. Dalam amplop itu ada batu temuan aneh, yang oleh ayahnya boleh buat Cat.
Di sinilah keganjilan timbul. Cat yang memiliki kucing bernama Eric, sempat berharap mengingin kehidupan peliharaannya. Cat benci les balet, dan tetangga teman sekelasnya yang menyebalkan Emily. Setelah Emily and the genk melakukan bullying di kelas, Cat yang kzl menyendiri dan bericara ngelantur, “Dengan kekuatan dari Kuil, aku berharap aku pengabdi Pahnkh!” Dan wuuuuzzz… kekuatan batu itu menciptanya jadi kucing orange yang menggemaskan. Baju senamnya mengendur, ia menyusut, tumbuh telinga, pendengaran peka. Kekuatan ajaib itu bekerja.
Begitulah, Cat harus menyentuh batu lagi agar bisa kembali menjadi manusia. Ia lantas berteman dengan Eric, kucingnya, yang bernama asli Jenderal Nigmo Biffi. Bayangkan, kamu berteman dengan kucing peliharaanmu. Hebat. Dari Biffy kita tahu, sedang ada perang klan: Cockleduster melawan Stinkwater. Karena sebagai manusia, Cat tak bisa bahasa kucing, maka untuk komunikasi, ia kudu jadi kucing. Begitu juga sebaliknya, saat jadi kucing, ia bisa memahami bahasa manusia, tapi hanya suara meow yang keluar. Cat sendiri diangkat Kapten Cat, dan berada di buku yang sama dengan Biffy.
Klan Stinkwater dipimpin oleh Darson, istinya Sleeza tampak bengis. Dan anak perempuannya yang manis Vartha, serta anak lelakinya Pokesley yang nantinya menyeberang kubu. Sementara Cockduster dipimpin raja kesembilan, pangeran Crasho, pendeta Everlasting Predergast. hingga Donk bersaudara. Sementara ada wilayang di luar mereka, area liar dengan penghuni Spikeletta sebagai ratu, Swugg salah satu anaknya, serta seekor kucing misterius Wizewun.
Perangnya bagaimana? “Kita tidak bisa lagi menghindari perang dengan klan Stinkwater. Mereka mencuri sarden suci.” Mungkin tampak konyol dilihat di mata manusia, tapi begitulah kehidupan kucing. Kalau kalian sesekali mendengar teriakan kucing saling jerit di tengah malam, atau dini hari, itu berarti mereka sedang bertarung. Memperebutkan Sarden suci, yang saat ini diklaim milik Stinkwater, tapi keberadaannya misterius, saling menyalahkan. Lucunya, saat ada tawanan, ditempatkan di antara kaleng atau pot, lalu meminta tebusan makanan kucing! Hehe, tampak sepele ya. “Manusia yang berakal sehat, ketika semua di sekitarmu terguncang kesedihan. Kau benar sekali, yang perlu kaulakukan hanya membuka sekaleng ikan tuna (dalam minyak, bukan air garam), dan meletakkannya di tempat yang telah disepakati…”
Kedua kubu, romansa bak Romeo + Juliet. Vartha dan Crasho bisa jadi juru damai, atau malah jadi pemicu perang makin besar. “Pangeran kami, dan putri musuh besar kami. Ini aib!” Ada juga yang pindah kubu karena diiming-imingi makanan terjamin, atau ada penghianat. Sebab ada kucing lawan/ kawan yang tahu bagaimana Cat mengubah diri, menemui Eric di mana, hingga jebakan yang dicipta demi harga diri.
Cat sendiri akhirnya malah berteman dengan teman sekelas yang aneh, Lucy. Sama-sama punya kucing, dan Cat yang lalu butuh teman curhat memilihnya. “Tiba-tiba saja ia merasa harus mengungkapkan rahasianya sebelum meledak dari tubuhnya seperti kembang api.” Pilihan bagus, sebab mereka langsung akrab, yang menimbulkan curiga kedua orang tuanya. Jarang ngobrol, tahu-tahu akrab, di kamar seharian, main bareng, kehidupan putrinya jadi penuh warna. Orangtua tentu saja senang, akhirnya putrinya punya sahabat sejati.
Oiya, jangan lupakan peran para pemilik kucing. Kisah dibuat sedemikian rupa, agar manusia itu hanya melihat para kucing bertingkah aneh saat perang. Kucing si A bernama ini, di dunia kucing mereka punya nama tersendiri. Begitu pula, saat di puncak perang. Luar biasa seru, kucing-kucing menyerbu, membuat pesta ulang tahun yang sejatinya meriah jadi kacau balau. Ada korban dan itu wajar, Sarden Suci juga sudah sangat pas eksekusinya, termasuk saat gencatan senjata dilakukan untuk menemui titik damai.
Pilihan pemakaian kata ‘Pedesaan’ di mana, kucing-kucing yang mati dikirim ke sana. Sebuah penggambaran manis, bahwa arwah kucing itu damai di desa, dunia seberang, area antah, yang sama seperti kehidupan manusia, mereka ke surga yang damai.
Ini jelas fiksi, hanya fantasi impian Kate yang memiliki tiga kucing di rumah. “Rasanya menakjubkan, berapa banyak manusia yang mendapatkan kesempatan berlibur dari tubuhnya sendiri, dan bisa melakukan sesuatu yang tak pernah terbayangkan dapat dilakukan tangan dan kaki mereka yang membosankan?” Kata-kata Cat tentu saja mewakili isi hatinya, dan juga isi hati para pecinta kucing.
Pilihan hidup para tokoh juga sangat makhruf. Ini bisa jadi pikiran menakutkan dan mengerikan. Kucing kawin berkali-kali, memiliki anak banyak. Satu tahun kehidupan manusia sama dengan enam tahun kucing. Ide-ide liarnya semacam halusinasi, bisa mengubah ilmu Egiptologi, sebab menyenangkan sekali menjalani kehidupan kucing. Yang anehnya, ada niat mengajari kucing, kehidupan yang lebih beradab, mengajari main catur! Berhasilkah?
Ini adalah buku pertama Kate Saunders yang kubaca. Kubaca cepat dari 16 Sep libur pagi kemarin, selesai tadi siang 22 Sep 2022 pas istirahat kerja. CVnya banyak, Sampai ada yang sudah diadaptasi di BBC TV. Seorang wartawan Inggris yang produktif. Buku pertama yang sukses, buku anak sering kali mencipta fantasi liar menakjubkan. Kalau ada buku Kate lain yang sudah diterjemahkan, tentu saja dengan antusiasme tinggi bakal kusikat juga. “Astaga, ia berubah jadi kucing!”
Cat dan Perang Stinkwater | by Kate Saunders | Diterjemahkan dari Cat and The Stinkwater War | Copyright 2003 | edition published by Macmilan Children’s Books, London, UK | Alih bahasa Fanny Yuanita | Editor Poppy Damayanti Chusfani | GM 106 01 09 006 | Desain dan ilustrasi sampul Martin Dima (martin_twenty1@yahoo.co.id) | Penerbit Gramedia Pustaka Utama | April 2009 | 256 hlm; 20 cm | ISBN-10: 979-22-4513-8 | ISBN-13: 978-979-22-4513-4 | Skor: 4/5
Untuk anak lelakiku, Felix dan kucing-kucing kami, Trumble, Bing, dan Boomerang
Karawang, 220922 – Billy Holiday – I’m a Fool to Want You
“Rumah ini dibangun dalam ketidakbahagiaan, ditempati ketidakbahagiaan, darah telah ditumpahkan di lantai-lantainya (sebagaimana kau mungkin sudah atau belum tahu, Bones, pamanku Randolph terlibat dalam kecelakaan di tangga menuju ruang bawah tanaj yang mengakibatkan kemarian putrinya Marcella; sang paman kemudian bunuh diri karena teramat menyesal…”
King lagi, dulu rasanya sulit sekali menuntaskan baca ini. Padat, terjemahan yang terlipat, hingga pembahasan horror yang tampak aneh, tapi entah kenapa seusai ulas Cell, saya ambil dari rak hari Minggu, 18 Sep dan berhasil dibaca cepat. Senin tak tersentuh karena ada tugas keluar kota, Selasa kubaca dua bab, Rabu, 21 Sep 2022 pagi sebelum kerja saya tuntaskan. Saya tak memahami aturan baca cepat/kilat, saya hanya baca saya, menikmati waktu. Santuy, hanya waktu luangnya diperbanyak aja. Nyaman, sangat nyaman sekalipun temanya horror.
#1. Jerusalem’s Lot
kisah digulirkan dengan cara surat-menyurat. Sang aristrokat Charles Boone dan pelayannya Calvin McCann baru saja tiba di Chapelwaite, rumah saudaranya Stephen. Rumah tua dan terabaikan itu dibersihkan, tetangga pada heran, berani-beraninya mereka datang dan akan tinggal di mansion tua dan angker tersebut. Banyak desas-desus yang beredar, bahwa rumah itu dikutuk, banyak hal buruk terjadi, suara-suara gaib, hingga tuah jahat menyelimuti.
Sampai akhirnya mereka menemukan peta tua di perpustakaan, peta Jerusalem’s Lot. Daerah dekat hutan yang dihindari semua warga. Dipatik rasa penasaran yang kuat mereka ke sana, dan menemukan banyak kegajilan. Kota hantu yang puluhan tahun tak disentuh kehidupan, debu, aroma busuk, hingga aura hitam. Di gereja yang juga terbengkelai, mereka menemukan kitab terbuka berjudul De Vermis Mysteriis (Misteri-misteri Sang Cacing). Saat dipegang, gereja bergetar dan serangan antah lewat. Sebuah peringatan keras sebenarnya untuk gegas pergi, tapi segalanya terlambat.
“Tuan Boone, Anda harus meninggalkan Chapelwaite dengan segera!”
#2. Gilir Kerja Pekuburan
Ini yang terbaik, bagaimana horror tikus dipadu dengan kelelawar menghantui. Bagaimana kalau tikus dan kelelawar bersatu, artinya ada kelelawar berbuntut panjang tikus! Serem. Dan begitulah, urusan uang jadi pemicu, tapi sekali lagi segalanya terlambat untuk dimengerti.
Warwick seorang mandor bangunan yang keras merekrut Hall, seorang gelandang yang sejatinya cerdas, pernah kuliah soalnya. Mereka dan tim sedang melakukan tugas membersikan gedung di baseman pabrik tua yang terbengkelai. Ada ribuan tikus, dan mereka harus membersihkannya.
Di ruang bawah tanah yang gelap itulah, mereka menarik selang, mengusir tikus-tikus jahanam yang sudah berevolusi. Tak disangka, ada ratu tikus sebesar anak sapi! Mengerikan, awalnya bertiga, tapi yang satu sudah kabur duluan karena takut, tinggal Warwick dan Hall, berhasilkah melarikan diri?
“Jika ada tikus, hantam mereka!”
#3. Gelombang Pasang Malam
Virus A6 atau “Kapten Trips” yang menyapu kota. Sekelompok mahasiswa yang tersisa dan selamat pada malam bulan Agustus di pantai Anson, New Hampshire. Bernie percaya bahwa mereka bisa bertahan berkat antivirus A2. Virus yang bermula dari Asia Tenggara itu telah membunuh banyak orang. Saat di pantai menemukan manusia sekarat yang mengigau, langsung dibakar hidup-hidup, mengurangi resiko. Sampai akhirnya ditemukan fakta di antara mereka ternyata sudah terjangkit A6.
Sebuah dunia baru yang dibentuk, ataukah mereka turut musnah?
“Aku tidak merasa tidak enak, dalam pikiranku, maksudku. Kamu, lain lagi. Kamu banyak berpikir tentang itu. Aku bisa menebak.”
#4. Si Lubang Pintu
Perjalanan ke luar angkasa dan efek yang menjangkit para astronotnya sekembali ke bumi. Arthur yang sudah menginjak Venus kini memberi saran untuk tak melanjutkan jelajah ke sana. Ia gatal-gatal, bisa jadi karena terpapar mutagen alien yang berbahaya. Bermula dari ujung jarinya muncul mata alien, lalu lubang dicipta untuk mengintip kehidupan bumi. Para alien sendiri takut akan keberadaan manusia, sehingga mereka juga menunggu reaksi kehidupan.
Namun berjalannya waktu, bertahun-tahun setelah menghuni tubuh Arthur, mereka bermutasi dan makin besar menguasai tubuhnya. “Mereka menggunakan aku, sebenarnya memanipulasi aku.” Dari jari, merembet ke badan, dan sebelum terlambat Arthur harus membunuhnya, yang artinya bunuh diri. Apakah sisi kemanusiaanya yang unggul, ataukah egoism kehidupan? Mengerikan.
“Berapa banyak mantan astronot secara teratur menulis ke pejabat-pejabat di Washington dengan saran agar uang untuk penjelajahan ruang angkasa itu digunakan untuk hal-hal yang lebih bermanfaat?”
#5. Sang Pengoyak
Ini tampak absurd, mesin yang bisa berpikir dan membantai orang—orang yang menjalankannya. Mesin cuci binatu di sebuah industri pakaian baru saja membunuh karyawan. The mangle, nama mesinya bisa keluar dari prosedur penggunaan. Ada palang yang menghalangi orang di pintunya, bila ada anggota tubuh masuk, ada sensor yang seharusnya otomatis mesin mati.
John Hunton yang menyelidiki kasus ini semakin heran, saat kasus lain mengakibatkan kematian terjadi lagi. Dan dengan penelusuran lebih lanjut, mereka harus melakukan ritual pengusiran hantu dalam mesin. Dengan ugo rampe disertai mantra, mereka melakukannya. Oh, penghuni mesin ini sungguh kuat, dan mengerikan!
“Ayo, sebelum keberanian kita raib.”
#6. Suangi
Ini tragis, sungguh mengerikan membayangkan seorang ayah kehilangan ketiga anaknya karena makhluk gaib mengambilnya. Dr. Harper adalah psikiater yang menangani kasus Lester Billing. Lester mengaku melakukan pembunuhan terhadap anak-anaknya, dari diagnosis adalah penyakit kejang, jantung, dll. Kematian mendadak itu, sebenarnya di malam hari dimulai dengan igauan, atau teriakan sang anak: “Suangi… ada suangi, Papa.”
Sang anak menunjuk lemari terbuka, atau toilet terbuka. Dan begitulah esoknya mati. Begitulah, saat sesi terapi sejam sudah selesai, Lester keluar tak mendapati perawat, dan saat kembali, ia menemukan fakta mengejutkan lainnya.
“Jika tujuh ratus ekor monyet mengetik untuk tujuh ratus tahun, salah satu dari mereka akan menghasilkan karya-karya Shakespeare.”
#7. Sesuatu yang Kelabu
Ini tragedy keluarga. Seorang pensiunan yang gila minuman keras, menganggur dan mabuk-mabukan dari pesangon. Richie yang malang, menyepi dan jauh dari hiruk pikuk. Buat mabuk, ia selalu menaruh uang di atas lemari, anaknya akan membelikannya, menaruhnya, dan sang anak masuk kamar mengerjakan PR.
Henry yang pemilik bar, lantas tahu beberapa detail mengerikan dari cerita sang anak. Bahkan pernah memergoki ayahnya makan kucing hidup. Bau menyengat, hingga nafsu makannya yang luar biasa, Henry dan kawan-kawan lantas gegas ke rumah Richie untuk mengetahui apa yang terjadi. Mengerikan, Richie kini sudah jadi sejenis mutan, ia seolah makhluk jamur yang kosong, ia diminta keluar, dan gambaran ganjil itu membuat mereka ragu, apakah senapan akan ditembakkan atau tidak, sebab mereka tak tahu Richie apakah masih Richie atau sudah jadi monster?
“Pada suatu hari semua pintu dalam rumah terbuka lebar…”
#8. Ajang Pertempuran
Pembunuh bayaran yang galau dan menemukan diri diteror balik. Setelah melakukan tugasnya, Renshaw mendapat paket mainan berisi G.I. Joe Vietnam Footlock dari ibu sang korban. Sempat curiga berisi paket bom, tapi setelah dikocak tak ada suara detak jam, atau hal aneh lainnya, dibukanya paket.
Berisi mainan tentara-tentaraan, jip, tank, pesawat, dll. Paket mainan itu diluarduga hidup, mereka menyerang Renshaw hingga babak belur. Walaupun kecil, mereka banyak. Ia kalah senjata, kalah jumlah, kalah pengalaman perang. Dengan panik sembunyi di pinggi jendela, setelah jeda 15 menitan, ia menemukan kalimat dari para tentara, “Menyerahlah.” Oh tentu saja tidak, ia kini tersulut untuk melawan balik, dan meledakkan mereka semua. Hihi, mengerikan sekali pokoknya.
Hei anak-anak! khusus dalam koper Vietnam ini!
#9. Armada Truk
Sebuah rest area truk menjadi ajang bertahan hidup dari serangan aneh. Truk-truk itu hidup sendiri, menabrak apa saja yang ada di jalan tol. Seolah mesin pembunuh, menghancurkan apa saja di depannya. Di restoran itulah, enam orang bertahan hidup ala kadarnya, bersembunyi dan coba kontak tempat lainnya meminta bantuan. Sang aku, penjaga konter, sopir truk yang selamat, Jerry sang pemuda dan pacarnya, dan penjual bernama Snodgrass.
Mereka bertahan di restoran dari gempuran truk, dengan makanan seadanya, air seadanya, listrik yang tiba-tiba padam menambah suram. Saat genting kehabisan air bersih, dan truk-truk mulai jejer mengklakson, mereka pikir tamat sudah. Ternyata klason itu kode morse yang bilang, mereka kehabisan bensin, maka meminta para survival ini mengisinya dari pom yang ada atau mereka menabrakkan diri menghancurkan semuanya. Negosiasi itu alot terutama dalam resto tentu saja tarik ulur ambil tidaknya, dan setelah dipertimbangkan, mereka sepakat mengisi bahan bakar para truk.
Hingga akhirnya mereka mendengar suara deru dua pesawat terbang, apakah ada pilot di atas sana? Jangan-jangan…
“Aku pikir semua itu hanya gertakan saja!”
Sudah beberapa buku King saya baca, mungkin tak sampai menjadikannya penulis favoritku, tapi selalu bisa memuaskan, semua ceritanya Ok untuk ukuran genre yang bukan di andalanku. Polanya sama, horror psikologi. Mau cerpen atau novel, semuanya ndelujur bebas, bahasannya ke mana-mana. Sering kali keluar tema utama, mengalir bebas bak air bah, makanya rerata bukunya tebal-tebal. Untuk jilid 1 ini, ada dua pengantar. Pertama dari, John D. MacDonald, sebuah prawacana yang memicu untuk menjadi penulis. Pesan King selalu sama, “Jika anda ingin menjadi penulis, maka menulislah.” Tak ada rumus lainnya. Kedua Prakata dari sang penulis, panjang sekali, bisa jadi pembuka buku non fiksi sendiri. Poinnya, King menyukai tema-tema takut, berbagai penulis yang menjadi rujukannya, banyak membaca, hingga tips mencari ide bisa dari pengalaman. Sungguh nasehat yang jitu dan bermanfaat. Prakata ditulis di Bridgton, Maine tanggal 27 Februari 1977.
Banyak buku King di rak, dan akan terus kubacai. Bukunya melimpah, dan semoga waktuku juga. Terima kasih King, Anda hebat.
Bayang-bayang Temaram (jilid 1) by Stephen King | Diterjemahkan dari Night Shift | Copyright 1978 | Alih bahasa Wim Salampessy | Editor Dra. Y. Titik Lestari | Hak cipta terjemahan tahun 2004 | Penerbit Alice Saputra Communications, Co., | Skor: 5/5
“Orang-orang berpikir bahwa ini menyedihkan dan memang begitu. Tapi itu juga berarti bahwa aku tak punya pilihan lain kecuali memilih keterikatanku sendiri. Ini tidak mudah, seperti yang kaulihat. Tapi itu semacam kebebasan, dan oleh sebab itu, tidak tak bernilai.”
Penerbit Hikmah lagi, beberapa kali terjemahan Hikmah (grup Mizan) begitu memuaskan. Yang ini sungguh tebal, kumulai baca 3 Juni, dan diharapkan selesai akhir Juli, ternyata mbablas panjang sampai 17 September 2022. Buku tebal, lebar, walaupun fiksi ini bisa jadi adalah fiksi dengan sisipan sejarah yang sangat kental. Karena saya tak tahu sejarah Myanmar, maka banyak fakta sejarah yang fresh. Beberapa bagian malah membuatku mencipta kerut kening, terutama bagian awal bagaimana sang raja yang menyerah dengan mudah terhadap tentara Inggris (yang jua menjajah India), sehingga saat serbuan kompeni itu campuran Inggris – India. Di sana sampai mencipta sentiment anti-India. Begitu juga fakta sejarah, bagaimana tentara Inggris warga asli India lalu membelot membentuk tentara Nasional India, masa tahun 1940-an yang riuh akan kemerdekaan.
Kisahnya bisa jadi tentang Rajkumar, lelaki Burma (sekarang Myanmar) keturuan India. Ia adalah keturunan terakhir dalam silsilah keluarganya sebab dalam perjalanan perahu ke Mandalay, ibunya meninggal di atas sungai, namun sejatinya buku berkisah tentang sejarah Myanmar, Kolkota, Malaysia, hingga India. Semenajung Asia Tenggara di akhir abad Sembilan belas hingga seabad kemudian.
Seperti kita tahu, abad dua puluh riuh akan Perang Dunia pertama dan kedua, dan ini adalah salah satu efeknya. Perang sering menimbulkan benturan antara sejarah dan kehidupan individu. Dalam keadaan perang, situasi seperti revolusi, evakuasi massal, pemindahan populasi secara paksa, dan seterusnya, tak ada yang bisa memilih untuk menjauh dari sejarah. Abad dua puluh menjadi saksi atas berbagai malapetaka di Asia dan The Glass Palace mencoba mengisahkan dampak peristiwa tersebut terhadap keluarga dan individu.
Rajkumar muda, 11 tahun sampai di Mandalay untuk menjadi pelayan kedai Ma Cho. sebagai asisten pelayan kedai makanan yang dekat dengan Istana Kaca Raja Thebaw. banyak desas-desus tentang kehidupan kerajaan, rakyat jelata sekalipun di belakang sering mengeluhkan kemlaratan, mereka tetap mencintai kehidupan para bangsawan. Hormat hingga sembah sinuhun. Maka saat serangan Inggris tiba-tiba datang, Mandalay berubah total. Anehnya, kerajaan yang compang-camping mengeluarkan edaran yang kontradiksi, “Bangsa kita akan berpacu bersama para jenderalnya, kapten-kaptennya disertai kekuatan besar indanteri, artileri, pasukan gajah, dan kavaleri, lewat darat dan air, dan dengan keperkasaan tentaranta akan menghadapi orang-orang kafir ini…”
Dari kedai itulah, Rajkumar jadi saksi perubahan pepindahan kekuasaan, dengan mudah kepemimpinan raja dirampas, dan Burma menjadi tanah jajahan Inggris. Saat raja, Ratu Supayalat, dan segala pemangkunya dipaksa keluar untuk diasingkan, sebuah momen romansa tercipta, Rajkumar jatuh hati pada pandangan pertama kepada Dolly, salah satu pelayan putri. ia menandai, ia memberi hadiah, dan walau tak seindah harapan, ia menjaga asa api. Raja dan segala pasukannya diasingkan ke sebuah pantai di Ratnagiri India Barat, sejauh ribuan mil, jauh dari rakyatnya.
Rajkumar telah melihat terlalu banyak hal di Mandalay dan menemukan terlalu banyak ambisi baru. Rajkumar dengan semangat membaja, ikut dan berguru pada Saya John, seorang wirausahawan yang seolah menjadi bapak angkatnya. Bisnis kayu jati, dan menjadi saksi betapa balok-balok kayu bisa mencipta darah mengalir di berbagai sudut. Singkat kata singkat cerita, Rajkumar sukses besar. Ia berhasil dalam perjudian bisnis, meminjam uang dan memutarnya dengan jitu, dan tersebab ia ingin merekrut orang-orang India, ia meminta tolong sama orang dalam, Uma sang istri Kolektor. Ia ingin bertemu Dolly, dan menyampaikan cintanya. Pengasingan yang dikira sebentar, ternyata lama. Di tahun 1905, 21 tahun pengasingan sang raja. Dan nantinya Ratnagiri menjadi tempat tiada pula bagi snag raja terakhir Burma.
Rajkumar di usia matang, Dolly yang cekatan dan begitu mengabdi awalnya tak tahu sejarah sang pemuja. Bahkan saat diminta untuk menjadi istri sang juragan, ia menolak. “Dia mencintai apa yang diingatkanya. Itu bukan aku.” Uma menjadi mak comblang, meyakinkannya, memintanya mengambil kesempatan. Ini hanya satu kali peluang, bila ia menolak maka, Dolly bisa jadi akan menghabiskan sisa hidupnya sebagai pelayan di tanah pengasingan. Dan dengan dramatis, lewat kapal yang beranjak, ia berlari mengejar masa depannya sendiri.
Begitulah, kisah ini lalu menuturkan kehidupan Rajkumar yang bahagia, dan segala turunannya. Memiliki dua anak, Neel yang melanjutkan bisnis keluarga, dan Dinu yang suka fotografi. Lalu satu cucu yang menyatukan keluarga ini nantinya karena terpecah akibat perang, Jaya. Si bayi, Jaya menjadi pengikat yang menyatukan seluruh keluarga. Kisahnya sendiri menjadi pencarian di bab akhir, bagaimana Jaya mencari pamannya di sebuah kota kecil sang asing.
Plotnya sendiri jadi sangat liar kemana-mana. Uma yang janda menjadi seorang revolusioner. Bagi Uma, pemberontkan dan cara penumpasannya merupakan kulminasi mimpi buruk sebulan lamanya. Ia nantinya bergabung dengan Mahatma Gandhi. Ia menjadi saksi kejahatan Rajkumar melakukan tindakan asusila terhadap perempuan bawahannya, dan ia pula nantinya di hari tua menghabiskan malam-malam hening dengan yang ia kutuk. Tampak absurd sebenarnya, Uma yang sungguh kuat dan saking hebatnya, terlihat tak masuk akal.
“Bagaimanakah kau akan melawan musuh yang bertempur bukan karena kebencian maupun kemarahan, tetapi karena rasa patuh pada perintah atasan, tanpa protes maupun kesadaran?”
Bagian yang bikin salut adalah perjuangan India mengusir Inggris. Salah satu keturuan Rajkumar nantinya jadi tentara Inggris, dan bersama rekannya terbelah antara berdiri sendiri menjadi pribumi (sehingga disebut penghianat, pemberontak) ataukah bergabung dengan tentara baru, India. Yang merka inginkan hanyalah mengusir Inggris supaya mereka bisa melangkah masuk dan menggantikan posisi Inggris. Bahkan masuknya Jepang makin membelah kubu. Yah, kita harus ingat bahwa mereka adalah generasi pertama tentara India yang terdidik. Mirip Indonesia tahun 1940 s/d 1945, terpecah dan rumit. Dia telah membentuk unit independen – Tentara Nasional India. “Kapten Mohun Singh telah mengambil langkah besar. Dia memutuskan untuk berpisah dengan Inggris.”
Tak ada penguasa yang baik dan penguasa yang buruk, semakin baik seorang penguasa, semakin buruk kondisi sang budak, karena dia berhasil membuat sang budak melupakan siapa dirinya. “Apa mereka juga bicara soal politik? Ya, sepanjang waktu. Mustahil untuk tak melakukannya, di Myanmar.”
Mengutip Weston, atau Trotsky bahwa bentuk seni dan revolusioner bisa menyentakkan orang atau mengusik rasa puas diri mereka atau menantang ide-ide lama berkat ramalan konstruktifnya mengenai perubahan.
Nilai novel sebagai suatu tulisan, kemampuannya untuk menginkorporasikan berbagai elemen yang terkandung dalam setiap aspek kehidupan – sejarah, sejarah alam, retorika, politik, keyakinan, agama, keluarga, cinta, seksualitas.
Ini adalah buku pertama Amitav Ghosh yang kubaca. Lahir di Kolkota (sejak 2001 ejaan Inggris Calcutta diubah menjadi Kolkota, karena begitulah sebutan dalama bahasa Bengali, sekaligus menghapus pengaruh kekuasaan Inggris), kecil di Bangladesh, Sri Langka, da India Utara. Ia tinggal di New York bersama istri dan kedua anaknya.
Mungkin kurang sreg sama pemilihan penyampaian kisah, terlalu klise dan mudah ditebak, panjang berliku dan isinya kurang nendang. Hanya bagian-bagian tertentu yang mencipta wow, rerata biasa. Nilai lebihnya ini buku fiksi sejarah yang nyaman dan mudah diikuti, nilai kurangnya, bahasanya kurang satrawi, umum, dan sangat mudah dicerna. Tak sampai meluap-luap seperti buku Hikmah lainnya, tapi sudah cukup sebagai permulaan Amitav Ghosh, pemennag penghargaan Satra Italia, Grinzane Cavour Prize. Kalau ada buku lainnya, siap dinikmati.
Istana Kaca | by Amitav Ghosh | Diterjemahkan dari The Glass Palace | Terbitan Random House Trade Paperbacks, Inc. New York, 2000 | Penerjamah Reni Indardini | Penyunting Suhindrati a. Shinta | Penyelarasa aksara Alfiyah, Indah | Pewajah sampul Andreas Kusumahadi | Penata letak elcreative26@yahoo.com | Penerbit Hikmah (Pt. Mizan Publika) | ISBN 978-979-114-220-5 | Cetakan I: September 2008 | Skor: 4/5
“Mencintai Anda dengan begitu besarnya lebih daripada orang lain. Apanya yang kejam?”
Buku sandiwara lagi. seperti Menunggu Godot yang begitu hidup, buku ini begitu berhasil membuat pembaca begidik. Ingat, ini adalah buku sandiwara dengan kekuatan ngobrol sepenuhnya. Tokohnya ada delapan + tiga anak, sejatinya hanya lima yang meninjol. Tolvard Helmer sang suami; Nora istirnya; Dokter Rank, dokter keluarga yang sudah dianggap saudara sendiri karena sering ikut pesta dan makan malam; Nyonya Linde, teman lama Nora yang hadir setelah lama berpisah; dan Nils Krogstad, seorang petugas bank yang jahat. Semuanya diaduk di ruang tamu keluarga Helmer. Dan sungguh memikat, hanya dari kata-kata, kita turut tegang, dan pilu.
Terbagi dalam tiga babak, dipisahkan hari. Semuanya di rumah Helmer. Kisahnya bermula Nora pulang berbelanja untuk keperluan Natal, masuk rumah dengan pembantunya, dan meminta menyimpannya agar tidak dilihat anak-anak hadiahnya. Lalu muncul sang suami Tolvard yang begitu mencintai istrinya sampai dipersonifikasikan seperti burung murai, tupai, bahkan sepertui sang boneka. Memang Nora snagat cantik. Pintar bernyanyi dan menari, pandai berdandan. Suka belanja, istri yang dimanja. Delapan tahun pernikahan, tiga orang anak.
Nora tampak boros berbelanja, ditegur (dengan halus) bahwa uangnya tak banyak, ia akan naik jabatan di tahun baru sebagai manajer bank, Nora dengan gaya ngeles, nanti uangnya juga pasti ada kan, bisa pinjam dulu, bisa ditalangi alokasi biaya lain, dst. Suaminya memang tak marah, ia nurut saja, ia begitu memuja Nora. Tolvard itu begitu tergila-gilabya kepada Nora sehingga ia menginginkan dia hanyalah baginya semata-mata, seperti yang ia katakana. Bukan hanya memperoleh yang kita perlukan saja, tetapi tumpukan dan tumpukan uang. “Sungguh menggembirakan, suamiku diangkat, menjadi manajer bank.”
Nyonya Linde lalu hadir, teman semasa sekolah ini pindah kota untuk mencari pekerjaan. Janda tanpa anak ini seperti iri sama Nora. Setelah mengabdi kepada keluarga, ia kini sebenarnya sudah bebas, kedua adiknya sudah mentas, ia tak punya tanggungan orangtua lagi, tak bersuami dan taka da buntut. Ia ke kota ini untuk memulai petualang baru. Setelah bergosip ria, masuklah ke masalah serius. Ia akan dibanti Nora untuk kerja di bank yang dikepalani suaminya. “Aku tidak tahan untuk hidup tanpa pekerjaan. Seluruh hidupku, sepanjang yang dapat kuingat, aku telah bekerja, dan itu merupakan satu-satunya kesenangan dan kebanggaanku.”
Sementara dokter Rank yang sudah tua, mengeluhkan sakit pinggang dan kini di masa tua bangkrut menjadi penengah kasih. Beberapa waktu yang lalu ia telah memeriksa keadaan ekonomi rumah tangga. Bangkrut! Sempat terbesit sebuah paradoksial, ialah impian Nora sebab Nora keceplosan bilang: “Kemudian aku duduk di situ dan membayangkan adanya seorang lelaki tua yang kaya telah jatuh cinta padaku. Bahwa ia kemudian meinggal dan ketika surat wasiatnya dibuka, isinya tertulis dengan huruf-huruf yang besar memerintahkan: “Kepada Nyonya Helmer yang cantik harus segera diserahkan segala yang aku miliki secara tunai.” Namun, tak seserhana itu.
Nah, masalah muncul saat Nils Krogstad datang ke rumah ini. ia mencari Helmer, tapi sedang keluar. Maka ia berbincang dengan Nora, mengenai kemungkinan minta tolong agar dipertahankan. “Nyonya Helmer, sudikah kiranya Anda berbuat baik untuk menggunakan pengaruh Anda demi keperluanku?”
Dan masa lalu dkuak. Betapa Nora melakukan kejahatan, ia bisa saja dipenjara karena kasus ini. dan yang tahu kasus ini hanya Krogstad (lalu Linde, sebab dicurhati). Tarik ulur kesepakatan, negosiasi situasi, hingga ancaman diapungkan. Keluarga harmonis ini terancam, padahal di muka tampak cerah dengan jabatan menterengnya. Apakah berhasil dipertahankan? Atau runtuh bak banguan renta dan rapuh?
Keluarga ini lapisan luar tampak bahagia. Perjuangan membangunnya penuh dedikasi. “Tetapi di tahun-tahun pertama ia harus bekerja melampaui batas. Lihat, ia harus mencari uang dengan berbagai cara, dan ia bekerja sejak dini hari sampai larut petang, tetapi ia tidak dapat bertahan dan jatuh sakit, dan para dokter mengatakan bahwa baginya sangat perlu untuk pergi ke daerah selatan.”
Namun setelah berlembar-lembar kita tahu kerapuhannya. Pertama Nora itu perempuan manja. Cantik dan memandang seolah dunia ini indah-indah saja. “Kau ini masih seperti anak kecil.” Kata Linde. Dan Nora marah, maka membalasnya, “Bahwa aku ini hidup tanpa mengenal dunia yang penuh persoalan.” Dari sanggahan itulah, kata-kata menguar, dan rahasia diungkap.
Sanggahan penting pertama adalah, saat Helmer sakit parah dan harus ke selatan, Nora bilang dapat uang dari ayahnya untuk berobat. Padahal ayahnya tidak memberikan satu shilling pun, dan Noralah yang mencari uang itu. Dari mana? Berutang! Parahnya tanpa sepengetahuan suaminya. Kok bisa? Segi baiknya punya sesuatu sebagai simpanan. Ia berdalih, “Nanti apabila Torvard sudah tidak begitu memperhatikan aku lagi seperti sekarang ini.”
Kemudian ia telah bekerja keras agar bisa menutupi, menentukan jalan yang lain untuk memperoleh uang. Musim dingin yang lalu merasa beruntung mendapatkan pekerjaan menyalin yang banyak sekali. Namun tidak akan tertutup sepenuhnya. Kemarahan mencuat, dan arti cinta diperuhkan. “Kau tidak pernah mencintaiku. Kau cuma pikir sebagai sebuah kesenangan untuk mencintaiku.”
Kerapuhan kedua, seorang ahli hukum bernama Krogstad, menderita penyakit akhlak-lah aktor peminjam kala itu. Secara umum, pinjaman sah-sah saja. Namun ada sebuah kesalahan. Ada pemalsuan, ada kecurangan dalam sepekatan. Dan itu sungguh berat. Pinjaman uang sebesar dua ratus lima puluh pound bisa jadi bola salju yang menyapu banyak hal yang dilewatinya. Sekali badai di rumah itu sudah terhenti, ia punya sepucuk surat untuk sang suami dalam saku baju. “Apabila aku kehilangan jabatanku untuk kedua kalinya, Anda juga akan kehilangan yang Anda miliki, bersama aku.”
Kerapuhan ketiga, Nora yang manja begitu tampak taat, tapi tidak. Contoh dalam mendidik anak, tak boleh ada macaroon, gula-gula, permen, makanan di rumah. Itu adalah makanan dilarang. Nyatanya, sering berdalih, sering melonggarkan aturan, dan sering dinikmati secara sembunyi. Istri yang melawan, tapi tak secara langsung.
Keempat, sang suami. Ternyata ia memiliki sisi egoism tinggi. Dan itu sangat melukai. “Karena lingkungan dengan suasana penuh kebohongan itu akan menular dan meracuni seluruh kehidupan di rumah, setiap helaan napas yang diisap anak-anak di dalam rumah macam begitu itu adalah penuh dengan bibit-bibit kejahatan.”
Semua orang memang tak pernah siap menemui kata pisah, memeluk kehancuran. Hiks, “Kasihan, kawan tuaku. Tentu saja saku tahu bahwa memang dia tak akan lama lagi bersama kita. Tetapi mengapa begitu cepat! Dan begitu ia akan menyembunyikan diri seperti binatang yang terluka.”
Malam Tarian Tarantella menjadi puncak cerita, dan endingnya keren banget! Tak menyangka sang boneka melawan. Rumah itu dipertaruhkan. Rumah boneka yang malang. Jadi apa definisi bahagia? “Tidak, aku tidak pernah merasa bahagia. Aku pikir memang begitu, tetapi sesungguhnya tidak pernah begitu.”
Rumah Boneka | by Hendrik Ibsen | Diterjemahkan dari A Doll’s House | Penerjemah Amir Sutaarga | Ed. 1, 2007 | vii + 156 hlm” 11 x 17 cm | ISBN 978-979-461-132-6 | Penerbit Yayasan Obor Indonesia | Edisi pertama: Mei 1993 | Edisi kedua November 2007 | YOI 174.11.15.93 | Desain sampul T. Ramadhan Bouqie, Jean Kharis Design Graphic | Skor: 4.5/5
Karawang, 160922 – Charles Mingus – Self Portrait in Three Colors
“Empat manifestasi ini menunjukkan mekanisme dasar umat manusia ketika mereka terlibat secara reaktif: kebohongan, delusi, emosi negatif, dan obrolan kompulsif.”
Pelajaran positif adalah wawasan yang kamu temukan saat menyadari bahwa kamu telah memilih satu arah dan bisa berbalik jika mau. Buku self-improvement dengan tema positif thinking sudah banyak, sudah beberapa kubaca. Intinya sama, anjuran untuk memandang hidup lebih optimis, untuk mengapresiasi keadaan, syukur dan sabar, hingga bagaimana respons kita bila sedang terjatuh. Kubaca dengan nada pesimistis sebab buku-buku sejenis ini biasanya hanya berinti pada anjuran hidup bahagia. Namun setelah setengah buku, saya menemukan riak-riak yang bagus dan bermanfaat. Buku ketiga terbitan Bright Publisher yang kubaca, dan ini yang terbaik. Pertama berisi kutipan-kutipan dan itu jadi buku terburuk tahun itu yang kubaca, kedua tentang kekuatan sugesti. Lumayan bagus. Dan ketiga ini, bagus. Keempat dst, feeling skor naik terus nih. Hehe…
Per bab-nya pendek-pendek berisi dua hingga sepuluh lembar. Beberapa ditutup dengan latihan, beberapa ditantang secara nalar. Dan seperti buku tema bahagia lainnya, selalu ada kebaikan di tiap lembarnya.
Sebagai pekerja, rutinitas bisa jadi tekanan. Hidup yang monoton dan terasa membosankan. Tekanan sebenarnya tidak muncul dari keberadaan musuh atau dari pihak luar, tetapi dari seseorang yang memiliki maksud berbeda lalu mengungkapkannya secara persuasif sehingga kita merasa tertekan, depresi, dan stress. Orang menyebutnya suara hati, suara dari dalam diri bisa menjerumuskanmu dalam pelbagai masalah, tetapi juga bisa memunculkan pandangan positif yang mengubah pengalaman hidup.
Kesalahan merupakan bagian esensial dari proses pembelajaran. Pelajaran tentang masa lalu, dan kita semua tentunya punya kesalahan di masa itu. Masa lalu memang tak bisa diulang kembali, tetapi kita dapat mengubah penafsiran atas masa lalu. Dan tentu saja bisa beroleh beberapa pelajaran berharga dari pengalaman itu. Ketika pengalaman masa lalu tersebut distimulasi kembali oleh kondisi serupa di masa kini, keputusan lama pun kembali oleh kondisi serupa di masa kini, keputusan lama pun kembali berfungsi. Rasa bersalah tak boleh dicampuradukkan dengan tanggung jawab atas masa lalu. Tanggung jawab berarti membuat usaha terencana untuk mengubah pola perilaku yang muncul dari kesalahan tindakan. “Sayamemang tidak kuasa mengubah masa lalu, tetapi saya mampu mengubah maknanya. Penafsiran saya terhadap peristiwa merupakan pilihan dan tanggung jawab saya sendiri.”
Maka sangat penting untuk meningkatkan penghargaan atas diri sendiri.
Kamu tidak bertanggung jawab atas segala yang terjadi (meski Anda mungkin ikut terlibat), tetapi bertanggung jawab atas reaksi Anda terhadap peristiwa-peristiwa tersebut, bagaimana Anda menjalaninya dan bangkit. Reaksi ada tiga aspek:
#1. Reaksi mental, cara menafsir situasi.
#2, reaksi emosional yang muncul dari penafsiran tersebut dan membuat Anda merasa senang, marah, sedih, atau frsutasi.
#3. Reaksi perilaku, reaksi didasar pada perasaan sehingga Anda memperlihatkan sikap-sikao tertentu.
Prinsip dasar dari ajaran Buddha menegaskan bahwa kepemilikan akan menurunkan pada penderitaan sehingga untuk mendapatkan kebahagiaan sejati dalam hidup, kita harus mengganti rasa takut dengan penerimaan. Dan pangkal paling kuat atas rasa takut ialah kemampuan untuk menerima.
Hidup tak bisa terus berlanjut jika kita menyesali masa lalu atau merasa jijik kepada diri sendiri. Hidup merupakan sebuah proses pembelajaraan, dan pelajaran paling berharga berasal dari pengalaman pribadi. Memaafkan diri sendiri akan membuat kita mampu menangkap energi yang selama ini digunakan untuk merasa bersalah dan melawan masa lalu. Proses ini akan membebaskan kita untuk kembali menjadi diri sendiri – seseorang yang baru, lebih bahagia dan lebih bijaksana.
Apabila kita merespons kondisi kesadaran kreatif, berarti kita telah menghargai diri sendiri apa adanya, bukan karena apa yang sedang atau sudah kita lakukan. Dengan kata lain, diri kita akan tetap berharga meski kita tidak bisa melakukan sesuatu atau telah melakukan kesalahan. Gagasan instrinsik mengenai perasaan berharga ini merupakan kekuatan dasar dari harga diri yang sesungguhnya.
Nasehat ini bagus. Pengalaman pertama, atau awal berjumpa dengan kekasih. Maka, ingatlah kembali saat-saat pertama kali kamu bersama sama pasangan, apa yang kamu lihat dalam diri satu sama lain, apa yang dulunya menyenangkan dan menarik. Tumbuhkan perasaan-perasaan yang kamu alami bersama ke masa kini.
Masalah merupakan esensi kehidupan. Kesulitan muncul ketika Anda berkubang dalam efek masalah, yakni ketika masalah menguasaimu, bukan kamu yang menguasai masalah. Ini membuatmu stress dan cemas.
Biarkan masalah menjadi tantangan dan permainan yang dapat kamu nikmati. Sebagian besar masalah mempunyai jalan keluar yang sederhana: kamu dapat mengurangi berat badan dengan melakukan diet sehat, bisa berhenti merokok hanya dengan berhenti merokok. Cukup sedehana, tetapi sulit dilakukan karena jika tidak, pasti sudah melakukannya.
Cara mengatasi perasaan, memusatkan pikiran pada masalah, merasakan dengan sepenuhnya, lalu merelakannya – melepas dan mengeluarkannya. Perelaan membutuhkan penerimaan; penerimaan terjadi ketika kita tak lagi melakukan perlawanan – tidak lagi melihat segala sesuatu secara hitam putih, tidak lagi bersikap menghakimi – dan ketika kita membuka jalan untuk mencintai orang lain tanpa syarat, termasuk diri kita sendiri.
Kesadaran bisa ditingkatkan dengan menanyakan kepada diri sendiri, “Apa yang kusadari saat ini?”, “Perasaan apa yang kuciptakan saat ini?” Manusia selalu berpura-pura mengetahui banyak hal, tentang diri sendiri, Tuhan, kehidupan dan kematian, alam semesta, evolusi, politik, seks, segalanya. Namun kenyataannya, manusia bahkan tidak tahu siapa dan apa diri mereka yang sebenarnya.
Hidup merupakan sesuatu yang serius, padu, dan berat. Segala sesuatu dalam kehidupan diperbarui setiap kali dialami. Bahkan, mesti itu sesuatu yang hampir tidak didasari sekalipun.
Salah satu trik yang kudapat ini bagus, walau bukan hal baru sebab sudah pernah kudengar dari inspirasi pagi di kantor. Tentang menanamkan kata positif.
“Ketika melakukan penegasan, Anda seharusnya hanya mengunakan bahasa positif, bukan (misalnya) “Aku tidak akan makan secara berlebihan.” Karena pikiran akan menafsirkannya “Secara positif” sehingga hasilnya ialah, “Aku akan makan secara berlebihan”. Namun, mengapa omongan yang negative seperti “Aku tidak akan pernah berhasil” tidak ditafsirkan oleh pikiran menjadi “Aku akan berhasil”? sebab otak kanan yang menjadi penentu perasaan sekaligus motivasi/tindakan yang ditimbulkan (di mana Alam Semesta mencerminkannya melalui kekuatan Jiwa), menafsirkan pikiran sesuai dengan perasaan sesungguhnya yang tak disadari sehingga tidak mampu membedakan antara resistensi dengan penerimaan sadar. Otak kanan mengabaikan kata ‘tidak’ atau ‘tidak pernah’, ini merupakan pengamatan yang sesungguhnya.”
Fisika kuantum menyatakan, memandang sesuatu akan membuat sesuatu itu terbentuk, dan bahwa material kuantum bisa berada dalam kondisi yang berbeda pasa saat yang bersamaan, yakni benda dan energi. Kita memiliki realitas subjektif yang berbeda, yang saling melengkapi dengan realitas objektif (dan realitas objektif orang lain) pada tingkat yang lebih tinggi atau rendah.
Buku ditutup dengan snagat bagus, dengan tiga kutipan pendekatan positif. Pertama dari Peace Pilgrim, kedua sebuah peribahasa Cina, dan ketiga ini: “Kejahatan (ketidaktahuan) sama seperti bayangan – tak mempunyai substansi nyata, hanya saja tidak memiliki cahaya…” penutup jitu dari Shakti Gawain.
Berkat buku ini, saya jadi kembali semangat mengejar buku-buku Bright (Shira Media) dengan stempel Greatest Self-Improvement Books Series. Membangkitkan aura untuk hidup lebih hidup.
Manfaat Berpikir dan Bersikap Positif | bt Peter Shepherd | Diterjemahkan dari The Positif Approach | Penerjemah Laila Qadria | Penyunting Zilkarnaen Ishak | Penyelaras akhir Puput Alvia | Tata letak Werdiantoro | Ilustrasi sampul Sekar Bestari | Rancang sampul Katalika Project | Cetakan ke II, 2018 | ISBN 978-602-5868-06-1 | 198 hlm.; 13.5 x 20 cm | Penerbit Bright Publisher | Skor: 4/5
Karawang, 150922 – Ella Fitzgerald – Indian Summer (Live)
“Dengan menggunakan ponsel, yang sudah menjadi alat komunikasi dominan dalam kehidupan sehari-hari, kau secara simultan bisa mengubah seluruh populasi menjadi pasukan boneka, pasukan yang tak takut apa pun, karena mereka gila…”
Gelombang telepon mencipta penggunanya jadi zombie. Mereka kehilangan kesadaran, makan apa saja yang ada, membunuh sesama. Hanya orang berpikiran jadul tanpa seluler yang selamat. Lantas mereka melakukan perjalanan ke area yang dijanjikan. Dengan motivasi berbeda, ada yang mencari selamat, ada yang mencari anaknya, ada yang mencoba memecahkan misteri gelombang. Tebal sekali bukunya, butuh kesabaran ekstra untuk cerita perjalanan yang sejatinya bisa lebih diringkas.
Dibuka dengan tiga kutipan:
Ego tak akan pernah merasakan kepuasan. Ia selalu merasakan ketegangan akibat keinginan yang tak terpenuhi. – Sigmund Freud
Agresi pada manusia bersifat naluriah. Amnesia tidak mengalami evolusi dalam hal mekanisme ritual penekanan agresi untuk menjamin kelangsungan spesies mereka. Karena alasan inilah manusia dianggap sebagai binatang yang sangat berbahaya. – Konrad Lorenz
Bisakah kau mendengarku sekarang? – Verizon
Cerita mangambil sudut Clayton Riddell, seniman yang sejatinya sedang bahagia. Ia baru saja mendapat deal novel barunya akan rilis. Di tanggal 1 Oktober sore itulah sebuah serangan antah terjadi, di sini disebut serangan Gelombang. Ia sedang di Boston Common, dekat truk es krim, dan serangan mendadak itu mencipta kegemparan. Semua pengguna ponsel mendadak jadi zombie, semua tanpa kecuali yang menggunakan telepon kehilangan kesadaran, kehilangan kewarasan. Dan karena Clay tak punya seluler ia selamat.
Bertemu dengan Tom McCourt yang berpikiran jadul, tak punya HP juga, dan Alice Maxwell remaja cantik. Ketiganya yang karena tak tahu harus bagaimana, memutuskan berlindung sementara ke rumah Tom. “Apa menurumu besok akan lebih baik, di saat terang? Maksudku rasa takut itu?” Tak ada yang tahu. Clay membuka mulut untuk mengatakan hal semacam itu pada Tom, dalam pikirannya celetukan itu akan lucu dan cerdik, namun yang keluar dari mulutnya hanyalah suara serak terisak.
Kita ini tiga pendekar Tom, Semua untuk satu dan satu untuk semua. “Alice. Nama yang cantik. Artinya ‘diberkahi Tuhan’”.
Besoknya, para zombie ini mulai mencari mangsa. Saling terkam, apapun yang ada di depannya. Mereka ternyata juga berserikat, bersatu saling bantu. Tampak aneh sebab kewarasan dan kesadaran sudah tercerabut. Dalam kebimbangan, bertiga memutuskan ke Maine, ke utara mencari anak Clay: Johnny yang masih kecil. Tom dan Alice ikut saja, sebab tak tahu harus ngapain? Bukankah bersatu akan lebih kuat?
Di sana sini terlihat ponsel tergeletak ditinggalkan di jalan, setiap beberapa meter mereka melewati ponsel yang tergeletak dan tak satu pun utuh. Ponsel-ponsel itu kalau tidak terlindas pasti terinjak sehingga hanya tinggal serpihan kabel dan plastik, seperti ular berbahaya yang sudah dibunuh sebelum mereka bisa menggigit lagi.
Begitulah, novel ini sebagian besar berisi perjalanan. Melewati berbagai rintangan, seperti di sekolah Akademi Gaiten dengan kepala sekolah Charles Ardai dan satu murid langka Jordan. Menambah pasukan, jadi setiap bertemu dengan orang asing yang selamat, opsinya bersekutu kalau sepemikiran. Kota ini akan terbakar habis dan tak ada yang akan bertahan kecuali orang gila. “Bisakah kota modern terbakar habis? Yang terbuat dari beton, logam, dan kaca? Bisakah kota semacam ini terbakar seperti Chicago yang terbakar setelah sapi Mrs. O’Leary menendang lentera?”
Karena mereka juga menemukan fakta-fakta baru, bahwa para zombie telah menemukan koloni pikiran, mereka tak bicara tapi bisa telepati, sehingga koloni zombie ini bisa melihat potensi melawan manusia normal.
Begitu pula fakta bahwa, zombie bergerak bebas siang hari, mereka cari makan, berkumpul, berbagi makanan, hingga akhirnya bisa mencipta sidang. Mereka berevolusi dengan cepat. Sehingga kelompk Clay hanya bisa bergerak bebas malam, melakukan perjalanan, mencari makan, hingga mencari tempat bernaung. “Malam-malam mungkin masih jadi milik kira untuk sementara, tapi siang hari jadi milik mereka, dan kaulihat sendiri apa yang bisa mereka lakukan.”
Apes, mereka bertemu manusia normal yang selamat, tapi kaum yang hura-hura, sebab sudah frustasi, memperebutkan makanan dan segala yang dibawa. Perjalanan itu banyak sekali hambatannya, dan setelah menemukan fakta keadaan anaknya, Tidak begitu mudah melupakan istri walaupun ada amarah di sana, yang hidup terpisah tapi masih kaucintai, yang mungkin saja sudah mati, dan terutama anak. Johnny dan Sharon tinggal di Livery Lane saat gelombang menyerbu. Clay tak bisa berbuat apapun selain, melanjutkan misi menyelamatkan umat. Generasi manusia, mereka menuju ke KASHWAK NO-FO, sebuah janji sekaligus ancaman. Kashwak sama dengan No-Fo bisa dibilang sebagai area tak berotak. Zona mati/ taka da menara ponsel. Tak ada tower menara mikro.
Pemicu yang bermutasi. Semua itu tak mungkin terjadi tanpa ini, yang bisa dibilang penghapusan total besar-besaran. Akhirnya semuanya seperti efek domino. “Primata berevolusi jadi manusia, manusia ke orang ponsel, orang ponsel berevolusi menjadi kaum telepatis yang bisa mengambang dengan sindrom Tourette. Dan evolusi pun lengkap.”
Ada satu lagu yang sering disebut berjudul, Baby Elephant Walk. Sebuah Musik instrumental band besar dari zaman dulu. Les Brown dan His Band of Renown. Namun ada versi baru, Don Costa atau Henry Mancini. Dua versi yang populer. Atau versi Lawrence Welk. Musik ini mengalun di koloni zombie seolah jadi panduan hidup. Musik raya para manusia ponsel?
Orang bukanlah komputer, tapi komputer bisa dibilang seperti orang, kan? Karena kita membangun apa yang kita tahu, kau tahu tentang reboot dan worm itu. Masa depan yang misterius, apa yang akan terjadi dengan teknologi. Komputer yang kita cipta bisa berpikir? Ledakan gelombang ini bisa saja kisah fiksi, tapi kekhawatiran akan makhluk udara antah yang menyerang balik para penciptanya tentu membuat kita gidik. Ini demia anak cucu kita, ini demi masa depan manusia. Siapa yang bisa jamin manusia masih ada dua abad mendatang?
Justitia Est Commodatum, keadilan telah ditegakkan.
Seluler | by Stephen King | Diterjemahkan dari Cell | Copyright 2006 | c/o Ralph M. Vicinanza, Ltd. | Alih bahasa Esti Ayu Budihabsari | GM 402 08.041 | Desain cover Eduard Iwan Mangopang | Penerbit Gramedia Pustaka Utama | 568 hlm; 20 cm | ISBN-10: 978-22-3910-3 | ISBN-13: 978-797-22-3910-2 | Skor: 4/5
Untuk Richard Matheson dan George Romero
Karawang, 140922 – Benny Goodman & His Orchestra – King Porter Stomp
Mungkin tampak klise. Namun ternyata tak seklise itu. Pengelolaan cerita mengalir nyaman, cerita para remaja tentang kasih tak sampai, cinta segitiga mencipta bencana, karena status sosial, si miskin yang merindukan damba pasangan kaya. Orang tampan yang mengingin cinta gadis cantik. Hingga berantem marah akibat cemburu. Sebuah tusukan maut, mengacaukan tatanan kehidupan para muda-mudi ini. Liar, penuh amarah, jantan.
Bramandita atau panggil saja Bram dalam perjalanan balik ke Bandung, dengan bus butut di Jakarta mengejar kereta api. Hampir tertabrak mobil saat turun dari bus, dan mau ganti moda. Mobil dengan sopir pemuda, turun dan hampir baku hantam. Namun di samping sopir ada cewek cantik, yang mencegahnya, namanya Siska sebab disebut oleh si sopir. Bram jatuh hati.
Jodoh memang tak ada yang tahu. di stasiun Bogor, nasib mempertemukan Siksa dan Bram duduk berdampingan. Perjalanan kereta malam itu, seharusnya syahdu. Namun sang pacar Tommy sudah wanti-wanti, dan kekikukan tak cair hingga sampai Bandung. Tommy berkata dalam hati, “Alangkah bermurah hatinya Tuhan berkenan memberi kesempatan dalam hidup Bram untuk melihat hasil ciptaanNya yang begitu memesona.” Malah, seorang pramugari cantik Merri yang menambatkan hatinya. Merri dijemput pamannya, Bram diantar, nebeng sampai rumah.
Bram adalah mahasiswa ITB, anak seorang penjahat kambuhan. Ayahnya kini mendekam di sel tahanan karena kasus perampokan yang gagal. Naas, rumah korban malam itu yang dikira kosong, malah ada penghuni lain. Kasus perselingkuhan, yang karena niat pencurian itu, membongkar affair. Ibunya hanya tukang jahit, terima pesananan. Seringnya dari butik ternama, yang mengalirkan pekerjaan ke ibunya.
Nah, nasib kembali mempertemukan Bram dengan Siska sebab saat ibunya minta tolong mengantar baju pesanan ke tantenya Zus Nelly, malah diminta langsung ke rumah pelanggan. S. Harjadiningrat di Jl. Trunojoyo. Dan ternyata itu rumah Siska. Masih sama, mereka berdua tampak ketus, belum cair. Masih jaga gengsi. Bram benar-benar jatuh hati akan kecantikan Siska, yang sudah bertunangan dengan Tommy. Mereka sejatinya saudaraan, dulu Tommy adalah anak angkat Suradi Harjadiningrat, ayahnya Siska. Anak pancingan dari saudara, maka setelah Siska lahir dan adiknya juga, Tommy dikembalikan. Namun garis nasib sudah digoreskan.
Sebuah wisata di Tangkuban Perahu, Lembang menjadi pemicu sejatinya. Siska dan Tommy pacaran, Bram dan teman-teman kuliahnya juga di sana. Sutikno, mahasiswa sekaligus guru SD yang sudah menikah dan punya tiga anak, istrinya Soraya, anaknya Nora, Andi, Barda. Ini kurang ajar sebab malah berpacaran dengan mahasiswi Sri Sudarmi yang pacarnya ke luar negeri. Bram berdiri di tengah-tengahnya. Untungnya ia masih punya hati sehingga ajakan Tikno, nanti malam ke rumahnya diajak belajar atau ke mana kek agar mereka bisa jalan. Sebuah misi perselingkuhan, tapi gagal, malah berujung petaka. Mobil plat Jakarta Kingswood Tommy nyusruk mengakibat ia luka parah. Dibantu Bram, dan inilah yang membuka hati Siska.
Ibu Bram sudah memprediksi, mending sama Merri. Pramugari baik, yang ketika diperkenalkan berhasil menyentuh hatinya. Ketimbang Siska yang kaya, tapi berpotensi remuk. Naluri keibuannya memberitahu bahwa anaknya sedang menempuh jalan yang berbahaya. Sebuah cenayang yang tepat. Sebab kisah ini menjadi hitam saat Bram memaksa diri untuk memilih Siska. Begitu pula feeling ibu Siska. Ah, perasaan lembut seorang ibu yang cinta anak-anaknya. “Aku mendapat firasat, akan terjadi hal-hal yang tidak kita kehendaki. Mudah-mudahan saja pemuda lain yang diundang anak kita, berhalangan datang…”
Sebuah undangan pesta ulang tahun ke delapan belas Siska menjadi bencana. Tommy yang tak diundang, datang langsung dari Jakarta. Bram yang ditunggu-tunggu tak kunjung tiba, motor butut tua Honda rusak di jalan. Dan walau terlambat sampai, bersiteganglah Tommy dan Bram di sana. Kehadiran Bram merubah situasi itu secara total. Alangkah mustahil pertemuan semacam itu bisa terjadi di tengah kecamuk jalan yang semakin edan ini. Lebih mengejutkan lagi, ayah Siska ternyata sudah mengenal Bram, dan itu menambah bumbu percik amarah. “Tommy ada di sini sekarang. Hadapailah kenyataan itu. Camkan pula, kalian sudah bertunangan. Aduh nak, tahukah kau apa artinya?” Ditambah lagi nama seorang cewek, Lidya yang hamil menambah pusaran konfliks.
Hingga di ujung kisah cinta segitiga ini, tak semua selamat. Nyawa seseorang melayang. Egoism, amarah, hingga pilihan hidup yang terlampau memaksa bisa jadi karenanya, waktu tak bisa diputar balik. Begitulah kehidupan.
Buku terbit tahun 1980-an, banyak kosa kata jadul. Gongli? Saya tak tahu, hingga akhirnya saya googling. Artinya gadis yang melacur untuk kesenangan semata. Hehe, kata penting di eksekusi akhir ini ternyata. Atau kutipan ini, saya tak paham. Seperti Joan Tanamal ditanya Tanty Yosepha, Tommy menyahut: “Ya mana.” Dan berkat Google saya menemukan jawab. Itu kutipan dialog film Yoan (1977) yang pastinya nge-trend kala itu. Wajib dicari!
Atau kalimat yang masih relate hingga saat ini, “Hanya satu dua. Perkembangan peradaban tidak membuat orang lantas kehilangan sopan santun… Bram, Aku akan menangis selama satu minggu, kalau kau tidak mau kuajak makan sekarang…!” Tampak manja, tapi ada benarnya juga.
Satu kalimat panjang lebai, saat Bram dirasuki asmara tampak wajar. Kita semua pernah muda dan mengalaminya. Cinta itu buta. “Tuhanku. Apakah aku telah jatuh cinta pada Ummat-Mu yang bernama Siska? Jawablah. Jawablah. Apa? Kau tidak mau menjawab? Kalau begitu KAU tak jujur. KAU perlihatkan Siska kepadaku, dan ketika aku sudah mulai menyukai gadis itu, KAU tidak mau menyalakan oborMu untuk menerangi dadaku yang gelap gulita ini…”
Karena ini bersetting jadul, tak ada internet, taka da HP maka sebuah permintaan maaf dikirim via surat. Yang kemudian diminta lagi, sebab menyampaikannya langsung akan lebih afdol. “Tak sepatutnya aku meminta maaf lewat kartunama. Itulah sebabnya aku datang hari ini… untuk mengulangi permintaan maaf atas kekasaran dan kekeliruan yang telah kuperbuat.”
Dan betapa relate-nya kehidupan ini akan nasehat penting ini. masa muda, masa yang berapi-api. Segala zaman akan sama, kesalahan-kesalahan kembali terulang, dan segalanya dilindas waktu. “Aduh, Nak kau masih muda, masih belum matang mengenyam hidup di dunia ini. Bagimu, atau bagi orang-orang muda seperti kau, apa yang tampak itu sajalah yang ada. Apa yang tersirat tak pernah kau baca…”
Sayang sekali buku ini dicetak tanpa ISBN, tanpa tahun. Identitas buku hanya tiga: judul, penulis, penerbit. Hanya itu! Padahal ini buku bagus, terbaik setelah Kolam Darah yang horor abis, keren abis! Buku ini jelas ditulis seorang kawakan, seorang yang tahu bagaimana mencipta kejutan. Sebab bab terakhir sangat keren. Tak menduga, kukira bakalan klise dengan bumbu roman, tapi mahal berdarah-darah, twist. Dan jelas, saya menambahkan nama beliau di daftar penulis lokal favorit.
Bram yang malang. Tommy yang malang. Siska yang malang. Betapa jahatnya dia, betapa banditnya dia. Sejahat ayahnya sendiri. Sebandit ayahnya sendiri. Cinta segi tiga di antara mereka telah sama-sama melahirkan dendam. “Betapa kejamnya dunia.”
Menentang Sejuta Matahari | by Abdullah Harahap | Penerbit Sinar Pelangi, Bandung | Skor: 4/5
Karawang, 120922 – Miles Davis – Once Upon A Summertime
“Kuah babat karena memberi bodi dan aroma, kacang kedelai karena membuat ekstra renyah, timun karena menambah asam dan segar.”
Karena saya sudah melihat filmnya, apa yang dilakukan dan diucapkan Aruna sudah tercetak wajah Dian Sastrowardoyo. Apalagi gerak-geriknya mirip, atau perasaanku saja yang mengikuti? Entahlah. Ini novel dengan citarasa makanan melimpah, pemakaian kata lezat pada tempatnya. Perhatikan, “Sebuah dunia yang telah terbentuk lama sekali, sebelum musik, sajak, dan gambar, dan yang pagi malam mengisi penuh kepalanya, mengisi dan menaungi.”
Secara cerita mungkin agak kurang, kalangan atas sedang kerja dan makan-makan, motif dan pengembangannya yang kurang relate sama kebanyakan kita, atau kurang pas sama jelata. Pejabat pemerintah, dan lingkarannya melakukan kejahatan, Aruna terseret pusaran, dan begitulah ia mengikuti decak kenikmatan makanan dari kota ke kota. Keistimewaan buku ini jelas, cara penyampaiannya yang luar biasa. Lezat di tiap lembarnya. Memang ini hidangan istimewa, nikmatnya berlapis-lapis. “Selalu ada tradisi makanan yang tak diketahui orang.”
Aruna Rai adalah ahli wabah dengan spesialisasi Flu unggas, diperbantu dalam kasus flu burung yang melanda Indonesia. Bekerja sebagai konsultan epidemiologi, menyebut diri sebagai ‘Ahli Wabah.’ Ada delapan kota yang akan dikunjunginya, kota-kota yang mendapati positif pasien flu burung, dicek dan analisis untuk kemudian dilaporkan ke bosnya. Apakah perlu mendirikan pabrik vaksin? Apakah perlu mencegah penularan dengan proteksi lebih tinggi. Dan tentu saja semua itu perlu biaya. Satu kasus di delapan kota, terjadi secara serentak. Bahaya wabah masih jauh di bawah tingkat siaga? “Sebuah virus akan akan pernah takluk, ia kecil, ia sabar, ia mengganda dalam diam. Tak ada yang menghitung umurnya, tapi ia tak pernah lupa. Suatu hari ia akan datang, menyerang, dan kita tak berdaya menangkalnya.”
Dalam tim Aruna sama lelaki yang sejatinya nyebelin, tapi akrab dan mencoba masuk lingkaran pertemanan. Farish mungkin bukan cowok idealnya Aruna, tapi mereka satu tim dan kebersamaan mencipta hubungan lebih lanjut.
Sejatinya dua sobat kental Aruna-lah penggerak cerita: Bono yang seorang chef lulusan luar negeri yang obsesif sama makanan. Ia begitu hebat menganalisis kualitas makanan, hapal sama kota-kota dengan kekhasan sajian. Manusia yang hidup untuk optimism, harapan, sihir resep yang mengejutkam, retoran yang tak terlupakan, kisah yang tak selesai, kata-kata yang tak terucapkan, malam yang membuka alam setengah mimpi. Bono a.k.a. Johannes Bonafide Natalegawa, chef muda berbakat internasional. “Tak hentinya mengumpulkan fakta remeh temeh tentang makanan tapi yang jika dilontarkan sesekali dalam sebuah pembicaraan membuat sang pembicara semakin menarik dan misterius.”
Satu lagi, si cantik Nadezhda Azhari. Penulis kuliner yang tak mau menikah. Memiliki hubungan dengan lelaki bersuami dari Eropa. Dan karena seorang penulis, hubungan gelap itu sama penulis juga. Suka sama prinsipnya, “Dia tidak pernah menonjolkan kelebihannya terhadap orang-orang yang tak dikenal baik.”
Keduanya turut serta tim Aruna, sekaligus jalan-jalan ke tempat makan. Kuliner ke delapan kota, dari Surabaya, Pamekasan, Singkawang, hingga Pontianak. Dengan dalih menemukan resep makanan lokal yang otentik. Dalam pelaksanaannya, banyak hal meragu, tampak sesuatu yang salah, konspirasi macam apa ini? Dan pada akhirnya Aruna harus mengambil tindakan, dalam keragu-raguan, ketetapan hati harus diambil.
Ada beberapa kalimat panjang yang bagus untuk di-sher. Salah satunya: “Yang melihat poster Macedonia dan bukan membayangkan kemiskinan dan musim kemarau berkepanjangan melainkan sepiring salad dengan mentimun dan tomat termontok di jagat raya, yang melihat poster Venezia dan membayangkan bukan air yang menyapu kaki dan dengkul, melainkan aneka hasil laut yang berlimpah-limpah di Pasar Rialto, manusia yang tahu bahwa mereka bahagia saat lidah mereka bersentuhan dengan pandan dan gula Jawa, saat hidung mereka menghirup gulai yang lekat.”
Atau kesimpulan yang bagus, bagaimana setiap resep kuliner selalu ada yang hilang tak tercatat. Pahlawan lokal. “Akan sekian banyak pahlawan kuliner yang tak tercatat, yang tak mungkin tercatat karena begitulah budaya rakyat, yang namanya tertelan oleh roda waktu dan perputaran zaman, yang resepnya entah bagaimana kekal dalam tafsir beratus beribu tangan.”
Kesamaan para karakter selain obsesi makanan adalah, di usia matang 30-an semuanya memilih lajang. Aruna yang galau di angka 35, merasa gendut dan tak pede. Bono yang kalau dilihat kaca mata umum, sudah mapan, ia terlalu fokus sama karier dan bisnis makanannya. Dan Nadez yang berpendidikan luar, menikmati hidup sampai keblabasan sehingga memilih tak menikah.
Ada satu lagi, bagian yang mengingatkanku pada novel-novel John Grisham. Di mana seorang pekerja, muak sama kehidupan, kesal sama rutinitas sehingga ingin kabur dari segalanya. Nah, di sini Aruna sempat terbesit. “Mungkin bisa aku minggat saja setelah investigasi ini selesai, ke Lima, ke Luanda, ke Lesotho, pokoknya ke kota yang tak akan pernah terlintas dalam benak siapa pun, dan suatu saat, lima tahun lagi, baru pulang ke Jakarta untuk menata ulang hidupku.” Wajar sih, kita semua bosan. Dan impian liar sejenis itu selalu ada.
Hingga tercipta tragedi. Kucatat ada tiga masalah pelik di akhir. Pertama tentang Leon sang mantan yang tragic, bagaimana menanggapi seorang yang kini bukan seseorang lagi di hatinya? Sedih sekali, lenyap jadi debu dan tak bisa menziarahi secara langsung. Kedua, keputusan bosnya yang berdiri di tengah-tengah. Kasus ini pelik, korupsi tak boleh dimaafkan. Dan rasanya berat saat tahu, temanmu, sekaligus bosmu terjerat. Kamu ada di tengah-tengah dan bimbang. Ketiga, keputusan akhir Aruna menambatkan hati. Ia malah mengalah, ia menyerah pada jiwa lelaki yang sejatinya tak klop 100%. Namun lelaki ini siap mendampingi, bahkan saat ke pulau Nusa, bisa menyediakan waktu dan tempat untuk bernaung. Terkadang memang kita harus mengalah pada keadaan. “Hal-hal yang kita lakukan dan hal-hal yang kita impikan. Aku masih ingin hidup di dalam keduanya.”
Novel pertama Laksmi Pamuntjak yang kubaca, keren banget. Pemilihan kata, nyaman dan puitik. Salah satu novel lokal dengan liukan kata terkeren yang kubaca. Cerita mungkin agak kurang, sebab memainkan orang-orang kalangan atas yang tak relate sama jelata. Pilihan dengan makanan sebagai tunggangan utama, baru pilihan bagus. Berapa banyak sih novel dengan citarasa makanan sebagai tema dicipta di Indonesia? Tak banyak. Apalagi dibuat dengan gemuruh diksi sekeren ini. Pengalaman pertama yang akan mematik karya-karya berikutnya untuk dilahap. Next, Amba?
Aruna dan Lidahnya | by Laksmi Pamuntjak | GM 201 01 14 0032 | Penerbit Gramedia Pustaka Utama | Desain sampul SOSJ Design Bureau & Consultancy | Ilustrasi sampul Barata Dwiputra | Foto Pengarang Bona Soetirto | ISBN 978-602-03-0852-4 | Skor: 4.5/5
Buat D.S.K. (1968-2013)
Karawang, 210822 – 070922 – Miles Davis – Once Upon a Summertime
“Dan tempat-tempat itu juga nyata, seperti ladang dan hutan dan pesawat dan kota-kota…” “…” | “Tak mungkin. Mana mungkin semua itu muat?” | “Di sana, di luar.” | “Di luar dinding tempat tidur?” | “Di luar kamar.”
Buku dibuka dengan kutipan bagus yang mewakili sudut pandang Jack, sang anak.
Anakku: Kesukaran yang kumiliki. | Sementara kau tertidur, hatimu tenteram; | Kau bermimpi dalam rimba kesedihan; | Dalam malam berselimut merah tua; | Dalam biru kelam kau berbaring geming dan bersinar. – Simonides (abad 556-468 SM), “Danae” (terj. Richmond Lattimore)
Lima tahun untuk selamanya. Mengubah segala hal yang selama ini ditempa. Buku ini, bisa jadi renungan ilmu psikologi. Lingkungan membentuk seseorang. Kita dicipta oleh keadaan sekitar, pendidikan sekitar. Makanya, yang kaya makin kaya sebab diolah oleh pendidikan dan pergaulan orang kaya, begitu juga yang miskin, pola pikirnya tetap miskin. Ya, pahit, tapi nyatanya seperti itu.
Novel dan film (baca di sini ulasannya) sama saja, bagus semua. Dibuat dalam dua babak utama, di dalam kamar dan adaptasi di kehidupan sesungguhnya. Dengan cerdas mengambil sudut pandang seorang anak lima tahun yang polos dan menggemaskan. Pendidikan itu penting, tapi lingkungan jauh lebih penting. Bagaimana sifat dan karakter dibangun di ruang sekecil itu. Dari lahir dan pada akhirnya kabur, bagaimana Jack beradaptasi sama hidup baru. Polos dan tampak sangat menyentuh. Seperti filmnya, menurutku bagian pertama luar biasa. Keren abnget, ide memenjara dan dengan segala keterbatasannya. Bagian kedua menurut drastis. Itulah mengapa orang suka drama pahit, sebab cerita pahit selalu mematik penasaran. Nah, untungnya, ending buku ini bagus banget. Pamit itu menampar teori-teori sosiologi, mengukuhkan betapa sempit dan lega itu sangat subjektif.
Kisahnya tentang Ma yang dikurung di kamar. Ia adalah korban penculikan, sang pelaku kita sebut saja namanya Nick Tua. Diculik sejak masa sekolah, dan kini ia sudah tujuh tahun berlalu. Diculik dijadikan budak seks, hingga melahirkan anak. Anak pertama meninggal dunia, dan dikuburkan di kebun belakang. Anak kedua, kini berulang tahun kelima. Jack, yang polos dan sangat menginspirasi.
Mengambil sudut pandang anak lima tahun, semua tampak penuh tanya. Bagaimana mendidik anak, itu sangat berpengaruh. Ma, dikurung di ruangan dengan kunci digital di bekalang rumah. Berbagai percobaan kabur sudah dibuat. Sedih sekali, menempatkan diri sebagai korban kekerasan seksual. Nick Tua, tiap beberapa malam mendatangi, bercinta dan Jack diminta sembunyi di almari.
Setiap minggu, ada traktiran. Artinya Ma dan Jack meminta barang, dan akan dicarikan. Dari obat, mainan, makanan, hingga kebutuhan mendesak lainnya. Dan begitulah, pola pikir Jack dibentuk. Sempit, dan sangat terbatas.
Tv menjadi hiburan utama, maka dirinya dibentuk oleh film-film kartun. Dora adalah yang paling sering disebut, maka ia suka menirunya, mengidolainya. Semua karakter kartun yang disaksi menjadi panutan. Kehidupannya benar-benar dibentuk dari kartun TV. “TV tidak menyala, aku rindu teman-temanku.”
Bacaan buku-buku klasik juga jadi hiburan, pengantar kehidupan Jack. Alice yang terjebak di negeri ajaib menjadi metafora kehidupannya. Kita seperti orang-orang di buku, dan dia tidak akan membiarkan orang lain membacanya. Maka Ma dengan sedih bilang, “Nah, aku seperti Alice.”
Segalanya dikira fiksi, dan Ma berulang kali menjelaskan di Luar banyak hal fakta. Tak hanya khayal, hal-hal yang tak bisa dipahami Jack. “Di luar ada segalanya. Setiap kali aku memikirkan sesuatu sekarang seperti ski atau kembang api atau pulau atau elevator atau yoyo, aku harus mengingat kalau semua itu nyata, mereka semua benar-benar terjadi di Luar bersamaan.”
Maka di ulang tahunnya kelima, sebuah misi penyelamatan disusun. Awalnya dibuat dengan scenario, Jack sakit keras dan minta Nick untuk mengantarnya ke rumah sakit. Demam, mual, dan tampak kritis. Nick diomeli, dan dibuat panik, tapi tak boleh menyentuhnya. Namun, berjalannya waktu, Ma mengubah rencana. Malam berikutnya, saat Nick datang, Ma memberitahunya Jack meinggal dunia. Digulung bungkus tikar, dan dengan akting sesenggukan, kesedihan kehilangan anak kesayangan, meminta Jack menguburnya jauh-jauh dari rumah, tak boleh dilihat. Permohonan terakhir yang jadi kunci utama misi.
Saat pertama kali di Luar, Jack ketakutan. Menghitung tikungan, dan mencoba kabur dari truk. Bertemu orang asing dengan anjingnya, menjadi penyelamat. Nick yang baru sadar ditipu, panik. Sempat mau menangkap Jack, tapi mendapat perlawanan si Bapak. Dan gegas telelpon polisi. Misi itu sukses besar, dan segalanya lalu berputar cepat. Impian Ma kembali menghirup udara bebas kesampaian, berkah aksi heroik Jack.
Lucu, bagaimana Jack menghadapi ketakutan dengan menghitung gigi, bolak-balik. Ada 20 pcs, tapi kadang terlewatkan. Kepolosannya saat mengambil lima mainan, bukan empat malah tampak betapa anak ini tak gegas paham dunia barunya. “Aku tidak mau menghitung deritan tapi aku melakukannya.”
Nah, kehidupan sesungguhnya dimulai di sini. mendadak terkenal. Beerapa hari dirawat di rumah sakit, mendatangkan psikiater, melakukan visum, perawatan intensif. Hubungan sama ibunya kembali tersambung, ibunya yang memanggilnya Gadis Kecil-nya kini sudah menikah lagi, ayahnya kini tinggal di Australia dengan kehidupan barunya. Begitu pula, dengan sang kakak, Palu yang kini sudah menikah dengan Deana dan punya anak Bronwyn. Yeay, Jack punya saudara.
Segalanya kembali terhubung. Jack berpikir keras sampai kepalanya sakit. “Aku tidak di dalam kamar. Apakah aku masih aku?”
Bagian ini, di film terasa boring. Sebab cekam kengerian sudah lewat, hanya bagian saat minum pil over itu yang bikin panik. Di buku sama saja. Separuh buku ini, melelahkan. Dari satu pengobatan ke pengobatan lain, dari pengenalan dunia baru Jack ke pengalaman lainnya, segalanya tampak baru, dan membingungkan. “Hanya ide yang sama yang berputar-putar seperti tikus di roda.”
Namun di buku, tampak lebih bagus. Terutama bagian saat Jack memaksa kembali ke Kamar. Ia memaksa Ma, yang tentu saja trauma, untuk kembali ke sana. Setidaknya mengucapkan selamat tinggal. Dan begitunya, novel ini terselamatkan ending yang luar biasa mengintimidasi. Lebih bagus bukunya, kalau yang ini. feel-nya beda.
Kubaca santuy bulan Agustus, dari tanggal 4 di malam selepas Isya sampai tanggal 21 lewat tengah malam. Buku pertama Emma yang kubaca, dan aku suka. Catatan saya tutup dengan kalimat filosofis ini, “Hanya karena kau belum pernah bertemu mereka, tidak berarti mereka tidak nyata. Ada lebih banyak hal di dunia daripada yang pernah kau bayangkan.” Bukankah begitu juga dengan Tuhan?
Room | by Emma Donoghue | Diterjemahkan dari Room | Terbitan Little, Brown and Company, Hachette Book Group, New York | Copyright 2010 | Penerjemah Rina Wulandari | Penyunting Jie Effendie | Cetakan ke-1, Agustus 2016 | 420 hlm; 14×21 cm | ISBN 978-602-385-136-2 | Penerbit Noura (PT. Mizan Publika) | Skor: 4.5/5
Room dipersembahkan untuk Finn dan Una, karya terbaikku