Jubah Tengkorak

The Robe of Skulls by Vivian French

“… Aku tidak tahu aku di mana atau ke mana aku pergi, kecuali katanya ke Pitarah Purba… dan semengerikan dan seaneh apa pun mereka, pastilah jauh lebih baik daripada Mange dan Foyce.” – Gracie

Kisahnya berkutat oleh lima tokoh utamanya, berganti-ganti sudut pandang: pertama Gracie Gillypot yang dikurung di ruang bawah tanah, dihukum oleh sudara tirinya yang jahat Foyce. Kedua, Pangeran Marcus yang bandel dan suka petualang, memiliki saudara kembar Arry yang punya wibawa dan jelas sudah ditunjuk sebagai penerus takhta. Ketiga, Marlon sang kelelawar yang membantu Gracie kabur ke Pitarah Purba. Keempat keponakan Marlon, kelelawar Millie. Dan terakhir trolls ratusan tahun Gubble yang pasif dan malesi, tapi punya peran bagus untuk memengaruhi sang penyihir.

Pemicu utamanya adalah nenek sihir Lady Lamorna yang menginginkan jubah tengkorak yang elok. Ia mengingin jubah dengan hiasan tengkorak di banyak sisinya, dirajut dengan indah untuk mempercantik penampilan. Namun itu harus dibayar mahal.

Uang emas harus dibayar, maka iapun melakukan kejahatan. Ke kerajaan Gorebreath yang dipimpin oleh Raja Frank. Di tengah perjalanan berjumpa dengan perempuan yang lebih jahat lagi, Foyce yang sebenarnya sedang mengejar saudari tirinya yang kabur. Akibat pertemuan dua orang jahat inilah, kisah meliar.

Foyce sendiri baru dibumbui obat tidur di makanan yang disajikan oleh Gracie yang tersiksa di rumahnya. Berkat bisikan kelelawar Marlon yang memintanya untuk ke Pitarah Purba, ia berani keluar rumah. Ke hutan belantara, memulai petualangan. Dalm dalam pelarian itulah, sang kakak bertemu si penyihir, yang lalu mengubah rencana.

Sang Lady membantu Foyce, memberinya bubuk dan mantra yang bisa mengubah manusia jadi katak, dengan imbalan uang emas yang ia butuhkan untuk mencipta jubah tengkorak. Tampak saling menguntungkan bukan? Ya, dua orang jahat ini bersatu, tapi lawannya tak sembarangan. Foyce terus memikirkan pembalasan dendam yang semakin lama semakin menyeramkan. Sekarang waktunya sudah datang, Lady Lamorna. Foyce bisa mencium semangat itu, beri tahu seluruh rencana, dan mereka mencapai kesepakatan. “Kepercayaan selalu menjadi masalah, ya.”

Di kerajaan putra mahkota yang malas, Marcus sedang tak mau mengikuti pesta ke kerajaan seberang sebab ia ingin menghabiskan waktu dengan bebas. Oleh Profesor Scalio yang mengajarnya, ia tak mengerjakan tugas sehingga dihukum. Marcus menepuk keningnya dan berusaha terlihat terkejut serta menyesal pada waktu yang sama. Maka esoknya, ia tak ikut pesta. Apesnya, di pesta itulah Foyce melakukan kejahatannya. Marcus menjeling, Marcus yang baru tahu ada kejanggalan, berupaya membantu membebaskan saudara dan para pangeran yang kini diubah katak. Nasihat Profesor, “Aku hanya punya dua nasihat, satu jangan jauh-jauh dari peta, jangan sampai hilang. Kedua, jika kau terjebak dalam situasi yang tidak menguntungkan dan segalanya salah, pergilah ke rumah Pitarah Purba. Mereka tahu segala jawaban segala pertanyaan..”

Apakah dia bisa – apakah dia berani – meninggalkan wilayah istana? Pemikiran itu membuat jantungnya berpacu kencang. Mungkin ada naga, ada beruang, atau segala macam petualangan. Dengan bantuan troll Gubble di mana beberapa kali kepalanya lepas dan salah ditempatkan, dibantu kuda kerajaan Glee yang antusias, dan tentu saja Gracie yang telah sampai di  Pitarah Purba, ikut dalam misi. Berhasilkah?

Ini bisa juga disebut petualangan ke negeri asing. Keraguan wajar. Gracie kabur, keraguan dengan keadaan yang berbeda, beranikah? Pangeran Marcus yang suka petualangan-pun juga meragu, bisakah membebaskan saudaranya? Begitu pula bagi, Gubble, sekalipun sudah ratusan tahun usianya, ia pun lantas berpihak sama kebaikan. “Kita akan sampai ke bagian Rimba Magi. Jangan memercayai siapa pun di sana, kecuali kalau kau ingin mencari rasa takut dan merinding dan sesuatu yang semakin memburuk.”

Apa yang dibayangkan Gracie, benar-benar berbeda dengan apa yang dilihatnya. Saat sampai di tempat tujuan, dan apa itu Pitarah Purba ia mendapati keraguan. Atau lebih pas, apakah ia akan mampu? Disambutlah ia, “Kamilah Pitarah Purba dan tugas kami memutar jaring kekuatan.” Yang Termuda, Yang Tertua, serta Yang Purba. Val, Elsie, Edna. Apapun itu, dirasa ketimbang tinggal sama saudarinya yang jahat. Kebaikan, ah selalu, kebaikan akan menyelimuti orang baik. “Bukankah ini waktunya hal-hal manis berubah menjadi perayaan liar?”

Buku pertama dari Penulis Inggris Vivian French yang sudah menulis novel anak berlimpah. Sejatinya cara berceritanya bagus, mengambil banyak sudut pandang, mengolah dan mengaduk nalar. Aturannya yang tak jelas dan pasti sebab kalau ada binatang bisa berpikir dan berceloteh banyak sekelas kelelawar, harusnya akan jauh lebih riuh hewan-hewan lainnya untuk setidaknya menginterupsi plot. Namun ya, balik lagi ini buku anak-anak maka kudu menempatkan diri dalamnya. Tak perlu berkerut kening panjang lebar. Fun sahaja. Ini jelas fantasi ringan dan mengalir lancar. Ini buku pertama dari seri The Five Kingdoms, dan jelas seandainya saya diberi kesempatan membaca seri berikutnya dengan senang hati saya libas. Fantasi seperti ini selalu nyaman, santauy penuh hikmah. Walau mungkin klise, yang menang adalah yang baik, yang membumi dan berbuat untuk sesama akan mendapat balasan baik pula, dst. Kisah-kisah penuh hikmah, dan kovernya keren. Salah satu yang terbaik dari Atria.

Penerbit Atria yang tak pernah mengecewakan. Ini buku keenam yang kubaca. Januari sampai Mei lima buku, sayang Juni agak padat dengan program #30HariMenulis #ReviewBuku jadinya tatanan agak kacau, Juli sempat mau kukejar, lupa. Agustus ini kembali ku-gas. Dan ini bisa mengembalikan mood, harusnya 12 buku tahun ini. Ini yang keenam di bulan kedelapan. Bisalah September nanti dua atau malah tiga sekaligus untuk menutup utang. Hidup Atria!

Jubah Tengkorak | by Vivian French | Ilustrasi Ross Colins | Diterjemahkan dari The Robe of Skulls | Copyright 2007 | Published by Walker Books Limited, London SE115HJ | Penerjemah Jia Effendie | Penyunting Nadia Luwis | Penyelaras aksara | M. Sidik Nugraha | Pewajah oso Aniza Pujiati | Penerbit Atria | Cetakan I: Maret 2014 | ISBN 978-602-14402-2-3 | Skor: 3.5/5

Untuk Sue Tersayang

Karawang, 310822 – Garasi – Hilang

Thx to Ade Buku, Bdg

Dan Apakah yang Membangun Pengalaman Manusia jika Bukan Ingatan?

Larung by Ayu Utami

“Kalau kamu bersama orang yang kamu suka dan kamu tahu cara menikmatinya, maka seks akan menyenangkan. Tapi kalau kamu tahu cara menikmatinya, seks juga menyenangkan tanpa orang yang kamu suka.” – Shakuntala

Sekuel yang biasa. Bab-bab awal sungguh cantik Larung Lanang mau membunuh neneknya yang seolah abadi, sudah berusia seabad lebih, dan memiliki jimat yang kudu dilepas agar bisa ke alam seberang. Benar-benar ciamik bagian ini. Sampai sempat membuang jauh-jauh ‘teguran’ temanku bahwa kamu akan kecewa. Sayangnya saat masuk ke dunia Saman, melanjutkan kisah sejatinya, malah down. Mbulet-mbulet sampai lelah cuma mau membenarkan main seks sama pasangan orang lain. Ya, selingkuh itu malah diudal-udal panjang. Dan bagaimana mengatasinya, benar-benar tak bagus ditiru. Seolah kewajaran, teman-temannya yang hedon ke New York turut membantu para perempuan ini untuk bertemu lelaki beristri. Dan Yasmin yang sudah bersuami, dibantu bertemu lelaki lain. Gerombolan si berat, mau maksiat, mau bagaimanapun disampaikan tetap saja itu zina dan dilarang agama, tak bagus untuk norma. Dibuat dengan bahasa se-sastra apapun, tata kelola selingkuh tetaplah busuk.

Larung Lanang dalam perjalanan kereta api ke luar kota. Ia memiliki misi untuk melepas jimat neneknya Anjani yang sudah lebih seabad. Ada yang mengganjal kehidupannya sehingga ia tak mati-mati, maka dari satu kota ke kota lain Larung mencari kunci kematian. Dari hutan ke pantai, dari remang kota sampai ke kegelapan gua. Semua dijabani demi misi itu. Sejatinya bukan hanya ia yang menginginkan kematian neneknya, ibunya dan sebuah kepentingan mendesaklah yang juga mengganduli tindakannya. Ketika orang menjadi tua maka keindahan pergi ke luar dirinya.

Setelah hampir setengah buku, lalu kita diajak ke New York bertemu gerombolan wanita sukses secara material. Laila Gagarinam sang fotografer yang mengingin Sihar yang sudah beristri. Yasmin Moningka, yang tampak sempurna: cantik dan baik, istri solehan tampaknya, tapi tentu saja tidak. Ia adalah Pengacara yang sudah surat-suratan dengan Saman, janji temu kangen. Cokorda Gita Mageresa, pengusaha hotel yang hedon keluar negeri. Dipanggil Cok Gita. Dan Shakuntala sang penampil yang biseksual. ACDC Ok, tersentuhlah sama Laila yang kangen Sihar.

Mereka memang ada perlu pameran, ada bisnis di sana, tapi dibaliknya terjadi misi perselingkuhan. Atas nama cinta dan kebebasan kehendak! Melawan nurani? Oh tidak bisa. “Kamu bukan nggak bisa, kamu nggak mau.”

Lalu sebuah misi penyelamatan diemban. Para aktivis di era 1997-1998, masa akhir Orde Baru itu diburu. Maka Saman yang pernah dibantu kabur, kini memiliki tugas mulia membantu para aktivis yang tersudut di pulau Sumatra menuju Singapura, yang lantas ke luar negeri lebih jauh. Togog, Bilung, dan Koba. Potret aktivis Solidarlit, dibantu Larung Lanang sebagai penghubung.

Misinya tak semulus yang dikira, sebab ada kecurigaan di antara mereka. Ada kekhawatiran akan keluarga yang ditinggalkan. Hanya melihat orang berseragam tentara jalan di pantai saja mereka saling tunjuk, adakah penghianat? Larangan komunikasi pakai pager atau telepon malah dilanggar. Dan di tengah ketegangan itu, tindakan genting harus dilakukan. Berhasilkah Saman meloloskan mereka?

Banyak bagian yang disajikan dengan diksi bagus. Dipilih dan diolah secara estetik. Seperti kalimat, “Janganlah kau tertawa dan menganggapnya sebagai kedunguan yang puitis. Tak banyak orang mendengar cerita ini.” Atau, “Akan mengalami yang takterkatakan: semacam gangguan jiwa bahkan alam tak punya tujuan.” Atau, “Lalu tiba saatnya ketika bunga-bunga api itu semakin tak beraturan. Bertubrukan satu sama lain dalam imaji-imaji yang aneh.” Atau, “Seperti tunas yang baru mengayu.” Dst. Sejujurnya buku-buku dengan pola seperti ini benar-benar mengasyikkan. Enak ditelaah, enak dilahap.

Kepercayaan akan klenik juga banyak disaji. Terutama bagian pertama, sebab memang misinya melawan malaikat maut. “Tetapi burung dadang-haus tetap berkitar-kitar meski fajar akan segera menelanjangi segala yang muncul dari permukaan bumi ke dalam cahayanya yang conak. Orang menyebut kehadirannya tanda buruk.” Atau, “Sayup-sayup kudengar orang membaca lontar di kebun belakang. Sebuah kisah tua tentang rangda yang menghirup darah.” Atau, “Tetapi alangkah ganjil jika segala hal diputuskan oleh akal.” Dst. Sama, membaurkan realita itu menarik, novel mistik dengan tata cara membumi. Masuk akal, dan tampak masuk logika. Sebuah kontradiksi yang mengejutkan? Atau kelumrahan?

Novel kedua Ayu Utami yang kubaca setelah Saman. Sebuah penurunan, sayang sekali. Endingnya bagus sebenarnya, saya suka ending yang menghentak seperti itu. Awal bagus, tengah lemah, akhir biasa, tapi ujung akhir-nya luar biasa. Dua lembar akhir yang sangat layak diberi aplaus. Jelas, Ayu Utami masuk daftar penulis lokal favorit, di rak sudah beberapa bukunya tersedia. Next, Bilangan Fu yang legendaris itu. Mari kita buktikan…

Larung | by Ayu Utami | KPG 901 13 0663 | Gambar sampul Lukisan kaca oleh Ayu Utami | Desain sampul Wendie Artwenda | Cetakan ke-1 November 2001 | Cetakan ke-4 Mei 2013 | viii + 295; 13.5 cm x 20 cm | ISBN 978-979-91-0569-1 | Skor: 3.5/5

Karawang, 290822 – Avril Lavigne – My Happy Ending

Untuk G.M. & Putri

Thx to Lifian, Jakarta

Allah adalah Tuhan kita, Dia adalah Suci dan berada di Atas ‘Arasy

Aqidah Islam menurut Ibnu Taimiyah by Muslich Shabir

“Janganlah anda sekalian ragu tentang adanya Dzat Pencipta. Karena Dia termasuk sesuatu yang tidak akan dapat dicari oleh akal dengan sendirinya. Dia adalah Dzat yang menentukan keadaan ini.” Isaac Newton

Buku agama, ini seperti buku pelajaran sekolah dengan pendahuluan, inti, lalu penutup dengan pertanyaan dari isi bab. Tertata dan terstruktur. Sebagian besar jelas sudah kita dapati sewaktu mata pelajaran Agama Islam. Berisi pokok agama, enam Iman kepada dan rukun Islam. Yang membedakan, ini disarikan oleh Ibnu Taimiyah, seorang sufi ternama dengan penjelasan lebih panjang dan beberapa detail, sekaligus mematahkan aliran menyimpang, di masa itu.

Melimpah ruah hadist pilihan, dan potongan ayat. Enaknya, di sini kita sudah disaringkan. Sudah dipilah, sehingga tingga menikmati saja. Contoh, pokok hari kiamat, apa dasarnya, bagaimana penafsirannya. Atau tentang Allah yang Esa, dijelaskan pijakan utama betapa Allah masakuasa. mahasegalanya. Harshel, seorang ahli falak dari Inggris bilang, “Apabila lapangan ilmu pengetahuan bertambah luas (berkembang) maka bertambahlah dalil-dalil yang rasional lagi kuat tentang adanya Dzat Pencipta yang bersifay azali, tak ada batas dan tidak berkesudahan kekuasaan-Nya (Para sarjana Geologi, Mathemathic, Falak dan Fisika) telah saling tolong-menolong untuk menunjukkan kebenaran ilmu pengetahuan – yakni kebenaran tentang keagungan Allah dengan sendiri-Nya.”

Jadi suatu saat kalau dibaca ulang, atau mencari referensi, tinggal buka. Sebagian sudah hapal, tapi sebagian besarnya lagi hanya tahu.

Sifat Allah Rahmah (penyayang), Magfirah (pengampun), dan Hafidz (penjaga) memiliki tafsir yang berbeda, ketika ditanya mengapa orang non muslim pun tetap sejahtera? Allah menjaga hamba-hamb-Nya dan selalu memperhitungkan perbuatan-perbuatan hamba itu baik yang bagus maupun yang buruk. Baik yang taat maupun yang durhaka, dst. Allah menjaga kekasih-kekasih-Nya dari apa yang membahayakan mereka baik di dalam masalah keagamaan maupun masalah keduniawian.

Firman Allah terbagi 2 yaitu dengan perentara dan tanpa perantara. Yang dengan perantara ada 3 yaitu: 1) Wahyu kepada Nabi dan Rosul, 2) Mimpi, sebagaimana yang disabdakan Nabi Ibrahim kepada putranya Ismail: “Sesungguhnya aku melihat dalam mimpi bahwa aku menyembelihmu.” 3) Ilham, sebagaimana dalam firmannya, “Dan kami ilhamkan kepada ibu Musa: ‘Susukanlah dia, dan apabila kamu khawatir terhadapnya maka jatuhkanlah dia ke dalam sungai (Nil). Dan jangalah kamu khawator dan janglah (pula) bersedih hati, karena sesungguhnya Kami akan mengembalikannya kepadamu, dan meniadakannya (seorangpun) dari para Rasul.”

Yang tanpa perantara yang datangnya dari balik tabir: 1) Seperti firman kepada Nabi Musa, 2) kepada Nabi Muhammad pada malam Isya’ Mi’raj, 3) kepada bapak dan ibu kita Adam dan Hawa.

Aqidah Islam menurut Ibnu Taimiyah | by Drs. Muslich Shabir| Alih bahasa Dr. Muchlich Shabir | Penerbit PT. Almaarif | Cetakan ketiga, 1997 | 139 hlm, 20cm | ISBN 979-400-175-9 | Skor: 3.5/5

Karawang, 270722 – 250822 – Tasya – Hiasan Alam Kuasa Allah

Thx to Sri Wisma, Bandung

Dan Benar saja, Cantik itu Luka

Cantik itu Luka by Eka Kurniawan

Menanti Pangeranku datang, untuk membebaskanku dari kutukan wajah buruk rupa.” – Si Cantik

Riwayat Halimunda. Kalau saya memulai tulisan ulas novel-nya Jorge Amado: Gabriela, Cengkih, dan Kayu Manis dengan kalimat: “The Chronicles of Ilheus,” maka saya membuka ulasan Cantik Itu Luka dengan kalimat itu. Di kota fiksi inilah, kita diajak bersafari dari sebelum, saat, dan setelah Indonesia merdeka. Memiliki tanggal cantik sendiri untuk dirayakan sendiri, 23 September sebab informasi proklamasi terlambat sampai, kebusukan moral polisi penjahat di setiap sudutnya, hingga tokoh fiksi yang sejajar Jenderal Sudirman. Fakta dikaburkan imaji, dibubuhi segala penyedap kegemparan masa itu, dan taa-daa… jadilah novel liar.

Dibuka dengan kutipan berikut, “Dan kini, setelah baju zirahnya dibersihkan, bagian kepalanya diperbaiki jadi sebuah topi baja, kuda dan dirinya sendiri punya nama baru, ia berpikir tak ada lagi yang ia inginkan kecuali seorang nyonya, pada siapa ia anugerahkan kekaisaran hatinya; sebab ia sadar bahwa seorang ksatria tanpa seorang istri adalah sebatang pohon tanpa buah dan daun, dan sebongkah tubuh tanpa jiwa.” – Miguel de Cervantes, Don Quixote

Kisahnya merentang jauh sebelum Indonesia merdeka. Semuanya tentang manusia-manusia patah hati, hampir semuanya ding karena ada satu dua orang yang begitu nyamannya menjalani hidup ini, mengalir saja. Yang jelas, ketika cinta membuncah, apapun akan dilakukan, apapun akan dikorbankan. Dan ini terus berulang, tata cara bercerita bagus, di mana kita dibocori sedikit kejadian akhir, baru dijelaskan kronologinya. Maka polanya campur, beberapa dilakukan flashback per bab. Dan karena ini novel tebal, banyak karakter yang memiliki riwayatnya sendiri dengan rentangan panjang. Titik hidup tiap tokoh diolah sedemikian rupa sehingga pembaca diseret serta emosinya. Tak ada tanda tanya, semua nasibnya jelas. Hanya beberapa yang samar, saat melibatkan dunia mistik. Dan itu, kembali lagi ke basic absurditas: tafsir bebas.

Pusat cerita sejatinya ada di Dewi Ayu, tapi kita disuguhi pondasi yang sama kuatnya pada masa orang-orang sekelilingnya. Terlahir dari orang Belanda yang menjajah kita. Dengan drama memilukan sebab pasangan wong cilik Ma Iyang yang dipaksa keadaan jadi gundik dan terpisah sama kekasihnya Ma Gendik. Sejarah dua bukit yang dibangun dengan pondasi bunuh diri. Saat Dewi usia remaja, Indonesia diduduki Jepang, dan kehidupan mewahnya mendadak longsor. Para gadis keturunan kala itu adalah tawanan, dan dijadikan pelacur oleh Mama Kalong.

Tak seperti para gadis lainnya yang khawatir dan ketakutan, Dewi Ayu menghadapi kenyataan dengan tegar dan lantang. Entah ide dari mana, menyimpan emas di kubangan kotoran? Penjajahan Jepang yang secara tahun hanya berhitung jari, mencipta kegetiran hingga masa kemerdekaan menjulang. Di Halimunda, karena informasi proklamasi terlambat maka diperingati RI-nya tiap 23 September. Perang kemerdekaan pecah, setiap warga memiliki kewajiban melawan Belanda yang kembali ke Indonesia. Begitu juga Halimunda, tersebutlah para karakter unik yang mengelilinginya.

Dewi Ayu memiliki tiga anak: Alamanda, Adinda, dan Maya Dewi. Dan ketiganya saling silang membelit rumit.

Maman Gendeng seorang jagoan yang mengingin menikahi wanita tercantik di Halimunda yang ternyata sudah jadi mitos. Ia tetap tinggal di sana dengan menantang kepala preman, manusia kuat yang berhari-hari tarung di pantai menjadikan Maman penguasa. Ia lantas menikah dengan Maya Dewi, anak paling baik, yang polos dan baik hati. Menikah tak seserhana itu, di usia 12 tahun dan harus menunggu balig untuk malam pertama!

Shodanco adalah pejuang kemerdekaan. Turut serta mengusir penjajah, ia setara Jenderal Sudirman. Namun keputusannya bertahan di Halimunda membuatnya hanya sekelas kepala Rayon, maka ialah pihak berwajib tertinggi di sana. Mengatur kota yang busuk. Menikah dengan Alamda dengan drama menjijikkan. Shodanco tahu Alamanda punya kekasih yang sedang kuliah di Jakarta, Kliwon. Maka saat lengah ia melakukan perbuatan bejat di hutan. Pasangan yang tampak ideal ini memiliki noda di dalam rumah tangga. Hubungan suami istri tak bisa serta merta senormal pasangan lain, sebab Alamanda melakukan protes. Bahkan saat lengah, dan akhirnya ia hamil, terjadi kegemparan sebab jabang bayi di perutnya secara misterius raib.

Shodanco dan Maman malah berteman, mereka sering main dadu di pasar. Keduanya memiliki kekuasaan, yang satu polisi yang lain preman. Keduanya memiliki mertua palacur kondang. Saling silang saling mengisi hari-hari pasca merdeka.

Sementara manusia cerdas Kliwon yang patah hati melengkapi kepahitan. Kliwon digambarkan idealis, tokoh komunis yang tegar dan cerdas. Hanya keadaan yang memaksanya terpuruk.  Menikah dengan Adinda. Kliwon adalah kepala Serikat Nelayan. Bayangkan, ketiga saudari ini memiliki pasangan yang tak lazim. Polisi, ketua serikat, kepala preman. Gmana rasanya pas ngumpul arisan keluarga, apa tak riuh dan jotos-jotosan?

Namun drama sejatinya dicipta di ujung. Para cucu Dewi Ayu yang membuat onar, cucu pertama Nur Aini dari Alamanda digambarkan begitu mengayomi saudara-saudaranya. Cucu kedua Krisan dari Adinda yang seperti ayahnya, begitu lantang isi kepalanya, imajinatif. Cucu ketiga dari Maya Dewi, Rengganis yang paling cantik dari semua yang tercantik. Dan benar saja, cantik itu luka.

Di suatu siang terjadi kehebohan di sekolah sebab Rengganis masuk ke kelas dalam kondisi telanjang dan mengaku diperkosa anjing di toilet kumuh sekolah. Inilah mula malapetaka keluarga ini. Carut marut kehidupan fana dengan pijakan hikayat kota Halimunda. Kalian mungkin bisa menebak siapa pelakunya, tapi yakinlah kalian pasti turut terluka akan tragedi bertubi ini.

Oiya, Dewi Ayu pada akhirnya memiliki anak keempat, yang lain daripada yang lain: Si Cantik. Mantra jahat dilempar, adu kekuatan gaib dilakukan. Hanya yang terkuat yang berhasil berdiri kokoh di ujung cerita.

Sudah memilikinya sejak Februari 2018, waktu itu sampul baru warna merah, tersebab ingin koleksi saya ambil yang hard cover, baru kubuka segelnya awal Juli 2022 sebab lihat edisi anniversary 20 tahun dengan sampul biru, dan gegas kubaca. Target selesai bulan Juli bisa terealisasi di akhir bulan. Dibaca santai sehari per bab, atau saat jeda dari bacaan lain.

Novel ini dengan cerdas memainkan sisi psikologi semua karakter. Saat jatuh cinta, sejatuh-jatuhnya seolah cewek incaran itu seolah segala-galanya. Sekalipun esok berubah pikiran, dan bercinta dengan cewek lain dengan dalih tanpa rasa cinta. Dan juga mengisi kepahitan di setiap generasi, kesedihan ditabur di segala keadaan. Tak ada manis-manisnya. Kliwon dan Adinda misalnya, pasangan ideal yang dipaksa pisah karena memang tak dijodohkan oleh penulis.

Sebagai novel paling unggul Eka Kurniawan, jelas ini paling kompleks permasalahannya, dan yang paling keren. Ini adalah buku kelima yang kubaca setelah: Lelaki Harimau, yang terkamannya menghebat itu. Seperti Dendam, yang penuh makian. O, si monyet dangdut. Kumpulan Budak Setan, yang terinspirasi Abdullah Harahap. Dan cerpen Sumur yang dicetak mungil. Polanya menurutku: dua novel pertama ditulis dengan semangat pemuda membara sehingga Cantik dan Lelaki memakai pola bab panjang yang nyaman dan detail mengagumkan, sangat mengagumkan. Novel ketiga, Seperti Dendam malah penurunan sebab memakai pola penggalan kalimat-kalimat seolah fiksi mini yang dirajut acak. Begitu pula novel keempat, O. Kenyamanan itu terdistorsi. Dan itulah kurasa, jelas tak sebombastis duo pertama. Kesamaannya, semua adalah fiksi dewasa dengan makian bebas, adegan percintaan bebas, serta kebebasan meneriakan hal tabu. Untuk itulah fiksi jadi menarik.

Novel berikutnya kuharap kembali memakai pola duo mula, sabar, telaten mencipta alur, sehingga panjang meliuk-liuk. Kutunggu dengan tak sabar.

Cantik itu Luka | by Eka Kurniawan | GM 617202031 | Copyright 2002 | Penyelia naskah Mirna Yulistianti | Pemeriksa aksara Sasa Galih, Arasy | Desain sampul Orkha | Setter Fitri Yuniar | Penerbit Gramedia Pustaka Utama | Pertama kali diterbitkan oleh AKYPress dan Penerbit Jendela, Desember 2002 | Cetakan pertama, Mei 2004 | Cetakan ketiga belas (Hard Cover) Desember 2017 | ISBN 978-602-03-6651-7 | Skor: 5/5

Karawang, 030822 – 090822 – 240822 – Billie Holiday – God Bless the Child

Thx to Gramedia World Karawang & Widi Satiti

Tragis hingga Tetes Pedih Terakhir

Hidup by Yu Hua

“Dulu kala nenek moyang keluarga Xu cuma pelihara seekor ayam, ayamnya besar jadi angsa, angsanya besar jadi kambing, kambing dipiara terus sampai besar jadi sapi. Beginilah keluarga Xu hingga menjadi kaya.” – Ayah Fugui

===catatan ini mungkin mengandung spoiler===

Tragis. Ini adalah cerita kehidupan warga biasa di China di abad 20. Dari keturunan kaya raya, miskin karena judi, lalu bertahan hidup menjadi petani. Dan ditengah gempuran zaman, mereka dibantai kekejaman kehidupan. Satu demi satu tempaan cobaan disajikan, hingga sisa-sisa akhir. saya yang biasanya suka cerita dengan akhir yang kelam, bahkan sampai berharap, harapan terakhir Kugen, tak sampai dimatikan. Mengerikan memang, era China yang bergolak, pantas bukunya dilarang terbit. Mungkin seperti buku-buku Indonesia era Orde Baru yang membredel buku-buku yang menyerang Pemerintahan. Atas nama kestabilan, banyak sekali pengorbanan diapungkan.

Kisahnya tentang Xu Fugui, yang menceritakan kepahitan hidup kepada Aku, sang pencerita yang seorang pejabat yang mendapat tugas mengumpulkan lagu rakyat dari desa ke desa. Karena singgung dengan warga setiap hari, dan sering maka banyak keakraban tersaji. Dari sekian banyak cerita, kehidupan Fugui-lah yang terasa istimewa, maka plot pun bergulir.

Fugui terlahir kaya, hobinya main ke pelacuran Wisma Hijau dan main judi sampai pagi. Dipanggil Tuan Muda oleh para warga yang menghormati. Saat judi, seolah mengalami trance, ia melakukan banyak hal seolah tanpa sadar. Karena reputasinya, ia sampai diperboleh mengutang bila uangnya habis.

Tersebuatlah pejudi tak terkalahkan Tuan Shen. Setelah bertahun-tahun menghebat, suatu malam datanglah Long Er yang dengan misterius berhasil menyingkirkannya dari Shen. Dan begitulah, kekuasaan meja judi beralih. Long memang sesekali kalah, tapi saat taruhan besar tak pernah. Maka setelah sekian kali melawan Fugui, dan di puncak kekalahan mengutang, Fugui menghabiskan tanah warisan 100 mu (1 mu sekitar 0.0667 hektar) yang terakhir dari keturuan Xu. Malam itu, padahal istrinya Jianzhen yang sedang hamil tua anak kedua sudah memohon agar Fugui pulang, malah diusir. Sang istri padajal dari anak orang kaya pula, gadis Tuan Chen si Juragan beras.

Mereka lantas jatuh miskin seketika. Ayahnya sudah menghilangkan 100 mu dulu, kini ia juga. Utang harus dilunasi, maka gegas segala urusan diselesaikan. Lantas mereka tinggal di gubuk reot pinggir sawah. Fugui meminjam 5 mu kepada Long Er tuan tanah baru, dan begitulah kehidupan miskin akhirnya harus dijalani. Tinggal di dusun, jauh dari hingar bingar kota.

Ayahnya meninggal di hari kepindahan, ibunya yang sakit-sakitan tetap sayang. Istrinya dibawa pulang mertuanya, maka di gubuk itu tinggal bertiga sama anak pertama Fengxia Xu. Kehidupan keras, berangkat pagi ke sawah, pulang malam. Setelah beberapa bulan, istrinya datang. Anak kedua, diberi nama Youqing Xu. Istrinya memilih mengabdi padanya, sampai kapanpun ia adalah istri Fugui, mau susah atau senang, dilewati bersama. Membuat Fugui mengharu.

Apes tak dapat ditolak, saat ibunya sakit, Fufgui dengan bekal uang yang ada dari istrinya, ke kota untuk memanggil tabib. Dan agar tak melewati rumah mertuanya, mengambil jalan memutar. Saat itu, ada anak kecil iseng memencet bel di sebuah rumah orang kaya. Dikira tangannya tak sampai, dibantunya. Saat tuan rumah, maksudnya pembantunya keluar, anak tersebut lari. Fugui termangu, kena omel. Berdua berantem, saat itulah sebuah konvoi pasukan perang lewat, dan membawa serta mereka. Dengan ancaman tembak di tempat bila lari, Fugui terpaksa mengikuti arus pasukan ke jauh Utara melawan pasukan komunis.

Dalam sekejab, dua tahun sudah Fugui ikut berperang. Berkawan dengan sesepuh yang sudah banyak ikut perang Quan Tua dan Chungsen yang kelak jadi Camat di kota. Bertahan hidup demi melihat anak istri, kematian begitu dekat, setiap saat tembakan dan bom bisa mengenai. Makan seadanya, benar-benar gambaran mengerikan perang.

Saat pasukan komunis menang, dan memporakporandakan pasukan. Fugui diberi kebebasan, kembali ikut perang atau pulang dengan uang pesangon. Sempat khawatir, ambil pilihan kedua, nanti ditembak, tapi saat ada prajurit mengambilnya, dan dibiarkan selamat, ia tentu saja memilih pulang.

Dua tahun itu waktu yang lama, sesampainya di rumah barulah ia tahu, ibunya meninggal beberapa waktu setelah ia menghilang. Anak pertamanya, pernah sakit panas dan merenggut indera dengarnya. Youqing sudah di usia sekolah. Namun karena jarang bertemu, masih malu-malu. Dan begitulah kehidupan bergulir kembali mereka bersatu. Tampak keluarga kecil ideal, dengan istri setia, dua anak laki dan perempuan, dan walaupun miskin, mereka bisa menghadapinya dengan bahagia.

Takdir sayangnya berkata lain. Fengxia membantu ke sawah, Youqing mulai sekolah dan di tengah rutinitas belajar, memelihara dua kambing. Pagi sebelum sekolah mencarikan makan, siang sepulang sekolah mencarikan makan. Betapa ada ikatan batin yang kuat di sana. Tragis plot mulai dari sini. komune rakyat memaksa semua orang yang membagi sama rasa sama rata. Tuan tanah dihukum mati, Long ditembak di lapangan. Tanahnya dibagi. 5 mu-nya sah digarap keluarga Xu. Lalu semua orang tak boleh memasak. Panci dan peralatan masak disita komune, semua orang makan di warus yang disiapkan komune, gratis tinggal ambil. Menu komplit, sayur, daging, semua melimpah. Tampak hebat bukan? Namun tak lama.

Mendirikan pabrik pelemburan logam, untuk perang. Makanan untuk semua warga sampai kapan? Hingga akhirnya, tragedi keluarga itu disajikan. Si bungu yang jago lari, sebab terbiasa melakukannya, suatu hari mendonorkan darah. Apes. Si sulung yang tuna rungu, sudah saatnya menikah tapi belum juga ada yang lamar. Akhirnya seolah sedapatnya saja, minta tolong sama Pak Wakil. Ditambah, istrinya kini sakit-sakitan. Divonis sakit berat. Hingga di ujung kepedihan, kepiluan itu diceritakan semua-muanya kepada sang Aku. Termasuk menantunya yang apes, cucunya yang apes, terakhir sapinya yang tua dan merana, berbagi penderitaan ditumplek blek. Fugui dihajar perihnya hidup: dari perang saudara, Revolusi Kebudayaan, hingga bencana kelaparan. Tragis hingga tetes pedih terakhir.

Pertama, saya jelas menangkap ini bukan cerita yang blink-blink bahagia. Ini penuh dengan derita, setiap lembarnya berisi derai air mata. Maka wajar buku ini dilarang terbit. Sebab banyak bagian yang mengkritik pemerintah. Kegagalan mensejahterakan rakyat. Masa Mao diceritakan dengan begitu mengerikan, kematian setiap hari terjadi, Revolusi Kebudayaan itu merenggut siapapun yang tak sepaham. Mirip masa pemberantasan PKI di Indonesia.

Bagi yang mengagungkan sosialis, kalian juga bisa melihat kekejamannya di sini. Sama rasa sama rata-pun tak bisa berhasil juga. Jadi sejatinya sistem pemerintahan seperti apa yang paling bagus di dunia? Kalau kata Mark Manson di bukunya Segala-galanya Ambyar, “Tidak ada Negara yang sepenuhnya adil dan aman. Tidak ada filsafat politik yang mampu mengatasi masalah setiap orang dalam sepanjang waktu.” Mau pakai apapun bakalan ada benturan. Republik, demokrasi, kapitalis, sosialis, komunis, khilafah, dst. Semuanya ada sisi minusnya. Makin besar janjinya makin tak masuk akal. Makanya saat ada politisi bilang bakal memberantas kemiskinan, jangan pernah percaya. Kemiskian selalu ada di Negara manapun.

Kedua, ini buku pertama Yu Hua yang kubaca, kuselesaikan baca hanya dalam satu hari tepat pas libur 17 Agustus 2022 kemarin, dari pagi, disela-sela lomba 17-an, hingga tengah malam selepas main futsal di kampung. Badan lelah, tapi kupaksakan baca lewat tengah malam. Memang buku bagus banget, luar biasa. Benar-benar mantab sekaligus mengerikan. Beliau adalah orang China pertama yang memenangkan piala bergengsi James Joyce Foundation Award dan  buku ini memenangkan Premio Grinzane Cavour dari Italia 1998. Hebat, ada dua buku lainnya yang sudah diterjemahkan Agustinus Wibowo, rasanya tinggal kukejar Brothers dan Chronicles of a Blood Merchant.

Ketiga, buku ini takkan ada di rakku besok. Sebab kukirim-barter ke Yogya demi Red Queen.

Terima kasih.

Hidup | by Yu Hua | Diterjemahkan dari To Live | Copyright 1993 | GM 402 01 15 0027 | Penerbit Gramedia Pustaka Utama | Alih bahasa Agustinus Wibowo | Desain sampul Eduard Iwan Mangopang | Jakarta, 2015 | ISBN 978-602-03-1382-5 | 224 hlm; 20 cm | Skor: 5/5

Karawang, 190822 – Peterpan – Sally Sendiri

Thx to Gramedia World Karawang.

Salah satu buku yang dibarter ke Dhika, Yogya.

Hidup, Dekut Burung Kukuk, dan Salju (+ John Grisham) dengan Red Queen dan sekuel.

Cerpen dengan Judul Protagonist

Tuan Gendrik by Pamusuk Eneste

“Bila membagi derita dengan orang lain pun, sudah merupakan suatu obat.” – Kitti

Semua cerpen memakai judul karakter utama. Semuanya pendek, belum ‘in’ sama cerita sudah selesai. Namun hebatnya, semua ending menggantung. Keputusan akhir diserahkan ke pembaca. Dari kepala media yang diminta ceramah kepahlawanan, tak tahu ngomong apa. Karyawan yang diancam, diperas duit sebab istrinya diculik, dan kita tak tahu apakah ia melapor polisi atau memenuhi tuntutan dengan uang pinjaman. Lalu Tuan Gendrik, bos kantor yang baik hati dan tak sombong, yang suatu hari kehilangan semua karyawannya, misterius. Hingga warga baik-baik yang dituntut untuk menikahi perempuan yang tiba-tiba mampir ke apartemennya, lalu menyatakan hamil anaknya. Semua diramu dengan tanda tanya di akhir. Begitulah, sederhana nan memikat. Tak sampai meledak-ledak, tapi sungguh efektif meluluhkan hati pembaca.

Hampir semua bersetting di Jerman, terutama di Anustadt, ibukota Anuland. Kecuali nomor 2 mantan kekasih yang diajak ke Jakarta tak mau, pilih tinggal di Yogya, lalu nomor 7 yang ingin pulang ke rumah ibu di Jakarta, dan nomor 10 yang di pinggiran Jakarta seolah diteror istri.

#1. Barero

Barero yang apes, entah kenapa ia yang dipilih sebagai korban. Sebuah telepon tak dikenal mengancamnya, istrinya diculik, ia tak boleh lapor polisi, dan diminta menyiapkan sejumlah uang. Istrinya yang hamil, sampai malam belum pulang juga. Dan saat menit-menit menuju waktu yang ditentukan ia masih saja lemas.

“Jangan coba-coba menelepon siapapun juga dalam urusan ini.”

#2. Bugatti

“Terus terang, aku tak tahu harus menyapamu dengan apa. Mas, dengan kau, dengan kamu, atau dengan Anda. Tapi itu tak penting bagiku, yang terlebih penting adalah persoalan yang akan kubeberkan di bawah ini.”

Bugatti, seorang istri yang mengeluhkan suaminya yang bergaji kecil. Ia bercerita pada aku, mantannya yang kini sudah di ibu kota. Melalui surat penuh cerita pahit, bagaimana rumah tangga Bugatti begitu hampa. Meminta saran pada mantan? Alamak!

#3. Mekeba

Makeba, istri yang kesal dan menyesal. Menanti suaminya pulang kerja, memasakkan istrimewa, dan siap menyambut di teras. Namun sampai waktu yang biasa pulang, tak kunjung terlihat. Ternyata mereka habis bertengkar semalam. Perkara anak yang tak kunjung hadir, sudah coba berbagai cara, dari memungut anak angkat, ke dokter spesialis, konsul ke manapun, nihil. Dan dalam suasana panas, sebuah saran kemarahan yang terlontar di keluarga kecil ini.

“Apa pun kemauan suami saat berhubungan, turuti saja.”

#4. Tuan Gendrik

Bos Gendrik yang kebingungan. Ia heran, bagaimana bis asuatu pagi semua karyawannya lenyap. Entah apa yang terjadi. Apakah secara massal mereka ngambek, cari kerja di tempat lain? Ataukah terjadi sesuatu yang luar biasa yang membuat serentak kabur? Atau entah apa. Padahal ia adalah bos yang ideal, baik, wibawa, ramah.

“Hari ini agaknya mendung, Pak.”

#5. Molli

Molli, sang sekretaris yang ‘sakit’ dan mencoba membolos. Ia penasaran, bagaimana sebuah mesin tik di kosnya hilang. Mesin tik pinjaman kantor itu, benar-benar tak ada di kamarnya. Mau lapor polisi, takut tanggung. Lapor pak RT, belum kenal sama beliau, mau lapor kantor, nanti dikira tak tanggungjawab, malah disangka pencuri. Dan bekerja di lingkungan seperti ini, bukankah neraka?

“Sungguh mati, saya tak mendengar sesuatu yang aneh tadi malam. Padahal, bunyi tikus lari di loteng saja, biasanya sudah membikin saya bangun.”

#6. Benino

Benino besok pagi jam 10 diundang ke balai kota untuk menerima penghargaan. Padahal ia tak tahu jadi pahlawan macam apa dia. Istrinya mendesak datang, siapa tahu selain sertifikat ada uangnya. Padahal ia di kantor sering bolos, tak kompeten, tak berintegritas tinggi. Makanya heran, apa yang menyebabkannya jadi pahlawan sejak jam 24 malam nanti.

“Jangan khawatir, majalah kami cukup makmur kok. Tak mungkin kami menipu Saudara.”

#7. Kitti

Kitti, cantik, jual malah. Ia adalah istri yang teraniaya. Di usia semuda itu, 22 tahun sudah punya segala materi yang memadai. Rumah, mobil, vila, perhiasan. Cuma, tekanan batin dari suaminya yang tak menafkasi batiniahnya. Ia nikah karena materi, dalam keterangan di media, ia siap menikahi pria manapun yang siap kasih materi. Kariernya yang bagus seolah mendadak lenyap, sebab jadi istri di rumah saja, me time melimpah. Ada penyesalan, kenapa dulu tak menuruti kata ibunya. Dan di puncak kesadarannya, ia memutuskan pulang menemui ibunda terkasih, kasih ibu memang sepanjang masa. Tak terhingga.

“Kamu toh bukan anak kecil lagi, dan sudah bisa mencari pemecahan sendiri.”

#8. Bruno Paparici

Seorang teman lama, teman sekolah yang dulu bodohnya minta ampun kini menjadi terkenal dan kaya raya. Suatu hari Bruno Paparici meneleponnya, “Apa betul ini kantor koran Anuzeitung?” dijawab ya, dan mereka pun nostalgia. Bruno lantas memintaku menjadikannya pahlawan. Ia sudah melakukan apa pun sebagai syarat orang baik, dan meminta menulis profilnya dengan ‘baik’. Permintaan aneh, dan janggal. Hingga suatu hari, aku diberitahu Bruno meninggal dunia, di mana surat wasiatnya memintaku jadi pembicara salam terakhir sebelum jasadnya dikebumikan. Pahlawan macam apa ini?

#9. Harlem

Margot, perempuan nakal yang menuntut Harlem untuk menikahinya. Harlem tak paham, ia hanya sekali saja bercinta, suatu malam Margot menghubunginya, ingin cerita, lalu main ke apartemennya, menginap, dan terjadilah. Hingga beberapa bulan kemudian, Margot datang, bilang hamil anaknya. Aneh sekali. Bagaimana memberitahu kabar ini ke istrinya di tanah air? Bagaimana menghindari masalah ini?

Frua Muller: “Katanya, anak yang dia kandung itu anakmu.”

#10. Panderos

Panderos, si istri galau. Ia selalu meminta suaminya lebih. Masose yang punya pendidikan baik, diminta lulus kuliah menikah saja, toh kalau berdua berjuang akan lebih baik. Awalnya, tinggal sama orangtua, lalu Panderos gerah, meminta kos saja, lalu beli rumah mencicil, berisik sebab perumahan yang padat, tetangga begitu bising. Lalu meminta beli rumah di luar kota yang asri dan jauh dari kantor, sepi, malah kangen suasana ramai, dan begitulah, ia menuntut lebih dan tak pernah puas. Ia lalu cerita padaku.

“Tolonglah aku, aku betul-betul tak tahu harus bagaimana lgai. Semua telah aku lakukan demi istriku, tapi tak pernah puas.”

Buku pertama Pamusuk Eneste yang kubaca, ia sudah terkenal. Salah satu pentolan sastrawan lokal kita. Buku-bukunya sudah ada di rak, baru kali ini kuselesaikan baca. Lumayan bagus, tapi kurang panjang. Terlampau sederhana. Keistimewaannya jelas, ending yang terpotong. Indah lho, cara seperti ini. Tafsirnya liar, dan bebas. Saya suka.

Tuan Gendrik | by Pamusuk Eneste | Seri Sastra Pembangunan | No. 93002 | Kumpulan Cerita Pilihan | Pewajah Gatot B.W. | Penerbit Puspa Suara; Pustaka Pembangunan Swadaya Nusantara | Editor seri Eka Budianta | Percetakan Pr. Penebar Swadaya, Jakarta | Cetakan pertama, 1993 | vi+ 104 hlm; 18 cm | ISBN 979-9312-20-I | Skor: 4/5

Karawang, 160822 – Noah – Di Atas Normal

Thx to Sri Purnawati

Sisipan Cerita lain Sejarah

Bagaimana Madelijn Mempertahankan Redoute Hollandia by Miguel Angelo Jonathan

“Kakek, kami tak mungkin membakar rumah! Kami bermain untuk senang-senang, dan membakar rumah tidaklah menyenangkan!”

Sehimpuna cerita yang rerata menyinggung sejarah. Dari penelitian ke Indonesia Timur sampai serangan benteng di Batavia. Dari legenda ular yang merupakan jelmaan putri, sampai sejarah kata mangkrak. Dari serangan yang berhasil meluluhlantakkan kota akibat kesalahan gerbang yang dibuka kecil, sampai bagaimana ikan lele berkembang biak. Semuanya diramu bebas merdeka. Sah-sah saja, tapi sayangnya rerata cerita pendek yang benar-benar pendek, jadinya belum panas, sudah keburu selesai.

#1. Hainuwele

Peneliti dari Jerman memasuki hutan di Kepulauan Maluku, dan mendengar mitos Hainuwele. Bahwa legenda itu bilang Hainuwele adalah gadis yang berasal dari buah kelapa, ia memiliki kekuatan bisa mengeluarkan barang-barang berharga saat sedang buang hajat, dan dianggap merupakan ilmu hitam. Maka iapun dibunuh dan tubuhnya dipotong-potong dikubur di sekeliling pulau Seram, dan bagian-bagian tubuh itu menjelma tanaman baru.

Keputusan aneh justru diambil, sebab saat ia mendapati fakta ketemu gadis telanjang buang hajat mengeluarkan permata, sang gadis diboyongnya pulang ke kampung halaman, dan dinikahi resmi. Namun kejengkelan tak hanya sampai di situ. Awalnya dikira, rejeki jangan ditolak, ujungnya tak nyaman.

“… Aku rasa aku benar-benar mencintainya, tidak akan kubiarkan orang lain menyakitintya. Rahasianyya aman bersamaku.”

#2. Bagaimana Madelijn Mempertahankan Redoute Hollandia

Benteng Batavia diserbu pasukan Mataram. Dan saat para bos keluar kota, Jan Pieterszoon Coen menyerahkan kepadanya, benteng itu rasanya hanya menunggu waktu buat dikuasai. Serbuan maut, sudah habis-habisan Madelijn yang orang Jerman kesal, ia bukan orang Belanda woy. Namun karena mendapat tugas itu, ia mencoba memimpin bertahan dengan pasukannya. Hingga muncullah ide gila, saat ia sedang buang air besar, terlintas pikiran setan. Tata cara melawan balik, apakah pasukan bantuan bisa hadir terpat waktu atau ide gila itu berhasil?

“Mundur semua! Mundur! Lupakan benteng bajingan itu!”

#3. Siluman Ular dari Rawa Atarja

Legenda ular yang dihormati, bahkan barangsiapa yang dipatok dipersalahkan. Di kota Atarja, ular itu jelmaan sang putri yang menyepi, pada tak berani buang air besar di rawa-rawa Atarja. Harus perjalanan jauh demi buang hajat. Namun saat era berganti, kini jadi kota besar, dan para pengembang mencipta modernitas, kepercayaan adanya siluman ular terkikis. Hingga suatu hari ada orang buang hajat di kakus umum dan dipatok. Suparman yang kaget dan marah, kemudian mati dengan luka gigitan di pantat. Lantas kepercayaan lama diapungkan. Namun saat toilet itu diledakkan, hujan lelelah yang terjadi. Ada apa gerangan?

“Siluman ular bangkit kembali! Dia bangkit kembali! Siluman ular tengah murka!

#4. Raja Mangkarak

Raja yang arif meninggal dunia, mewariskan takhta Kerajaan Palapa kepada si sulung Mangkarak. Kebetulan adiknya Jayawidata tak berminat politik, lebih suka bermain seni dan mencipta karya. Raja Mangkarak hobinya bikin bangunan demi pengakuan publik. Punya proyek besar mencipta candi, bangunan kerajaan yang elok. Padahal bujetnya kurang, tapi tetap dipaksakan. Ia lantas memaksakan kehendak, memungut pajak lebih besar, mencari uang dengan segala cara agar proyeknya terealisasi. Ia kena batunya.

Maka mulailah pembangunan candi raksasa itu.

#5. Kontradiksi Zangi dan Bagaimana Akhirnya Mati

Imanuddin Zangi yang memiliki sifat kontradiksi. Ia atabeg (gubernur) kota Mosul dan Aleppo kebangsaan Turki. Seorang jenderal perang yang berpengalaman, sudah banyak menaklukkan kota, dan ia begitu kejam, kasar, brutal.

Seorang pemabuk berat, boros di kedai tapi sekaligus sangat sederhana. Namun kontradiksi sifat itu suatu ketika membawa petaka, sebotol anggur mahal, dan ironi efek berikutnya.

Hidungnya lebih tajam dari penciuman seribu anjing digabungkan. Tentu hanya dalam kasus aroma anggur saja.

#6. Hanya Gerbang Kecil

Ini kisah Sultan Mehmet II di Turki yang terkenal itu. Sang Penakluk Kontatinopel dan bagaimana pengepungan itu berhasil meruntuhkan kota. Sebuah gerbang kecil yang disepelekan, terkadang terlupa untuk ditutup, dan menjadi titik lemah serangan lawan. Adalah Raynor yang kena tegur Jenderal Loukas untuk tak melalaikannya. Pastikan terkunci.

“Boom!”

#7. Aul

Di Pasundan lampau, tersebutlah petarung hebat dengan julukan Serigala Sunda bernama Aul. Ia bisa menyembuhkan luka seketika bak Wolverine. Bahkan kalau anggota badannya ada yang terlepas, bisa disatukan kembali. Ia asli Purbalingga, dan datang ke tanah Sunda untuk menantang sang jawara Asep Sunandar. Dan tarik ulur kekuasaan terjadi. Sampai akhirnya sebuah kekonyolan dilakukan asisten Aul.

“Grrrrr!”

#8. Membakar Monyet demi Sang Naga

Dua ribu tahun yang lalu, Xiang Yu komandan perang Chu dan lawan bebuyutannya Liu Bang melakukan tindakan heorik. Dan turun temurun hikayat membakar petasan sebagai kegiatan bersenang-senang, ketimbang membakar rumah. Menyerang musuh dengan monyet dipasangi kembang api, bagaimana kalau diganti dengan bom?

“Hei, ada apa ini? mengapa para monyet bisa meledak? Jelaskan.”

#9. Hou Yi dan Pembunuhan Sembilan Saudara

Manusia adalah perusak, melakukan hal buruk pula dengan sesamanya. Bahkan matahari di langit pun turut dirusak. Dulu, ada sepuluh sebelum Nuwa mencipta ras manusia, dan seorang pemuda dengan busurnya membidik matahari.

“Setelah sekian lama! Kini seseorang tersenyum memandang siang, bukan karena ada bulan di langit, tetapi karena ada matahari.”

Mencipta cerpen kudu lebih panjang. Standar cerpen bagus bagiku sudah tersemat pada karya-karya Haruki Murakami, atau Alice Munro. Atau kalau lokal ada Triyanto Triwikromo atau A.S. Laksana. Baik lokal maupun terjemahan, cerita yang bagus memang kudu ‘in’ sama plot, dan kebetulan nama-nama yang kusebut rerata cerpennya panjang dan meliuk-liuk. Beberapa menipu plot, ada twist, atau kalaupun biasa, pembaca berhasil ditautkan emosinya setelah diajak jalan-jalan panjang. Tak bisa sekadar seribu kata. Di buku ini rerata cerpen disajikan pendek, terlepas dari tema sejarahnya, apapun itu hampir semuanya belum panas dan sudah diakhiri.

Ini adalah buku pertama Bung Miguel yang kubaca. Buku kedua setelah novel Si Pembunuh Elemen (2019). Memiliki minat pada sejarah, dan beberapa kali kulihat menerjemahkan cerpen. Rusa Merah adalah toko buku beliau, baru dua atau tiga kali berbelanja di sana. Rekomendasi, buku-buku bagus dengan harga diskon. Terima kasih.

Bagaimana Madelijn Mempertahankan Redoute Hollandia | by Miguel Angelo Jonathan | Sehimpunan cerita | Copyright 2020 | 12.5 x 18.5 cm, viii + 130 halaman | Cetakan pertama, Mei 2020 | ISBN 978-623-7258-59-9 | Tata letak dan desain Gans, Ativ Yola | Desain sampul Fariddudin | Penyunting Ganjar Sudibyo | Pemeriksa aksara Marcel | Penerbit Rua Aksara | Skor: 3.5/5

Karawang, 200722 – 100822 – Clark Terry – Mumbles

Happy Birthday Calista Yumna 8 tahun

Thx to Rusa Merah, Jakarta

Para Lelaki yang Patah Hati

Lelaki-lelaki Tanpa Perempuan by Haruki Murakami

“Tapi, melalui rute mana pun, kesimpulan cerita tetap sama ‘kan?” – Kino

Akhirnya saya berhasil menikmati buku asal film terbaik 2021. Ternyata banyak sekali modifikasi. Tim kreatifnya terlampau kreatif. Drive My Car versi cerpen sungguh berbeda dengan versi filmnya. Hanya poin-poin utama yang dipinjam, seperti nama karakter, fakta aktor teater, sopir wanita, hingga perselingkuhan sang istri. Mayoritas benar-benar dikembangkan sendiri. Pembunuhan terutama, itu tak ada. Hanya untuk menambah dramatisasi. Atau bagian film ‘dipaksa’ disediakan sopir, itu bukan keinginan tuan Yusuke Kafuku, padahal di buku, jelas-jelas dia sedang cari sopir sebab SIM-nya dicabut. Atau bagian makan malam dengan keluarga di mana sang istri Lee Yoon-a seorang tuna rungu, atau bagaimana isi teater dijejali Bahasa Indonesia. Sebuah adaptasi yang sangat kreatif.

Murakami adalah penulis besar, maka wajar banyak tulisannya diambil orang lain. Beberapa cerpen di sini sudah kubaca di kumpulan cerpen lain, oleh penerbit kecil (tentu tanpa izin). Setidaknya ada tiga. Jadi kemarin pas kubaca, wah kok familiar, lalu wah sama. Ternyata memang sumbernya sama. Atau bahkan sebah adegan di novelnya dinukil jadi cerpen, seperti Kota Kucing di 1Q84 jilid 1 yang kutemukan di kumpulan cerpen Kota Kucing. Wajar, semakin besar semakin banyak orang tertarik, dan karyanya menyebar di berbagai sudut literasi. Apakah ini sudah saatnya bilang, Murakami mainstream? Bisa jadi, sudah banyak diskusi (baik langsung atau daring) dilakukan.

#1. Drive my Car

Aktor senior yang sudah menduda, mencari sopir pribadi untuk keseharian dari dan ke tempat kerja. Kafuku mendapat rekomendasi dari kepala bengkel langganannya, Oba. Sopir ini perempuan yang pendiam, tak cantik, dan begitu mengenal Tokyo sebab pernah jadi sopir pengantar barang, penjaga minimarket, kerja serabutan. Sang sopir Misaki malah jadi teman curhat, bahwa mendiang istrinya pernah selingkuh, tak hanya satu tapi banyak. Salah satunya adalah aktor kelas teri yang akan ditemuinya, sang sopir yang pasif heran, bagaimana bisa?

“Tidak perlu. Saya pernah bekerja sebagai sopir jasa antar paket. Peta Kota Tokyo sudah tercetak di kepala saya.” – Misaki

#2. Yesterday

Musik punya kekuatan untuk membangkitkan ingatan dengan amat jelas sampai terkadang membuat sesak dada. Dengan pijakan lagu Yesterday-nya The Beatles yang terkenal itu, seorang mahasiswa memiliki teman sekerja paruh waktu dai kafe. Orang Denenchofu, Kitaru yang malah belajar dan mempraktekkan dialeg Kansai. Orang lucu yang suka memplesetkan nyanyi Yesterday. Suatu hari mereka sepekat untuk memperkenalkan pacarnya Erika Kuritani ke Aku untuk kencan. Pacar masa remaja hingga kini, ia selalu gagal masuk universitas. Ada beban mental di sana. Dan sebuah film Woody Allen menjadi kenangan. Fakta-fakta pahir diedarkan. Jodoh memang tak ada yang tahu.

“Mimpi dapat saling dipinjamkan sesuai kebutuhan, mungkin.” – Tanimura

#3. Organ Mandiri

Dr. Tokai yang berpendirian aneh. Memilih memiliki perempuan tanpa ikatan. Hubungan yang terjalin adalah hubungan kilat, atau sekadar fun. Sang Aku, Murakami mendapati cerita langsung darinya sebagai teman di gedung olahraga tenis, dan juga skuas. Sebagai pendengar, Aku bersikap pasif. Dan sah-sah saja yang namanya manusia memilih cara pandang kehidupan. Hingga suatu hari sang dokter bedah mendapati masalah berat, ia jatuh hati sejatuh-jatuhnya, sehati-hatinya. Pada perempuan bersuami. Hiks,…

“Seorang gentlemen tidak banyak bicara tentang jumlah pajak yang dibayarkan serta tentang wanita yang pernah ditidurinya.” – Dr. Tokai

#4. Syahrazad

Hubungan seks tanpa ikatan kembali diapungkan. Kali ini Habara yang secara rutin mendapat kunjungan istri orang, yang ia juluki sebagai Syahrazad, puteri dalam dongen 1001 Malam. Mereka bercinta secara rutin, mencari waktu luang. Syahrazad akan datang, bercinta, berdiskusi di ranjang, lalu pulang ke suaminya. Diskusinya juga sangat amat aneh, bagaiamana Syahrazad sewaktu masih sekolah suka masuk ke rumah orang. Mencuri hal-hal kecil dari teman sekelasnya yang tampan, dari pensil, hingga barang pribadi. Emang freak, makanya ia suka menyelinap ke rumah Habara. Selingkuh dengan gaya? Sampai suatu ketika, ada nada kekhawatiran besar di hati Habara…

“Di kehidupan lampau aku adalah seekor lampei. Kutub Utara berada jauh di Utara.” – Syahrazad

#5. Kino

Kafe Bar yang menjadi titik utama kisah malah menjadi semacam tempat sakral bagi sang kucing. Lelaki yang ditinggal selingkuh istrinya, bercerai damai, lantas resign dari kerjaan, dan menepi. Di sebuah rumah milik bibinya, disulap jadi kafe bar yang tenang. Dengan jazz menemani. Seorang pengunjung tetap, dengan buku dan pesanan yang sama, duduk di pojokan. Mencipta rutinitas, mengakrabkan, walau jarang bersapa langsung. Masalah timbul, saat Kino dekat sama seorang perempuan, dan tidur di lantai atas dengan dalih memperlihatkan sudutan rokok di tubuh.

“Aku ingin bertemu langsung dan meminta maaf padamu atas hal ini.” – mantan Istri Kino

#6. Samsa Jatuh cinta

Di Wina di masa perang, Samsa terbangun dengan bingung. Kelaparan, tak ada orang di rumah. Mencari makanan di lantai bawah, dan banyak tanya itu terjawab sebagian saat mendapati kunjungan perempuan yang datang membawa peralatan tukang kunci. Ia akan tukang kunci yang dikirim untuk mengecek keadaan kunci kamar Samsa. dan benar saja, kunci itu rusak parah. Interaksi mereka menghasilkan buing-buing asmara. Dan janji temu berikutnya. Aneh rasanya, di masa perang orang masih peduli sama keadaan kunci kamar yang rusak?

“Sepertinya aku membangunkanmu dari istirahat.” – Perempuan muda

#7. Lelaki-lelaki Tanpa Perempuan

Meliuk-liuk. Kisah panjang yang disajikan dengan cara tak lazim. Melalalngbuana tak terkendali. Kabar kematian seorang asing, maksudnya istri orang yang sekarang asing mencipta kesedihan mendalam. Mereka pernah dekat, M adalah pacar sama SMA. Mati bunuh diri, dan suatu malam suaminya menelpon memberinya kabar. Lantas membawanya ke masa lalu, dan bagaimana perasaannya andai dia-lah yang kehilangan istri. Empati, rasa menempatkan diri pada orang lain.

“Alasan aku suka musik begini adalah, pokoknya soal ruang.” – M

Ketujuh cerpen khas Murakami, panjang berbelit, detail, dan kesemuannya memiliki setidaknya, hati lelaki yang terluka akibat perempuan. Pertama, Kafuku ditinggal mati istrinya yang sebenarnya sudah tahu selingkuh, tapi tak berani menanyakan langsung. Kedua, Kitaru yang gagal ujian universitas ditinggal kekasihnya yang sudah kuliah duluan, dan akhirnya menjalin kasih di belakangnya. Ketiga, Dr. Tokai yang patah hati, ia kena karma-nya. Kali ini, malah lelakinya yang mati. Keempat, Habara yang ketakutan ditinggalkan selingkuhan, istri orang yang datang rutin ke rumahnya. Kelima, Kino yang ditinggal selingkuh istrinya, dan menyepi. Keenam, tokoh rekaan Kafka dibali, di mana seekor kecoa menjadi manusia, dan belajar memahami kehidupan barunya. Jatuh hati sama pengujung, perempuan yang dapat sebentar untuk mengecek kunci. Terakhir, Lelaki yang patah hati, perempuan masa lalunya yang meninggal dunia, meninggalkan kenangan dan ilusi. Kesemuanya memang cocok sama judulnya. Khas Murakami yang kalem, dan merespons kehidupan dengan lapang seolah air mengalir. Tak ada ledakan, tak ada letupan dahsyat. Tenang, menghanyutkan.

Ini adalah buku Murakami ke tujuh (di luar buku tentangnya atau pretelan cerpen dan esai beliau) yang kubaca setelah, Hear the Wind Song, Norwegian Wood, The Wind-Up Bird Chronicle, Kafka on the Shore, 1Q81 (jilid 1), Colorless Tsukuru Tazaki. Untuk cerpen-cepren, atau wawancara, atau esai juga beberapa sudah kubaca. Kesemuanya kuberi lima bintang. Dan setiap tahun kujagokan menang Nobel Sastra. Penulis terbaik yang masih hidup, legenda di masa kita. Favorit selamanya.

Next, 1Q84 jilid 2. So far so good…

Lelaki-lelaki Tanpa Perempuan | by Haruki Murakami | Judul asli Onna No Inai Otoko-Tachi | Copyright 2014 | Koi Suru Zamuza | Copyright 2013 | KPG 59 22 02014 | Penerbit Kepustakaan Populer Gramedia | Cetakan pertama, April 2022 | Penerjemah Ribeka Ota | Penyunting Ining Isaiyas | Perancang sampul Naela Ali | Penataletak Setyo Bekti Nugroho | v + 262 hlm.; 13.5 cm x 20 cm | ISBN 978-602-481-766-4 | Skor: 5/5

Karawang, 120722 – 220722 – 040822 – Letto – Sandaran Hati

Thx to Dojo Buku, Tangerang

#Juli2022 Baca

“Betapa sekejap usia kebahagiaan.” – Tiga Cinta, Ibu by Gus TF Sakai

Dua buku tebal di bulan Juli berhasil kubaca cepat, 500 halaman dalam sehari! Dan 400 halaman non fiksi, dua hari. Waktu libur memang waktu yang tepat untuk menuntaskan bacaan. Nyaman sekali, enak sekali, sampai lupa waktu dan ruang. Sampai lupa kegiatan keluarga atau acara ke mana. Kalau sudah pegang buku, sudahlah, lupa segalanya. Bulan yang santuy dapat 12 buku. Semangat membara.

#1. Tiga Cinta, Ibu by Gus TF Sakai

Sederhana, dan menarik. Pusat cerita sejatinya bukan sang ibu, tapi cinta yang kandas dengan berbagai sebab. Pertama di Padang, dengan kegalauan akut mudik untuk meminta restu dan kelonggaran adat demi sang kekasih. Kedua, mahasiswa galau mencinta perempuan aneh yang di persimpang jalan. Ketiga, kali ini bukan rentang asmara kekasih, tapi kegalauan pasangan yang mendamba anak tapi belum siap program punya anak. Ribet ya? Enggak juga, manusia memang pusatnya kegalauan. Atas nama eksistensi, ketiganya dibaur samar. Padang, Banjarmasin, dan kembali ke Padang. Secara tak langsung ketiganya tak berhubung, tapi cinta ibu menentukan langkah antisipasi untuk diambil di kemudian hari.

“Hanya di Lembah inilah segala omong kosong masih mendapat tempat!”

#2. Laki-laki tanpa Perempuan by Haruki Murakami

Akhirnya saya berhasil menikmati buku asal film terbaik 2021. Ternyata banyak sekali modifikasi. Tim kreatifnya terlampau kreatif. Drive My Car versi cerpen sungguh berbeda dengan versi filmnya. Hanya poin-poin utama seperti nama karakter, fakta aktor teater, sopir wanita, hingga perselingkuhan sang istri. Mayoritas benar-benar dikembangkan sendiri. Pembunuhan terutama, itu tak ada. Hanya untuk menambah dramatisasi. Atau bagian film ‘dipaksa’ disediakan sopir, itu bukan keinginan tuan Yusuke Kafuku, padahal di buku, jelas-jelas dia sedang cari sopir sebab SIM-nya dicabut.

“Tidak perlu. Saya pernah bekerja sebagai sopir jasa antar paket. Peta Kota Tokyo sudah tercetak di kepala saya.”

#3. The Royal Game by Stefan Zweig

Menakjubkan. Bagaimana bisa dua buah cerita pendek, tapi tak terlalu pendek, bernarasi di atas kapal. Polanya sama, bertemu orang asing, lalu bercerita. Dua drama yang menakjubkan. Untuk buku ini, kekuatan cerita yang utama. Menegangkan, bahkan hanya dari dua orang duduk ngobrol kita turut khawatir dan ketakutan. Yang pertama, curhat dokter yang ketakutan sebab menyimpan rahasia gelap. Kedua, curhat mantan tahanan Nazi yang jenius aneh, sebab dalam penjara secara tak sengaja menanamkan buku catur di otaknya. Keduanya sungguh brilian cara penyampaiannya, cara menyelesaikan masalahnya, cara mengakhiri cerita.

“Bila Anda telah kehilangan segalanya, Anda berjuang mati-matian untuk yang terakhir yang tersisa, dan yang terakhir adalah warisannya kepada saya, kewajiban saya untuk menjaga rahasianya.”

#4. In a Strange Room by Damon Galgut

Dibagi dalam tiga bagian, perjalanan di tiga benua. Afrika sebagai home town sang penulis, ke Eropa ke tempat kenalan saat petualang, dan terakhir ke Asia, tepatnya Bombay, India. Secara umum, kisahnya acak, seenaknya bagaimana menyampaikan kisah, tak fokus ke mana arah mau dibawa cerita, makanya terbaca aneh, atau inti cerita mau ngapain jadinya tak jelas. Terlalu lama berkeliling tanpa menetap di suatu tenpat telah membuatnya jauh dari dunia nyata, bahkan ketika sejarah digoreskan di mana-mana.

“Aku sudah minum dua gelas kopi hari ini. aku tidak minum lebih dari dua gelas kopi tiap dua belas jam.”

#5. Mr. Midnight #10 by James Lee

Khas R.L. Stine. Seolah bagian dari kasih horror remaja karya Stine, terutama Goosebumps. Templatenya sama, mengambil sudut pandang orang pertama, para remaja/anak-anak ini dihantui. Karena ini buku pertama James Lee yang kubaca, jadi sempat menebak hantu-nya mungkin hanya pengalihan isu, atau pemancing saja. Ternyata, beneran ada. Dan fun, jangan berharap horror penuh darah dan menakutkan, ini sekadar kisah hura-hura. Seperti rangkaian buku Goosebumps, memang terbuka untuk dikoleksi. Kalau dapat ya, diambil, kalau tak nemu tak mengapa.

“Orangtuaku membawaku ke pemakaman tapi aku terpisah dan tersesat. Mereka pasti mencemaskanku…”

#6. Miss Peregrine’s Home for Peculiar Children by Ransom Riggs

Mengejutkanku, foto-foto yang ditampilkan adalah asli. Sedari mula, kukira ini menjadi penunjang cerita, khas buku-buku lain. Ternyata, kita lebih cocoknya menyebut: foto-foto itulah yang menjadi dasar cerita. Kata-kata dicipta untuk menunjangnya. Penggambaran cerita, jelas dikembangkan dari sebaran frame. Dengan terang sang penulis bilang, ada ribuan foto lain yang tak bisa masuk, kudu selektif. Dan dengan ending menggantung, foto-foto yang tak ditampilkan kemungkinan muncul di Hollow City.

“Aku tahu kedengarannya gila, namun banyak hal yang lebih gila ternyata benar.”

#7. Bagaimana Madelijn Mempertahankan Redoute Hollandia by Miguel Angelo Jonathan

Sehimpuna cerita yang rerata menyinggung sejarah. Dari penelitian ke Indonesia Timur sampai serangan benteng di Batavia. Dari legenda ular yang merupakan jelmaan putri, sampai sejarah kata mangkrak. Dari serangan yang berhasil meluluhlantakkan kota akibat kesalahan gerbang yang dibuka kecil, sampai bagaimana ikan lele berkembang biak. Semuanya diramu bebas merdeka. Sah-sah saja, tapi sayangnya rerata cerita pendek yang benar-benar pendek, jadinya belum panas, sudah keburu selesai.

“Kakek, kami tak mungkin membakar rumah! Kami bermain untuk senang-senang, dan membakar rumah tidaklah menyenangkan!”

#8. Enough by John. C. Bogle

Investasi. Sebuah kata yang sering kita dengar. Butuh perjuangan untuk merealisasikannya. Butuh konsistensi, apalagi buat buruh, di mana gaji ketika turun gegas dialokasikan ke kebutuhan apa saja. Buat kebutuhan sehari-hari, bayar cicilan, memenuhi hobi, tabungan, dan investasi. Buku ini tak membahas tata kelola investasi, tapi langsung ke pokok-pokok pentingnya. Ditulis langsung oleh seorang founder Reksadana terbesar di dunia, asli dari negeri kapitalis Amerika. Dan memang terbaca sungguh beda, misalnya hanya membahas dasarnya saja, atau orang Indonesia sekalipun pengalaman. Ini buku sungguh-sungguh bervitamin. Sekalipun saya sudah terjun dan menekuni saham, apa yang ditulis melalangbuana hebat ke teori finansial dan tepekur telaahnya.

“Ya, tetapi saya memiliki sesuatu yang tidak akan pernah ia miliki… rasa cukup.”

#9. Cantik itu Luka by Eka Kurniawan

Kisahnya merentang jauh sebelum Indonesia merdeka. Semuanya tentang manusia-manusia patah hati, hampir semuanya ding. Yang jelas, ketika cinta membuncah, apapun akan dilakukan, apapun akan dikorbankan. Dan ini terus berulang, tata cara bercerita bagus, di mana kita dibocori kejadian akhir, baru dijelaskan kronologinya. Sebagian dilakukan flashback. Dan karena ini novel tebal, banyak karakter yang memiliki riwayatnya sendiri dengan rentangan panjang. Tak ada tanda tanya, semua nasibnya jelas. Hanya beberapa yang samar, saat melibatkan dunia mistik. Dan itu, tafsir bebas.

“Ia sebenarnya waras bukan main, yang gila adalah dunia yang dihadapinya.”

#10. Aqidah Islam Ibnu Taymiyah by Mustafa Al’alim

Buku agama, ini seperti buku pelajaran sekolah dengan pendahuluan, inti, lalu penutup dengan pertanyaan dari isi bab. Tertata dan terstruktur. Sebagian besar jelas sudah kita dapati sewaktu pelajaran Agama Islam. Berisi pokok agama, enam Iman kepada dan rukun Islam. Yang membedakan, ini disarikan oleh Ibnu Taimiyah dengan penjelasan lebih panjang, sekaligus mematahkan aliran menyimpang, di masa itu.

“Katakanlah, Dialah Allah Yang Maha Esa. Allah adalah Tuhan yang bergantung kepadanya segala sesuatu. Dia tidak beranak dan tidak diperanakkan, dan tidak ada seorangpun yang setara dengan Dia.”

#11. Larung by Ayu Utami

Sekuel yang biasa. Bab-bab awal sungguh cantik Larung Lanang mau membunuh neneknya yang seolah abadi, sudah berusia seabad lebih, dan memikili jimat yang kudu dilepas agar bisa kea lam seberang. Sayangnya saat masuk ke dunia Saman, melanjutkan kisah sejatinya, malah down. Selingkuh dan bagaimana mengatasinya, benar-benar tak bagus ditiru. Seolah kewajaran, teman-temannya yang hedon ke New York turut membantu para perempuan ini untuk bertemu lelaki beristri. Dan Yasmin yang sudah bersuami, dibantu bertemu lelaki lain. Dibuat dengan bahasa sesastra apapun, tata kelola selingkuh tetaplah busuk.

“Betapa anehnya ukuran, di manakah kita meletakkan patokan?”

#12. Kuasa Ramalan Jilid 1 by Peter Carey

Game of Thrones (GOT), adalah kata pertama yang terlintas setelah ussai membacanya. Ini seperti novel rekaan GRR Martin. Bedanya setting Jawa, dan ini nyata. Wow, setelah baca GOT saya berkomentar, susah juga hidup di masa itu. Gerak apapun terasa salah. Mau bela kerajaan manapun tetap akan sulit bertahan, semua akan serba salah. Semua punya ambisi, dan harapannya masing-masing. Perang di mana-mana, dan nyawa begitu murahnya. Di Kuasa Ramalan, konfliks terjadi di banyak arah. Mau para penjajahnya sendiri, Belanda Inggris Prancis yang mempunyai tanah rampasan, berniat memetik sebesar-besarnya keuntungan di Negara kita. Pun, kerajaan Jawa yang saling curiga dan tak saling dukung. Sultan dan Sunan tak bisa bersatu, apalagi pasca Perjanjian Giyanti, Jawa mudah diadu domba, dan ini jelas menguntungkan pendatang.

“…Saya benar-benar memohon hal ini dengan sangat dari segenap sukma dan lubuk hati saya yang paling dalam. Sungguh saya benar-benar bertujuan menyingkirkan kecemaran dari Jawa dan saya akan sangat bersyukur pada Allah sekiranya saya berhasil melakukan apa yang akan membawa kemaslatan…”

Karawang, 030822 –  Sherina Munaf – Singing Pixie

Engkau Sendiri Hanya Sarana, namun Tidak Lama, untuk Disejajarkan dengan Leluhur

Kuasa Ramalan Jilid 1 by Peter Carey

Engkau sendiri hanya sarana, namun tidak lama, untuk disejajarkan dengan leluhur.” – Ramalan Parangkusumo, sekitar 1805

Sejarah berkata: ‘Jangan berharap di sisi makam sebelah sini. tapi kelak sekali seumur hidup, Gelombang pasang keadilan yang didamba bisa tiba. Hingga harapan dan sejarah sirna.’ Maka berharaplah pada perubahan samudera, Di ujung dendam sebelah sana. Yakinlah bahwa pantai nun jauh Dapat dicapai dari sini.”Seamus Heaney

“Zaman edan. Terkutuklah nasibku, karena aku lahir untuk meluruskanmu.” Willaim Shakespeare, Hamlet, Babak I Adegan V

Catatan saya buka dengan tiga kutipan pembuka buku. Layak dibagikan dan dinikmati, mewakili isi cerita. Buku ini dimulai dari era sebelum kelahiran Pangeran dan ditutup tahun 1812, era sebelum Perang Jawa. Bayangkan, pengantar saja sekeren itu, bagaimana nantinya masuk ke inti. Salut sama Penulis, perlu dedikasi tinggi, perlu pengorbanan waktu dan tenaga lebih untuk merampungkan seribu halaman yang padat dan sangat menarik.

Game of Thrones (GOT), adalah kata pertama yang terlintas setelah ussai membacanya. Ini seperti novel rekaan GRR Martin. Bedanya setting Jawa, dan ini nyata. Wow, setelah baca GOT saya berkomentar, susah juga hidup di masa itu. Gerak apapun terasa salah. Mau bela kerajaan manapun tetap akan sulit bertahan, semua akan serba salah. Semua punya ambisi, dan harapannya masing-masing. Perang di mana-mana, dan nyawa begitu murahnya. Di Kuasa Ramalan, konfliks terjadi di banyak arah. Mau para penjajahnya sendiri, Belanda Inggris Prancis yang mempunyai tanah rampasan, berniat memetik sebesar-besarnya keuntungan di Negara kita. Pun, kerajaan Jawa yang saling curiga dan tak saling dukung. Sultan dan Sunan tak bisa bersatu, apalagi pasca Perjanjian Giyanti, Jawa mudah diadu domba, dan ini jelas menguntungkan pendatang.

Abad 19 sebenarnya mulai muncul persatuan. Cikal bakal gerakan kebangsaan disadari oleh Frans Gerhardus Valck (1799-1842), pejabat tinggi Belanda yang berdinas di Jawa selama dua dasawarsa yang mencakup masa Perang Jawa dan sesudahnya. Ia menulis, “Masa tugas (saya) selama hampir dua puluh tahun di berbagai keresidenan telah memberi saya pelajaran bahwa semngat rakyat biasa Jawa bersifat menentang kita, bukan karena kita orang Belanda memperlakukan dia dengan buruk tapi karena dia diresapi rasa kebangsaan… Kendati segala ekuntungan yang ia dapat dari kita, ia tidak dapat meniadakan hasrat untuk diperintah oleh penguasanya sendiri meski mereka mungkin akan memerintah dengan lebih buruk (daripada kita)…”

Dalam kata pengantarnya, Peter Carey menulis: Sultan Hamengkubuwono IX (bertakhta 1939-1988) dalam pidatonya yang tersohor saat naik takhta pada Oktober 1940, ‘Al ben ik Westers opgevoes, ik ben en bliff een Javaan.’ Yang artinya, “Mesti berpendidikan Barat, saya adalah Jawa dan akan tetap orang Jawa.” Dan digubah oleh Peter bahwa meski berpendidikan timur, saya adalah orang Inggris dan akan tetap jadi orang Inggris.

Banyak hal bisa dipetik dan ditelaah. Seperti asal kata pajak. Pajak dan cukai utama, dari kata pajeg (Jawa ajeg = “tetap”), pajak tetap atas hasil tananh yang biasanya diserahkan dalam bentuk bahan mentah dan disebut “pajak tanah”.

Karena saya belum baca Babad Diponegoro versi manapun. Baru tahu bahwa beliau sungguh agamis. Seperti saat akan diasingkan, ia meminta syarat. “Naskah-naskah yang diminta Diponegoro kepada pemerintah kolonial agar disalin di Surakarta untuk keperluan pendidikan anak-anaknya yang lahir di tempat pengasingan di Manado (1830-1833) dan Makassar (1833-1855), adalah seluruh kisah wayang Purwa hingga Bratayudha (perang saudara akbar). Termasuk kisah-kisah kepahlawan Islam terkenal, Menak Amir Hamzah, Asmoro Supi, suatu kisah percintaan yang berkaitan dengan cerita-cerita Menak, Serat Manikmoyo, suatu naskah tentang kosmogoni atau kisah asal usul alam semesta yang berasal dari kurun mistik Islam di Kartosuro (1680-1745) yang berkaitan dengan dongeng-dongeng pertanian dan tradisi wayang, Serat Gondokusimo (Angling Driyo) dan Serat Anggraeni, satu bagian dalam cerita Panji.”

Saat perjalanan laut, pengawalnya dinasehti untuk menjaga kesehatan dan pola makan yang benar sebab beberapa awak tewas di atas kapal. Pangeran menggantungkan obat tradisional dan ramuan rempah-rempah (jamu) seperti beras kencur dan kedawung. Sang pengawal, Letnan dua Justus Heinrich Knoerle mencatat perjalanan Diponegoro, perwira Jerman kelahiran Luxemburg di atas laut selama tujuh minggu ke Manado. Serta kehidupan sehari-harinya di pengasingan, memiliki catatan paling lengkap. Sebuah rujukan berharga.

Dari Knoerle pula kita tahu, pengenalan Diponegoro terhadap watak para pejabat Eropa yang ia temui sebelum Perang Jawa di Yogya dan sesudahnya juga snagat tajam dan tepat. Diponegoro punya jiwa penyelidik dan pengetahuan yang luas mengenai apa pun, khususnya sejarah dan cerita-cerita Jawa.

Diponegoro meminum anggur putih jika ada jamuan orang Eropa, dan menurutnya tak mengapa mengingat kenyataan bahwa orang Eropa meminumnya sebagai obat penangkal mabuk akibat minum Madeira atau anggur merah, suatu pandangan yang menunjukkan Diponegoro punya penafsiran sendiri atas larangan Nabi. Tentang madat, yang dipasok orang Tionghoa, tak ada bukti Pangeran pernah menyentuhnya.

Diponegoro menyarankan agar dia melakukan dzikir rangkap empat (napi-isbat, isim, isim gaib, isim gaib-qanaib) yang cocok untuk manusia sempurna (insan kamil) dan akan membawanya pada akhir pemisahan antara hamba dan Tuhan (kawula lan gusti). Bagi yang akrab sama kesastraan mistik Jawa, jelas tak ada yang baru sebab sudah ada dalam primbon Jawa (kitab ramalan).

Diponegoro mendapat ilham kerohaniannya dari sumber-sumber tradisional dan jelas tidak tergugah dengan gerakan pembaruan Wahabi fanatic yang selama hampir dasawarsa (1803-1812) pada awal kesembilan belas menguasai jazirah Arabia, yang kemudian berpengaruh ke pulau Sumatra Barat sebelum dan selama Perang Padri (1812-1838).

Ada bagian yang luar biasa keren bab IV Ziarah ke Pantai Selatan tahun 1805 (usia 20 tahun), seolah mencari jati diri. Melakukan serangkaian kunjungan untuk menyempurnakan pendidikan kagamaan dan menemukan guru-guru yang layak membimbing perkembangan rohaninya. Dan muncullah bisikan gaib yang terkenal itu di Parang Kusomo. Dengan baju biasa, pakaian warga kebanyakan dengan sarung kasar, dan kebaya dan sorban, ia menanggalkan baju Jawa berkerah tinggi, kainm dan penutup kepala. Rutenya dari Tegalrejo ke Dhongkelan, Gua Seluman, Parang Kusomo, Samas, lalu ke Selarong, dan pulang.

Terjadi dialog dengan Nyai Roro Kidul, tentang bantuan yang akan dikirim, tapi ia menolak sebab hanya dari Allah ia berharap. Sebuah keluhuran cita-citanya dan pengorbanan yang begitu banyak untuk mewujdukannya, namun demikian, ia tetap terpesona dengan kecantikan dewi yang tak pudar.

Sebuah ramalan Sultan Agung bahw aBelanda akan menjajah Jawa selama 300 tahun setelah ia wafat pada 1646 dan bahwa walaupun seorang di antara keturunannya akan bangkit melawan, ia akan dikalahkan. Ramalan ini disampaikan ibunda Diponegoro oleh sultan Mangkubumi yang sudah sepuh.

Setiap wakil pemerintah penjajah Letnan Jenderal atau yang setara yang ditempatkan di Jawa memberi ketegangan dan kewaspadaan masing-masing. Ada yang memberi harapan, salah satunya saat Waterloo bikin janji bahwa pemerintahnnya mewakili pemerintahan baru Eropa pasca Revolusi yang arif, suatu pemerintahan yang jantung hatinya adalah “kesejahteraan” rakyat. Tentu saja, pernyataan ini adalah omong kosong belaka.

Salah satu tokoh panutan Pangeran adalah Raden ronggo yang menolak menyerah. Ia melakukan perlawanan dan menghimpun kekuatan pemberontakan, dalam suratnya kepada Notodiningrat, ia berujar, “…Saya benar-benar memohon hal ini dengan sangat dari segenap sukma dna lubuk hati saya yang paling dalam. Sungguh saya benar-benar bertujuan menyingkirkan kecemaran dari Jawa dan saya akan sangat bersyukur pada Allah sekiranya saya berhasil melakukan apa yang akan membawa kemaslatan…” Walau akhirnya tumbang juga, ia memberi teladan mati syahid. Melawan penindasan, tak mau menyerah begitu saja.

Dan sekali lagi, ketidakmampuan kalangan atas Yogya membaca tanda-tanda zaman dalam percaturan sejarah dunia dan menyesuaikan diri dengan tata internasional yang berubah cepat akan mengakibatkan malapetaka. Buku ini diakhiri jatuhnya kerajaan Yogya pada bulan Juni 1812 setelah dibombardir artileri beberapa hari. Sebuah ujung tahap awal. Inggris yang digdaya, tapi tak lama sebab ini adalah tatanan mula, sebuah pra perang besar sedekade kemudian. Mari kita simak jilid 2-nya.

Di rak sudah ada Jilid 2 dan 3, mungkin tak terlalu tergesa, santuy saja. Tak seperti buku ini yang lebih semangat memulai, seri berikutnya akan kubaca disela bacaan lain. Nama Raffles berulang kali disebut, bukunya The History of Java yang tebal itu jadi rujukan. Begitu juga Babad Tanah Jawa dan Babad Diponegoro (banyak versi) sering dikutip. Rasanya keduanya masuk daftar wajib kejar. Buku tebal nan mahal, mungkin bisa setahun kemudian masuk rak, kudu nabung dulu.

Sulit memilih antara kenyataan dan mitos mengenai Pangeran. Seorang pengeran dengan sosok manusia biasa yang snagat jauh dari sempurna dan penggemar perempuan tentulah tak cocok dengan ‘sejarah nasional’ Indonesia dewasa ini.

Luar biasa. Buku bagus, hampir 400 halaman kubaca dalam tempo dua hari. Sabtu (30/07/22) pagi sebelum nyupir ke SDIT al Madinah, kulanjutkan di sana di gazebo taman belakang di lantai atas, lalu malam Minggu di Blok H hingga hampir tengah malam. Minggu pagi (31/07/22) kugas lagi di rumah, dan seharian dalam cuaca Karawang yang panas, akhirnya selesai setelah Isya di lantai atas Blok H. Padahal ini buku non fiksi, buku sejarah yang biasanya sulit ditelaah. malah setiap lembarnya mencipta penasaran. Beginilah buku harusnya dibuat, buku sejarah dicipta fun dan sangat amat bervitamin. So lucky, bisa menikmati buku bagus, setiap menitnya menghujam kenyamanan hati. Love, love, love.

Kuasa Ramalan: Pangeran Diponegoro dan Akhir Tatanan Lama di Jawa, 1785 – 1855 Jilid 1 | by Peter Carey | Judul asli The Power of Prophect: Pince Dipanagara and the end of an old order in Java, 178-1855, second edition | Copyright 2007 Koninklijk Instituut voor Taal-, Land- en Volkenkunde | Penerjemah KPG | KPG 901110487 | November 2011 | Cetakan kedua, April 2012 | Penerjemah Parakitri T. Simbolon | Penyunting Christina M. Udiani | Perancang sampul Wendie Artswenda | Penataletak Dadang Kusmana | XLVI + 397 hlm.; 15 cm x 23 cm | ISBN 978-979-91-0393-2 | Ilustrasi sampul “De onderwerping van Diepo Negoro aan Luitenant-General De Kock, 28 Maart 1830” (Penyerahan diri Diponegoro kepada Letnan-Jenderal De Kock, 28 Maret 1830) oleh Nicolaas Pieneman (1809-1860) | Foto seizing Rijksmuseum, Amsterdam | Skor: 5/5

Karawang, 020822 –Sarah Vaughan – But Not for Me

Dipersembahkan kepada keluarga dan keturunan Pangeran Diponegoro. Dengan penuh hormat dan takzim

Thx to Justin Secondbook, Jakarta