
The Robe of Skulls by Vivian French
“… Aku tidak tahu aku di mana atau ke mana aku pergi, kecuali katanya ke Pitarah Purba… dan semengerikan dan seaneh apa pun mereka, pastilah jauh lebih baik daripada Mange dan Foyce.” – Gracie
Kisahnya berkutat oleh lima tokoh utamanya, berganti-ganti sudut pandang: pertama Gracie Gillypot yang dikurung di ruang bawah tanah, dihukum oleh sudara tirinya yang jahat Foyce. Kedua, Pangeran Marcus yang bandel dan suka petualang, memiliki saudara kembar Arry yang punya wibawa dan jelas sudah ditunjuk sebagai penerus takhta. Ketiga, Marlon sang kelelawar yang membantu Gracie kabur ke Pitarah Purba. Keempat keponakan Marlon, kelelawar Millie. Dan terakhir trolls ratusan tahun Gubble yang pasif dan malesi, tapi punya peran bagus untuk memengaruhi sang penyihir.
Pemicu utamanya adalah nenek sihir Lady Lamorna yang menginginkan jubah tengkorak yang elok. Ia mengingin jubah dengan hiasan tengkorak di banyak sisinya, dirajut dengan indah untuk mempercantik penampilan. Namun itu harus dibayar mahal.
Uang emas harus dibayar, maka iapun melakukan kejahatan. Ke kerajaan Gorebreath yang dipimpin oleh Raja Frank. Di tengah perjalanan berjumpa dengan perempuan yang lebih jahat lagi, Foyce yang sebenarnya sedang mengejar saudari tirinya yang kabur. Akibat pertemuan dua orang jahat inilah, kisah meliar.
Foyce sendiri baru dibumbui obat tidur di makanan yang disajikan oleh Gracie yang tersiksa di rumahnya. Berkat bisikan kelelawar Marlon yang memintanya untuk ke Pitarah Purba, ia berani keluar rumah. Ke hutan belantara, memulai petualangan. Dalm dalam pelarian itulah, sang kakak bertemu si penyihir, yang lalu mengubah rencana.
Sang Lady membantu Foyce, memberinya bubuk dan mantra yang bisa mengubah manusia jadi katak, dengan imbalan uang emas yang ia butuhkan untuk mencipta jubah tengkorak. Tampak saling menguntungkan bukan? Ya, dua orang jahat ini bersatu, tapi lawannya tak sembarangan. Foyce terus memikirkan pembalasan dendam yang semakin lama semakin menyeramkan. Sekarang waktunya sudah datang, Lady Lamorna. Foyce bisa mencium semangat itu, beri tahu seluruh rencana, dan mereka mencapai kesepakatan. “Kepercayaan selalu menjadi masalah, ya.”
Di kerajaan putra mahkota yang malas, Marcus sedang tak mau mengikuti pesta ke kerajaan seberang sebab ia ingin menghabiskan waktu dengan bebas. Oleh Profesor Scalio yang mengajarnya, ia tak mengerjakan tugas sehingga dihukum. Marcus menepuk keningnya dan berusaha terlihat terkejut serta menyesal pada waktu yang sama. Maka esoknya, ia tak ikut pesta. Apesnya, di pesta itulah Foyce melakukan kejahatannya. Marcus menjeling, Marcus yang baru tahu ada kejanggalan, berupaya membantu membebaskan saudara dan para pangeran yang kini diubah katak. Nasihat Profesor, “Aku hanya punya dua nasihat, satu jangan jauh-jauh dari peta, jangan sampai hilang. Kedua, jika kau terjebak dalam situasi yang tidak menguntungkan dan segalanya salah, pergilah ke rumah Pitarah Purba. Mereka tahu segala jawaban segala pertanyaan..”
Apakah dia bisa – apakah dia berani – meninggalkan wilayah istana? Pemikiran itu membuat jantungnya berpacu kencang. Mungkin ada naga, ada beruang, atau segala macam petualangan. Dengan bantuan troll Gubble di mana beberapa kali kepalanya lepas dan salah ditempatkan, dibantu kuda kerajaan Glee yang antusias, dan tentu saja Gracie yang telah sampai di Pitarah Purba, ikut dalam misi. Berhasilkah?
Ini bisa juga disebut petualangan ke negeri asing. Keraguan wajar. Gracie kabur, keraguan dengan keadaan yang berbeda, beranikah? Pangeran Marcus yang suka petualangan-pun juga meragu, bisakah membebaskan saudaranya? Begitu pula bagi, Gubble, sekalipun sudah ratusan tahun usianya, ia pun lantas berpihak sama kebaikan. “Kita akan sampai ke bagian Rimba Magi. Jangan memercayai siapa pun di sana, kecuali kalau kau ingin mencari rasa takut dan merinding dan sesuatu yang semakin memburuk.”
Apa yang dibayangkan Gracie, benar-benar berbeda dengan apa yang dilihatnya. Saat sampai di tempat tujuan, dan apa itu Pitarah Purba ia mendapati keraguan. Atau lebih pas, apakah ia akan mampu? Disambutlah ia, “Kamilah Pitarah Purba dan tugas kami memutar jaring kekuatan.” Yang Termuda, Yang Tertua, serta Yang Purba. Val, Elsie, Edna. Apapun itu, dirasa ketimbang tinggal sama saudarinya yang jahat. Kebaikan, ah selalu, kebaikan akan menyelimuti orang baik. “Bukankah ini waktunya hal-hal manis berubah menjadi perayaan liar?”
Buku pertama dari Penulis Inggris Vivian French yang sudah menulis novel anak berlimpah. Sejatinya cara berceritanya bagus, mengambil banyak sudut pandang, mengolah dan mengaduk nalar. Aturannya yang tak jelas dan pasti sebab kalau ada binatang bisa berpikir dan berceloteh banyak sekelas kelelawar, harusnya akan jauh lebih riuh hewan-hewan lainnya untuk setidaknya menginterupsi plot. Namun ya, balik lagi ini buku anak-anak maka kudu menempatkan diri dalamnya. Tak perlu berkerut kening panjang lebar. Fun sahaja. Ini jelas fantasi ringan dan mengalir lancar. Ini buku pertama dari seri The Five Kingdoms, dan jelas seandainya saya diberi kesempatan membaca seri berikutnya dengan senang hati saya libas. Fantasi seperti ini selalu nyaman, santauy penuh hikmah. Walau mungkin klise, yang menang adalah yang baik, yang membumi dan berbuat untuk sesama akan mendapat balasan baik pula, dst. Kisah-kisah penuh hikmah, dan kovernya keren. Salah satu yang terbaik dari Atria.
Penerbit Atria yang tak pernah mengecewakan. Ini buku keenam yang kubaca. Januari sampai Mei lima buku, sayang Juni agak padat dengan program #30HariMenulis #ReviewBuku jadinya tatanan agak kacau, Juli sempat mau kukejar, lupa. Agustus ini kembali ku-gas. Dan ini bisa mengembalikan mood, harusnya 12 buku tahun ini. Ini yang keenam di bulan kedelapan. Bisalah September nanti dua atau malah tiga sekaligus untuk menutup utang. Hidup Atria!
Jubah Tengkorak | by Vivian French | Ilustrasi Ross Colins | Diterjemahkan dari The Robe of Skulls | Copyright 2007 | Published by Walker Books Limited, London SE115HJ | Penerjemah Jia Effendie | Penyunting Nadia Luwis | Penyelaras aksara | M. Sidik Nugraha | Pewajah oso Aniza Pujiati | Penerbit Atria | Cetakan I: Maret 2014 | ISBN 978-602-14402-2-3 | Skor: 3.5/5
Untuk Sue Tersayang
Karawang, 310822 – Garasi – Hilang
Thx to Ade Buku, Bdg