
“Hasil penelitian IPB tahun 1997 membuktikan, harga cabai lebih banyak dipengaruhi oleh suplai. Bila suplai kurang maka harga langsung naik. Bahkan dengan kecanggihan komunikasi saat ini, harga cabai di pasar induk bisa berubah dalam hitungan menit, sesuai ketersediaan barang di sentra produksi.”
Mungkin kutipan yang saya pilih kurang tepat, ini tentang tanam mandiri cabai di pot rumah, bukan di lahan, tapi mengapa malah hasil penelitian yang menarik? Di akhir buku ada penjelasan keuntungan finansial, dan bisa dimanfaatkan untuk memasak di rumah. Walaupun sekadar nilai tambah di dapur, tapi hasil panen ini memang beberapa kali benar.
Buku tipis yang bermanfaat. Kubaca sekali duduk siang tadi pas istirahat kerja, langsung kelar. Sejatinya sudah beberapa kali memiliki tanaman cabai di pot depan rumah, sudah berulang kali panen pula. Secara praktek sudah, niat membeli buku adalah tahu teorinya. Dan terpenuhi, benar-benar bermanfaat. Simple, sederhana, ngena. Contoh, pemilihan bibit, dulu saya selalu mengambil biji cabai yang busuk, tidak dimasak, sehingga ketimbang dibuang, bijinya saya tabor di pot. Tumbuh, dan berbuah. Di sini dijelaskan, bibit biji cabai harus yang prima, yang bagus. Benar-benar cabai yang fresh, itupun tak sembarangan. Dipilah dengan disebar di air, yang melayang apalagi terapung, itu bibit buruk, pilih bibit yang tenggelam. Lalu pilih yang segar, tak keriput atau ngeruntel. Sederhana ya, tapi penting.
Itu baru bahas benih, benih bisa dari berbagai jenis cabai. Dari cabai besar dan kecil, cabai warna merah, kuning, hijau, cabai rawit yang pedas dahsyat, hingga cabai tak pedas jenis paprika warna hijau. Gegaya cabai besar, tapi tak ganas. Jenis ini seringnya dipakai untuk lalapan bersama daging.
Bahasan berikutnya bahas tanah. Tanah yang ideal itu yang bagaimana, pembagian dengan pupuk, air, dan tanah ada hitungannya. Komposisinya akan lebih ok bila pas. Ada pula pemilihan pot. Dari semen, tanah liat, plastis, hingga keramik. Yang utama, dan malah akan tampak eksotik jelas tabung bekas produk. Botol cat, drum bekas, gallon bekas, dll malah ok kan. Penggunaan barang bekas. Berikutnya pemilihan pupuk juga dijelaskan. Nah yang ini tak paham saya, selama ini ngasal saja, Cuma disiram dan dipetik bila ada daun kering atau rusak. Di sini disajikan berbagai jenis pupuk, beserta nominal harganya (tahun 1990-an).
Poin penting pemeliharaan, tak sembarangany juga asal petik daun menguning atau yang keriput, ada ilmunya juga. Pembagian jarak antar pohon juga kudu dijaga, bila hama menyerang, perlu disemprot, hingga bagaimana cara panen yang benar. Panen saat cabai 80-90% berwarna merah, maka jangan langsung dipetik semua. Dipilah, mana yang sudah ok mana yang masih perlu Tuhan mewarnainya. Berbagai jenis cabai juga beda masa hidupnya. Yang direkomendasikan untuk pot rumahan adalah pohon cabai rawit yang bisa bertahan hingga tiga tahun!
Sekarang tinggal prakteknya, bila sesuai hitungan, bila saya mulai saat ini menanam cabai maka bisa dipanen hingga 4-5 bulan lagi, berrati sekitar Oktober – November, mari kita coba. Kebetulan kemarin pas libur saya lempar cabai busuk ke pot, ngasal. Besok saya pilih yang sesuai buku, dan coba kita sandingkan. Tak perlu yang berlebihan, paling pakai pot bunga yang ada di depan, ditambah kaleng-kaleng bekas yang ada, hanya tata cara tanamnya sesuai buku ini.
Mau cerita, dulu setiap masa panen tetangga sering kali meminta ambil cabai di pot saya. Sejatinya kalau sekali dua kali sih ok, tapi ternyata berulang. Bahkan sudah berani ambil dulu, minta izinnya pas saya pulang kerja. Hufh…, itu padahal tanam cabai iseng saja. Makanya bagaimana kalau sudah dapat ilmunya dan benar-benar pohon cabai nantinya lebih dominan ketimbang bunga? Ya, tetap saya kasih sih kalau minta. Iseng berpahala saja.
Akhirnya, buku-buku non fiksi memang enaknya dibuat dengan fun dan sederhana gini. Apa karena temanya yang sederhana sehingga malah nyaman, atau memang pembawaannya yang pas. Ingat ini buku dibuat keroyokan, sebuah majalah terkemuka tentang tanaman, cetakan yang kubaca adalah 13, dan sudah direvisi. Makanya nyaman, dan ternyata laku, laris. Apakah di masa digital seperti ini buku sejenis ini masih laku? Yang jelas masih dibutuhkan. Ingat setiap tahun IPB meloloskan para sanjana pertanian yang membutuhkan bahan bacaan berkualitas tentang tanaman. Makanya, pembawaan yang fun dan enak perlu. Yang jadi pertanyaan, bagaimana kalau tema serius ditulis dengan fun dan nyaman juga? Perlu dicoba tuh…
Bertanam Cabai dalam Pot | Penyusun Redaksi Trubus | Foto sampul Dok. Trubus | Foto ilustrasi Dok. Trubus, Titut Wibisono, Angga Wibowo | Ilustrator Fahrul Lutfie Haikal | Penerbit Swadaya | Unggaran 1997 | Cetakan ke XIII, Jakarta 2006 (edisi revisi) | A CCXCIX/737/2000 | Bibliografi: hlm. 51 | ISBN 979-489-546-6 | Skor: 3.5/5
Karawang, 280622 – Image Dragon – Believer
Thx to Justin Secondbook, Jakarta
#30HariMenulis #ReviewBuku #28 #Juni2022