
“Inilah yang harus kita kerjakan di atas bumi ini. berdagang… tak ada yang lebih cerdik dari berdagang, tak ada pekerjaan yang lebih mulia. Itulah yang memberi kita kehidupan.”
Buku istimewa. Pasca pengumuman pemenang Nobel Sastra 2021, langsung berburu. Paradise sejatinya tersedia di platform jualan, bersaing harganya, dan sesuai prediksi akan jadi rebutan. Karena saya belum punya m-banking sehingga kalah cepat, tak butuh waktu lama ludes. Untungnya ketemu di Facebook, tersedia dalam satu paket dengn terbitan Hikmah lainnya, plus bonus Atria. Jadilah saya sukses menuntaskannya. Anehnya, sebagai buku utama incaran. Paradise malah jadi yang terakhir baca, jadi yang paling ujung diulas. Memang buku yang tak biasa, cara bercerita disajikan dengan sangat bagus. Pengelana, ah… cerita-cerita perjalanan selalu mendebarkan. Kali ini karakter utamanya sungguh tampan, sesuai namanya yang juga tampan, Yusuf. “Kijana Mizuri. Bocah tampan”
Bocah Mswahili malang dari daerah liar. Yusuf sejatinya ‘digadaikan’ orangtuanya. Kepada Paman Aziz, saudagar kaya yang terkenal eantero kota. Ayah Yusuf gagal membayar utang, dan ia dijadikan jaminan, diminta menjaga kedai di luar kota. Yusuf sendiri baru tahu kalau Paman Aziz bukan pamannya, dari teman satu perjuangan di kedai, Khalil. Bahwa dia-pun juga ‘digadai’. Maka pendewasaan, pengalaman jauh dari orangtua, bekerja melayani pembeli, hingga segala hal yang perlu ia pelajari di tanah orang. Mandiri di negeri asing. Waktulah yang menyembuhkan, Bagaimanapun rindunya pada rumah, sudah semakin berkurang seiring bertambahnya waktu.
Lantas Yusuf diajak berkelana, dengan karavan ke kota-kota lain. Dalam perjalanan itu, mereka berjualan. Jauh, sangat jauh. Dengan setting Afrika yang eksotik kita diajak melihat berbagai petualang seru. Banyak belajar. Negosiasi misalnya, ketika bersapa, saling tersenyum dan berbicara selagi masing-masing bersaing mengulur basa-basi formal sebelum mulai bicara bisnis. Itu penting.
Yusuf yang dititipkan ke keluarga orang, diminta mencipta taman. Yusuf sampai khawatir dia akan terlantar di tepian tempat antah berantah ini. Saat mentari senja menyinari mereka pada sore hari, kadang-kadang Yusuf merasa dirinya terbakar. Lalu Yusuf yang ikut dalam perjalanan mendebarkan, bertemu garong, melintas danau, hingga di sebuah desa mereka ‘dirampok’ oleh tetua dan warganya. Terdampar di tempat antah berantah. Yang selamat gara-gara konfliks dengan Jerman. Ya, negera Jerman memiliki andil kekuasaan di Afrika Timur, suara dan perintahnya ditaati.
Hingga akhirnya saat kembali, melepas rindu dengan sobatnya. Para musafir membawa serta berita dan kisah-kisah luar biasa tentang keberanian dan ketabahan selama perjalanan. Bercerita banyak, dan perubahan serta kabar apa saja yang terlewat. Kota itu terkunci dan bisu, dilintasi anjing-anjing kurus yang menghantui mimpi-mimpi Yusuf. Begitu mereka sampai di kedai, Yusuf merasakan ada pergolakan di udara, seolah-olah sesuatu telah terjadi ketika mereka pergi.
Latar belakang Paman Aziz lalu diungkap, istrinya yang sakit parah, nama nyonya adalah Zulekha. Mengagumi Yusuf, mengagumi ketampanannya. Menjadikannya senandung peringan sakit, dan segala hal yang tabu diungkap. “Tuhan pasti telah mengajarimu bernyayi, dan mengirimmu sebagai malaikat penyembuh.”
Inilah Zanzibar, surga bumi di tanah Afrika. Dengan jitu menjadi tempat pergolakan drama manusia. Yusuf yang tampan dan segala problematikanya di masa puber. Dengan kemenangan ini, sebenarnya peluang diterjemahkan buku-buku lain Abdulrazak Gurnah yang kini menetap di Inggris. Seberapa besar sih peluang kita menikmati novel Tazmania? Sangat kecil, malahan bisa jadi ini satu-satunya yang pernah kubaca. “Kalau ada firdaus di bumi, di sinilah tempatnya. Di sini, di sini, di sini.” Dan catatan tambahan, sejak Kapten March, sya memasukkan terbitan Hikmah sebagai buruan, laik koleksi, layak dinikmati.
Isu agama juga banyak disajikan. Bagaimana agama Islam yang selalu mengajarkan syukur. Dalam sebuah perdebatan di tanah asing, “Percayalah pada Tuhan,” kata sang Saudagar. “Dia telah memberimu anugerah.” Lalu dibalas dengan cemooh, “Sultan berkata dewa kejam macam apa yang tidak memperbolehkan manusia minum bir?” dan dijawab dengan bijak, “Sampaikan padanya bahwa Tuhan kita adalah tuhan yang banyak tuntutan, tapi adil.”
Bagitu juga seorang warga keturun India yang merindukan kampung halaman. Perbedaan keyakinan wajar saja terjadi. “Entah Dia menjadikan kami miskin atau kaya, atau lemah atau kuat, yang bisa kita ucapkan adalah alhmdulillah. Segala puji bagi Tuhan.
Begitu juga saat ketemu penjahat. Dengan mantab dijawab, “Karena dia orang barbar, itulah jawabannya. Dia memang seperti itu. Kita tidak bertanya pada seekor hiu atau ular kenapa binatang-binatang tersebut menyerang. Sama halnya dengan orang barbar…”
Cara penyajian kisah juga sangat bagus, puitik memikat. “Dia mengajari mereka gita puja, menceritakan kasha-kisah tentang lembah-lembah hijau yang lebat dengan buah-buahan dan kepala susu, serta hutan-hutan yang penuh jembalang dan binatang-binatang liar.”
Penggambaran tempat-tempat fantastis. “Luas wilayah yang tak dikenal itu tidak diketahui,” jelas Hussein. “Tetapi konon kudengar luasnya setara dengan lima ratus perjalanan dengan berjalan kaki. Mata Air Kehidupan berada dalam wilayah tak dikenal itu, dijaga oleh setan-setan dan ular-ular sebesar pulau.”
Senang sekali akan persahabatan Khalil dan Yusuf, saling mengisi seolah kakak-adik. Demi persahabatan dan kesetiaan mereka berbagi banyak hal. Yusuf yang polos bertanya “Mengapa dia tidak mengunjungi sang putri tiap sembilan hari saat jin itu tidak ada di sana? Bisakah kau memberitahuku?” hehe, “Karena itu takdirnya,” jawab Khalil tanpa ragu.
Siapa yang bisa menebak keanehan dunia?
Banyak hal terjadi dengan segala keanehannya. Banyak yang tak kita pahami cara dunia berjalan. Paradise menampilkan pengalaman (tak) baru, kisah pengelana, musafir dengan motif jualan sudah beberapa kali kunikmati. Setting-nya saja yang baru, mungkin mirip Heart of Darkness yang juga pengembaraan di Afrika, tapi jelas beda genre. Tema kolonialisme hanya sedikit disinggung, justru malah kental kisah Nabi Yusuf yang tampan digoda nyonya rumah yang terbesit. Atau bagiamana menafsir surga, setiap orang akan mengklaim tempat kelahirannya adalah tempat terbaik, surga bagi dirinya sendiri. Zanzibar bisa jadi eksotik, seperti Indonesia yang juga masih asri, terutama wilayah Timur. Yah, begitulah. Sah-sah saja, surga yang diletakkan di bumi, boleh kalian klaim.
Namun tetap, kembali ke agama. Kalau diperhatikan, ibadah tetap dijalankan oleh para karakter sesempit apapun waktunya. Terutama tentu Salat Jumat, maka syukur pada-Nya itu sangat penting. “… Kita terhormat karena kita memasrahkan diri pada sang Pencipta, serta memahami dan menaati kewajiban-kewajiban kita pada-Nya. Jika kau tidak bisa membaca ayat Tuhan atau menuruti hukum tuhan, kau tidak lebih baik ketimbang para penyembah batu dan pohon ini. hanya sedikit lebih baik daripada hewan.”
Novel pertama Abdulrazak Gurnah yang saya baca, dan saya sangat suka. Ditunggu terjemahan berikutnya…
Paradise | by Abdulrazak Gurnah | Diterjemahkan dari Paradise | Copyright 1994 | The New York Press, New York | Penerbit Hikmah | Penerjemah Rika Iffati Farihah | Penyelaras aksara Ifah Nurjany & Emi Kusmiati | Pewajah sampul Eja Assagaf | Penataletak elcreative26@yahoo.com | ISBN 979-114-034-0 | Cetakan I, Februari 2007 | Skor: 5/5
Teruntuk Salma Abdalla Basalama
Karawang, 070722 – Slander feat. Dylan Matthew – Love is Gone
Thx to Henry Gusta Prakosa (Buku Aja), Yogyakarta
#30HariMenulis #ReviewBuku #7 #Juni2022