
“Saya telah melakukan segalanya dengan benar sepanjang hidupku. Sudah bagus, melakukan apa yang harus dilakukan, tapi nyatanya saya tak mendapat timbal balik sepadan.” – Sandra
Seorang jenius pendiam yang perperangkap di dunia kemunafikan. Di dunia ini tak ada yang idealis, segalanya rata-rata, di tengah-tengah, harus dinegosiasikan, kudu menyesuaikan keadaan. Apapun sistem yang dipakai, kamu tak kan bisa puas, selalu akan ada rongga yang perlu ditambal, selalu akan menemukan sebuah bentuk yang lebih baik lagi dari apa yang kamu capai. Pengaruh memengaruhi dunia dan sekelilingnya. Seluruh penggambaran, apersepsi, pengamatan, konsep, dan fantasi tadi merupakan unsur-unsur pengetahuan, seorang individu yang sadar. Sandra jelas memahami ini, tapi ia juga tak bisa mensejajarkan diri akan kehidupan sekelilingnya. Menemukan banyak hal tak sesuai harap, ditambah tekanan bahwa orangtuanya kaya dan sukses, ia justru seperti jadi beban keluarga. Rasanya ia dingin, sekaligus panas.
Sandra Mets (Mari Abel) seorang doktor fisika muda, ia mendapat kejutan di puncak acara kantornya dalam pesta keberhasilan proyek penelitian, ia justru dipanggil bosnya, diberitahu bahwa diberhentikan (bahasa sopan, kamu dipecat!) karena perusahaan perlu efektifitas kelola sumber daya manusia (SDM). Berita ini mengempiskan semangat. Tanpa banyak tanya, tanpa banyak komentar ia langsung mengemasi barang-barangnya, lantas pulang meninggalkan pesta. Sempat coba dicegah bosnya, coba diminta balik ke pesta, ia geming. Sebuah pembuka yang kontradiksi dari judulnya, Sandra Kehilangan Pekerjaan. Pergi dengan gaya.
Ia adalah seorang jenius, dari langkahnya sudah menunjukkan kecerdasan yang menyingkapkan derajat intelegensia bawaan yang tinggi, otaknya encer, rekomendasi pekerjaan banyak, tawaran wawancara ada, tes kerja antri. Ia memiliki seorang anak, yang keseharian dititipkan ke ibunya. Ayahnya seorang ilmuwan sukses, secara finansial orangtuanya aman, maka selama menganggur ia meminjam uang.
Dalam tes kerja, ia dengan mudah melibasnya. Tertulis lancar, wawancara tak jauh beda. Tawaran kerja juga mengantri, tapi memang tak ada yang bisa sreg, klik dengan hatinya. Tak mudah beradaptasi, tak mudah bergaul sama rekan kerja. Saat akhirnya ia mengambil salah satunya, sebuah perusahaan start-up yang mencipta chip. Saat mendapat apresiasi, ia diajak pesta nyanyi, tapi malah dengan galak membalas tak bisa nyanyi. Dasar jenius murung. Ia juga tampak egois, walaupun setelah bermenit-menit kita tahu, Sandra-nya yang defense, tampak sombong tapi bukan sombong, rasanya ia sangat logis. Diamnya adalah misteri yang tak terpecahkan. Saat-saat di puncak kemuakan, seolah kita bisa dengar ia berteriak, “Biarkan saya sendiri dengan serdaduku, jangan ganggu, agar gengsiku terpuaskan!”
Dalam proyek yang potensial bagus, idenya dari Sandra, yang membuat file presentasi dia juga, yang memaparkan proyek ke calon investor dia juga, dan jelas bagus banget. Sayangnya, Sandra yang memang tipikal serius dan logis malah merusaknya.
Begitulah, film ini bergulir lambat dan tenang, tak ada tawa, tak ada teriakan, semua seolah dialog umum antar orang asing, formal dan apa adanya. Selain konfiks dalam pekerjaan yang monoton, ia juga bertentangan dengan ibunya yang banyak memberi nasihat, juga bapaknya yang mengajak kerjasama malah ditolak. Memang susah bergaul sama orang jenius, sampai akhirnya di titik yang tak bisa dijelaskan, ia mencoba melepas beban, dunia ini memang tak adil, tak pernah adil, dan tak akan pernah jadi adil.
Makanya sebagai manusia sosial kit harus bisa menempatkan diri, saat perlu ngumpul sama teman-teman ya santuy saja suasana, tak perlu serius. Saat meeting sama bos atau ketemu klien, baru serius. Hal-hal yang tak termaktub dalam aturan baku, manusia memenuhi etika. Saat menemukan ketidaksesuaian dengan hati, selama tak main fisik atau mencederai hati terdalam tak perlulah mencela-celanya secara destruktif. Tak banyak yang bisa kita perbuat untuk umum, kita hanya bisa mengubah dan menundukkan diri kita sendiri. Emile Durkheim, sosiolog Prancis yang terkenal, memperhatikan aspek solidaritas hubungan antara individu dalam kelompok dan dalam perkumpulan, dan membedakan mekanisme solidaritas yang menjiwai kelompok, dan organisasi solidaritas yang menjiwai perkumpulan.
Pekerjaan merupakan tumpuan tiap individu untuk bertahan hidup di kerasnya dunia. Memaksa kita untuk tetap waras, dipaksa melakukan hal-hal yang tak disukai, dipaksa melaksanakan rutinitas yang membosankan, mau tak mau mengikuti alur. Kita hidup dalam lingkaran yang menghubungkan orang satu ke orang lain, kita makhluk sosial yang saling membutuhkan.
Suka sama ending-nya. Setelah bermenit-menit murung, bermenit-menit merenung, kibasan merdeka itu terjadi. Perasaan lega atas segala-gala-gala-galanya. Mencipta sungging senyum penonton.
Sandra Gets a Job | Judul Asli Sandra saab tood | Year 2021 | Estonia | Directed by Kaupo Kruusiauk | Screenplay Kaupo Kruusiauk | Cast Mari Abel, Henrik Kalmet, Helen Klasman, Alo Korve | Skor: 4/5
Karawang, 120422 – Bruno Mars – Just The Way You Are