Menjalankan Wejangan Ray Bradbury #40

Puasa sudah seminggu, dan wejangan ini menyentuh kepala empat. So far masih semangat, walau tak setegar di awal. Perjalanan masih sangat panjang…
Hari 36

#1. Cerpen: Program Pembaca Nasib (Muhammad Aan)

Memainkan weton Jawa untuk disatukan dengan teknologi, peramal menghitungnya. Pasangan yang ragu datang, menganalisisnya. Bukan sesuatu yang baru, sudah sangat umum bagi masyarakat Jawa menghitung neptu.

#2. Esai: Numpang Parkir (Andina Dwifatma)

Tetangga dan segala aktivitasnya, termasuk parkir di depan rumahnya. Kalau sebentar, kalau pas ada hajat, kalau pas ada tamu, kalau sesekali sih tak mengapa, yang jadi masalah malah rutin dan seolah jadi pemakluman, tentu tak nyaman. Dan ini potensi konfliks, mari hormati tetangga kalian, seperti kamu menghormati hak-hakmu sendiri sebagai tetangga lainnya.

#3. Puisi: Garis (Sapardi Djoko Damono)

menyayat garis-garis hitam
atas warna keemasan; di musim apa
kita mesti berpisah tanpa
membungkukkan selamat jalan?
sewaktu cahaya tertoreh
ruang hening oleh bisik pisau; Dikau-kah
debu, bianglala itu,
kabut diriku?
dan garis-garis tajam (berulang
kembali, berulang
ditolakkan) atas latar keemasan
pertanda aku pun hamil. kau-tinggalkan

#4. Kata: Indonesia

balig: cukup umur, akil balig
Hari 37

#1. Cerpen: Sembilan yang Kedelapan (Asmi)

Anniversary penikahan yang berantakan, bukan di pesta makan malamnya, ini adalah pertemuan absurd sebab keduanya sudah sepakat pisah. Ketemu di tempat makan pertama mereka bertemu, mencoba mengakrabkan diri. Jadi bagaimana bisa dua hati yang retak itu coba didekatkan?

#2. Esai: Untaian Hikmah bab Dua Perkara (Ibnu Hajar al-‘Asqalani)

Berisi hadist-hadist pilihan tentang dunia yang fana. Dari perintah salat hingga kewajiban sedekah.

#3. Puisi: Percakapan (Sapardi Djoko Damono)

lalu ke mana lagi percakapan kita (desah jam
menggigilkan ruangan, kata-kata yang sudah
dikosongkan. Semakin hijau pohonan di luar
sehabis hujan semalaman; semakin merah
bunga-bunga ros di bawah jendela; dan kabut,
dan kabut yang selalu membuat kita lupa)
sehabis hujan, sewaktu masing-masing mencoba
mengingat-ingat nama, jam semakin putih tik-toknya

#4. Kata: Indonesia

balsam: minyak kental untuk pereda sakit kepala, masuk angin, dll; bahan pengawet mayat
Hari 38

#1. Cerpen: Tentang Berjumpa dengan Seorang Gadis yang Seratus Persen Sempurna pada Satu Pagi yang Indah di Bulan April (Haruki Murakami)

Di usia matang sepasang manusia yang pernah berjanji untuk bersama, hanya berpapasan di jalan. Padahal dulu ikrarnya mereka akan mencinta. Kriteria cocok seratus persen tak melulu fisik yang cantik atau bentuk tubuh ideal. Ini tentang ketertarikan.

#2. Esai: Kemesorotan Ummat Islam dan Upaya Pembangkitannya (Abul A’la Maududi)

Ditulis di Pakistam yang moralnya merosot, dikaji bagaimana bisa dunia Islam yang baik dan hebat itu kini ambyar. Ditarik mundur dari era penjajahan Barat, kemunafikan, hingga sistem yang salah: sekuler, nasional, demokrasi. Apalagi setelah merdeka, orang-orang dalamlah yang dilawan.

#3. Puisi: Malam Minggu (Joko Pinurbo)

Malam minggu malam para jomblo, malam para penunggu
Pengembara muda duduk gelisah di beranda / menunggu pacarnya tak kunjung tiba. / rindu yang ditabungnya sudah jadi racun; / bahayanya sudah sampai di ubun-ubun.
Ada orang linglung berjalan limbung di depan rumah / matanya bingung melihat zaman sudah berubah / mau belok ke kiri, ia gamang dan ragu / mau belok kanan, takut terjebak di gang buntu

#4. Kata: Indonesia

bujet: anggaran belanja, anggaran pemasukan dan pengeluaran uang; rencana anggaran terinci
Hari 39

#1. Cerpen: Perihal Mesin dan Peristiwa (Galeh Pranudianto)

Isinya hanya tentang sektor-sektor yang dikembangkan, lalu para robot itu membantu manusia untuk bahagia. Segalanya dihitung dan dikaji, tak ada yang meleset. Benarkah?

#2. Esai: BMW (Bomb of Millenial’s WAQD): Konsep Berwakaf ala Millenial Masa Kini (Reskia Ekasari)

Mahasiswa menjadi pengusaha? Kebanyakan gagal terkait modal, bagaimana kalau modal dari waqaf? Dengan pengandaian setiap orang menanamkan 10 ribu, nilainya sangat luar biasa, sebulan bisa 1,5 milar, setahun bisa 18 milar. Esai tentang ‘sedekah’ tampak bombastis, tak sampai untuk otak tua sepertiku.

#3. Puisi: Sepasang Lampu Baca (Sapardi Djoko Damono)

untuk Isma Sawitri
ada sepasang lampu beca bernyanyi lirih di muara gang
tengah malam sementara si abang sudah tertidur sebelum
gerimis reda
mereka harus tetap bernyanyi sebab kalau sunyi tibatiba sempurna bunga yang tadi siang tanggal dari keranda
lewat itu akan mendadak semerbak dan menyusup ke dalam
pori-pori si abang beca lalu mengalir di sela-sela darahnya
sehingga ia merasa sedang bertapa dalam sebuah gua
digoda oleh seribu bidadari yang menjemputnya ke suralaya
dan hai selamat tinggal dunia

#4. Kata: Indonesia

boling: permainan menggelindingkan bola untuk merobohkan pin
Hari 40

#1. Cerpen: Bagaimana Kita Menulis Cerita Pendek 20 Tahun dari Sekarang (Ardy Kresna Crenata)

Tahun 2018 cerpen ini dibuat, 20 tahun lalu mencipta cerpen dengan motivasi sepele dan memalukan, bagaimana dengan 20 tahun lagi? Artinya 2038, usianya sudah senja. Setiap masa ada lingkaran ketertarikannya masing-masing.

#2. Esai: Toa dan Budaya (Massa) (Mahfud Ikhwan)

Toa yang kini jadi polemik umum, dijelaskan secara runut perannya di era puncak Orde Baru tahun 1980 hingga 1990-an. Toa padahal tak melulu tentang agama, itu bisa jadi sarana untuk mengumpulkan massa. Untuk hajatan yang bisa tiga hari penuh berdentum, hanya off saat azan. Lain dulu lain sekarang memang…

#3. Puisi: Pagi (Sapardi Djoko Damono)

ketika angin pagi tiba kita seketika tak ada
di mana saja. Di mana saja bayang-bayang gema
cinta kita
yang semalam sibuk menerka-nerka
di antara meja, kursi, dan jendela? kamar
berkabut setiap saat kita berada,
jam-jam terdiam
sampai kita gaib begitu saja. ketika angin
pagi tiba tak terdengar “Di mana kita?” —
masing-masing mulai kembali berkelana
cinta yang menyusur jejak Cinta
yang pada kita tak habis-habisnya menerka

#4. Kata: Indonesia

cabai: tanaman perdu, lombok
Karawang, 090422 – Limp Bizkit – My Way