The Eyes of Tammy Faye: Keserakahan adalah Binatang yang Sangat Aneh

“Ini belum berakhir, sampai semuanya berakhir.” – Tammy Faye

Luar biasa. Riwayat hidup manusia dibuat dengan memesona, beginilah sebuah biografi seharusnya disajikan. Runut dan enak dilihat. Seorang pengabar Injil, bersama suaminya mengumpulkan banyak dana, lantas disalahgunakan, dihukum, semua haknya dilucuti. Di titik terendah, ia tetap percaya Tuhan masih bersamanya. Seperti kutipan di atas, semuanya baru berakhir kalau benar-benar sudah berakhir. Dan Jessica Chastain amat sangat layak menang Best Actress. Piala yang sudah dinanti-nantinya itu akhirnya tergapai juga.

Tammy Faye kecil (Chandler Head) dididik secara Kristen taat sejak kecil. Ibunya (Cherry Jones) adalah tim penyanyi gereja. Ia sudah tertarik terlibat dalam naungan keagamaan, ia bisa bernyanyi bagus, dan dengan ketekunan orangtua, ia berhasil meujudkan mimpinya.

Perkenalan dengan pelayan restoran Jim Baker (Andrew Garfield) saat ia bekerja di butik mencipta keserasian. Setahun setelah menikah mereka pindah kota dan mulai misi penyebaran iniil. Keduanya lantas merintis pertunjukkan talkshow PLT Club yang sukses luar biasa. Bagi mereka jadi pendakwah adalah panggilan hidup. Mereka juga mengumpulkan dana jamaah untuk digunakan sebagai dana amal. Lihat betapa mudahnya umat dengan mudah memberikan uangnya atas nama agama. Kesuksesan pengumpulan dana di awal itu memberi konsekuensi lain. Sesudahnya uang datang bagaikan gelombang pasang, meminta jamaah melipatgandakan, meminta jamaah sedekah sebanyak mungkin. Nah, di sinilah mereka terpeleset. Godaan uang besar, keserakahan adalah binatang yang sangat aneh.

Pendeta senior Jerry Falwell (Vincent D’onofrio) yang tahu banyak hal membocorkan penyalahgunaan dana amal. Seorang reporter diminta bungkam atas sebuah kasus miring Jim. Dan puncaknya, dakwaan berat menimpa suaminya sehingga memaksa masuk bui. Runtuh sudah tatanan bangun kehidupan agamis mereka.

Lantas saat sudah dititik terendah, bagaimana bisa Tammy masih bisa meyakini hal-hal esensial menyangkut kepercayaan? Bagaimana ia bangkit? Selembar foto mengatakan, kau bahagia, dan ingin orang lain menangkap momen itu. Selembar foto mengatakan, kau tampak cemerlang sehingga orang lain bisa melihat segalanya agar bisa datang dan menikmati penampilan. Tammy Faye menutup layar dengan sempurna, ditolak program acara tv tak serta merta menutup peluang lain. Selembar foto closed-up itu, ah masih ada yang membutuhkannya. Suara telepon yang bilang, dulu kamu baik dan ia berniat menggandengnya lagi, adalah suara malaikat putih. Kebaikan yang ditanamnya di masa lalu, kini bergema untuknya.

Pertama yang terlintas di pikiranku justru adalah penceramah lokal yang gemar berinvestasi dengan kedok sedekah. Yusuf Mansur berhasil menjaring uang umat bernominal besar, dilaporkan berkali-kali ke kepolisian, coba diseret atas tuduhan penyalahgunaan dana, hingga kedok investasi bodong yang terkuak. Nyatanya, ia tak pernah tinggal di jeruji besi. Entah ilmu apa yang dipakai, ia benar-benar tangguh dan selalu lolos. Entah budaya kita yang mudah memaafkan, ataukah benar-benar ia bersih? Yang jelas kehidupan Amerika yang liberal berhasil menyeret pria agamis Jim lima tahu penjara. Jim adalah orang besar dan sangat peduli dengan bagaimana ia harus dikenang. Tulisan di akhir film makin mengukuhkannya. Dosa-dosanya sudah ditebus di bui.

Kedua, saya langsung browsing Wikipedia kehidupan Tammy Faye. Ternyata ia orang besar, menulis biografinya, penyanyi dengan 16 album! Musik rejili yang mungkin saja pernah muncul dan terlintas akhir pekan di televisi tahun 1990-an di RCTI selepas acara Planet Football. Nyanyian kristiani yang pernah sesekali tak sengaja kulihat.

Ketiga tentang kehidupan glamor selebrita. Saat kamera menyorot mereka tampak tetap optimis, menyampaikan terima kasih sama orang-orang yang tetap percaya pada mereka, meminta maaf bila terjadi kesalahan, dan mencoba tetap tegak. Lalu saat kamera mati, tampaklah aslinya, berdua sedang dirundung kepanikan, kalut kesalahan yang terlanjur dilakukan, konsekuensi dihukum. Bersikap wajar adalah sesuatu yang mereka lakukan saat dalam sorotan, namun gesture dan gerakannya sama sekali tak wajar hanya sekian detik setelah off. Ya, ketakutan terbesar adalah apa yang mungkin mereka alami esok hari. Mereka tampak begitu menyesal sampai-sampai penonton merasa kasihan.

Apakah hal-hal seperti ini juga terjadi di kehidupan nyata? Apakah artis-artis yang tampak ceria dan bahagia di tv itu juga menampakkan kesedihan saat tak ada sorotan kamera? Orang-orang yang tiap hari kita tonton di layar, jugalah warga biasa yang pusing akan rutinitas.

Tammy Faye tersenyum dengan kombinasi emosional melankolis. Sesekali tertawa masam, riasannya tampak berlebihan, ia bisa memainkan suara berbeda: berat dan riang bergantian, dan setelah lama vakum benyanyi ia kembali. Terlihat gugup, dan ia mengakui. Penonton tak merespons, tetap diam seolah bertanya ‘bisa apa dia di atas panggung?’ Sebuah akhir yang manis dan pantas disampaikan. Tepuk tangan yang paling meriah untuk Jessica.

The Eyes of Tammy Faye | 2021 | USA | Directed by Michael Showalter | Screenplay Abe Sylvia | Cast Jessica Chastain, Andrew Garfield, Cherry Jones, Vincent D’onofrio, Chandler Head | Skor: 4/5

Karawang, 300322 – Image Dragon – Believer