Being the Ricardos: Pegang Teguh-teguh, Lantas Pukullah dengan Martil

“Tiap kali (kamu) bilang punya kabar baik, biasanya (kabar) baik untukmu, dan buruk untukku.”

Setelah belasan kali mencoba menuntaskan, akhirnya setelah Magrib (22.03.22) tuntas juga film dari penulis sekaligus sutradara Aaron Sorkin. Filmnya memang bukan untuk semua orang, kekuatan akting ditonjolkan, konfliks yang ditawarkan juga bukan hal besar, atau sesuatu yang bisa memengaruhi dunia, misalkan. Ini tentang aktris yang dituduh berpaham komunis. Di tahun 1950-an, segala yang berbau merah memang disingkirkan di dunia Barat yang katanya Liberal. Amerika baru memang Perang, dan sedang mencoba mencerahkan dunia, dakwah di luar begitu kencang, maka orang-orang di dalam negeri jelas kudu dibersihkan. Lucy ada di pusaran itu, tersebab sebuah kertas yang ia isi di tahun 1936, menceklis komunis. Lucu? Kalau dilihat sekarang bisa jadi, tapi di masa itu jelas tidak, ini masalah hidup dan mati, masalah keberlangsungan karier, tentang keluarga, hal-hal esensial tak bisa buat main-main.

Lucille Ball (Nicole Kidman) adalah pemain panggung yang terkenal, ini berdasar kisah nyata, jadi bayangan kalian akan lebih terasa nyata. Ia begitu digdaya, penampilannya selalu dinanti oleh banyak penggemar. Suami sekaligus lawan mainnya Desi Arnaz (Javier Bardem) berhasil mengimbangi penampilan. Jelas mereka jadi duo hebat. Desi adalah penyanyi panggung Cuban, pasangan selebrita sedang di puncak dunia.

Kita banyak disuguhi cerita di belakang layar. Apa-apa yang ditampilkan di atas panggung, yang begitu menghibur dan sangat asyik itu butuh proses panjang dan melelahkan. William (J.K. Simmons) adalah salah satu yang dekat, ia dekat dengan keluarga juga. Menjadi teman curhat, banyak masukan. Sudah benar, William adalah sahabat, dan Lucy harus tahu batasan. Harus profesional di atas panggung.

Lucy memiliki acara tersendiri, dan ia berhak memegang teguh keberhasilannya. Hingga akhirnya, kabar buruk muncul. Tuduhan bahwa ia mendukung komunis bisa menghancurkan kariernya seketika. Lantas, diciptalah naskah di atas panggung bahwa Koran keliru, dari penyelidikan FBI menyatakan ia bersih. Berhasilkah?

Ini juga tentang timbul tenggelam kehidupan. Bagaimana saat Lucy berlari 400 meter membawa sampanye ke rumah untuk memberitahu Desi bahwa ia mendapat peran utama di film The Big Street setelah Judy Garland atau Rita Hayworth gagal tampil karena berbenturan jadwal syuting. Betapa bahagianya dia nantinya bisa bermain satu frame dengan artis terkenal Henry Fonda, nyatanya hidup memang pahit. Begitu pula fakta penting, di ujung. Luar biasa. Film yang bagus memang kudu ada konfliks, makin berat makin bagus. Makin mencipta karakter utama menderita, makin mendapat tepuk tangan.

Film jua ditampilkan dengan semi biografi, menampilkan wawancara dengan tiga penulis scenario: Jess Oppenheimer, Madelyn Pug, dan Bob Carroll. Mereka menyampaikan kesan dan pendapatnya, terutama saat terlibat rekaman tahun 1953. Pola seperti ini yang membuat konsentrasi pecah, potongan-potongannya diletakkan di tengah, dan itu membuat kurang nyaman. Seolah sebuah jahitan yang tak halus saat diraba.

Akting Nicole Kidman sangat bagus, ia tampak sangat mencintai suaminya, tapi sekaligus tersirat hatinya sedingin bola salju. Kita bisa melihatnya terutama setelah beberapa scenario diungkap untuk menangkis pernyataan Koran yang bertinta merah menyala. Maka tanggapan penonton yang akan menentukan nasib berikutnya usai, tepuk tangan atau hujatan? Mendadak setelah turun panggung, sesuatu tampaknya mengguncang ingatannya. Dan sebuah pertanyaan penting diungkap. Kejutan yang bagus, menghentak, dan profesional. Menurutku ada persimpangan-persimpangan jalan dalam hidup kita ketika kita harus mengambil keputusan mahabesar. Keluarga ada di posisi pusatnya, maka ending film memberi tamparan keras, sangat keras akan komitmen. Perbuatan-perbuatanmu menentukan jenis watak watakmu, dan watak adalah milikmu yang paling penting. Ya begitulah, pegang teguh-teguh, lantas pukullah dengan martil.


Untuk Oscar, kurasa akan zonk. Kalaupun dapat, satu saja sudah bagus mengingat lawan-lawannya yang kuat. Untuk aktor rasanya berat banget. Keduanya sepertinya tumbang, peluang terbesar ada di Kidman, tapi saya belum lihat kandidat lain, tapi setidaknya ada di atas Colman. Goodluck Kidman.

Aaron Sorkin terkenal sebagai penulis scenario jempolan, film-film yang dibuatnya ternyata sama bagusnya. Mengingatkanku pada Gina S. Noer yang memulai dari jalan yang sama, dan lihatlah, film-film Gina ternyata juga berbanding lurus dengan kualitas tulisannya. Moga konsisten.

Dari Being kita benar-benar diajak memahami, segala senyum dan tawa di panggung itu dibentuk dari banyak pengrobanan. Luar biasa, harus ada yang mengarahkan, harus ada latihan rutin penuh pro kontra hingga debat panjang seharusnya penampilan ini itu. Untuk bisa seperti butuh komitmen dan perjuangan. Lucy kalau dilihat tampak keras hati. Ada minimal tiga kali ia melawan tangan yang lebih besar untuk mengarahkannya, pertama saat pemilihan Desi sebagai lawan main, pihak studio mengingin orang lain sebab ia pria keturunan, Lucy memaksa, dan karena memiliki value, merasa berlian studio, berhasil. Salut. Kedua saat pengungkapan identias dirinya, hampir semua orang-orang panggung sepakat bahwa formulir itu salah checklis. Lucy dengan gigih bilang, saya tak sebodoh itu. Apa jadinya bila penonton (dan tentunya pembaca) mengetahui, ia seorang gadis bodoh yang mengisi form saja salah. Tidak, cara pengungkapan harus cerdas, kekhawatiran mendapat cemooh wajar, siapa sih yang tak takut hal-hal esensial pribadi dihantam balik di depan publik? Dan ternyata, pilihannya terbukti tepat. Salut lagi. Ketiga, saat ia kecewa karena terminate peran bagus, ia legowo mengikuti saran bijaknya ke area Radio, lantas ia tetap melakukan komitmen bagus. Tetap melakukan sesuatu dengan all-out sekalipun hatinya kecewa. Dan lihatlah, melakukan hal-hal yang ada di depannya dengan konsisten menghasilkan tawaran lain yang lebih tinggi. Sekali lagi, salut. Manusia memang begitu idealnya, punya value, keukeh sama keputusan baik walau melawan arus, dan komit lakukan yang terbaik. Sudah mirip motivator training bak Mario Tegar belum nih?

Oh Lucy yang tetap berusaha mengendalikan perasaanya yang terlanjut karut, tapi pertunjukan tetap harus belangsung.

Being the Ricardos | 2021 | USA | Directed by Aaron Sorkin | Screenplay Aaron Sorkin | Cast Nicole Kidman, Javier Bardem, J.K. Simmons, Nina Arianda | Skor: 4/5

Karawang, 230322 – Peterpan – Topeng