“Masa lalu, masa depan, semuanya terbungkus dalam sekarang. Begitulah, kita terperangkap dalam sekarang.” Adu Jotos Lone Ranger dan Tonto di Surga, Sherman Alexie
Setelah kurekap ulang, ternyata bukan 131 tapi totalnya ada 130. Satu buku tercatat dobel, Kapten March dan The March’s Captain, jelas adalah buku yang sama. Pencapaian tertinggi sejak kucatat pembukuan baca dan ulas. Rinciannya: 2018: 110, 2019: 110, 2020: 129, dan 2021: 130. Desember tercatat 15 buku, sama dengan bulan sebelumnya. Tetap prinsipnya, dibaca santuy, dibaca nyaman. Saking nyamannya, dari 15 hanya 2 yang sudah ulas, akhir tahun memang tidak dikebut.
Ngalir saja, hidup hanya sekali.
#1. Kau Gerimis dan aku Badai by Wahyu Heriadi
Kumpulan cerpen yang aneh dan liar, bahasanya beberapa kali meliuk-liuk puitik. Namun tetap saja, cerita adalah yang utama. Keputusanku membeli buku ini karena: buku ini masuk kandidat penghargaan sastra, kedua covernya ciamik, ketiga Rusa Merah sedang ngadain diskon. Tanpa tahu tentang apa, tanpa tahu Bung Wahyu ini siapa, kunikmati 13 ceritanya dalam sekali duduk di Satu pagi yang gerimis, 03.12.21.
“Robeklah payudara, ambillah jantung saya, raihlah, rasakan denyutnya, ayolah sayang.”
#2. Rumah Mati di Siberia by Fyodor Dostoevsky
Luar biasa. Sendu. Sedih sekali, menyaksi kejadian mantan narapidana yang menuliskan kisahnya di Siberia. Keras. Sangat menyentuh, orang-orang bersalah ini berkumpul, disatukan nasib, mengarungi hari-hari dengan keraguan, apakah bisa sampai selesai masa hukumannya, atau mati di Siberia. Disampaikan melalui catatan Alexander Petrowitsj oleh sang penulis.
“Kalau karena jatuh cinta saja orang tidak akan dibaung ke Siberia ini.”
#3. The March’s Captain by Geraldine Brooks
Ini semacam sekuel tak resmi dari cerita keluarga March dalam Little Women series karya Louis May Alcott. Karena selama ini yang kita tahu hanya keluarga yang ditinggalka perang, maka Geraldine Brooks berinisiasi mencerita nasib sang ayah/suami di medan perang, menyandang sebagai pendeta tentara, kita diajak mengarungi kerasnya masa itu. Cinta dan segala hal esensi kehidupan diramu dengan sangat bagus. Bertahan hidup tentu saja di posisi tertinggi, demi keluarga yang menanti.
“Sejak dulu aku membayangkan surga mirip perpustakaan. Sekarang aku tahu bagaimana rupa tempat itu.”
#4. Jatisaba by Ramayda Akmal
Bagus. Ini adalah novel kedua Ramayda Akmal yang kubaca setelah Tango dan Sadimin yang luar biasa itu. Cerita masih berkutat dalam realita muram kehidupan kampung dengan segala problematikanya. Kali mengangkat isu pemilihan kepala desa, buruh migran, dan kenangan masa kecil yang menguar mengancam. Dedikasi akan kampung halaman bisa berbagai macam cara, tapi merenggut para pemudi untuk diangkut ke negeri seberang dengan berbagai iming-iming, dan tahu bakalan amburadul, jelas bukan dedikasi yang laik ditiru. Sayangnya, ini bukan isapan fiksi belaka.
“Kenikmatan perpisahan justru ada pada ketidakrelaan kita untuk pergi.”
5. Asal Muasal Pelukan by Candra Malik
Kumpulan puisi dengan tema beragam. Lebih banyak ke riliji, karena ini buku pertama beliau yang kubaca, baru tahu panggilan beliau Gus Can. Judulnya eksotik ya, asal pelukan. Yang kita tahu pelukan melibat minimal dua orang, saling mendekap, saling menghangatkan. Kata-katanya juga sip.
Hingga Aku: “Dan, aku mencintaimu / hingga tak mampu cemburu. // Dan, aku menyayangimu / hingga tak mampu menjauh // Dan, aku mendoakanmu / hingga tak mampu meragu // Dan, aku merindukanmu / hingga tak mampu berlalu.”
#6. Nama Saya Tawwe Kabota by Mezra E. Pellondou
Bukunya tipis sekali, dicetak mungil seperti buku saku, dan jumlah halamannya hanya seratusan. Kubaca sekali duduk pada 11.12.21 saat jadi sopir keluarga ke Mal Resinda Park, Karawang. Kutuntaskan di parkir lantai basemen. Buku pertama Mezra E. Pellondou yang kubaca, ini adalah buku keduanya setelah Loge. Terlihat beliau memiliki semangat menggebu untuk menulis cerita, patut dihargai dan dinanti. Walau buku ini terbaca biasa saja, semangat dan misinya luar biasa. Baik, kita lihat saja apakah blog ini akan mengulas buku karya beliau lainnya suatu hari nanti.
“Kehidupan telah memberiku kesempatan namun kebodohan telah merampok daging dan pikiranku sehingga memberiku impian yang terus saja merontok.”
#7. Adu Jotos Lone Ranger dan Tonton di Surga by Sherman Alexie
Cerita-cerita tak biasa di daerah observasi kaum Indian. Menggugah dan menyentuh hati. Disajikan dengan alur lambat, sering kali mengambil sudut pandang Victort, dan sungguh ini fiksi terasa nyata. Jelas ini dinukil dari kisah hidup penulis. Modifikasi pengalaman hidup seorang Indian Spokane bersinggungan dengan warga mayoritas Amerika.
“Dia tidak bisa main gitar dengan bagus tetapi dia berusaha…”
#8. Cinderella Man by Marc Cerasini
Kisah nyata petinju legendaris James J. Braddock, si Bulldog dari Bergen di tahun 1930-an. Timbul tenggelam kariernya, sebagai kepala keluarga ia wajib menghidupi anak istri, saat kena ban dari asosiasi ia kere sekere-kerenya, sampai harus berebut jadi kuli panggul di pelabuhan. Dalam satu partai sebagai underdog, yang notabene dianggap sebagai partai loncatan unggulan untuk perebutan takhta, ia malah mengejutkan semua orang, luar biasa.
“Semoga yang terbaiklah yang menang”. Itu kata-kata bukanlah soal kemenangan. Tapi, tentang menjadi tipe manusia tertentu. Tipe manusia yang menjaga harga dirinya dengan bertarung secara jujur dan menghormati aturan.
#9. The Runaway Jury by John Grisham
Untuk kesekian kalinya menikmati karya Grisham. Selalu memuaskan. Pengalaman membaca Sidney Sheldon yang berturut mengajarkanku untuk tak terlalu dekat malahapnya. Jadi novel-novel Grisham walaupun penuh di rak, akan kubaca dua tiga bulan sekali agar tak terasa membosankan. Kali ini kita diajak di ruang sidang kasus gugatan perokok tewas kepada korporat kuat perusahaan rokok. Untuk menemukan jawaban pemenang sidang, kita diajak melingkar jauh sekali sampai 600 halaman. Para juri yang dipilih dan disaring itu dipimpin oleh Nicholas Easter. Namun yang tampak di permukaan adalah wajah-wajah palsu. Kali ini Grisham kembali berhasil membuat geram pembaca.
“Satu saja anggota juri yang nakal, bisa jadi racun.”
#10. Sang Belas Kasih by Haidar Bagir
Mungkin karena jarang baca buku-buku agama, apalagi terjemahan langsung isi Al Quran, maka yang aku dapat adalah sesuatu yang fresh. Enak sekali pembahasannya. Runut dan nyaman. Jadi tahu seluk beluk kandungan di dalamnya. Selama ini baca Al Quran ya baca saja Arabnya. Sesekali baca terjemahannya, tapi sungguh sangat jarang. Bahasanya yang puitis dan bernada, tak mudah dipahami. Dan ini, per katanya dibedah. Ini adalah buku tafsir surah Al Quran pertama yang tuntas kubaca.
“La bi sya-in min ni’amika, Rabbana nakdzibu, falakal hamdu (Tidak ada sedikit pun nikmat-Mu, wahai Tuhan kami, yang kami dustakan. Hanya milik-Mu segala pujian).”
#11. Manajemen Strategik Koperasi (kolabs)
Bagi saya yang awam koperasi, dan sedang belajar tentang koperasi, buku umum seperti ini sangat bermanfaat. Dasar-dasar manajemen yang bisa dijadikan pijakan untuk mengarungi kegiatan. Kebetulan, saya ditunjuk jadi pengawas koperasi karyawan, jadi sedang mendalami teori perkoperasian. Anggota adalah puncak tertinggi pengambil keputusan, dan itu baik.
Kemampuan melaksanakan strategi lebih penting daripada kualitas strategi itu sendiri.
#12. My Grandmother asked me to tell you She’s Sorry by Frederick Backman
Tentang anak tujuh tahun yang kehilangan neneknya, meninggal karena kanker. Kita diajak menelusur kehidupan masa lalunya, wanita perkasa yang mendedikasikan hidup untuk kemanusiaan. Waktu untuk keluarga hilang, maka ia ‘membalas’ dengan waktu melimpah untuk cucunya. Kehidupan bebas, merdeka menabrak banyak aturan. Lantas dalam wasiatnya, ia meminta maaf kepada orang-orang yang dikecewa, dengan surat-surat itulah Elsa menunaikan tugas.
“Hal-hal tertentu sebaiknya dibairkan seperti itu.”
#13. My Sister’s Keeper by Jodi Picoult
Buku pertama Jodi Picoult yang kubaca. Lumayan bagus, sayang endingnya lemah. Drama sekali, khas Hollywood dengan pahlawan super menyelamatkan menit-menit akhir. Sepertiga pertama luar biasa bikin penasaran, sepertiga kedua melayang, sepertiga akhir terjatuh. Sulit memang membuat karya konsisten keren di sepanjang halaman.
“Aku penasaran bagaimana seorang anak bisa cukup berani untuk mengajukan gugatan hukum, namun juga takut menghadapi ibunya sendiri.”
#14. Penjual Bunga Bersyal Merah by Yetti A. KA
Apa yang bisa saya kupas? Ceritanya abu-abu, beberapa tampak tak wajar. Tak serta merta langsung terpahami sebab disampaikan dengan diksi tak umum. Butuh beberapa detik untuk klik tiap beberapa paragraf, walaupun tak rumit-rumit amat, tapi tetap saja intinya tak linier. Beberapa memang berlanjut, beberapa cerita sudah lepas landas. Tak perlu kerut kening memikirkan inti cerita, mengalir sahaja sebab seperti hidup ini, tak perlu pusing-pusing mau kemana, yang utama dan pertama adalah saat ini, bukan berlebih mengkhawatirkan masa depan apalagi masa lalu yang sudah dilindas kenyataan. Bahagia itu kapan? Sekarang! Sebab orang yang tidak bahagia akan padam perlahan-lahan.
“Hanya saja, karena janji itu terjadi di dalam mimpi, maka aku tidak bisa menolaknya.”
#15. Malam ini Aku Tidur di Matamu by Joko Pinurbo
Buku pertama Bung Joko Pinurbo yang kubaca. Bagus-bagus, suka sama pengandaian-pengandaiannya. Contoh, “telepon genggam mau tidur, capek. Seharian bermain monolog. Banyak peran. Konyol. Enggak nyambung.” Dalam puisi “Selamat Tidur.” Atau dalam “Serdadu”, di pembuka ada bait, “Ketika kau tidur, ada seorang serdadu; duduk-duduk di atas tubuhmu, merokok, main gitar, dan dengan suara sumbang menyanyikan lagu selamat malam.” Dst.. ciamik.
Karawang, 290121 – Ernest Ol’h Trio – Night Dialogue