
“… di mana dia bahagia saat di bumi…”
Bagaimana Charlie and the Chocolate Factory ditulis? Dengan dukacita dan problematika keluarga. Ini tentang Roald Dahl, penulis cerita anak favorit sepanjang masa. Kehidupan sang maestro yang timbul tenggelam dalam keluarga bersama istrinya artis Patricia Neal, dan ketiga anaknya. Penulis juga manusia, hal-hal yang kita keluhkan juga ia keluhkan, rasa sakit akan kehilangan orang tercinta memicu banyak hal berikutnya. Keunikan proses dalam mencipta karya menjadi gambaran bagus dalam sinema, menulis dengan banyak pensil bersama rautan otomatis, duduk di kursi malas, di rumah khusus terpisah di area kebun, bersama teman khayal. Dunia literature diambil dari sudut pandang yang sungguh manusiawi. Menulis bisa sesederhana itu. Apakah kau mendengar suara-suara lain di kepalamu?
Kisahnya dibuka dengan rutinitas Roald Dahl (Hugh Bonneville) membacakan cerita kepada anak-anak di kelas. Bersapa dengan rekan dan salah satu peserta Gus, lantas masuk artis Patricia Neal (Keeley Hawes) yang lucunya ajak taruhan sama rekannya, siapa yang berhasil mengajak kencan, dengan santai dan pede tentu saja menyanggupi, lha wong itu istrinya. Gus dengan senang hati menerima uang limpahan.
Putra-putri mereka memiliki keunikannya tersendiri. Si Sulung Olivia (Darcey Ewart) yang suka berinteraksi dengan binatang dan memelihara berbagai jenis burung serta anjing kesayangan. Tessa (Isabella Johnsson) suka berkhayal, memiliki boneka Matilda dan sandiwara, suka ngumpet saat ayahnya datang dan mengagetkan, mendramatisir keadaan (jadi ingat Hermione yang suka ngumpet saat aku pulang kerja). Dan si bungsu Theo yang masih balita. Olivia bercerita pada ayahnya, ada sebuah pagar tinggi dengan lubang yang saat dibuka, menariknya dalam fantasi. Memunculkan berbagai burung, dan sinar khayal indah. Ia suka es krim dan coklat.
Suatu hari Olivia jatuh sakit, dibawa ke rumah sakit, diagnosa radang otak akibat campak. Sayang tidak tertolong, saat itu vaksin campak belum ditemukan. Kematian ini memberi banyak efek. Roald semakin murung, Patricia juga larut dalam dukacita. Karena mereka pasangan artis, banyak simpati mengalir. Dari tukang pos, tetangga, sampai sutradara yang datang untuk menawari peran. Peran itu akhirnya diambil, tapi memicu perdebatan dengan suaminya. Mau sampai kapan kamu larut dalam kesedihan? Keputusan ini malah mencipta ruang di antara mereka.
Oiya, saat berdua ke pemuka agama dan berdiskusi tentang kehidupan setelah kematian, Roald sempat marah sebab di surga tidak ada binatang, sementara Olivia sangat suka binatang. Rasanya tak mungkin surga seperti itu, memisahkan hal-hal yang disukai dengan individunya, tapi sang pendeta malah ngotot, itulah yang digambarkan, bukan aku yang buat panduan. Hiks, kaku amat bos.
Sementara Patricia Neal menerima peran untuk naskah film Hud sejumlah 20 halaman, Roald larut dalam kesedihan di kamar menulisnya, berdiskusi dengan teman khayal, dan makin hari makin mabuk diterkam alkohol. Ia terdiam dan terduduk takzim. Menantikan suasana hening. Jangan lakukan apa pun untuk mencari keheningan. Keheningan itu akan datang dengan sendirinya. Inspirasi menyelingkupi. Kemarahan dan rasa putus asa menggelegak dalam dirinya. Dukacita ini membuatnya gemetar dalam pelukan orang terkasih, seakan ia berdiri di pegunungan dengan tebing yang ia pijak mulai longsor. Sedih, sedih sekali.
Sejarah mencatat Patricia mendapat nominasi Oscar tahun 1964 untuk peran artis terbaik, apakah ia memenangkannya? Silakan dilihat. Sejarah mencatat buku Charlie and The Chocolate, Matilda, The BFG, dll menjadi buku anak paling disukai, beruntung kita bisa menyaksikan kisah dibalik proses kreatifnya. Suka banget adegan saat Neal membaca draf novel, dan Roald menanti penilaian bersama Tessa. Ada sesuatu yang ingin kutunjukkan padamu, dan sekaranglah saatnya. Dan hasilnya, luapan kegembiraan. Puas dan lemas. Lantas, bagaimana cara sejatinya mengubah dukacita menjadi harapan hari esok masih ada yang harus diperbaiki?
Langkah mereka menjadi duta vaksin campak yang aktif sungguh sangat mulia. Bahkan tahun 1988 ia menulis pamflet betapa virus campak adalah penyakit yang berbahaya.
Olivia Twenty Dahl, novel James and The Giant Peach dan The BFG didedikasikan untuknya. Nama ini diambil dari tokoh novel William Shakespeare berjudul Twelfth Night, sedang Twenty adalah tanggal lahirnya dan fakta bahwa di dompetnya ada 20 dollar saat di rumah sakit pas kelahiran. Olivia meninggal dunia saat berusia tujuh tahun. Sang anak perlambang takdir.
Keputusan menghapus adegan ciuman di halte bus dengan Paul Newman (Sam Heughan) sendiri tampak bijaksana. Artis tak hanya menerima naskah dan mengikutinya, tapi memiliki peran penting dalam pengembangan. Sempat kaget juga setelah ciuman dengan aktor lalu mencium suaminya, terasa absurd, tapi memang itukan risiko artis dengan totalitasnya. Makanya profesi pemain film sungguh butuh komitmen tinggi, terutama tentang hubungan interpersonal.
Banyak sekali film dibuat menampilkan dukacita sebagai trigger-nya. To Olivia mungkin hanya salah satunya yang tak akan diingat banyak orang. Namun bagiku sebagai fans berat Roald Dahl, film ini sungguh personal. Mungkin rasa touching-nya kurang meluap, tetap saja ini tentang kesedihan kehilangan anak, aku juga pernah mengalaminya. Dan To Olivia cukup mewakili. Kalian harus turut serta menyaksi, bagaimana harus bangkit, bagaimana novel-novel favorit dicipta.
To Olivia | Year 2021 | England | Directed by John Hay | Screenplay John Hay, David Logan | Based on novel Stephen Micahel Shearer | Cast Hugh Bonneville, Bobby O’Neill, Eve Prenelle, Keeley Hawes, Darcey Ewart | Skor: 4/5
Karawang, 181121 – Michael Franks – Watching The Snow