Tentara juga Manusia


The Thing They Carried by Tim O’Brien

“Sambil berpikir sudah selesai, aku pergi! – mereka telanjang, ringan dan bebas – perasaan tanpa beban, bersinar, melesat, dan melayang, ringan seperti cahaya, taka da yang perlu dipikirkan, kelegaan di paru-paru mereka seiring perjalanan mereka mewati awan dan meninggalkan perang…”

Keren sekali. Ini seperti memoar, tapi ternyata ini kisah fiksi. Sang penulis memang pernah terjun ke medan laga di Vietnam. Bubuk mesiu tampak sangat nyata, aroma perang yang ditampilkan tercium sangat kuat. Pengalaman-pengalamannya jelas terpampang jelas. Detailnya mengagumkan. Tim O’Brien jelas berhasil memberi kita gambaran kejam perang, ditampilkan dengan sangat bagus. Danau Tak Berbatas-ku baru baca bab pertama lalu dicuri di Masjid Al-Jihad tahun 2011, dan buku inilah yang akhirnya menjadi buku Tim pertama yang kuselesaikan baca.

Mengisahkan dengan pilu hal-hal yang terjadi di perang Vietnam dan efek setelahnya. Melawan tuan rumah VC (Viet Cong), sebutan untuk komunis Vietnam. Judulnya sendiri memiliki arti barang-barang yang dibawa selama di sana. Dari panci, senjata, tas-tas berisi segala keperluan. Sungguh berat, topinya saja sudah sungguh syahdu beberapa kilo. Termasuk dengan ketakjuban yang tak terucap tentang dahsyatnya kekuatan barang bawaan mereka. “Mari kuceritakan padamu tentang kenyataan.”

Rekan-rekannya unik, ada yang suka bercerita. Rat Kiley sedang membumbui ceritanya dengan rincian tambahan. Cerita berguna untuk keabadian, ketika ingatan sudah terhapus, ketika tak ada lagi yang bisa diingat, kecuali cerita itu sendiri. Ie terus menceritakan kembali petualangannya sambil menambahkan sedikit hal yang tak pernah terjadi.

Letnan Cross bisa melihat mata keabuan Martha yang menatap balik dirinya. Sang pemimpin yang suka memandang foto gadis di kota asal. Dikira pacar, tapi tidak. Setiap kali menatap foto itu, ia terus memikirkan hal apa saja yang seharusnya ia lakukan dulu. Seolah memang muncul opsi, andai dulu gini, andai dulu gitu. “Martha adalah seorang penyair, dengan perasaan seorang penyair. Kakinya pastilah cokelat dan telanjang, kuku kakinya tanpa cat kuku, matanya dingin dan khidmat seperti lautan di bulan Maret, dan walaupun menyakitkan, ia bertanya dalam hati, siapa yang sedang bersama Martha siang itu.” Dalam mencerita Martha, Letnan Cross berlebihan dan sok puitik. Ia merasa lumpuh, ia ingin tidur dalam paru-paru Martha, bernapas dalam darah Martha, dan menyatu dalam diri Martha. Ia mengharapkan Martha seorang perawan sekaligus bukan perawan. Ia hanya seorang anak muda yang berada dalam perang dan sedang jatuh cinta.

Jika tidak sedang bergerak, berarti kami sedang menunggu. Perang terasa amat sangat membosankan. Tapi, itu jenis kebosanan yang aneh. perasaan bosan yang tidak biasa, jenis yang bisa menimbulkan gangguan pencernaan. Lalu lintas ingatan itu masuk ke dalam bundaran di kepala kita, lalu berputar-putar sesaat dan lama kemudian, imajinasi pun mulai bekerja menyatukan lalu lintas ingatan itu dan mengarahkannya ke ribuan jalan yang berbeda.

Selama lebih dari dua puluh tahun, aku terus dibebani ingatan ini, merasakan malu, sambil mencoba melupakannya. Jadi mengingatnya kembali dan menuliskan semua faktanya di atas kertas, aku berharap dapat mengurangi paling tidak sebagian dari tekanan itu terhadap mimpiku.

Aku ingat suara di kepalaku. Itu bukan suaraku yang sedang berpikir, melainkan hanya raungan dalam kesunyian. Jutaan hal muncul dalam sekejap – aku terlalu baik sehingga tidak sepantasnya ikut terlibat dalam perang ini, terlalu pintar, terlalu berbelas kasihan dan terlalu-terlalu lainnya.

Kota asalku adalah kota kecil yang konservatif di padang rumput sebuah tempat yang menjunjung tinggi tradisi. Emosiku beralih dari amarah menjadi ketakutan, lalu kebingungan, kemudian rasa bersalah dan kesedihan, lalu kembali lagi menjadi amarah. Aku merasa ada penyakit dalam diriku, penyakit betulan.

Sulit untuk membedakan antara hal yang besar terjadi dan hal yang sepertinya terjadi. Karena ada kisah tertentu yang takkan pernah bisa kita ceritakan. Semua menakjubkan, memenuhi mata kita, menuntut perhatian kita. Walaupun agak ganjil, kita takkan pernah lebih hidup daripada saat kita paling dekat dengan kematian.

Setelah menceritakan kisah yang rumit, kau tak boleh bilang bahwa kau tak tahu akhirnya. Maksudku kau punya kewajiban menyelesaikannya. Setelah itu keadaan takkan pernah kembali lagi seperti semula. Yang berbeda hanya tarafnya. Kisahnya tak berakhir di situ. Benda yang memberinya jalan masuk ke dunia spiritual, tempat segalanya serba halus dan intim.

Bercerita tampaknya telah menjadi proses yang alamiah dan tak terhindarkan, mirip seperti berdehem untuk melegakan tenggorokan. Sebagian untuk melepas emosi, sebagian lagi untuk mencengkeram kerah orang dan menjelaskan dengan tepat apa yang telah terjadi.

Buku ini kubaca pada hari Jumat, 27.08.21 sampai 29.08.21 sore di Minggu yang cerah. Untuk buku tema yang disampaikan rada berat dan selesai tiga hari, sebuah pencapaian tersendiri. Biasanya kalau icip bab-bab awal kurang OK, bakalan ketunda, khusus untuk buku ini luar biasa, gaaas terus saking kerennya. Tim sendiri sudah dikenal sebagai penulis oleh rekan-rekannya. Maka ada yang berpesan, “Para penulis seperti dirimu, kalian punya ingatan yang kuat.”

Tim O’Brien adalah penulis penerima Nasional Book Award untuk karya fiksi, Going After Cacciato tahun 1979. Cerpen The Things They Carried menang National Magazine Award. Lahir di Wortington, Minnesota. Pernah bertugas ke Vietnam sebagai tentara infanteri tahun 1969 – 1970. Ia bekerja sebagai wartawan peliput berita di harian Washington Post.

Dengan berkisah, aku membuat pengalamanku menjadi lebih objektif. Aku bisa mencuri jiwanya dengan bercerita. Dengan cerita, mukjizat bisa terjadi. Hidup manusia adalah satu kesatuan, seperti sepatu seluncur yang meninggalkan bekas melingkar di atas es, seorang anak kecil, seorang sersan infanteri berusia dua puluh tiga tahun. Perang, bagaimanapun kesalahan. “Ini bukan kesalahan seseorang, ini kesalahan semua orang.”

The Thing They Carried | by Tim O’Brien | Copyright 1990 | Diterjemahkan The Thing They Carried | Penerjemah Hendrayatna | Penyunting Sofia Mansoor | Pewajah isi Fadly Suhendra | Penerbit Serambi Ilmu Semesta | Cetakan I: Agustus 2006 | ISBN 979-16-0136-4 | Skor: 5/5

Karawang, 101121 – VoB – Michael Franks – Songbird

Thx to Ade Buku, Bandung