Night Teeth: Satu Malam bersama Vampire Cantek

“Apa kau lakukan aksi Kill Bill ini tiap malam?”

Vampir di era sekarang, cantek-cantek nan anggun. Keputusan memilih, asal klik. Aku tak tahu ini film tentang makhluk itu, sama dengan kekagetan Benny. Memposisikan diri awam saat film dimulai lebih asyik, sebab daya letupnya lebih terasa, kalau ada. Gigi Malam memang banyak hal janggal disajikan, duo vampire cantek mendapat tugas membunuh bos vampire, disopiri oleh manusia biasa, masih hijau dunia malam, lantas rute itu menjelma darah di mana-mana. Kalian masih bisa nyaman menyaksi hingga menit akhir, walau kekerasan melimpah, walau plotnya lemah, sebab terlihat asyik menyaksi kebingungan sang tokoh utama yang berbanding terbalik sama keyakinan duo seksi. Ya, harus diakui, keraguan, ketakutan, hingga hal-hal remeh di bidang gesture tak ditata dengan bagus. Intinya memang hura-hura, menikmati malam aneh sampai subuh menjelang. Satu malam mengubah segalanyasegalanya.

Kisahnya tentang Benny (Jorge Lendeborg Jr.) yang menggantikan kakaknya Jay (Raul Castillo) menjadi sopir panggilan. Mobilnya bagus, dan karena ini tugas sementara, sekaligus debut melayani penumpang, menjadi terasa istimewa, dibarengi deg-degan takut mencipta lecet atau sekadar bau rokok di kursi penumpang. Tak sangka costumer-nya cantek-cantek. Lebih tak disangka lagi, mereka vampire. Tak bisa diperkira pula, salah satunya jatuh hati. Malam ini sungguh akan sangat panjang. “Malam yang berat?”
Zoe (Lucy Fry) dan Blaire (Debby Rian yang canteknya bikin betah dipandang) memiliki misi membunuh para musuh utama yang juga vampire, tugas dari bos Victor (Alfie Allen) ini terdengar bombastis dengan kata-kata, ‘kita akan menguasai dunia’, ‘dunia akan jadi milik kita’; dst. Kata-kata penjahat kelas teri zaman dulu. Misinya berurut, dan sebagai pembuka kita disuguhi bonus, tampak seru sebab bonus itu adalah Megan Fox! Wooow lama sekali tak lihat film yang melibatkannya Cuk. Ke mana saja Neng.

Secara bersamaan duo ini diburu oleh pemburu vampire. Bak perang antar genk, aksi tembak dengan panah, letusan pistol, tusuk sana-sini, hingga gigit-menggigit menghisap darah terjadi. Demi kejayaan bos Victor, misi harus tuntas sebelum matahari muncul. Identitas Benny sendiri baru diberitahukan kepada duo cantek melalui pengakuan datar dan terprediksi, ia hanya sopir pengganti. Saat tahu posisinya sulit terjepit, ia mencoba kabur, tapi dengan gerak kilat dihalangi. Tugas nyopir harus sampai tuntas.

Jay justru juga jadi sasaran target, maka Benny tak lekas dibunuh, semacam dijadikan umpan. Jay menawarkan diri asal nenek dan Benny dilepas, oh tak begitu aturan mainnya. Semua akan diratakan. Tembak dengan cepat ke jidat, dor! Vampire tak tewas. Luar biasa bos. Lubang tembak bisa menutup dengan cepat, pulih seketika. Siapa tuh Wolverine?

Apesnya tumbuh benih cinta. Blaire dan Benny secara kilat berciuman di depan antrian bar di depan teman-teman Benny hanya untuk memukau. Cool! Pamer betapa ia tak sekadar pembantu. Nantinya jadi eksekusi akhir yang imut, “Butuh tumpangan?” Saat duo cantek sementara diamankan di rumah, ada neneknya. Sebagai anak baik-baik nan polos, ia diansehati nenek agar lebih menjaga diri. Romansa kekasih akhirnya ditabur, Blaire bersimpati akan usaha menelurkan karya musik. Ahhh… cinta vampire-manusia itu diikat membelit leher-leher orang teraniaya.
Misi terakhir bertemu target utama Rocko, selangkah lagi yang malah berakhir dengan bencana, tapi kita takkan bisa lupa begitu saja adegan di kolam renang itu, “Apakah kau akan membunuhku?” Lantas terjadilah hal-hal yang memang seharusnya terjadi. Sebelum matahari terbit, akankah semua masalah ini berhasil dituntaskan? Atau malah kacau balau…

Dalam eksekusi akhir, kita bisa menatap adegan khas dramatisasi Hollywood. Terbentuk dalam gerak lambat, sedikit demi sedikit, dunia akan mulai kembali lagi seperti biasa – dari keheningan penuh, lalu tiupan angin, kemudian sinar matahari, selanjutnya suara, suara sesenggyukan dengan taring menancap sebagai keputusan berat, menyelamatkan sekaligus menjerumuskan. Lantas layar ditutup. Sederhana dan sangat umum. Walaupun agak ganjil, kita takkan pernah lebih hidup daripada saat kita paling dekat dengan kematian.

Ya benar, komentar Bung Hasan (BM) bahwa film vampire jelek, boring, bodoh. Plot yang bodoh dengan mengirim cewek-cewek untuk membunuh bos vampire. Benar juga kata Harris, film ga jelas. Aku hampir sepakat sama keluh kesah teman-teman saat menit menyentuh hampir sejam, tapi… aku ada tapinya. Menempatkan cerita vampire menuntaskan misi membunuh saja sudah terdengar biasa/umum, karena pernah ada pertarungan vampire dalam misi mempertahankan klan versus werewolf berakhir dengan review hujatan. Maka ini hampir terjatuh pula, maka harapanku kutenggelamkan ke sisi paling bawah. Menjalani menit-menit dengan fun, menikmati kilatan tembak bak sinar laser dengan senyum, nyaman-nyaman saja saat melihat vampire ini minum darah dari gelas hasil ternak manusia. Sinar mentari yang merusak tubuh vampire dalam balutan kengerian perak-orange-mengasap, enjoy saja walau sedikit terdistorsi. Bahkan nyaris berteriak suka saat ciuman sejoli itu, ya ampun Benny mendapatkan apa yang memang patut diperjuang, yah kembali lagi, akhir yang rada merusak di maskar Victor. Akhir bahagia untuk para jagoan seolah ini film romansa bukan film aksi. Coba andai rumah itu meledak dan menbunuh semua orang yang berdebat, atau Blaire sekarat lantas menghisap membunuh Benny, atau lebih panas; Zoe ternyata memiliki misi terselubung di akhir membantai semua rekannya demi ada di posisi puncak jabatan vampire. Mengandai saja…

Benny hanya seorang anak muda yang berada dalam perang klan dan sedang jatuh cinta. Sesederhana itu. Kisah vampire yang sesungguhnya tak pernah punya pesan moral. Jika sebuah kisah vampire sepertinya punya pesan moral, jangan memercayainya. Ini khayali, dan hura-hura di hari Helloween, dan tentu saja sekadar fun. Jangan libatkan hati, segalanya terdistorsi lalu lupakan. Benny bagaimanapun bahagia, Jay bagaimanapun bahagia, Blaire? Apalagi… tak ada pesan moral, tak ada kaidah filsafat. Gigi Malam mencipta darah dari gigitannya di leher manusia, dan itu tak lebih dari hiburan. Namun kalau ada sekuel dengan lead character Debby Rian, tetap aku tonton sih… senyumnya menawan.

Night Teeth | Year 2021 | USA | Directed by Adam Randall | Screenplay Brent Dillon | Cast Jorge Lendeborf Jr., Debby Rian, Lucy Fry, Raul Castillo, Megan Fox, Alfie Allen | Skor: 3/5

Karawang, 041121 – Backstreet Boys – As Long As You Love Me