Annette: Bosan sampai Mampus


“We love each other so much.”

Judul eksotik, poster menawan, stempel Cannes seolah menjamin kualitas. Padahal, ini film buruk yang menghantui. Membuat film musikal yang menarik memang sangat sulit. Sulit sekali. Menyisipkan nyanyian dalam plot terdengar rumit, harus benar-benar bisa pas dalam tunning segmennya. Aku baru tahu ini film nyanyian, saat beberapa menit berjalan. Sudah banyak review buruk, dan saat di tengah film aku merasakan apa yang banyak teman (Bank Movie) rasakan, kebosanan akut, mumet ndahe. Kesalahanku adalah memaksakan, dan di dunia ini kata ‘nyaman’ ada di urutan tinggi. Kalau tak nyaman, bijaknya memang ditinggalkan. Ini adalah opera film, ya ampuuun… bisa bertahan hingga garis finish aja sudah sebuah prestasi.

Kisahnya tentang komedian stand up Henry (Adam Driver) yang memiliki banyak fans, dibuka dengan nyanyian ia berpamitan naik motor besar dengan kamera berkedip seolah tak berkesudahan. Ia mengumumkan pertunangan dengan penyanyi sopran terkenal Ann (Marion Cotillard). Media mengulas betapa pasangan sempurna, keduanya adalah selebritas terkenal yang menyita perhatian publik. Pernikahan ini menghasilkan Annette (digambarkan dengan boneka puppet). Kehidupan tampak sempurna.

Karier yang menanjak mencipta kesibukan, dan keluarga menjadi pertaruhan, Popularitas Ann melampaui suaminya yang mencipta kesenjangan. Saat Ann sedang kerja, Annette diasuh oleh bapaknya, dan hal-hal salah lantas bermunculan. Penampilan Henry di panggung sendiri tampak memikat, penonton terhanyut dalam lelucon (walau tentu saja penonton film ini tak tertawa), turut andil pula dalam panggung dengan interaksi berlebih. Bayangkan, lelucon dibuat untuk pemain-pemain film figuran, bukan untuk kita. Pasar film yang aneh, menyiksa penonton film yang asli.

Dalam perjalanan berlibur dengan kapal pesiar, terjadilah tragedi. Badai yang membahana mencipta kematian, Ann dibunuh/tenggelam mati akibat bencana? Yang jelas malam itu kepedihan menghampiri, keluarga ini mendadak remuk redam. Spekulasi bemunculan, Henry diinterogasi, walau putusan ia tak bersalah, ada hantu kekalutan dalam pikiran. Bayangkan, para polisi ini bernyanyi saat harusnya serius mencatat data wawancara kasus. Ampun deh!

Kematian Ann, otomatis membuat lubang finansial sehingga mendorong Annette naik panggung. Dan secara instan mencipta hit, bayi ini menjadi selebriti dengan ketenaran luar biasa. Eksplorasi anak mencapai batas tertinggi. Suaranya, suara ibunya, nyanyiannya nyanyian ibunya; kepedihan yang menyayat. Lantas, kenyataan diungkap, hal-hal yang tak tampak itu membuat Henry harus menjalani hukuman. Hingar bingar, lantas senyap. Dan kelegaan penonton akhirnya tercapai. Usai sudah siksaan ini.

Benar-benar film yang menyiksa, kutonton empat kali percobaan. Seharusnya memang sudah cukup, tutup saat tahu ini musikal (buruk). Awali nyanyi-nyayi, naik motor, habis itu close. Itu percobaan pertama, dan kesalahannya berulang (Lee bilang TGK tahan 30 menit crooot, Annette 20 menit doang). Dalih usaha menuntaskan menjerumus pada kemualan. Bah! Untung percobaan keempat sambil setrika, jadi tak terlalu rugi sebab menghasilkan setumpuk baju rapi. Lagu-lagunya juga tak mudah nyantol, bikin kerut kening berlarut, liriknya turut boring bersama menit yang berlalu. Entah mengapa, kombinasi memualkan dan menyebalkan dan benar-benar marai misuh ini membuat penonton memberi standing aplaus. Akunya yang tak bisa ‘masuk’ dunia Annette atau penonton Cannes yang liar dan sepakat di akhir kisah memberi tepuk tangan? Jelas, ini jenis film segmen, tak banyak orang akan bisa menikmati. Sebagai penikmat film umum, aku bosan sampai mampus.

Apa yang mau dipermasalahkan, pasangan selebritis yang melimpah ruah hartanya. Bernyayi bisa lebih pas untuk menghibur diri yang gundah, ini nyanyian puja puji dua orang kaya raya. Komedian tak lucu, beberapa kali adegan tak senonoh yang tak terlalu penting dalam pengembangan karakter, rutinitas biasa yang dinyayikan dengan over adalah ide buruk. Berjalan, menyupir, memanggil nama, tampil di panggung, berdebat di meja, bahkan bercinta! Dilagukan dengan muak melimpah; bahkan boneka-nya malah terlihat seram, alih-alih imut. Tahapan-tahapan hujat akan bisa sangat panjang bila mau diketik, tapi buat apa? Intinya Annette adalah kegagalan. Bagi yang tulus menilai ini film brilian, aku ucapkan selamat. Kamu aneh! Bosan sampai mampus.

Seusai nonton, rasanya mual-mual butuh penetralisir. Film Bad Sister dengan plot sederhana tapi fun, malah tampak menarik setelah hampir dua jam terkantung nyanyian antah surantah. Sedikit film musikal bagus bagiku, salah satunya tentu Petualangan Sherina. Lagunya masuk ke dalam cerita, saling silang mendukung. Imut dan ceritanya bagus pula. Mendidik serta asyik ditonton semua umur, benar-benar hiburan sejati. Annette adalah lawan dari semua itu. Bosan sampai mampus.

Jika kalian bisa bertahan hingga film selesai (aku contohnya) berarti kalian berhasil menghadapi cobaan melawan bosan. Ya, film terasa amat sangat membosankan. Tapi, itu jenis kebosanan yang aneh. Perasaan bosan yang mual, jenis yang bisa menimbulkan gangguan pencernaan. Kita bisa merasakan kebosanan menetes dalam tubuh kita bagaikan keran bocor, hanya saja yang menetes bukan air, tapi sesuatu yang seperti suara biola rusak yang terpaksa terus digesek, dan kita merasakan setiap tetesnya (bisa) merusak organ penting dalam tubuh. Bosan sampai mampus.

Itu adalah kisah tentang cinta dan kemualan. Kemualan sampai mampus.

Annette | Year 2021 | French | Directed by Leos Carax | Screenplay Ron Mael, Russell Mael, Leos Carax | Cast Adam Driver, Marion Cotillard, Simon Helberg | Skor: 2/5

Karawang, 031121 – Michael Franks – Songbird