A Golden Web

A Golden Web by Barbara Quick

“Aristoteles, simpanlah kekuatanmu, Cintaku. Meskipun aku sangat mengagumimu, Aristoteles keliru dalam banyak hal… dia berkata, ‘Keberanian seorang laki-laki tampak dalam caranya memerintah, dan keberanian seorang perempuan tampak dalam mematuhi.’”

===catatan ini mengandung spoilert===

Terbitan Atria lagi, ini adalah salah satu penerbit favorit. Semua bukunya coba kulahap. Alasan membelinya ya hanya ini, aku tak tahu siapa Barbara, apa arti A Golden Web, atau kalimat di sub judul. Peganganku hanya Atria, dan terbukti bagus. Sayang sekali penerbit turunan Serambi ini sudah tutup buku. Aku dalam masa pengumpulan buku-bukunya buat koleksi. Dunianya adalah tempat yang terang dan berkilauan, begitu penuh dengan keajaiban sehingga dia tidak pernah ingin memejamkan mata darinya.

Kisahnya tentang Alessandra Giliani dari Persiceto, Italia, perempuan pertama ahli anatomi. Ia terlahir di abad 14, di mana perbedaan gender masih sangat kental. Terlahir perempuan, tak bisa menempuh pendidikan tinggi, menikah di usia yang sungguh belia, haid pertama berarti masa untuk mencarikan pasangan hidup, perang terjadi di berbagai tempat, para penyihir dibakar hidup-hidup, dan dunia medis masih sangat kuno. Di masa itulah cerita buku berkutat. “Ini artinya semacam ‘Hal-hal itu disebut ambigu’, ketika meskipun mereka bernama sama, mereka memiliki arti yang berbeda.”

Alessandra terlahir dari keluarga berada, ayahnya adalah pedagang barang-barang yang sering melintas antar kota, salah satunya adalah pasokan buku. Ia memiliki tiga saudara, si sulung Nico, nomor dua dia, ketiga perempuan juga Pierina dan bungsu Dodo. Kelahiran anak keempat mengakibatkan kematian ibu, jadi mereka dibesarkan dalam keadaan piatu.

Ayah mereka Carlo menikah lagi dengan Ursulas, sang ibu tiri inilah yang mengatur banyak hal. Termasuk percarian calon suami, mendandaninya dengan layak, dank arena peraturan yang ketat, mereka begotu benci. Terlihat Alessandra begitu cerdas. Pandai membaca, berhitung, mengamati banyak hal. “Kebaikan tidak ada hubungannya dengan hal itu. Aku hanya tidak berhasrat untuk menjadi bahan bakar suatu api unggun besar di lapangan.”

Pernah ada kasus, seorang pendeta tua Fra Giuseppe, gurunya terbujur yang dikira saudaranya, ia sudah meninggal dunia. “Sungguh sial, harus mati tanpa ada kesempatan berdamai dengan Tuhan!” Sama Alessandra, ditolong cepat, ada daging tersangkut ditenggokan, gegas ditarik tubuhnya, dipukul punggungnya, dan ta-daa… pendeta bangkit dari kematian. Atau kejadian saat mereka belajar berkuda, dengan cepat berhasil berderap. Perempaun kutu buku yang mengagumkan. Kakaknya sampai takjub. Banyak hal yang disebut masyarakat luas sebagai keajaiban hanyalah sebagain kecil dari hasil pemikiran akal sehat seseorang yang gemar mengamati segala hal.

Alessandra memiliki seluruh kapasitas yang dibutuhkan untuk menguasai tujuh seni liberal: tata bahasa, logika, retorika, aritmatika, goemetri, musik, atau bahkan astronomi. Singkatnya ia istimewa, berotak cemerlang, maka saat usia 13 tahun akan dinikahkan, ia menolak, ia ingin belajar lebih. Kecintaan kepada literature dan ilmu pengetahuan begitu besar. Ia bilang ke papanya ingin kuliah kedokteran di Bologna, keinginan yang sulit diwujudkan. Ibu tirinya juga memaksa terus untuk segera kawin. “Jika merasa ragu, kita harus bertanya, dan jika bertanya, kita akan mengetahui kebenaran.”

Berbagai cara dicoba, salah satunya menunda perjodohan, ia sekolah biara setahun dulu, dan di sinilah ia mengambil sikap. Bersama pelayannya Emily, setelah setengah tahun belajar, mereka berencana kabur. Dengan kuda penyamaran menjadi laki-laki, dibantu kakaknya yang memberinya bekal, uang, dan semua fasilitas. Menyamar menjadi laki-laki guna belajar. Sungguh eksotik bukan plotnya. Berhasilkah ia melewati rintangan dan mewujudkan cita-citanya? Alessandra Giliani. “Itu nama yang bagus. Dan nama itu kukira akan dikenang dalam waktu yang lama.”

Jelas sekali ayahnya begitu mencinta putrinya yang istimewa ini. membantu banyak hal untuk mewujudkan cita. Termasuk secara tak langsung mengirimnya ke universitas. Dan mencarikan pendamping yang juga kutubuku. “Kuharap kau akan melihat, setahun dari sekarang, keadilan dalam jalan yang kupilih untukmu.”

Tanpa tahu siapa Alessandra ini, kehidupan sang tokoh utama sungguh mengejutkan. Meninggal di usia semuda itu. Sang penulis mematik niat bercerita dari sebuah plakat, Alessandra Giliani, perempuan muda dari Persiceto, ahli dalam demontrasi anatomi dan murid terbaik sang dokter terkenal Mondino de’ Liuzzi. Meninggal pada usia 19 tahun akibat kerja kerasnya pada 26 Maret 1326. Plakat itu diukir oleh Ottone (Otto) Agenius Lustrulanus, yang merana karena kehilangan belahan jiwa sekaligus rekan kerja yang cemerlang.

Lantas menelusuri jejak, melakukan penelitian dan banyak wawancara, dan jadilah buku ini. Sejarah adalah tempat aku hidup, tempat kita semua hidup, berdampingan secara nyata maupun tak kasat mata dengan sosok-sosok lain. Keputusan bijak, based on true story. Beberapa tokoh jelas rekaan, Bene yang mengesalkan contohnya. Kuliah dengan uang kumpulan warga, ia mengetahui rahasia Alessandra dan melakukan pemerasan.

Judul A Golden Web sendiri berarti sarang laba-laba yang menghubungkan, pembunuh darah manusia yang rumit itu menghantui mimpi. Dia terbangun dengan sangat kaku dan kedinginan, sisa-sisa mimpinya melekat di benaknya bagaikan sarang laba-laba. “Tadi aku mengalami mimpi yang paling ganjil.” Katanya, dan meneliti bangkai babi berkali-kali. Lagipula, babi tidak memiliki roh kehidupan. Karena untuk mendapatkan mayat manusia sulit, apalagi perempuan. Saat akhirnya ia berkesempatan pertama kalinya, ia begidik dan demam.

Mengutip Galen – filsuf dan ahli astronomi dari Bergama, Turki (129-200 M), dan kadang-kadang menyela kata-katanya sendiri, “Kita baru berada di awal ilmu astronomi yang baru ini, dan masih ada banyak sekali hal yang harus ditemukan dan dibuktikan kebenarannya.”

Dame Edita berkata, “Berhati-hatilah sayangku, saat mengungkap dirimu yang sejati pada lelaki manapun – karena perasaan mereka tentang kebenaran di dunia ini tergantung pada kepercayaan mereka terhadap diri sendiri sebagai jenis kelaminn yang lebih kuat dan bijaksana, dan jauh lebih berharga.”

Kebanyakan cinta yang romantis hanya menyebabkan ilusi. A Golden Web juga menunjukkan fakta bahwa kalau sudah jodoh takkan kemana, kalian tahu siapa pria yang dipilih ayahnya untuk jadi suaminya? Ternyata teman mahasiswa yang ngekos di balik dinding sang dokter. Begitu juga fakta bahwa ke manapun kalian pergi, kabur, atau mencoba menghilang dari pandangan mata, takdir hidup akan menhampiri. Dan yang terjadi, terjadilah.

Satu lagi, tentang keluarga. Ibunya almarhum, mereka selalu mendoakan di mana saja, kapan saja, percaya bahwa ibunya di surga menyaksi segala tindak tanduk anaknya. Betapa luar biasa tautan cinta itu. Benar-benar jaring emas, keluarga adalah segalanya.

A Golden Web | By Barbara Quick | Diterjemahkan dari A Golden Web, terbitan HarperTeen; 2010 | Penerbit Atria (Serambi) | Penerjemah Maria M. Lubis | Penyunting Ida Wajdi | Pewajah isi Hadi Mahfudin | Desain sampul Amalia Kurniasih | Cetakan I, Maret 2011 | ISBN 978-979-024-472-6 | Skor: 4/5

Untuk putraku yang luar biasa – tanpa perlu dikatakan lagi, dengan cinta

Karawang, 301121 – Count Bassie – Bill’s Mill

Thx to Ade Buku, Bandung

Earwig and the Witch: Memasuki Dimensi lain yang Pekat dan Misterius

“I am the happiest child in this home.”

Dunia sihir dikelola dengan fun, menghentak ceria. Kucing bisa berbicara, lubang penghubung tak melulu sama, benda-benda tak terlihat, tembok bisa ditembus, makhluk-makhluk ajaib bermunculan. Earwig and the Witch adalah sejenis kisah penyihir cilik ajaib. Ramuannya sangat pas.

Luar biasa. Kutonton dengan Hermione di malam hari jelang tidur, menjadi salah satu kartun terbaik dan menghibur. Apalagi ada Sherina, suaranya khas banget. Berbagai cara pengucapan, gesture Custard, hingga ekspresi ketakutan Thomas menjadi tiruan Hermione. Sungguh menyenangkan bisa menyaksi kartun bersama orang terkasih, dan memuaskannya. Soundtrack-nya mungkin sulit dihapalkan, tapi suara Sherina sudah cukup menyenangkan didengungkan dalam mp3 sebagai teman baca. Earwig menjadi pintu masuk film-film Gibli lainnya?

Kisahnya tentang Earwig (aslinya Erica Wigg) atau dipanggil Ayatsuru (disuarakan oleh Kokoro Hirasawa), penyihir cilik yang tumbuh di panti asuhan. Pembukanya, ia masih bayi diantar dengan sepeda motor gede oleh penyihir wanita berambut merah, ditaruh di depan gedung panti dengan surat terselip.

Earwig kini berusia 10 tahun, ia adalah remaja pemberani, ketika anak-anak lain takut sama kegelapan dan sendiri, ia malah menantangnya. Suka petualangan dan membaca buku, salah satunya The Hound of Baskerville. Bersahabat dengan Custard yang penakut abis. Mereka saling melengkapi. Earwig tidak merasa kesepian, hanya menyendiri saja, atau berdua dengan Custrad – saat petualang di atap dan dalam imaji literasi. Dan kesendirian itulah yang memenuhi Earwig dengan cinta. Ia merasa betah di panti.

Di malam Helloween misalnya, saat pesta hantu di kuburan dengan kostum-kostum aneh, Earwig merasa bosan dan ingin tantangan yang berbeda, mengajak Custard ke atas gedung menikmati pemandangan alami kesunyian malam. Ia begitu menikmati hari-harinya, dan tak enggan diadopsi.

Suatu hari ada calon orangtua asuh datang ke panti asuhan St. Morwald. Seorang ibu-ibu gendut yang tampak galak, dan bapak-bapak jangkung nan aneh. Beberapa kali tampak memunculkan sihir, benda-benda padat dapat ia lewati tanpa tabrak. Seperti biasa Aya mengajak Custard untuk bertampang galak biar bisa bertahan di panti. Namun hari itu sungguh lain…

Bella Yaga (Shinobu Terajima) dan Mandrake (Etsushi Toyokawa) diluarduga memilihnya. Dengan kemarahan dan kekesalan ia meninggalkan panti. Sesampai di rumah barunya, tanpa banyak cingcong, Bella bila mereka adalah penyihir. Mereka mengambilnya hanya untuk membantu kerja-kerja dapur dan bersih-bersih rumah. Istilahnya butuh tangan bantu (nantinya jadi boomerang, saat tangan-tangan lain muncul). Aturan disampaikan, betapa ia takkan bisa kabur sebab rumah itu sudah dimantrai, dan tugas-tugas lantas disampaikan.

Memasak ramuan untuk dijual, memetik bahan dasar di kebun, hinggaa hal-hal ajaib khas penyihir. Sementara Mandrake adalah seorang yang kalem, memiliki kekuatan besar yang jarang dikeluarkan. Keadaan ini memaksa Earwig menyetujuinya, ia hanya mengingin diajari sihir. Merasa kesepian, ia berteman dengan kucing orange Thomas yang tampak cuek. Rasa sepi dan kesal itu diceritakan pada kucing, dan tak dinyana Thomas membalas ucapannya dengan nasehat. Hanya satu yang Thomas takuti, hukuman nyonya Bella yang mengerikan.

Rumah itu memang aneh, Earwig misalnya memasukkan binatang-binatang dengan tembok dibolong ke kamar tuannya, tapi ketika dicek kamar sebelah berubah jadi kamar mandi. Logikanya, apa yang ia intip adalah apa yang ada, tapi tidak, yang ia intip adalah ruang lain. Aneh sekali. Ia hanya perlu mengambil cadangan keberanian rahasia yang telah terkumpul dalam dirinya selama berdiskusi dengan kucing. Emosi dikurung itu beralih dari amarah menjadi ketakutan, lalu kebingungan, kemudian rasa bersalah dan kesedihan, lalu kembali lagi menjadi amarah. Ia harus bertindak. Ketika kita sedang ketakutan, sangat ketakutan, kita akan melihat banyak hal yang tak pernah kita lihat sebelumnya, kita akan sangat memperhatikan dunia kita. Kita seolah memasuki dimensi lain yang pekat dan misterius.

Lalu ia menemukan fakta tersembunyi. Lagu-lagunya keren sekali. Masa lalu Bella, masa lalu Mandrake, dan kehidupan orangtua Earwig. Siapa sejatinya para penyihir ini? Dan ending bagus dalam kunjungan malam Natal itu menampilkan Custard! Selalu ada kesedihan, seolah penonton terguncang oleh hal yang tersembunyi di balik kisah.

Diluardugaku, film menghibur ini dibantai kritikus. Skor di imdb hanya 4.7/10 dari tiga ribu penikmat. Padahal menurutku film indah, dan Hermione sungguh menikmatinya. Apakah faktor Sherina? Bisa jadi, sebab fanatisme sangat memengaruhi penilaian akhir. ataukah faktor penyihir? Bisa jadi pula, genre fantasi sihir lagi nyaman-nyamannya. Atau faktor kucing? Ya juga, saat ini kita sedang senang-senangnya memberi makan kucing entah milik siapa di depan rumah, tiap pagi datang, tiap sore pulang kerja juga datang. Bahkan beberapa kali si kucing ‘Belang’ tidur di teras rumah kita, bukti ia betah. Nah, penampakan Thomas mencipta Hermione berbicara dan menyapa semua kucing. Aku juga. Tiga hal ini cukup bukti untuk memberi skor besar, yang berbanding tak lurus sama skor umum. Lihat, banyak sekali faktor penentu bagaimana orang menentukan hasil akhir. Earwig dan penyihir, bagiku semua menakjubkan, memenuhi mata kita, menuntut perhatian kita.

Adegan saat Earwig berlari dikejar makhluk antah, dalam lubang seolah tak bertepi itu keren banget. Sederhana tapi menggairahkan. Seolah dalam gerak lambat, sedikit demi sedikit, dunia tempatnya berpijak tak bergerak, padahal jelas ia terus berlari. Sebagian ketakutan, sebagain lagi terpesona. Seolah ia telah sampai di ujung sesuatu, seolah ia terperangkap di antara ruang kosong yang membatasi kamarnya dengan pintu keluar. Semuanya tampak begitu membingungkan, tak mungkin otak kita bisa memahami semua itu. Indahnya kisah-kisah penyihir.

Fakta sederhana bahwa kita semua akan tua juga jadi pijakan bijak. Sehebat dan sekeren apapun kita, penyihir dan juga manusia akan tua dan tersisih. Generasi baru akan mengambil alih. Apa yang disombongkan? Saat muda, kita begitu hijau dan polos, penuh dengan romantisme konyol, tapi kita belajar dengan sangat cepat. Kehidupannya sekarang adalah gabungan dari berbagai macam kemungkinan. Dan lorong yang dipilih adalah konsekuensinya. Earwig tumbuh dengan berani, lorongnya berliku tapi tetap pijakannya bagus. Kira-kira begitulah pesan moralnya.

Mimpi itu telah menjadi tempat pertemuan rahasia.

Earwig and the Witch | Also known as Aya and The Witch | Year 2020 | Japan | Directed by Goro Miyazaki | Screenplay Keiko Niwa, Emi Gunji | Story Diana Wynne Jones | Cast Kokoro Hirasawa, Shinobu Terajima, Etsushi Toyokawa, Gaku Hamada, Yuji Ueda, Sherina Munaf | Skor: 4.5/5

Karawang, 291121 – Ella Fitzgerald – Indian Summer (Live)

Seekor Anjing Mati di Bala Murghab

Seekor Anjing Mati di Bala Murghab by Linda Christanty

“Laut memang sama di mana-mana. airnya asin. Tapi ini Atlantik. Lain. Bagaimana?”

Bukti bahwa nama besar tak selalu menjamin bukunya selalu bagus. Kumpulan cerpen ini, dimula bagus, di tengah agak menurun, dan akhir yang malah biasa saja. Apalagi ada blundr bahwa Superman adalah pahlawan keluaran komik Marvel. Ketika kubagikan di grup film jadi bahan bully, mereka tak tahu bahwa penulisnya adalah penulis yang sudah menang penghargaan sastra bergengsi.
Dengan setting bervariasi, dari Jepang, Eropa, Timur Tengah, hingga pantai-pantai lokal. Kita diajak melalang buana dalam bernarasi. Paling bagus cerita kedua, cerita sederhana tentang mengantar barang tapi dibumbui mistik. Paling biasa cerita terakhir.

#1. Ketika Makan Kepiting

Keluarga biasa tinggal di pesisir, makan kepiting rebus adalah keistimewaan. Bayangan masa kecil itu terus menempelnya. Ayahnya meninggal dunia, lalu ibunya menikah lagi. Kini ia memiliki ayah tiri. Keadaan baru ini membuat Orin kembali beradaptasi, tapi keanehan muncul saat malam ada ayahnya pulang dari dinas luar, tapi paginya tak ada.

“Orin tidak suka kue-kue ini. kau makanlah.”

#2. Zakaria

Zakaria bertugas mengantar barang dengan truk, meminta bantuan kepada orang pintar yang bisa membuatnya tak terlihat dengan membunuh kucing hitam bermata merah. Syaratnya berat sekali, kucing itu dipelihara hingga sayang, lalu dibunuh untuk dikuburkan di perempatan. Sang jagoan Geuchik Syawal meminta ditemani Taufik, sobatnya. Lantas dalam aksinya, di jalan melintas kucing putih belang-belang, segalanya berantakan.

“Pertanda apa ini?” / “Pertanda buruk.”

#3. Karunia dari Laut

Hikayat orang pesisir. Hantu-hantu hanya khayalan para pengecut. Mereka ada, bila kita memikirkannya, kata ibu. Suatu hari ayahnya hilang, dan ibunya menikah lagi. ayahnya buta huruf, tapi sering membelikannya buku dan meminta mencerita isinya. Dan terjadilah masalah dengan kedekatan itu. Itulah kenapa Bibi Salma tak mau menikah, bertekad hidup sendiri.

“Lelaki-lelaki itu yang mengejar-ngejarku. Aku suka-suka saja.”

#4. Sihir Musim Dingin

Persahabatan di Jepang. Keiko dan Hana, nuansa dingin yang mengigit. Seminar, belajar, persahabatan yang kental. Hal-hal biasa dalam hubungan antar manusia. Rasa-saranya, ia sering bertemu orang-orang yang menyenangkan dan kemudian menghilang begitu saja seperti gas perut menguap di udara. Meninggalkan bau, tanpa wujud. Bau = kenangan. Wujud = kabar atau berita.

“Apakah kamu menikah?”

#5. Jack dan Bidadari

Saya dan Bidadari sering bertengkar, di musim apa pun, tentang apa pun. Ini bisa jadi hubungan rumit, setelah bercerai ia memiliki hubungan dengan seorang pekerja malam. Sering tinggal di rumahnya, lalu bertengkar dan pergi, lalu kembali lagi. Nasehat sobatnya Tom yang bekerja sering meliput perang, hubungan seperti itu tak baik. Anaknya Anna bergantian tinggal sama dia dan mantan istrinya. Oh Jack yang malang.

“Saya akan menelpon polisi sesudah sarapan. Nama saya, Jack. Kamu? Rati? Rati-h?”

#6. Perpisahan

Berlin dengan lika-liku sejarahnya. Runtuhnya tembok tahun 1990 dan akibat setelahnya. Hans dan orang tercinta yang harus berpisah akibat sakit yang dideritanya. Udara benar-benar dingin.

“Musim panas seharusnya lebih panjang.”

#7. Kisah Cinta

Cerita seperti detektif. Tubuh mati Erika Sartika di kolan ikan. Apakah bunuh diri atau tindakan jatuh tak sengaja? Tina Wang mencoba menganalisis. Sebagai sahabatnya, ia sering meminta Erika untuk memasang gerendel di jendelanya. Malah dibalas, cerewet kayak nenek-nenek. Apalagi ada pekerja kebun Rahmat yang sering mengintipnya ganti baju, Erika tahu tapi malah menikmatinya. Tina lupa nama saudara Erika, untuk mengurus pemakaman. Dan saat Rahmat memberitahunya, ia malah membatin. Tiran? Diktator?

“Nama asik Ibu Erika… Tiran, Bu.”

#8. Pertemuan Atlantik

Pertemuan orang-orang dari berbagai Negara untuk belajar bareng. Perkara menghabiskan waktu luang saja ribet, mau tidur istirahat, mau melihat-lihat pantai, atau sekadar jalan-jalan. Mereka tinggal di penginapan biasa, padahal di depannya ada hotel besar mewah nan megah.

“Kamu tidak suka laut?”

#9. Seekor Anjing Mati di Bala Murghab

Perkara anjing mati yang ditembak tentara, mencipta kesedihan mendalam seorang anak. Ini zona perang, apa pun tindakannya, nyawa manusia yang utama bukan nyawa anjing. Bala Murghab adalah nama tempat di Afghanistan, sang bocah laki-laki (terdengar bernama Aref) yang menjerit kehilangan anjingnya, coba ditahan dan diamankan oleh ibunya. Sang fotografer, si Aku bahkan tak ada niat mengabadikan memen haru itu.

Aku melantunkan lagu Tom Waits, “Romeo is Bleeding.”. dan hari ini kulihat darah anjing.

#10. Catatan tentang Luta; Manusia yang Hidup Abadi

Awalnya kukira Luta, manusia abadi berusia 300 tahun ini istimewa. Lantas beberapa orang juga memiliki usia yang setara, sehingga jadi banyak orang yang abadi. Helmut Herzog, antropolog Jerman ia meneliti tentang orang-orang yang hidup abadi.
Manusia abadi hanya punya satu persoalan, yaitu kesepian abadi.

“Mungkin Datu Pasir akan ikut.”

Kutuntaskan dalam dua hari baca. Jumat saat perjalanan ke Noodle Cibitung dalam tugas koperasi, duduk di jok mobil belakang. Rasanya nyaman sekali menikmati perjalanan tol yang membosankan dengan musik radio dan buku. Lebih nyaman dan tenang dengan kumpulan cerpan, sebab akan terputus saat sampai tujuan, makanya tak sepanjang novel. Buku ini kubeli dari Mas Udi, temannya temanku yang ada di twitter. Kubeli November tepat tahun lalu, baru sempat kubaca sekarang.

Ini bukan buku pertama Linda yang kubaca sebelumnya Rahasia Selma lumayan bagus. Ini sedikit berkurang, terutama dua cerpen penutup yang sangat biasa. Setting tempat yang melalangbuana malah tak nyaman, tokoh-tokoh dengan nama Barat juga tak langsung bikin klik kalau yang menulis kita. Tak membumi. Linda memiliki CV mentereng, dan itu dijabarkan di kover belakang. Ya.

Seekor Anjing Mati di Bala Murghab | by Linda Christanty | kumpulan cerpen | GM 201 01 12 0023 | Penerbit Gramedia Pustaka Utama | Cetakan pertama, Jui 2012 | Desain cover Mulyono | Foto diambil dari Shutterstcok.com | Setter Rahayu Lestari | ISBN 978-979-22-8495-9 | Skor: 3.5/5

Karawang, 261121 – Fats Waller – Handful of Keys

Thx to Mas Udi, Yogya

Dune: Cacing Besar Alaska

Everything important happens when you’re awake.”

Tak banyak hal baru yang dikembangkan dalam Dune. Walau bukunya mungkin telah dibuat terlebih dulu baru menginspirasi banyak karya berikutnya, Dune terbaru ini justru malah mirip mengekor, seperti Game of Throne, Star Wars, Harry Potter, SpongeBob hingga kisah-kisah klasik pertempuran kerajaan yang memperebutkan mahkota macam era Sriwijaya/Majapahit. Cerita pertarungan antar klan dengan setting luar angkasa, bocah pilihan yang ditakdirkan menyelamatkan dunia, jelas template umum yang diasah ulang. Yang agak membedakan, mungkin karena ini karya Dennis, jadi plot itu dilingkupi renungan. Tak lengkap tanpa lanskap langit merona, menatap lazuardi dengan selang terjuntai ke hidung.

Kisahnya tentang perang antar planet, Paul Atreides (Timothee Chalamet) dari Caladan yang terlahir istimewa. Kisah Dune dinarasikan oleh Chani (Zendaya) yang sering muncul dalam mimpi. Dalam pembuka ia diminta ibunya untuk melakukan semacam telepati, meminta Lady Jesicca (Rebecca Ferguson) untuk mengambilkan segelas air. Belum berhasil. Paul adalah seorang pangeran dengan kekuatan dahsyat, tapi belum terasah. Negerinya damai, tapi kini terancam serangan lawan.

Planet gurun Arrakis dipimpin oleh diktator kejam Harkonnens (Stellan Skarsgard), memanen zat psikogenik (rempah-rempah). Fremen sudah berusaha mengusirnya, tapi tak pernah berhasil. Rempah-rempah jadi komoditi penting untuk perjalanan antar planet, karena bisa untuk perluasan kesadaran para navigator untuk bisa melesat dengan kekuatan cahaya.

Ayah Paul, Duke Leto Atreides (Oscar Isaac), panglima perang Duncan (Jason Momoa) dan pasukannya menerima undangan untuk penyerahan Arrakis, tapi mereka curiga ini hanya jebakan. Apalagi Paul bercerita dalam mimpinya, misi itu berantakan dan sobatnya tewas. Walau intuisi itu tak sepenuhnya tepat, tapi kekhawatiran itu nantinya malah jadi nyata.

Konfliks Atraides dan Harkonnen memang ada, dan saat Leto fokus keluar menyelamatkan diri, di dalam istananya terjadi gejolak. Musuh dalam selimut membuka portal, ledakan terjadi, tapi tak sepenuhnya luluh, musuh utama memang ambyar, menderita tapi berhasil bertahan. Paul yang ditakdirkan jadi pemimpin, berhasil kabur. Bersama Jessica melintas gurun yang sangat berbahaya guna bertemu Fremen, ada cacing besar Alaska mengancam. Dalam visual tampak mengerikan. Dan saat credit title muncul, helaan napas hufffhhh… yang keluar, kisah ini memang tak tuntas, tak lega, bercinta tanpa klimaks; ini baru bagian pertama.

Dengan tagline “Beyond fear, destiny await.” Dune jelas menginspirasi banyak cerita di era modern. Yang pertama terlintas adalah Harry Potter. Dalam sihir, Harry sudah ditakdirkan menjadi The One, yang terpilih. Ditakdirkan untuk menyelamatkan dunia sihir. Pas banget kan. Adegan adu antar klan jelas menelurkan cerita perang A Game of Thrones. Apalagi tensi dan kekejamannya sangat ngeri sekali. Dune bukunya tebal sekali, karena belum diterjemahkan ke Bahasa Indonesia, belum kunikmati.

Semua hal bisa dibuat menjadi dongeng, hanya setting tempat, konfliks, hasrat yang harus dipenuhi dengan perang antar klan. Mimpi bisa dibilang adalah gambaran harap, atau doa. Paul dengan kekuatan istimewanya dengan mudah kita prediksi selamat, sekalipun terpojok atau sudah tampak hopeless sekalipun. Film ini nyaris tak ada kejutan, mungkin karena Dennis sudah dapat template untuk diadaptasi jadi geraknya tak seliar film-film lainnya, kurang bebas. Kalau andalan visual, di era sekarang tampilan bak wallpaper sudah sangat banyak, memanjakan matalah, mewarnai pengelihatan-lah, yah apapun itu sudah umum. Dan karena sudah umum jadinya malah biasa. Semua hal yang berjumlah banyak tidaklah berharga.

Justru ini lucunya, yang terlintas pertama kali setelah usia nonton film ini adalah Cacing Besar Alaska dalam serial SpongeBob. Cacing yang mengejar warha Bikini Bottom itu menghajar apapun yang ada di depannya, segala yang dilintasi remuk, maka kota didorong pindah yang idenya dari Patrick, Cacing itu bisa dikalahkan Sandy dan SpongeBob, tapi kejutannya Bikini Bottom tertimpa sang monster. Dalam Dune, cacingnya sadis. Dalam penambangan rempah, yang disikat bukan hanya orangnya, tapi semua mesin dan segala isinya, dalam gerak cepat dan dramatis yang selamat adalah yang berhasil diterbangkan. Cacing istimewa.

Part One ini ketinggian ekspektasi, malah cenderung kecewa. Renungan yang dinanti tak terlalu bikin kesan. Adegan dramatis, di mana bapaknya mengeluarkan racun dengan begitu mengejutkan juga terlihat biasa saja. Entah salah dieksekusi atau emosi-nya tak tertaut. Ingat CV Dennis ini luar biasa, jadi Dune jelas sebuah penurunan, misal dari film sebelumnya Blade Runner 2049 yang wow itu. Sekali lagi, keunggulan visual bisa jadi nilai jual, tapi kalau jadi komoditi utama sungguhlah tak pas. Cerita yang utama, Part One ini secara cerita malah cenderung boring, mendayu-dayu dua jaman! Mending Dennis bikin film dengan naskah original, agar ekspresinya bebas. Dune bagiku, adalah film Dennis sekadar mengendurkan tali kekang. Bukan tumpuan harap di penghargaan tertinggi.

Dua jam lebih dengan tempo yang sungguh lambat. Kalau alasannya buku sumber yang terlampau tebal, dan ingin banyak yang tak dipangkas, sejatinya ada jalan keluar selain dengan dibagi gini. Pertama jelas, kita harus percaya bahwa durasi bisa diakali. Contoh novel tebal yang berhasil dipadatkan jadi kurang dua jam juga sangat banyak. Kedua, plot arahnya abu-abu, kelamaan melamun juga tak bagus, cerita jadi tersaput ketidakpastian: apakah itu sebuah perang saudara, ataukah sekadar rebutan kekuasaan, atau hanya masalah rebutan rempah-rempah? Atau hal istimewa lainnya? Bagi yang sudah baca bukunya mungkin tahu, tapi adaptasi film yang sukses harusnya tak spesialis buat pembaca, idealnya bisa dinikmati semua kalangan. Ketiga, ya aku mungkin beberapa kali baca ulasan singkat yang muncul di sosmed dan sebagian coba kutelaah argumennya, yang kontra maupun yang pro, dan ini bukan lagi pertanyaan yang bisa diputuskan semata-mata hanya dengan logika. Dune terlalu luas cakupannya, seperti kata Bung Hasan BM: ga gitu suka-suka amat, tapi ya ga benci amat. Ada sekual ok, gak ada juga ga ngarep. Kalau terlalu banyak mikir kayak Dune, skip bioskop. Nonton buat refreshing, bukan malah bikin pening. Rempong ngapalin nama orangnya, klannya, tempat. Kenapa pula gitu namanya pada susah-susah dihapal. Ya, tentu aku sepakat.

Keempat, tingginya harapan yang membebani Dune membuat kita tak lagi tercengang.

Dune Part One | Year 2021 | Directed by Dennis Villeneuve | Screenplay Jon Spaihts, Dennis Villeneuve, Eric Roth | Cast Timothee Chalamet, Rebecca Ferguson, Zendaya, Oscar Issac, Jason Momoa, Stellan Skarsgard, Josh Brolin, Javier Barden | Skor: 3.5/5

Karawang, 251121 – Eagles – Hotel California

Cara Mencari Kawan dan Mempengaruhi Orang

Apa yang Anda dan saya ingin lakukan bersumber pada dua motif (dorongan): hasrat syahwati dan keinginan dianggap benar dan hebat.”Sigmund Freud. Sedangkan Prof John Dewey bilang, “Hasrat dan dorongan manusia paling besar ialah keinginan untuk dianggap penting. Ini soal asasi.”

Buku self-improvement yang luar biasa. Salah satu yang terbaik yang pernah kubaca. Sangat inspiratif dan menggugah. Tips-tips jitu, sebenarnya beberapa sudah kupraktekkan, terutama saat konseling karyawan, tapi dengan mambaca buku, saya mendapat teori yang lebih pas. Betapa menghargai orang lain itu sangat amat penting. Orang suka ditanyai pendapatnya dan gagasan-gagasannya.

Pernah ada karyawan ‘kabur’ dari kantor, ada uang yang perlu ditransfer balik sebab kabur pas hari-hari gajian. Sempat pening juga, sebab uangnya lumayan besar. Pas pula, saya baca buku ini. saya praktekkan. Saya WA tiap hari, meminta untuk datang ke kantor untuk menyelesaikan administrasi. Saya telp tiap berapa hari sekali agar menyelesaikan hal-hal yang terputus. Saya sapa sebagus dan sehalus mungkin. Saya tempatkan diri sebagai orang rendah hati, dan sapaan sopan saya itu suatu hari bersambut. Ybs mau datang ke kantor, menyelesaikan semua administrasi dan di waktu itu juga transfer balik pakai m-banking. Hufh, lega. Lihat, siapa bilang baca buku self-improvement tak ada gunanya? Poin pentingnya kan dipraktekkan.

Tips ini juga penting sekali. Sebab menyapa orang alangkah bijaknya menyebut nama. Ingatlah nama-nama orang, dan belajarlah mengucapkannya dengan lancar, tanpa salah. Dengan demikian, Anda memberi selamat semesra-mesranya kepada orang yang Anda jumpai. Menempatkan orang lain ‘terasa’ penting, menjadikannya bagian. Menghapal nama-nama, dan tanggal lahir, jadi saat menyapa akan jadi lebih akrab. Satu hal yang saya sangat sepakat. Satu-satunya cara di dunia ini untuk mempengaruhi orang ialah dengan membicarakan apa yang ia senangi dan perhatikan, dan menunjukkan kepadanya cara mendapatkan apa yang ia inginkan itu. Saya jadi ingat, beberapa teman berbicara denganku tentang buku, padahal dia tak paham buku, bisa saya simpulkan orang itu hanya ingin bersosialisasi sebab ia menanyakan apa yang jadi minat saya! Hehe, jadi tahu kan kuncinya. Henry Ford bilang, “Jika ada rahasia mengenai sukses, maka rahasia itu ialah kecakapan untuk melihat melalui kacamata orang lain.”

Menjadikan sosok yang lebih kalem, kalian yang mau belajar menjadi orang yang tak mengesalkan, saya rekomendasikan baca buku. Perbuatan-perbuatan Anda menentukan jenis watak watak Anda, dan watak adalah milik Anda yang paling penting. Termasuk berdebat. Lebih tenang. Jika Anda pada pihak yang benar, maka berusahalah dengan bijaksana perlahan-lahan dan hati-hati merubah pendapat dan pikiran orang yang Anda hadapi, supaya menyetujui pendapat dan gagasan Anda.

Semua kembali ke dalam diri sendiri. Mulailah dengan memperbaiki diri. Kamu bisa menata hati sendiri, tapi kan tak bisa menata hati orang lain. Bahkan saat menemukan orang lain yang salah. Sebaiknya daripada menghukum, hendaknya kita mencoba memahami mereka. Marilah kita berusaha memahami mengapa dan untuk apa mereka berbuat demikian. Kok bisa? Marilah kita lebih memperbanyak perhatian kita kepada sifat-sifat baik orang lain. Royallah dengan pujian-pujian, maka kata-kata Anda akan menyegarkan. Dan yang lebih penting lagi, mereka akan menghargai kata-kata Anda yang diingat-ingat seumur hidupnya. Nah, kan memuji orang lain lain dengan wajar itu sangat penting.

Usahakan supaya Anda menyambut orang-orang yang Anda jumpai dengan salam sehangat-hangatnya. Setiap pagi saya mengucap salam, ‘Semangat pagi’ untuk teman-teman, bisa jadi saya sudah mengaplikasikan nasehat ini. “Saya menganggap kecakapan saya untuk menyemangati orang lain”, kata Charles Schwab, “Sebagai bakat dan anugerah terbesar yang saya miliki.” Cara untuk membangkitkan semangat dan kegembiraan, yang merupakan milik manusia paling berharga ialah dengan memberi pujian, penghargaan, dan dorongan kepadanya.

Cara lain agar orang jadi terasa penting yakni memodifikasi seolah-olah orang lain memiliki ide yang kita lontarkan. Usahakanlah supaya orang itu mengolahnya, dan menganggap gagasannya sendiri. Jika ingin mencari dan menemukan persahabatan, hendaknya kita melakukan hal-hal demi kepentingan orang-orang yang hendak kita bersahabat itu – hal-hal yang membutuhkan waktu, energi, kesepipamrihan dan pengorbanan. William Winter, seorang psikolog terkenal bilang, “Salah satu kebutuhan manusia adalah mengutarkan pikiran-pikiran dan gagasan-gagasannya.” Mengapa kita tidak menggunakan dalam kehidupan sehari-hari.

Aksi jauh lebih penting. Perbuatan selalu lebih banyak pengaruhnya daripada kata-kata. William James, “Aksi (perbuatan) seolah-olah datang sesudah ada perasaan, akan tetapi sesungguhnya, aksi dan perasaan munculnya bersamaan. Dan aksi lebih mudah dikuasai oleh kemauan daripada perasaan, sehingga dengan melalui perbuatan kita bisa mengatur perasaan kita. Oleh karena itu ada satu jalan emas yang menuju kepada kebahagiaan dan kegembiraan. Timbulkanlah senyum pada wajah Anda, berbuat dan bersikaplah seolah-olah Anda sudah betul-betul senang dan bahagia.” Bersikap dan berbuatlah seolah-olah Anda sangat bahagia. Maka ini akan membuat Anda betul-betul berbahagia. Kebahagiaan Anda hanya tergantung kepada apa yang Anda pikirkan.

Shakespeare mengatakan, “Yang baik dan buruk, semua itu semata-mata ditentukan oleh pikiran dan gagasan belaka.” Jika Anda ingin supaya orang banyak memperhatikan Anda, bicaralah tentang hal-hal yang menarik perhatian orang yang Anda hadapi. Hormatilah pendapat orang lain, dan jangan sekali-kali mengatakan kepadanya bahwa dia salah.

Membicarakan diri sendiri juga patut dihindari. Duh, malu kan jadinya. Hidup ini terlalu pendek, untuk membuat bosan orang lain dengan menceritakan prestasi-prestasi kita yang kecil-kecil ini. Oleh karena itu adalah selalu baik, untuk mendorong dan menganjurkan orang lain untuk berbicara.

Selalu ada alasan-alasan, mengapa orang berpikir dan berbuat begini atau begitu. Jika Anda hendak meyakinkan orang lain, maka dalilnya ialah: “Biarkanlah orang mengira bahwa gagasan itu datang dari dia sendiri.” Sukses Anda tergantung kapada kecakapan Anda bergaul dengan orang lain.

Saya senang bisa menahan diri dan menindas amarah saya, dan juga bahwa saya merasa bersyukur bisa membalas penghinaannya dengan sikap dan perasaan ramah-tamah. Tunjukkan kesalahan orang secara tidak langsung. Berilah perintah dalam bentuk dan nada suatu usulan.

Kubaca santai selama sebulan lebih, baru selesai Senin (22.11.21). Saya mantabkan baca beberapa waktu lalu, saat seorang teman di sosmed kutanya buku sosial rekomendasi apa? Jawabnya buku ini, makanya langsung kucari di rak. Bukunya sendiri sudah lama punya, tahun lalu kubeli di Lumbung Buku, dan anehnya saya beli dua buku. Covernya saja yang beda, cover merah ini lebih elegan, makanya aku baca yang ini, satu lagi cover hijau. Yah, buat koleksi aja semuanya. Buku keren ini, saya rekomendasikan untuk kalian semua. Serius.

Cara Mencari Kawan dan Mempengaruhi Orang | by Dale Carnegie | Diterjemahkan dari How to Win Friends and Influence People | Penerbit Gunung Jati Jakarta | GJ 79013 | Cetakan pertama, April 1979 | Alih bahasa Sumantri Mertodipuro | Desagn cover Djoko Soebagio Ms. | Layout/montage SMMS Advertising | Dicetak olehPercetakan Offset Gunung Jati | Skor: 5/5

Karawang, 241121 – Manhattan Jazz Quartet

Thx to Lumbung Buku, Bandung

Kembang Sepasang

Belukar menjalar hingga luar pagar / seperti mencari bapaknya / Sementara tunas bamboo menetas…” – Suta Manut Marang Bapak

Kubaca dalam sekali rebahan pada malam jelang tidur 22.11.21. Tak tebal jadi memang bisa cepat kelar. Terbagi dalam lima bagian, berisi puisi-puisi dengan satu dua halaman. Banyak kata-kata ‘asing’ bahasa Jawa alus atau bahasa seni Jawa, yang bagiku tak akrab.

Karena secara bersamaan aku lagi baca kumpulan puisi maestro Sapardi Djoko Damono, Melipat Jarak. Rasanya ternyata baca puisi bagus tuh seperti ini, sempat berujar gitu. Maka baca Kembang Sepasang, terasa biasa saja. Kebanting kali ya. Membaca puisi menjadi rutintas 12 buku tiap tahun mulai 2021 ini, dan mulai terpilah dan terasa mana puisi yang berhasil tune in mana yang terlihat biasa, bahkan mana yang buruk juga sudah ada feel-nya. Progress yang bagus ‘kan?!

#1. Beberapa Sajak Perihal Anak

Berisi 16 puisi, rerata membahas dunia anak gaib. Maksudnya dunia antah yang tak umum di dunia peranakan. Contoh dalam Kembar, ada bait-bait berbunyi, “siapa yang menyembuhkan tambapetra / dari kegelapannya / hingga kami menikah / dengan ni soka dan ni padapa”. Jelas ini tak umum. Untuk seniman yang mendalami dunia seni Jawa, bisa jadi langsung klik, tapi tidak untuk pembaca awam.

Puisi-puisi Sapardi tuh kebanyakan bahkan kata-kata umum, dibelit dan dimodifikasi dengan wow tak banyak kata-kata asing dan tak muluk-muluk.

Atau yang berjudul Sarimpi, saya kutip semua, terdiri dua paragraf: “kami menanam bunga di empat penjuru rumah / melati, kantil, kenangan dan mawar merah / menangis kami sambil mengeduk tanah / dan menanam kaki kami sendiri / kami perempuan. Empat-empatnya / sedang marah-marahnya pada dunia / yang membuat kami seperti tak ada.

orang-orang sudah menyalakan lampunya / mengelilingi kami yang berdebar jadi tontonan / api, udara, air dan tanah bertarung / saling pukul, air dan tanah bertarung / saling pukul, saling tusuk, saling meledakkan / kami bergerak demikian pelan / membuat pertaruhan ini melelahkan / dan membosankan(?)”

#2. Magical Thought: Leila Pazooki

Terdiri tujuh puisi, bagian ini agak panjang (membutuhkan dua halaman), walau tak panjang juga. Ini jelas dari pengalaman sang penyair yang memang kesehariannya di dunia akting. Mencampurkan dunia peran dan sastra, membaur dengan belitan kata-kata.

Aku kutip satu puisi berjudul Percakapan Agar-agar: “akhirnya dua agar-agar yang berlawanan warna itu bertemu. Satu hitam, satunya putih. Dan duduklah mereka bersanding di sebuah meja kayu untuk melepas rindu. Cukup lama keduanya terdiam. Tak ada yang bicara untuk memulai percakapan. Di sudut ruangan seseorang tengah memutar lagu cinta dari masa lalu. Kedua agar-agar itu seperti sibuk dengan pikirannya masing-masing. Sibuk dengan ketakutannya sendiri-sendiri. Sibuk dengan penantian mereka yang panjang. Sesekali mata mereka saling tatap tanpa sengaja. Tapi buru-buru mereka membuang pendangannya ke tempat yang jauh. Dan keduanya berdebar tak karuan seperti maling yang tertangkap basah hendak mencuri. Entah berapa lagu telah berlalu. Keduanya tak juga beranjak ke mana-mana, masih duduk diam. Bersanding di sebuah meja. Dan bahagia karenanya.

#3. Yang Berlaku Sepanjang Tahun: Prihatmoko Moku dan Sandi Kalifadani

Berisi 12 puisi. Rerata juga menggunakan kata-kata ‘asing’ dibagi dengan bulan-bulan, dari Juni-Agustus hingga setahun berselang. Aku kutip satu sahaja.

Tirta Sah Saking Sasana: Mei-Juni; Tidak ada lagi yang sungguh tersisa / Air telah pergi tinggalkan gelasnya / Kini kosong dan dingin yang berkuasa / Serta angin yang menggigilkan segala.

Tapi ladang yang sepi mesti kau isi / Sesuatu mesti kau tanam di sini / Agar kelak ada yang bisa kau ingat / Selain angin dingin yang cepat lewat.

#4. Berguru pada Bayang-Bayang

Terdiri atas 19 puisi. Bagian terpanjang di buku ini. aku tulis satu yang bagus. Alap-alapan Surtikanti: Suatu kali aku pernah bersembunyi di gelung rambutmu / berdiamlah di sana, katamu, rumahkan kesepianmu / dan bau lehermu menidurkanmu. Menjaga kesedihan / yang berkeliaran sepanjang tembok tamansari / tinggallah di sana, katamu. Selesaikan pelarianmu / tapi tubuhmu bukan makamku. Tak ada namaku di sana.

Aku hanya pencuri yang mesti terus berlari

#5. Yang Terlepas dan Tak Tuntas

Terdiri atas delapan puisi. Kukutip puisi penutup berjudul Bunga Terong: kurindukan bunga terong / yang pernah tumbuh / di sepasang bahuku / juga malam-malam dingin itu / : kuli yang sepi, / orang-orang meringkus diri / dalam kardus, / dan kamu semakin jauh / tenggelam dalam dirimu.

Puisi yang bagus adalah puisi yang berhasil menautkan emosi pembacanya. Kebanyakan puisi bagus bernarasi, bercerita, bertutur; bukan sekadar memilah dan memilih kata-kata unik dan terlihat aneh. Narasinya juga tak njelujur bebas, dengan kalimat-kalimat pendek, kata-kata yang terpilih tentunya harus selektif dan efektif.

Ini adalah buku pertama almarhum Gunawan Maryanto yang kubaca. Beliau adalah aktor, penulis, dan sutradara. Penghargaannya sudah banyak. Orang hebat. Walaupun buku ini terbaca biasa saja, tapi ada letupan-letupan yang patut dicatat dan direnungkan. Jelas bukan buku terakhir karyanya yang akan kubaca.

Tenang di sana, legend.

Kembang Sepasang | by Gunawan Maryanto | 57.17.1.0042 | Penyunting Septi Ws | Desainer sampul Studio Brocolli | Penerbit Grasindo | ISBN 978-602-452-039-7 | Cetakan pertama, Juli 2017 | Skor: 3.5/5

Karawang, 231121 – Voice of Baceprot – School Revolution (Live session)

Thx to Gramedia di Technomart

Last Night in Soho: Jatuh Hati sama Thomasin McKenzie; Muda, Pirang, Cantik, Imut, Hidup

A murder in the past. A mystery in the future.” – tagline


Tentang gadis desa Cornwall yang melanjutkan sekolah design ke kota London untuk meraih impian. Memiliki masalah mental sering melihat penampakan, ditinggal ibunya bunuh diri sejak usia tujuh tahun. Dibesarkan dengan kasih sayang nenek. Dengan sering wanti-wanti untuk jaga diri, waspada di kota besar banyak setannya, selalu menghubungi rutin, dst. Terdengar klasik? Ya, tapi film menjelma gila saat hantu-hantu manusia tanpa wajah tahun 1960-an bermunculan, dan penyelidikan membuahkan kejutan.

Eloise ‘Ellie’ Turner (Thomasin McKenzie), mendapat teman sekamar yang annoying Jocasta (Synnove Karlsen) yang menyebutnya sang pencari perhatian pas bilang ibunya bunuh diri, menandai semua makanan/minuman di kulkas, hingga malam seusai pesta membawa cowok ke kamar, yang dengan begitu membuatnya keluar kamar, hingga tertidur di kursi hingga pagi.

Keadaan ini membuatnya cari kos baru, menemukan secarik kertas bertuliskan tangan sebuah kamar sewa dan ini memerkenalkan dengan induk semang Nyonya Collins (Diana Rigg). Aturan jelas, tak boleh bawa cowok di atas jam 8, tak boleh berisik, bayar di muka 2 bulan langsung, sebab pernah ada yang kabur malam-malam (ini bisa jadi joke di akhir, hehehe). Dengan kondisi kamar kos yang tenang, retro penuh pernik tahun 1960-an, playernya masih vynil, dan kerlap-kerlip lampu di depan, sungguh worth it diambil. Ellie memeluk sunyi dengan senyum merekah.

Malam itu saat selimut dibentangkan, ia mengalami adegan surealis, memasuki dimensi lain dalam tidur ke London masa jadul. Menjelma Sandie (Anya Taylor-Joy), akhirnya muncul juga setelah menit memasuki menit 25. Ellie menjadi bayangan Sandie, menjadi refleksi cermin yang otomatis jadi saksi sejarah hidupnya. Sandie masuk bar dan menjual suara, dia siap jadi the next Cilla Black. Dikenalkan dengan Jack (Matt Smith), besoknya kita diperkenan mimpi lanjutan, Sandie diperkenalkan di bar the Rialto, trial nyanyi ‘Downtown’ yang memesona, dan berakhir dengan percumbuan, yang ternyata terjadi di kamar yang sama tempat Ellie menginap!

Esoknya Ellie mengubah gaya, menjadi pirang seperti Sandie, menjadikan bajunya sebagai desain yang ia buat, benar-benar menginspirasi dengan tampil semanis itu. Namun di malam berikutnya, saat ia kembali terlelap untuk menyaksi penampilan perdana Sandie di Rialto, kejutan buruk yang ia dapat. Sandi eke sana bukan untuk bernyanyi, ia terjerumus dalam perdagangan manusia dengan buaya darat Jack sebagai germonya. Tergugah rasa takut pada mimpinya. Malam-malam itu kelabu dimulai. Ellie yang sebelumnya terpesona sosok Sandie, kini malah muak. Ranjang tempat ia tidur jadi penuh kebencian, lebih ganas lagi, sosok-sosok pelanggan jaja cinta menghantuinya, dengan wajah yang diburamkan, mereka meneror di kehidupan sekarang.

Ellie menjadi siswi aneh, kamar kosnya jadi menyeramkan, untung ada sobatnya John (Michael Ajao), si keling yang baik hati. Jadi tempat curhat. Di malam Helloween, John dan Ellie menghabiskan malam, dan berakhir di ranjang. Namun muncul penampakan, pembunuhan terjadi Sandie dan pembunuhan kelam.

Untuk punya penghasilan sendiri, Ellie jadi pelayan bar malamnya, dan salah satu pelanggan adalah sosok aneh, laki-laki tua yang gemar mengintainya, Ellie (dan penonton) otomatis menduga ia adalah germo Jack. Ketakutan Ellie berlipat-lipat, bahkan ia ke kantor polisi mengadukan kasus ini, malah jadi bahan olok-olok. Maka diputuskan diselidiki sendiri. Di perpustakaan kota, lantas dibantu John, melacak kasus Sandie, tahun 1960-an, yang ia temukan kasus-kasus lain, banyaknya orang hilang.

Malam menjadi cekam, ia sudah tak kuat lagi, menelpon neneknya, bahwa malam ini juga ia berniat pulang, ini malam terakhir di Soho. Keputusan pulang sepenuhnya improvisasi, perpicu ketakutan yang tak terkuasai. Lalu ia bertemu khusus dan meminta induk semangnya sebagian uang balik, apa yang ia terima justru sesuatu yang jauh lebih besar. Keping tanya yang samar-samar untuk berkelit dan suatu keruwetan yang membelit terjawab semuanya. Yaitu, fakta-fakta. Malam terakhir di Soho akhirnya ke tempat kebenaran bersemayam.

Awalnya niat kutonton di bioskop di hari pertama tayang, tapi jadwal bioskop CGV Festive Walk Karawang mendadak berubah, tak sesuai jadwal di web. Kutunda, dan diluar duga hanya bertahan seminggu, turun berkat gempuran Eternals. Anya jelas alasan utama, tapi dalam dilm justru nama Thomasin McKenzie yang memesonaku, tentu kalian semua juga. Pertama lihat di film Jojo Rabit, jadi cewek yang sembunyi dari kejaran Nazi. Memang tampak beda ini artis, di sini jadi protagonist utama (melepas peran di Top Gun!), mencuri seluruh layar, logat British-nya nyaman sekali didengar. Sangat pantas bersanding dengan Anya. Pas sekali di poster merefleksi, kata Lee milih sambil merem.

Genre film bergolak cepat, dari drama menjadi horror, menjadi thriller, dan twist itu mengasyikkan. Kelemahan Wright di Baby Driver dalam eksekusi ending, hampir saja terulang. Adegan minum teh itu luar biasa, sayang saja hampir rusak di ujung dengan tampilan adegan bahagia. Coba berakhir dalam malam terakhir di Soho, akhir pilu akan menjadikan sempurna. Untungnya itu benar-benar ujung, keterpesonaan kita masih menempel erat saat credit title muncul, berselang-seling dengan foto-foto London yang kosong. Lagu-lagunya dahsyat, seperti Baby, di sini keren semua. Kombinasi bagus-bagus: cerita, lagu, potongan-potongan trivia, hingga kejutan. Soho jelas salah satu yang terbaik tahun ini.

Apa yang dirasakan Ellie, berhasil merasuk ke jiwa menonton, dan mengaduk-aduknya bak bubur lumer, ya itulah keberhasilan sinema. Emosi kita turut serta, menjadi bahagia dengan senyum cerianya, menjadi ikut ketakutan, menjadi was-was akan nasib gadis ini, menjadi geregetan sama para tokoh di sekelilingnya. Caranya mengucapkan saja seperti bunyi genderang menalu-nalu jantungku yang tua, hati mas meleleh dek. Atau dalam satu kalimat, “Aku jatuh hati sama Ellie.” Muda, pirang, cantik, imut, logat British, dan hidup. Adakah yang lebih hebat dari kombinasi wanita sesempurna ini?

Hari-hari Ellie menjadi penuh warna dan berbalik seketika setelahnya. Pagi setelah bercengkerama dengan nuansa dan musik klasik. Kepada sahabatnya, ia sama sekali tidak berbohong. Apakah kau percaya hantu? Bahkan, yang dikatakannya itu benar, ia dikejar hantu-hantu tak berwajah, walaupun tidak sepenuhnya tepat. Mereka tak mengejar, mereka meminta tolong! Sempat Ellie pura-pura tidak memikirkan hal itu, tapi otaknya tidak bisa diajak kompromi. Otak Ellie tahu kalau ia berbohong. Itulah masalahnya dengan otak. Sering kali ia berpikir lebih dari yang kauinginkan. Teka-teki ini harus dipecahkan. Saat hantu-hantu muncul, mungkin kalian berujar, ‘hei itu ilusi!’ oh tidak bisa gitu bos. Saat kejadian, semuanya tampak begitu samar. Dan kesamaran itu tidak berkurang hanya karena kautahu bagaimana terjadinya…

Apa yang ada di kamar itu juga gambaran betapa manusia suka terjebak dengan masa lalu. Beberapa orang yang punya kebiasaan mengagumi dan menyimpan barang-barang indah yang tidak berguna. Atau beberapa menyebutnya rongsokan, tapi berhasil melempar ingatan ke masa lalu yang teduh. Idealnya memang kita bercerita masa lalu, sebab sungguh aktual. Kalian dengan mudah jatuh hati sama lagu-lagu The Who, John Lennon, Rudy Clark, Rory Gallagher, sampai Burt Bacharach dan Hal David. Apalagi saat diputar dalam vynil, telinga kita seolah turut diurut memutar. Luar biasa renyah. Lagu-lagu jadul selalu lebih asyik, terjebak nostalgia.

Thomasin McKenzie, kini aku punya alasan tersendiri dengan memilihmu. Seperti Sherina, cantik dan tak terjangkau. Bagai matahari terbenam di musim dingin. Jiwa tuaku kini sedang meluap-luap.

Last Night in Soho | Year 2021 | England | Directed by Edgar Wright | Screenplay Edgar Wright, Krysty Wilson-Cairs | Cast Thomasin McKenzie, Michael Ajao, Synnove Karlsen, Anya Taylor Joy, Diana Rigg, Matt Smith | Skor: 4.5/5

Karawang, 221121 – Silje Negaard – Bewitched, Bothered and Bewildered

1 Perempuan 14 Laki-laki

1 Perempuan 14 Laki-laki by Djenar Maesa Ayu, dkk.

“Kenapa kamu tidak pernah merasa yakin?”

Idenya terdengar gila. Menulis cerpen keroyokan, tapi menulisnya bergantian per kalimat. Kuulangi, “PER KALIMAT!” Bayangkan, kita tak tahu apa yang ada di kepala partner kita. Kita mau ke Barat, tapi dia malah ke Utara. Ga nyambung cuk. Namun nyatanya bisa ada 14 cerpen. Ternyata hasilnya juga biasa saja. Sulit sekali membuat cerita sejenis itu, apalagi hanya dibuat beberapa bulan. Kalau ditulis beberapa tahun, dengan pendalaman, editing, dan diskusi lanjut pasti beda. Akan lebih matang, ini seolah bikin mis instan, hanya semalam dikerjakan sampai subuh untuk satu cerita, janjian ngopi lalu mencipta karya. Sah-sah saja, tapi tetap tak bisa sebagus itu.

Pembukanya lumayan bagus. Begitu juga penutupnya, tapi tengah-tengahnya entahlah. Mawut pokoknya. Heran juga, bisa pede merilis cerita semawut ini.

#1. Kunang-kunang dalam Air – dengan Agus Noor

Di kafe kenangan denganbir bergelas-gelas. Mabuk hingga tutup, sampai diusir. Rutinitas menelusuri kenangan. Lalu cerita flashback, masa ketika mereka masih pacaran. Sering janjian di sini, seriang beradu mesra. Dalam keteleran muncul kunang-kunang.

“Aku akan selalu mencintaimu, kekasihku…”

#2. Cat Hitam Berjari Enam – dengan Enrico Soekarno

Melukis dengan keraguan sebab di kepalanya bersemanyam setan. Ia kehilangan kendali atas alam pikiran dan jiwanya sendiri, karena bulan sabit putih yang menempel di kanvas mengingatkannya pada kesalahannya. Ah sakaw ternyata.

Dia tak tahu apakah harus merasa bersyukur atau menyesal karena belum mati.

#3. Menyeruput Kopi di Wajah Tampan – dengan Indra Herlambang

Dunia akting dan dibaliknya. Gigolo dan kopi yang dihirup si tampan. Seluk beluk selebriti kita. Cerita sempurna itu apa, scenario bagus yang berhasil diaplikasikan dalam akting film? Tak melulu, dasarnya harus benar.

“Lihat marking-nya dong! Setelah dialog pertama kamu baru pindah!”

#4. Ramaraib – dengan Sardono W. Kusumo

“Tiap kali kita bertemu, aku menabung rindu.” Kalimat pembuka yang bombastis. Kali ini kita diajak ke sentradari. Penampilan gemulai nan indah mementaskan lakon Rama. Gurunya yang bijak itu menjelma jahat di belakang layar. Benarkah?

“Cokli itu singkatan dari cocok pelir…”

#5. Kupunyakupu – dengan Totot Indrarto

Pertemuan tak sengaja di kafe yang menjebak aura alcohol. Dan kini terjebak bersama kelemahan hati saya sendiri. Dan terakhir bertemu malah bertengkar hebat. Ini bisa jadi rahasia, tapi pertentangan keluarga harus dihindari. Secinta dan setulus apapun, menikah adalah menggabungkan dua keluarga, maka hubungan ini harus diputus. Apa sebab?

“Karena kamu tidak nyata.”

#6. Kulkas. Dari. Langit. – dengan JRX

Pintu kulkas. Pintu yang termasuk di dalam daftar suci keluaran Majelis Uhuk uhuk Endonesa. Saya tak tertarik kulkas. Dingin. Saya mencintai kehangatan. Ah penikahan, ah penyatuan dua individu yang saling mencinta. Di tengah sawan. Dingin bos.

“Saya pesan bir dingin, Mas.”

#7. Matahari di Klab Malam – dengan Arya Yudistira Syuman

“Seperti yang kumau, seperti matahari terbit yang ditunggu setelah malam berlalu, kepada hari yang baru.” Pembuka yang jitu, lagi. Namun tak konsisten, jitu hanya lesatan mula. Setelahnya acak nan dinamis. Pesta, gincu, dansa, ahhh… matahari di pelacuran. Ah, gemerlap cinta satu malam.8. Rembulan Ungu Kuru Setra – dengan Sujiwo Tejo

#8. Rembulan Ungu Kuru Setra – dengan Sujiwo Tejo

Adipati Karna gugur di Tegal Kuru Setra saat perang besar Bratayuda. Kita diajak kembali ke pementasan ternyata. Tetang Raditya dan Prita, umum pasangan yang love-hate. Sayang-benci, ciuman panas lantas bertengkar.

“Kamu tanya apa barusan, Prita? Ciumanku tak bisa kamu tanya dengan why, shat for, dengan… aaah!”

#9. Napas dalam Balon Karet – dengan Richard Oh

Antonio dan Roselyn. Pada awalnya sunyi tak pernah menengahi mereka. Hanya da gelak tawa. Tiap gerak dan gerik adalah sebuah semiotika yang menafsirkan diri sendiri sebagai sebuah penanda untuk tawa. Tak butuh tafsiran atau terkaan. Hanya letupan ekspresi yang begitu lepas dan bebas. Sebuah epiphany mutlak.

“Kamu datang untuk menanyakan nama saya, kan?”

#10. Bukumuka – dengan Nugroho Suksmanto

Pagi yang muram bertabuk jauh di ufuk. Lagi-lagi pembuka yang bagus, tapi lagi-lagi tak konsisten. Sulit bro… Kusmanto yang gundah karena dalam kepalanya terjejal kemelut-kemelut masalah. “Keluarkan saja di dalam!” Ayu, cewek kenalan di facebook itu meminta hubungan yang tampak serius karena meminta ‘di dalam’. Dan saat lelaki beristri melakukan ke cewek asing, masalah adalah buntutnya.

“Besok saya telpon kamu, Manto. Selamat siang.”

#11. Ra Kuadrat – dengan Lukman Sardi

Ranu identik dengan Rani. Sejoli yang banyak menghabiskan waktu bersama di antara tumpukan buku perpustakaan. Sepasang kekasih di sekolah, Ra Kuadrat: Pasangan Kutu Buku. Namun pacar, tak selalu berakhir di pelaminan.

“Mah, kamu belum tidur?”

#12. Dijerat Saklar – dengan Robertus Robet

“Aku mencintaimu maka aku membunuhmu, aku membunuhmu maka aku ada.”
Hubungan percintaan yang rumit, karena mematut dengan nyawa. Cahaya jadi metafora kehidupan. Ah, jiwa-jiwa muda yang labil.

#13. Polos – dengan Romo Mudji Sutrisno

Semalam, rembulan nyaris purnama. Pembuka yang romantis, indah. Awalnya, tapi tak konsisten. Pasangan yang sama-sama bugil, diarak dan ditertawakan. Mata-mata mereka rakus menelan kedua tubuh yang dipaksakan telanjang itu seakan mereka sendiri tidak pernah bugil atau jujur berpolos diri di hadapan yang Ilahi. Nayla dan percakapan individu.

Di surga, Romo Mangun sedang menulis cerita pendek.

#14. Balsem Lavender – dengan Butet Kartaradjasa

Ini lucu. Aroma balsam Lavender jadi anekdot masa muda. Lastri yang sudah nenek-nenek merasa gairah harus dibakar. Aroma balsam memang bukan aroma yang sengaja dirancang untuk mengilik-ilik syahwat. Hasrat untuk menziarahi pintu Rahim semakin rontok seperti dedaunan gugur diterjang marah angin. Dan Mas Gun adalah selembar daun yang terkapar.

Mas Gun, atlet idola lokal itu ternyata…

“Sudah ompong yang dicari tetap saja lavender. Kayak ada pengaruhnya buat kamu.”

Terlihat kolab sejenis ini sulit sekali menjadi cerita bagus. Pembuka selalu bombastis, karena jalinan belum ada. Tak perlu beberapa paragraph, baru menginjak kalimat tiga empat saja udah amburadul. Kalau kolab per bab untuk satu novel utuh masih bisalah, sebab satu bab masih karya satu penulis. Contoh novel Klik! Yang juga baru selesai kubaca, itu 10 penulis mengambil 10 bab, tugasnya hanya melanjutkan cerita dari bab sebelumnya, nah, ini masuk akal. Kalau kolab per kalimat, sulit bro.

Kecuali, ditempa bertahun-tahun. Artinya satu cerpen yang sudah jadi, semalam mungkin, didiskusikan bermalam-malam. Bersepakat, apakah sudah final, ataukah bisa direvisi lagi. lantas harus ada benang merah, mau cerita tentang apa. Kalau cerpen kolab, dibikin semalam ya amburadul. Jadi sih jadi, tapi ya gini. Kolab sama aktor, jadi cerita tentang film. Kolab sama penari, jadi cerita tari. Bersama sastrawan, jadi mendayu, dst. Seolah Mbak Ayu nurut saja arahnya ke mana. Maaf sekali, ini percobaan yang gagal. Nama besar Djenar Maesa Ayu, tak menjamin kualitas secara umum bakalan sukses. Percobaan yang perlu diapresiasi, tapi harus lebih matang. 1 Perempuan 14 Laki-laki, malah tampak hanya gaya-gayaan. Bumbunya masih tak pas, ramuannya perlu digodok lagi. Semangat, meracik ulang.

1 Perempuan 14 Laki-laki | by Djenar Maesa Ayu, dkk | Penerbit Gramedia Pustaka Utama | Januari 2011 | Cetakan ketiga, April 2011 | editor Mirna Yulistianti | setting Ryan | desain sampul diolah dari Shutterstock.com | GM 201 01 11 0003 | ISBN 978-979-22-6608-5 | Skor: 2.5/5

Karawang, 211121 – Charlie Parker – Laura

Thx to Anita Damayanti, Jakarta