
A Golden Web by Barbara Quick
“Aristoteles, simpanlah kekuatanmu, Cintaku. Meskipun aku sangat mengagumimu, Aristoteles keliru dalam banyak hal… dia berkata, ‘Keberanian seorang laki-laki tampak dalam caranya memerintah, dan keberanian seorang perempuan tampak dalam mematuhi.’”
===catatan ini mengandung spoilert===
Terbitan Atria lagi, ini adalah salah satu penerbit favorit. Semua bukunya coba kulahap. Alasan membelinya ya hanya ini, aku tak tahu siapa Barbara, apa arti A Golden Web, atau kalimat di sub judul. Peganganku hanya Atria, dan terbukti bagus. Sayang sekali penerbit turunan Serambi ini sudah tutup buku. Aku dalam masa pengumpulan buku-bukunya buat koleksi. Dunianya adalah tempat yang terang dan berkilauan, begitu penuh dengan keajaiban sehingga dia tidak pernah ingin memejamkan mata darinya.
Kisahnya tentang Alessandra Giliani dari Persiceto, Italia, perempuan pertama ahli anatomi. Ia terlahir di abad 14, di mana perbedaan gender masih sangat kental. Terlahir perempuan, tak bisa menempuh pendidikan tinggi, menikah di usia yang sungguh belia, haid pertama berarti masa untuk mencarikan pasangan hidup, perang terjadi di berbagai tempat, para penyihir dibakar hidup-hidup, dan dunia medis masih sangat kuno. Di masa itulah cerita buku berkutat. “Ini artinya semacam ‘Hal-hal itu disebut ambigu’, ketika meskipun mereka bernama sama, mereka memiliki arti yang berbeda.”
Alessandra terlahir dari keluarga berada, ayahnya adalah pedagang barang-barang yang sering melintas antar kota, salah satunya adalah pasokan buku. Ia memiliki tiga saudara, si sulung Nico, nomor dua dia, ketiga perempuan juga Pierina dan bungsu Dodo. Kelahiran anak keempat mengakibatkan kematian ibu, jadi mereka dibesarkan dalam keadaan piatu.
Ayah mereka Carlo menikah lagi dengan Ursulas, sang ibu tiri inilah yang mengatur banyak hal. Termasuk percarian calon suami, mendandaninya dengan layak, dank arena peraturan yang ketat, mereka begotu benci. Terlihat Alessandra begitu cerdas. Pandai membaca, berhitung, mengamati banyak hal. “Kebaikan tidak ada hubungannya dengan hal itu. Aku hanya tidak berhasrat untuk menjadi bahan bakar suatu api unggun besar di lapangan.”
Pernah ada kasus, seorang pendeta tua Fra Giuseppe, gurunya terbujur yang dikira saudaranya, ia sudah meninggal dunia. “Sungguh sial, harus mati tanpa ada kesempatan berdamai dengan Tuhan!” Sama Alessandra, ditolong cepat, ada daging tersangkut ditenggokan, gegas ditarik tubuhnya, dipukul punggungnya, dan ta-daa… pendeta bangkit dari kematian. Atau kejadian saat mereka belajar berkuda, dengan cepat berhasil berderap. Perempaun kutu buku yang mengagumkan. Kakaknya sampai takjub. Banyak hal yang disebut masyarakat luas sebagai keajaiban hanyalah sebagain kecil dari hasil pemikiran akal sehat seseorang yang gemar mengamati segala hal.
Alessandra memiliki seluruh kapasitas yang dibutuhkan untuk menguasai tujuh seni liberal: tata bahasa, logika, retorika, aritmatika, goemetri, musik, atau bahkan astronomi. Singkatnya ia istimewa, berotak cemerlang, maka saat usia 13 tahun akan dinikahkan, ia menolak, ia ingin belajar lebih. Kecintaan kepada literature dan ilmu pengetahuan begitu besar. Ia bilang ke papanya ingin kuliah kedokteran di Bologna, keinginan yang sulit diwujudkan. Ibu tirinya juga memaksa terus untuk segera kawin. “Jika merasa ragu, kita harus bertanya, dan jika bertanya, kita akan mengetahui kebenaran.”
Berbagai cara dicoba, salah satunya menunda perjodohan, ia sekolah biara setahun dulu, dan di sinilah ia mengambil sikap. Bersama pelayannya Emily, setelah setengah tahun belajar, mereka berencana kabur. Dengan kuda penyamaran menjadi laki-laki, dibantu kakaknya yang memberinya bekal, uang, dan semua fasilitas. Menyamar menjadi laki-laki guna belajar. Sungguh eksotik bukan plotnya. Berhasilkah ia melewati rintangan dan mewujudkan cita-citanya? Alessandra Giliani. “Itu nama yang bagus. Dan nama itu kukira akan dikenang dalam waktu yang lama.”
Jelas sekali ayahnya begitu mencinta putrinya yang istimewa ini. membantu banyak hal untuk mewujudkan cita. Termasuk secara tak langsung mengirimnya ke universitas. Dan mencarikan pendamping yang juga kutubuku. “Kuharap kau akan melihat, setahun dari sekarang, keadilan dalam jalan yang kupilih untukmu.”
Tanpa tahu siapa Alessandra ini, kehidupan sang tokoh utama sungguh mengejutkan. Meninggal di usia semuda itu. Sang penulis mematik niat bercerita dari sebuah plakat, Alessandra Giliani, perempuan muda dari Persiceto, ahli dalam demontrasi anatomi dan murid terbaik sang dokter terkenal Mondino de’ Liuzzi. Meninggal pada usia 19 tahun akibat kerja kerasnya pada 26 Maret 1326. Plakat itu diukir oleh Ottone (Otto) Agenius Lustrulanus, yang merana karena kehilangan belahan jiwa sekaligus rekan kerja yang cemerlang.
Lantas menelusuri jejak, melakukan penelitian dan banyak wawancara, dan jadilah buku ini. Sejarah adalah tempat aku hidup, tempat kita semua hidup, berdampingan secara nyata maupun tak kasat mata dengan sosok-sosok lain. Keputusan bijak, based on true story. Beberapa tokoh jelas rekaan, Bene yang mengesalkan contohnya. Kuliah dengan uang kumpulan warga, ia mengetahui rahasia Alessandra dan melakukan pemerasan.
Judul A Golden Web sendiri berarti sarang laba-laba yang menghubungkan, pembunuh darah manusia yang rumit itu menghantui mimpi. Dia terbangun dengan sangat kaku dan kedinginan, sisa-sisa mimpinya melekat di benaknya bagaikan sarang laba-laba. “Tadi aku mengalami mimpi yang paling ganjil.” Katanya, dan meneliti bangkai babi berkali-kali. Lagipula, babi tidak memiliki roh kehidupan. Karena untuk mendapatkan mayat manusia sulit, apalagi perempuan. Saat akhirnya ia berkesempatan pertama kalinya, ia begidik dan demam.
Mengutip Galen – filsuf dan ahli astronomi dari Bergama, Turki (129-200 M), dan kadang-kadang menyela kata-katanya sendiri, “Kita baru berada di awal ilmu astronomi yang baru ini, dan masih ada banyak sekali hal yang harus ditemukan dan dibuktikan kebenarannya.”
Dame Edita berkata, “Berhati-hatilah sayangku, saat mengungkap dirimu yang sejati pada lelaki manapun – karena perasaan mereka tentang kebenaran di dunia ini tergantung pada kepercayaan mereka terhadap diri sendiri sebagai jenis kelaminn yang lebih kuat dan bijaksana, dan jauh lebih berharga.”
Kebanyakan cinta yang romantis hanya menyebabkan ilusi. A Golden Web juga menunjukkan fakta bahwa kalau sudah jodoh takkan kemana, kalian tahu siapa pria yang dipilih ayahnya untuk jadi suaminya? Ternyata teman mahasiswa yang ngekos di balik dinding sang dokter. Begitu juga fakta bahwa ke manapun kalian pergi, kabur, atau mencoba menghilang dari pandangan mata, takdir hidup akan menhampiri. Dan yang terjadi, terjadilah.
Satu lagi, tentang keluarga. Ibunya almarhum, mereka selalu mendoakan di mana saja, kapan saja, percaya bahwa ibunya di surga menyaksi segala tindak tanduk anaknya. Betapa luar biasa tautan cinta itu. Benar-benar jaring emas, keluarga adalah segalanya.
A Golden Web | By Barbara Quick | Diterjemahkan dari A Golden Web, terbitan HarperTeen; 2010 | Penerbit Atria (Serambi) | Penerjemah Maria M. Lubis | Penyunting Ida Wajdi | Pewajah isi Hadi Mahfudin | Desain sampul Amalia Kurniasih | Cetakan I, Maret 2011 | ISBN 978-979-024-472-6 | Skor: 4/5
Untuk putraku yang luar biasa – tanpa perlu dikatakan lagi, dengan cinta
Karawang, 301121 – Count Bassie – Bill’s Mill
Thx to Ade Buku, Bandung