Kemungkinan yang Tak Terbatas


Firebelly by J.C. Michaels


Aku tetap berada di rumput sampai kesejukan pagi membangunkanku. Ketika aku sedikit bergerak, aku merasakan tanah yang kering pecah di kulitku…”


Kadang-kadang kehidupan kita dibelokkan oleh sesuatu yang begitu sederhana dan begitu tidak penting seperti seekor katak. Buku ini lebih bagus penjelasan di kata pengantar dan lampiran tentang eksistensialime-nya ketimbang isi utamanya. Mencoba filsafat, sang katak malah mengantar pembaca menguap bosan dengan berbagai pilihan hidup. Bagaimana sebuah pertanyaan sederhana dapat menyebabkan timbulnya masalah besar. Adalah pemicunya, dari sang katak tua, si katak muda lantas mengalami petualangan hebat. Mereka memandang kehidupan dengan tergopoh-gopoh dan merasa telah menemukan sesuatu. Ludwig Wittgenstein menulis sebuah buku yang sangat kecil di mana dia menyatakan bahwa batasan bahasa adalah batasan dari apa yang dapat kita ketahui dan kita sampaikan pada orang lain. Jika kita punya kata-kata untuk menggambarkan sebuah pengalaman, pengalaman itu akan lenyap dan tidak dapat dimiliki orang lain.


Biasanya terbitan Serambi menjamin kualitas, terjemahan pilihan dari novel-novel bermutu. Maka, walau saya tak paham ini tentang apa dan siapa, karena terbitan Serambi aja saya putuskan beli. Ternyata ada yang kurang bagus. Novel ini lemah dalam bercerita, tentang katak bunting yang banyak bertanya tentang kehidupan, semesta metamorphosis sampai rasa penasaran bila keluar dari zona nyaman apa yang akan terjadi. Umum, menggurui, lantas masalah yang disodorkan terlampau biasa, konfliks sederhana, tak berbahaya, atau dalam satu kata: datar.


Descartes mengemukakan argumen bahwa karena persepsi-persepsi kita bisa diperdaya atau tidak akurat, kepastian dan pengetahuan sejati hanya bisa datang kalau kita mengabaikan panca indra kita dan bergantung pada pemikiran dan penalaran.


Katak itu bernama Mising Pieces (PC) – potongan yang hilang, sebab dua kakinya buntung. Ia terlahir sebagai Firebelly, si perut api di sebuah danau, tempat liar. Semasa masih embrio, ia tumbuh menuju kehidupan, bermetamorfosis, yang lantas mengantarnya pada kerasnya kenyataan.


Ia mendapat banyak petuah dari kata tua, bahwa hidup ini misteri. Penderitaan adalah awal mula kesadaran. Apakah setiap tindakan dan keyakinan adalah hasil dari beberapa sel saraf yang membakar di dalam otak kita? Apakah ada kekuatan tak terhingga yang bekerja membentuk siapa dirinya, lama sebelum ia terlahir. Waktu akan menyembuhkan apapun yang mengganggunya, dan luka apapun yang terbentuk sekarang.


Nah suatu hari, ia kena jaring. Bersama binatang lainnya, ia lalu ditaruh di toko peliharaan. Daerah yang berisik karena bersama binatang lain, salah satunya adalah ular. Predator kaum mereka. Salah satu contoh hewan lalat jenis Ephemerids yang hidup singkat adalah , jenis lalat yang hidup hanya sehari.


Dari sinilah, kisah lalu melalangbuana liar. Ia dibeli oleh remaja putri Caroline, orangtuanya bercerai, ia hidup sama ayahnya. Ia bernama PC, dan hidup dalam limpahan kasih sayang. Di tempatkan di akuarium, di kamar yang sejuk, dengan makanan jangkrik yang terjamin rutin. Ia bahagia.


Lantas suatu hari sang ayah akan keluar negeri, ke negeri jauh di Asia. Pergi ke negeri-negeri jauh dan menunggang unta melintasi gunung pasir yang angin. Maka Caroline diantar ke rumah ibunya, PC dibawa dan ditempatkan di jok belakang, sayangnya penampung itu terbuka, ia memiliki kesempatan bebas. Apakah impian petualangan liar yang dikisahkan pak tua itu worth it dilakukan, atau ia nyaman saja sama Caroline? Kembimbangan, dan segala kemungkinan ditimbang. “Berpikir dapat menimbulkan banyak kesulitan.”


Rasa penasaran mengantarnya, keluar. Hippocrates bilang, “Kehidupan ini singkat, kesenian berumur panjang, kesempatan cepat berlalu.” Ia bersembunyi di kolong tempat duduk mobil, ia menikmati kesunyian, kesabaran, dan momen merdeka yang absurd. Bukankah ini yang inginkan selama ini? kembali kea lam liar, menikmati semburan matahari bersama saudara-saudaranya, walau ancaman ular atau predator lain menghadang. “Aku terkutuk untuk bebas…”


Kita diperkenalkan dengan keluarga baru, seorang remaja bermasalah bernama Claire. Ia mendapat konseling oleh guru BP-nya Pak Levante. Dan takdir mempertemukan mereka. Keduanya bermasalah, tapi nasib makhluk hidup memang dinamis ‘kan?! “Yang penting adalah mengembangkan harga diri dan kebahagiaan sehingga kita bisa menghadapi tantangan hidup…”


Dalam salah satu sesi penyuluhan. Di antara ruang yang memisahkan, ada kesunyian yang menggelisahkan. Claire komplain, Bapak selalu mencari hal yang sama, dengan sudut pandang yang sama, dan menemukan solusi yang sama – tanpa menghiraukan siapa yang duduk di kursi ini. “Kita hidup bahagia dan senang sampai sesuatu membuat kita sedikit merasa tidak enak dan sakit, sampai kita menyadari ada akhir pada setiap kehidupan…”


Semua orang memberikan alasan dan penjelasan tentang kelakuan Claire, tapi kemudian dia melakukan sesuatu yang menghancurkan optimism semua orang.


Awan telah menghitam dan menyebar di langit seolah-seolah menutupi dunia dalam warna kelabu yang samar-samar. Dunia luar memanggilnya dengan janjinya akan keliaran dan petualangan, mengajaknya dengan kemungkinan mengenai kehebatan dan kemegahan. Tidak ada cahaya pemahaman yang bisa diterima semua orang. Yang ada hanyalah kesadaran Claire bahwa dia tidak bisa kembali pada kesenangan masa kecil.


Kehidupan penuh dengan tepi-tepi yang kasar. Kehidupan adalah perjalanan luar biasa menuju wilayah tak dikenal. Kita hanya menggunakan kiasan dan analogi untuk menggambarkan perjalanan waktu. Objek yang ditangkap indra kita sama; persepsi kitalah yang berubah seiring bergesernya cahaya dan bayang-bayang. “Kamu tidak pernah berubah, dan itulah alasan aku menyukai kamu ada di sini. Kamu sama seperti dulu, sama seperti ketika aku masih kecil…”


Kita selalu melihat ke belakang. Benar, kan? Tepi itu tidak pernah menjemukan dan selalu menarik. “Aku berbicara seperti seorang penyair karena… yah.. karena aku berusaha untuk tidak memberitahumu tentang tepi yang kasar dalam kehidupanku..”


Berikutnya adalah lampiran tentang keberadaan, bagus banget penjelasannya. Beberapa kutipan beberapa filsuf. Gagasan mengenai keberadaan. Novel ini menitikberatkan pada eksistensialisme. Salah duanya adalah tokoh yang terkenal akan teori ini adalah Jean-Paul Sartre, bukunya Being and Nothingless dan Martin Heidegger, bukunya Being and Time.


Hal-hal besar terjadi di sekitar kita sepanjang waktu, hal-hal besar yang berlalu tanpa kita sadari atau yang kita abaikan, cerita-cerita besar yang tenggelam dalam rajutan kisah dunia, dan hanya bagian-bagian kecilnya yang kita lihat dan kita kenal.


Dalam Notes from Underground, Dostoyevsky melukiskan seorang anti-hero yang ingin menjadi lawan dari hal-hal yang rasional, dapat dimengerti, dan bermanfaat… dia ingin menciptakan ketidakteraturan dan kekacauan sebanyak-banyaknya.


Sartre dalam Nausea, “Apa yang kulakukan sekarang akan menciptakan siapa aku nanti.”


Nama resminya adalah firebelly toad, atau dalam bahasa Indonesia kodok perut api, dan memang lazim ditemukan di toko hewan peliharaan karena warnanya yang unik sehingga menarik dilihat, dan juga mudah dalam perawatannya.


Ini adalah buku pertama J.C. Michaels, dan rasanya sudah bisa bilang bye andai ketemu karya lain. Mengingatkanku pada nama besar Paulo Coelho yang isinya petuah, menggurui, menasehati di mana cerita utama sejatinya hanya tempelan. “… Aku ingin tahu berapa banyak bagian hidupku yang hanya sebuah mimpi… jika aku bisa menjadi orang lain, hanya untuk sesaat, banyak sekali yang akan kupahami.”


Apa yang tersisa kalau Anda menyingkirkan warna, ukuran, bentuk, tekstur, dan baunya? Apa yang tersisa ketika Anda menyingkirkan emosi dan perasaan, rekaan dan gagasan fantastis? Ketika semua yang bisa Anda sebutkan hilang dan disingkirkan dari kehidupan, apa yang tersisa?” Sartre menjawab: keberadaan.


Firebelly | by J.C. Michaels | Diterjemahkan dari terbitan Philograph, Inc, Boston, 2007 | Penerjemah Rahmani Astuti | Penyunting M. Sidik Nugraha | Pemeriksa aksara Eldani | Pewajah isi Siti Qomariyah | Penerbit Serambi Ilmu Semesta | Cetakan pertama, September 2010 | ISBN 978-979-024-203-6 | cover gilang-iggrafix | Skor: 3/5


Untuk Julia,


Karawang, 050921 – Take Over Band X John Paul Ivan – Cuma Kamu


Thx to Derson, Jkt