#30HariMenulis #ReviewBuku #8 #Juni2021
“Kanuku Leon? Dia raja dari sekian raja yang pernah berkuasa di Timor, naungan yang abadi…”
Cerpen-cerpen Dicky Senda mayoritas berkisah di tanah kelahirannya di Indonesia Timur. Banyak sekali mengambil bahasa lokal, melimpah ruah sampai butuh penjelasan di tiap akhir cerpen. Menonjolkan budaya lokal sah-sah saja, seolah memang menjual dan menyampaikan ke dunia bahwa budaya yang erat dilakukan itu ada. Seperti pencerita kebanyakan, kisahnya mencoba membumi dengan kegiatan rutinitas, pengalaman pribadi yang dibumbui fantasi. Semua cerpen di sini tertata dengan apik, tapi tetap inti cerita masihlah liar. Tak nyaman diikuti dengan santuy.
Kukupas sedikit tiap cerpennya.
#1. Soleman
Ini kisah tentang kakek yang berdongeng kepada cucu-cucunya. Masa tua bersama anak kecil yang penuh penasaran perjalanan hidup. Salah satunya saat pendudukan Jepang di Indonesia, kehidupan yang keras karena di tahun 1943 sang kakek bernama Soleman menikah dengan Aminah yang lalu berubah nama menjadi Yohana. Orang Jawa yang dipersunting lalu dibawa ke rumah orangtua.
Tahun 1947 lahirlah ibu kalian, dan kisah terus bergulir hingga masa kini. Perjuangan kemerdekaan, mempertahankannya, dan mengisinya dengan rasa syukur. Dan bagaimana lagu Kimigayo, lagu kebangsaan Jepang dengan fasih ia syairkan.
“Jika kau ingin melakukan sesuatu, lakukanlah dengan segala daya dan upaya hingga batas terakhir kemampuanmu, bahkan yang terpahit sekalipun, untuk mencapai yang terbaik. Itulah Gambaru.”
Gambaru adalah etos orang Jepang. Dalam berbagai literatur, etos ini tampil sebagai gi, bersikap benar dan tanggung jawab; jin, murah hati dan mencintai; yu, berani dan kesatria; rei, bersikap santun dan hormat; melyo, menjaga martabat dan kehormatan; makoto, bersikap tulus dan sungguh-sungguh, serta chugo, mengabdi dan loyal. Jadi gambaru mempunyai pengertian bekerja keras dengan sabar, tekun, fokus, penuh semangat, dan antusiasme sampai tujuan tercapai.
#2. Pohon Kersen dan Batman
Pembunuhan dan bunuh diri dalam pelukan kepahitan hidup berumah tangga. Dengan anehnya menulis di selembar kertas yang ditaruh di pohon kersen berisi, “Beta ini siapa?” HD, 35 tahun. Ia sudah tampak linglung dan menyendiri lama, tinggal di rumah tua dalam renungan. Pilihan ini menjadi gunjingan tetangga, terutama perempuan tua samping rumah yang sering bilang, ‘makanya kawin!’ biar ada yang urus. Padahal suaminya, Pak PH adalah tukang selingkuh yang langganan jajan.
Lalu keinginan bebas terbang seperti batman muncul, dengan segenap hati melakukan hal-hal terlarang. Termasuk kriminal kelas pertama. Ternyata di baliknya ada masa lalu pahit yang sulit ditanggung.
“Ini kelelawar. Tapi, memangnya beta ini siapa?”
#3. Gugur Sepe Usapi Sonbai
Cerita sedih tentang cinta yang tak sampai. Bukan karena ada pilihan orang ketiga, atau selingkuh atau sebab cemburu dan sejenisnya. Ini tragedy cinta yang memang sudah digariskan penuh luka sedari mula. Maria pergi ke Malaysia meninggalkan Usapi Sonbai permai, alasan klasik untuk memperbaiki perekonomian.
Joseph menanti setia, kenangan di bawah pohon sepe sebagai kenangan terakhir selalu ternyiang. Secara samar aku merasa Tuhan tak adil padaku.
#4. Kanuku Leon
Dongeng yang tersamar atau kenyataan yang disamar lantas seperti dongeng? Di Barat ada gunung dengan puncak menyala seperti emas. Zaman dulu kala, sang raja berkisah kepada anak-anaknya, pohon yang berkisah ibu di ufuk Timur. Ini mimpi, ini masa lalu yang disusupkan ke dalam mimpi di masa kini? Ma’ Leta yang menuntut penjelasan mimpi yang terulang.
Ini tentang pelestarian lingkungan hidup, bagaimana tambang, penebangan pohon membabi buta untuk industri membuat alam akan marah. Jika alam dirusak maka akan datang bencana dari Uis Neno dan Uis Pah. Untuk itu mereka berjuang.
Kanuku leon adalah syair kuno yang berisikan ratapan masyarakat Tetun di Timor tentang sosok raja nan bijaksana, diibaratkan seperti sebuah pohon beringin pelindung-penganyom-yang telah mangkat.
#5. Menikahi Anjing
Manusia berkepribadian lebih dari satu. Penghuni kompleks kos Memoria nomor 9. Ia menjadi banyak halusinasi, penderita skizofrenia yang menjadikan tetangga adalah bahan bakar bicara/tulisan. Tetangganya yang kasar, sepasang suami-istri yang mengganti kata sayang menjadi anjing. Lalu sudut pandang berganti, saling silang. Menjadi tetangga, menjadi benda patung salip, menjadi Ryan Gosling dan Michelle William dalam Blue Valentine. Dan sungguh ia memang akhirnya dibawa ke Rumah Sakit Jiwa.
“Apakah sejatinya kehidupan pernikahan itu? Mencintai sepenuh jiwa dan raga yang telah tertampung cinta dari-Nya.”
#6. Kabut Kota Ini
Sebuah judul puisi yang ditulis pada usia 13 tahun. Tentang rasa takjub pada kota kelahiran yang senantiasa berkabut. Kini bait-baitnya sudah terlupa, maka saat suatu hari terjebak kabut ia menjadi sanksi. “Beta ju sempat lihat dia sepintas, tapi karena tiba-tiba kabut tebal turun, katong sudah sonde baliat lai.” Kata Goris.
Ini tentang masa suram Indonesia kala pembersihan PKI. Ada yang menuduh bahkan saat kau adalah polisi. Ah, masa dan tempat yang berkesinambungan. Kabut kota ini turun lagi dan mencengkeram setiap rumah tempat segala dongeng dipelihara di atas meja makan.
#7. Noorlientje
Jam setengah Sembilan malam. Di dalam hutan, dua belas kilometer dari kota yang mesti berselimut kabut. Sesosok bangun dan muntah tanah bau anyir. Ia terbangun, setelah menunggu untuk menjadi kunang-kunang. Nor, setia mengabdi pada kedua orangtuanya demi Daniel putra semata wayangnya. Ia tegar menghadapi kenyataan sebagai janda muda dari seorang PKI. Suaminya hilang kala bersih-bersih Orde Baru.
Lalu muncul penawaran yang tak enak ditolak, Adam yang bersedia menyuntingnya. Dibawa ke Kupang lalu ke Jakarta. Tentang masa lalu, tak ada masalah lagi… menunggu untuk menjadi kunang-kunang seperti korban-korban politik yang lain. Di hutan Netmetan yang hitam.
#8. Ada Kisah Tentang Lukisan Ikan di Fenonai
Di Fenonai tak ada amis ikan dan asinnya laut yang berseliweran di hidungmu. Tak ada deretan kelapa yang angkuh di bibir pantainya. Di masa misa Hari Raya Tubuh dan Darah Kristus bersama umat, Romo Amandus ke pantai menikmati indahnya pantai Fetonai.
Ada kisah sedih, tentang anak lelaki satu-satunya melukis dengan indah. Lukisan ikan di dinding, baru buat satu. Ada nada kehilangan dan derai kepedihan.
#9. Namaku Noentuaf
Sang Pemimpin Ibadat, Sang Penenun Mimpi dan segala ritual adat. Memanggil roh yang diajak berkomunikasi, sesekali berbahasa berancau dengan liar. Semacam dukun yang bisa melintas dimensi lalu mengajak jiwa yang terbang. Ah semesta sedang bersemadi membingkai sukaria pesta. Neontuaf, lelaki yang mampu menembus waktu.
#10. Suanggi
Kabar duka muncul lewat pesan yang dikirim, Pak Samuel berpulang ke rumah Bapa. Duka dan rasa kehilangan. Seminggu kemudian di rumah ibadah di Minggu pagi bulan Januari. Topik suanggi dan segala gosip tentang betapa orang jahat matinya malah lama. “Orang begitu lama mati, karena Tuhan masih kasih kesempatan untuk dia supaya bertobat.”
Orang bergosip memang tak kan ada habisnya. Seribu tanya mendesak-desak di sela lamunan, di emper rumah. Suanggi, adakah ia serupa kucing hitam bermata elang?
#11. Klang-Klang
Terbang dan menghilang, di angkasa memandang gunung tinggi ditampari angin, mencipta awan jauh di sana dengan pemandangan elok, bak surga. Ini tentang jiwa-jiwa yang melintasi dimensi, Ahmad yang berwarna hitam dan kuning berkelana, bertemu Klang yang bertubuh hijau.
Ini juga tentang gunung dan penjaganya. Melintasi zaman, dari tahun 2015, ke 2005 lalu melesat jauh ke masa lalu di tahun 1915, jangan ada pertanyaan walau di benak berloncatan ras penasaran. Bertemu dengan Van Schutelen, sejarah mencatatnya sebagai ahli botani yang menyiarkan penemuan danau Kelimutu ke seluruh dunia. Sebuah ritual pa’a loka. Upacara memberi makan kepada arwah leluhur yang dilakukan oleh penduduk di lereng gunung Kelimutu, kepercayaan bahwa orang yang meninggal berkumpul di 3 danau di puncak gunung.
Yang rahasia biarkan tetap menjadi rahasia.
Ini adalah buku kedua Dicky Senda yang kubaca. Lahir dan menetap di Mollo, Timor Tengah Selatan. Seorang yang aktif dalam komunitas sastra, berteman di sosial media, menyaksi banyak aktifitas organisasi yang menyatu dengan alam. Tinggal di Taiftob di lereng gunung Mutis, menjadi petani kopi dan mengelola kewirausahaan sosial bernama Lakoat.Kujawas.
Kanuku Leon | by Dicky Senda | Sekumpulan cerita | Penyunting Mario F. Lawi | Perancang sampul Tim Desain Broccoli | ID 571810031 | ISBN 9786020502519 | Dicetak pada April 2018 | Penerbit Grasindo | Skor: 3.5/5
Karawang, 080621 – Christina Bjordal – Blame The World