Islamic Names #5

#30HariMenulis #ReviewBuku #5 #Juni2021

Rahasia Nama-nama Islam by Annemarie Schimmel

Ayah mempunyai tiga kewajiban kepada anaknya: 1) mengajari menulis (dan membaca), 2) memberi nama yang baik, 3) menikahkan ketika telah dewasa.

Buku yang umum sekali, karena buku ini sebenarnya diperuntukkan untuk Orang Barat yang mendalami Asia, atau Timur Dekat mereka menyebutnya. Makanya sangat biasa saat kubaca, sangat umum dan akrab. Jenis-jenis penamaan seperti ini bisa berlaku di mana saja, tak hanya Islam, Kristen, atau kepercayaan lain. Bisa berdasarkan apa saja, termasuk suku, golongan, sampai lingkar daerah. Joko misalnya, khas Jawa. Asep khas Sunda, dst. Jadi buku ini terasa hanya menukil, mengartikan nama yang lazim digunakan dari Bangsa Arab, lalu dijelaskan artinya, atau siapa saja yang pernah mempunyai nama itu. Persis kalau kita cerita nama Joko itu artinya apa, dipakai oleh tokoh-tokoh, lalu menjelujur maksud dibaliknya. Benar-benar buku umum.

Memberi nama seorang anak dengan orang suci lokal adalah kebiasaan yang menyebar di semua agama, contoh orang Muslim yang sangat terkenal yang menjadi anak Raja akbar Salim, yang kemudian menjadi raja bergelar Jahangir…

Pada hari menjelang ajal, Anda akan dipanggil dengan nama Anda dan nama ayah Anda maka pilihlah nama yang baik (terhormat), sabda Nabi. Zaman dulu memberi nama anak dengan nama-nama benda yang dilihat pertama saat kelahiran anaknya.

Nama juga mempunyai fungsi penting untuk mengikat anak ke dalam kesatuan keluarga. Maka nama anak laki-laki dalam beberapa kasus dipanggil serupa nama kakeknya yang sudah meninggal, gadis dengan nama neneknya. Jika ia masih hidup, maka barangkali ia memilihkan nama untuk cucunya.

Pemberian nama anak di Turki adalah tiga hari setelah tali pusar dipotong, kemudian nama resmi diberikan saat aqiqah pada hari keenam setelah kelahiran, dalam hadist yang diriwayatkan Nawawi menganjurkan hari ketujuh. Masyarakat sering mencari hari yang baik untuk acara tersebut, dan nama resmi biasanya dipilih dan diberikan oleh orang yang dihormati seperti anggota keluarga yang lebih tua.

Di Turki, khususnya Istambul, ketika seorang anak jadi penakut, nakal, atau sulit diatasi (sehingga orang berpikir) disebabkan ‘namanya terlalu berat disandang’. Di Indonesia, mas atau almas ad-diin (mutiara agama), dhahab ad-diin (emas agama) dan ‘aqiq ad-diin (batu akik pada agama) banyak dijumpai.

Tampaknya nama-nama geografis digunakan lebih banyak pada perempuan daripada laki-laki – barangkali karena kata Arab, ard’ ‘bumi, tanah’ adalah kata yang berjenis kelamin perempuan (muannats), seperti Dunya, ‘dunia ini’, Kayhan (P), ‘dunia’, dan Kishwar (P), ‘tanah’ adalah digunakan untuk perempuan.

Memilih nama Islam, rasanya mengagetkan dan mengherankan bagis Muslim yang saleh, ketika membaca di buku telepon modern sebab begitu banyak nama-nama Tuhan muncul sebagai nama-nama keluarga seperti Haq (Haque, Huq, dan lainnya), Wahid, Ghaffar, dan sebagainya.

Dalam hadist menganjurkan kepada orang beriman, ‘Nabil. Di zaman Khalifah Umar (634-644) menentang penggunaan nama-nama Nabi, barangkali karena khawatir menjadi jelek oleh penggunaan yang ajek.

Nabi suci yang misterius al-Khidir (Khidr, Khizir, Hizir), pembimbing perjalanan dan jenius dalam tetumbuhan hijau dan sungai-sungai, juga cenderung namanya jadi nama anak laki-laki. Nabi bersabda, “Jika seseorang mempunyai empat anak dan tak memberi salah satu di antara mereka dengan namaku, dia telah menyakiti aku.”

Lebih lanjut dalam konteks ruang dan waktu, umat Islam bergerak dari asal-usul yang lebih mereka perlukan untuk mengidentifikasi diri sebagai anggota keluarga atau bahkan keturunan awal dari masyarakat orang-orang beriman.

Banyak dari nama-nama laki-laki yang dibentuk dengan menambahkan akhiran feminin Arab-a (-e) – yang karenanya dijumpai seperti, Salima (Selime), Naziha (NEzihe), Jamila (Cemile) – dari nama-nama yang berdasarkan bentuk fa’il – atau Sabira, Shakira…

Wanita diibaratkan seperti mimpi, karena itu nama-nama seperti Ru’ya (pengelihatan), Hulya ‘mimpi’, dan Sarab ‘khayalan belaka’. Dan kecantikan tiada tara dinyatakan dengan Farida (A) dan Yegane (P) ‘unik.

Salah satu fungsi dasar dari laqab (nama julukan, bentuk jamak dari alqab) adalah untuk membedakan orang-orang yang memiliki nama yang sama. Cara ini dilakukan dengan menggunakan kata-kata yang menunjukkan pada yang lebih tua dan yang lebih muda seperti Hasan alkabir dan Hasan as-saghir ‘Hasan besar dan Hasan kecil’. Jadi ingat di kampung halaman, ada dua nama jawa dengan akhiran No dalam keluarga tetangga, nama dipanggil ‘No besar dan No kecil.’ Untuk tak memanggil alqab yang tak disukai.

Banyak yang dibicarakan dalam bahasa-bahasa Islam yang lainnya dan biasanya menghilangkan artikel Al-, ini seharusnya tidak terjadi, bagaimanapun mengasumsikan bahwa mereka semua mengindikasikan sebuah profesi seseorang mendatang.

Kita tidak membutuhkan penyebutan hajji, orang yang melaksanakan ibadah haji, ziarah ke Mekkah; juga tidak dengan penyebutan qadi (hakim agama) dan mufti (orang yang memberikan pendapat yang legal).

Ibn Rashiiq pernah bilang, “Julukan mulia yang tidak pada tempatnya yang pantas – ibarat seekor kucing yang membusungkan badannya ingin menyerupai singa.”

Ketika Ibn Maymuun mencapai Mesir dari tanah leluhurnya Maroko, dia mengeluh bahwa orang-orang menukar nama Shams ad-diin atau Zyan ad-diin secara berturut-turut, dengan demikian mengenalkan sebuah bid’a, suatu pembaruan yang menyimpang, dan telah mengubah sunah Nabi dan menggantinya dengan sebuah pembaruan dari setan.

Suatu cara untuk mengungkapkan rasa kasih sayang adalah dengan menggunakan nama panggilan. Akan tetapi, bentuk-bentuk nama panggilan dapat juga digunakan untuk celaan, dan Nabi dengan cepat mengingatkan kepada para pengikutnya untuk menggunakan dalam kerangka tujuan yang bersifat memprotes, tahqir.

Ketika sebuah nama mengandung suatu barokah yang besar, maka nama itu mungkin musti diubah jika beberapa kemalangan menimpa anak karena namanya ‘begitu besar’ untuknya, atau tidak cocok dengan penempatannya atau dengan syarat astrologis pada jam kelahirannya. Nabi sendiri telah mengubah nama-nama dari beberapa pengikutnya, karena beliau tak ingin nama-nama yang buruk digunakan dalam komunitas Muslim.

Jelas sekali buku ini ditulis di Barat untuk konsumsi orang Barat, bagi kita yang di Timur jauh banyak hal sudah sangat lumrah dan umum dijumpai. Nama-nama kita kalau di-silsilah, contohnya Orang Sunda/Jawa bagaimana nama Asep atau Joko itu muncul juga bakalan terasa syahdu di dunia Barat sana. Sejatinya segala sesuatu memang memiliki keunikan sendiri. Nama-nama Islam juga sering kita jumpai, sebab Indonesia adalah Negara dengan agama Islam terbesar di dunia. Perpaduan kata dari berbagai bahasa juga lazim, maka Islamic Names karya Annemarie Schimmel ini terasa biasa kita baca. Tak banyak telaah mendalam sebab mengartikan bahasa Arab juga dengan mudah kita dapatkan.

Ini buku kedua beliau yang kubaca, dari ‘Dunia Mistik dalam Islam’ yang wow itu, jelas ini penurunan. Namun jelas, buku-bukunya tetap kuburu. Perempuan Jerman menulis tentang Islam, khususnya sufi, jelas manusia langka, atau seharunya Annemarie Schimmel seharusnya juga di-Islam-kan namanya biar afdol?

Rahasia Nama-nama Islam | by Annemarie Schimmel | Diterjemahkan dari Islamic Names | Edinburg University Press, 1989, 1995 | KP. 008.01 | Cetakan pertama, Maret 2008 | Penerjemah Didik Komaedi & Maya Fevy Octavia | Penyunting Esti Sukapsih | Desain sampul Abu Nayla ZS | Tata Letak Agus Winarso | Penerbit Kibar Pustaka | Skor: 3.5/5

Karawang, 050621 – Gina Sicilia – Nobody’s Darling But Mine

Thx to: Bagus, Jkt