Liz: “Aku adalah kau. Aku adalah kau di dalam bahaya.”
===Catatan ini mengandung spoiler===
Semakin tahu sedikit film ini semakin bagus penampakan akhir cerita. Saran saya segera tonton film ini, baru baca review. Oksigen, jelas salah satu film terbaik tahun ini. Netflix mempersembahkan film sesak napas dengan cerita wow, sebuah romantisme kehidupan. Namun apa itu sejatinya kehidupan?
===Catatan ini memuat spoiler, saya sudah memeringatkan===
Film berpenampilan satu orang, yang suka film mikir harusnya suka. 1,5 jam menonton cewek rebahan pening pecahkan teka-teki dengan oksigen terbatas. Mengambil setting hanya satu tempat memanfaatkan ruang gerak sempit hanya dalam tabung, jelas mengingatkan Buried. Perjalanan nun jauh ke atas sana lalu kerusakan terjadi, jelas menautkannya pada Passenger. Scifi dengan klona demi menyelamatkan umat manusia di luar angkasa, jelas sekali terinspirasi Moon, mati satu tumbuh seribu. Ini adalah kisah fantasi, menanam ingatan mengembangbiakkan makhluk terancam segera punah, dan sesak napas tak terkira. Segala sesuatu yang tampak begitu infantil, begitu jauh dari realita.
Kisahnya benar-benar setting satu tempat, sesekali muncul ingatan masa lalu yang samar, sesekali kamera mengambil gambar di luar tabung, sesekali pula kita diajak berputar di angkasa. Namun tetap setting utama adalah dalam tabung, sebuah misteri apa dan kenapa ia terbaring di situ. Elizabeth Hassen (Christie LeBlanc) atau bisa juga dibilang setidaknya mendaku Liz terbangun dari tidur dalam tabung medis, ia terbungkus penuh dari ujung ke ujung semacam serat kepompong, ia terhubung banyak kabel: kaki, tangan, kepala, badan. Ia siuman bukan karena sesak tapi lebih ke kesalahan sistem saat seharusnya masih tertidur. Dengan memori terbatas ia memertanyakan banyak hal.
Tabung senyap merah berubah warna biru, ia masih terbaring dan akan tetap terbaring sampai akhir, lalu meminta tolong. Muncullah pemandu suara, berbentuk digital dengan suara berat. MILO (disuarakan oleh Mathieu Amalric) adalah asisten komputer medical tatapmuka Liaison. Ia siap menjawab dan siap pula membantu Liz seperti menghubungkan telpon, menghubungkan dengan mesin pencari internet, dan karena ia sistem maka menjalankan perintah sebisa mungkin. Terutama sekali untuk perintah darurat dan radikal membutuhkan kode otorisasi, hanya administrator yang bisa. Nantinya Liz bisa, karena ada suara dari seberang yang mewanti-wanti sekaligus memberinya wewenang.
Terdeteksilah, ia adalah pasien Omicron 267, setelah browsing lebih lanjut barulah menyadari Liz seorang ilmuwan terkemuka dengan banyak penghargaan. Semakin membingungkan saat menghubungi polisi, lokasi tak terdeteksi jelas yang langsung berprasangka ia ada di dalam tanah, tapi jawaban telpon di seberang terdengar ganjil. Liz lalu memutar ulang rekaman, ada bisikan di sana. Ia kini benar-benar ketakutan karena kini bergulat dengan prasangka. Siapa yang tega mengkapsulnya? Harapan hidupnya 82 tahun, sehat wal afiat. Siapa orang jahat itu?!
Berikut mencoba mengingat lainnya, ia punya suami bernama Leo Ferguson (Malik Zidi) yang setelah dikonfirmasi sudah meninggal. Anehnya ketika menelpon ke nomornya, seorang wanita selalu menolak berbicara, memutuskan sambungan dengan gusar. Lebih lanjut kita tahu, umat manusia ternyata terancam punah. Sebuah wabah mematikan menyergap dan para jagoan kewalahan. Penyakit-penyakit terus meluas, tetapi begitu pula obatnya, karena harapan itu menular. Harapan adalah yang dapat menyelamatkan dunia. Dan ya, Oxygene adalah misi penyelamatan!
Ia juga mencoba menelaah samar hal-hal yang memungkinkan sebab utama ia terkurung. Dengan jarum suntik ia menyakiti diri, menusuknya ke telapak tangan agar mengingat, rasa sakit menimbulkan kepedihan, kepedihan akan melalangbuanakan pikiran, yang dengan itu bisa menelisik memori. Samar ia melihat bangkai tikus, tikus-tikus yang dibedah guna diselidiki. Samar pula ia melihat baling biji akasia yang beterbangan, memicu angan dan gelombang kenang. Lihat, penderitaan adalah kenyataan. Untuk mengakuinya kita butuh sakit.
Semua yang ditampilkan penting, memberi klu demi klu seolah kepingan. Twist yang ditampilkan sangat menyentuh, kalau mau dijadikan satu bait berikut:
Aku ini ‘binatang klona’, dari kumpulannya yang terbuang.
Aku bertanya pada aku.
Aku meminta tolong pada aku.
Aku memberi tahu aku bahwa aku kabut ingatan aku.
Aku bingung, maka aku mengaku pada Milo.
Panggil aku Liz.
Laksanakan!
Bagaimanapun, penanaman kenangan menjadi lebih bermakna bila sumbernya adalah pengalaman asli. Tikus sebagai binatang utama tiap penelitian di adegan sangat mula menjadi kunci pencarian jalan keluar dalam labirin luas, ia berhasil ya tentu saja berhasil sebab sudah ditanam memori jalan-keluar seolah cabut-colok/copy-paste dalam file USB. Bukan mustahil kita suatu saat nanti bisa memindai, menghapus atau bahkan memindahkan berbagai kemampuan kognitif berupa kecerdasan, ingatan, rasa perhatian. Dunia masa depan memang begitu luar biasa aneh, banyak kemungkinan. Semakin gila semakin mungkin diwujudkan. Ilmu pengetahuan tidak bisa disangkal merupakan agama yang paling efektif karena ini adalah agama pertama yang mampu berevolusi dan memperbaiki dirinya sendiri. Klona? Mengapa tidak?!
Pada akhirnya, hanya emosilah yang menggerakkan kita untuk bertindak. Ini karena tindakan adalah emosi. Sekalipun hasil kloning? Sekali lagi, kenapa tidak? Pembentukan jiwa yang sukses tetap dikedepankan emosi. Ingat, Liz berteriak histeris ‘Aku tak mau mati’ yang hanya berselang berapa detik mengetahui fakta yang bahkan tak terselip liar dalam kepalanya. Dasar sampah semesta, dasar utama penjelajahan antariksa.
Bayangkan saja, semakin menit oksigen menipis, tata kelola tindakan dari 40-an persen menuju satu persen menjadi begitu bermakna sebab dasarnya jiwa manusia selalu mencari titik penyelamatannya. Fakta demi fakta dibuka, bukan hanya buat Liz tapi juga buat semua penonton. Jiwa ini dapat juga memproduksi perasaan, ingatan, kesedihan, dan kegembiraan, akal sehat, atau kekeruhan pikiran serta bisa pula dengan sangat menjengkelkan mengingatkan kita pada hal-hal yang ingin dilupakan, dan dapat membuat makhluk berpikir ini menjadi sasaran kekaguman, atau rasa kasihan serta air mata? Liz menangis bahagia sebagai bukti akhir yang jelas, ia meminta Milo mengubah identitas, bagaimanapun pengakuan penting. Jati diri (nantinya) setelah misi ini berhasil, baru juga 12 tahun berjalan. Planet Wolf 10-61c yang memiliki siklus orbit 18 hari jelas masih sangat jauh. Sangat jauh ke semesta tak berbatas.
Manusia tidak pernah berhenti tumbuh dalam pengetahuan mengenai nasibnya. Harapan adalah bahan bakar untuk mesin mental kita. Penjelajahan ke tempat baru demi harapan kehidupan, demi melawan kepunahan adalah iqtiar, kepada ilmu pengetahuanlah kita berpaling. Lantas saat jiwa itu tahu kebenaran, apakah ia patah hati karena kenyataan? Tak masalah, yang terpenting saya eksis, saya ada. Saya menghirup oksigen, maka saya ada. Tidak ada hal lain yang kita percayai dibanding perasaan kita sendiri, ego kita sendiri.
Oxygene | Tahun 2021 | French | Directed by Alexandre Aja | Screenplay Christie LeBlanc | Cast Melanie Laurent, Mathieu Amalric, Malik Zidi | Skor: 4.5/5
Karawang, 190521 – Boyzone – The Way You Loved Me
Ping balik: 101 Film yang Kutonton 2021 | Lazione Budy
Ping balik: Best Films 2021 | Lazione Budy