Tasawuf yang Dipuja Tasawuf yang Dikutuk, Editor by Mukhlis, S.Pd.I., M.Ag
(Aku bersumpah demi) realitas Cinta (al-Haq) bahwa cinta merupakan dasar semua cinta; Kalau bukan karena cinta yang bersemi dalam hati, Cinta (al-Haq) tidak akan disembah sama sekali. – Ibn ‘Arabi
Sufisme merupakan suatu ilmu yang mengarah kepada pendekatan diri pada Allah dengan sedekat-dekatnya. “Tidak ada yang dicintai kecuali Allah”, adalah jargon yang sangat terkenal dalam literatur sufi. Sejak membaca Dunia Mistik dalam Islam karya Animarie Schimmel saya jatuh hati dengan tema tasawuf. Maka setiap muncul di beranda sosmed ada yang jualan, dan harga terjangkau langsung kuambil. Ini adalah salah satunya, dan ternyata sangat bagus. Semakin asyik dan syahdu terendam capaian spiritual. Ada dua nama sufi yang semakin kucinta di sini, Al-Ghazali dan Ibn ‘Arabi. Tasawuf mulai abad 3-4 mulai ada dua model kecenderungan dalam penghayatan dan pengamalan tasawuf. Pertama, aliran tasawuf akhlaqi (tasawuf sunni) yang mengklaim penganutnya paling konsisten dalam usaha memagari tasawuf dengan Al-Quran dan Sunnah serta mengkaitkan keadaan dan tingkatkan rohaniyah mereka dengan keduanya. Sufi paling terkenal adalah Al-Ghazali. Kedua, aliran tasawuf semi-filosofis, yang pengikutnya cenderung pada ungkapan-ungkapan ganjil (syathahiyyat) serta bertolak dari keadaan fana’ menuju pernyataan tentang terjadinya penyatuan (hulul). Sufi yang terkenal adalah Ibn ‘Arabi.
William C. Chittick dan Michael Chodkiewicz secara jujur menilai bahwa semua karya Ibn ‘Arabi sebenarnya tidak lain dari tafsir Al-Quran. Ibn ‘Arabi menyebut para wali Allah yang tertinggi “Ahli al-Quran” (ahl al-Quran) dan juga :ahli al-Haqq” (ahl al-Haqq).
Syariat dapat dipahami sebagai jalan, aturan yang dibawa oleh nabi dan rasul dari setiap masa kenabian, dan bukan dibuat-buat atas nama kreativitas akal. Ini adalah buku yang disajikan oleh banyak penulis senior. Dikumpulkan dan diedit oleh Mukhlis, S.Pd.I., M.Ag. Penulisnya dari berbagai kalangan, tapi rerata adalah dosen. Salut.
Dibuka dengan sebuah pukulan menohok. Manusia, si anak yang hilang ini, ingin berdamai kembali dengan ‘orangtuanya’ untuk diizinkan kembali bertandang ke rumah purbawinya, yaitu rumah spiritual. Tema spiritual yang masih relate dari zaman batu sampai era modern. Dulu tasawuf sempat disunyi-senyapkan, didiamkan, dianaktirikan, dan bahkan dianggap irasional mendadak menjadi perawan yang menggairahkan, sintal penuh makna. Orang-orang mulai melirik kembali kearifan kuno (al-hikmah al-khalidah) sebagai saluran penengah setelah saluran-saluran lain tersumbat dan tak mampu menampung jeritan jiwa-jiwa yang hampa. Cinta berarti merengguk tanpa menikmati. Cinta merupakan gabungan dari pelbagai unsur perasaan dan keadaan jiwa berupa uns (kehampiran), syawq (kerinduan), mahabbah (kecenderungan akan cinta).
Ada sufi yang bukunya didedah detail, setidaknya ada tiga: Abu Thalib Al-Makky, Ibn Taymiyyah, dan Ibn ‘Arabi. Nama terakhir yang paling keren, luar biasa rasanya menikmati bahasannya. Jelas, ini adalah idola baru-ku. Beberapa kutipan layak dibagikan. “Rahmat diberikan kepada seluruh jagad raya, kepada yang eksis dan segala yang potensial ada.” – Ibn ‘Arabi dalam Al Futuhat al Makiyyah.
Menurut al-Makky terdapat delapan amaliah. Empat bentuk praktis merupakan artikulasi anggota badan: salat dua rakaat, mengucapkan istigfar 70 kali diteruskan subhanallah al azhim wa bihamdih sebanyak 100 kali, bersedekah, dan melakukan puasa satu hari. Sedang empat lainnya artikulasi hati, diantaranya: meyakini bahwa taubat (pengampunan) dari Allah, takut siksa dari Allah, mengharapkan pengampunan dari Allah, dan mengakui eksistensi Allah secara positif dan meyakini dengan hati akan diampuni dosa yang telah dilakukan.
Sufisme minimal memiliki tiga karakter. Pertama karakter disiplin spiritual (pengabdian agama dan sanggup mengasingkan diri dari godaan dunia), kedua karakter moral (pasrah dan nerimo ing kahanan), ketiga karakter asketik (tidak mau dunia serta cinta akhirat).
Saya sendiri bukan seorang yang relijius, salat memang lima waktu, tapi belum menjadikannya sebagai kenikmatan. Islam umum sebab salat jalan, sebagai pengugur kewajiban. Hiks, mungkin dengan menikmati buku-buku sejenis ini akan menjadikan kita lebih syukur dan taat pada-Nya. Syukur, secara etimologis artinya sikap berterima kasih kepada Allah dan merasa lega.
“Tasawuf adalah sejarah ‘perebutan kebenaran’ tentang capaian-capaian spiritual sekaligus airmata yang berdarah-darah.” Fawaizul Umam. Nada seruling yang menjadi ciri khas musik Tarekat Maulawiyah memunculkan kenangan akan kampung halaman asal, sebuah kenangan paling dalam yang dirasakan oleh orang-orang yang didorong oleh daya tarik surga dalam kehidupan ini dan orang-orang yang telah mendapat bimbingan utama Rumi.
Capra mengatakan bahwa teori quantum menunjukkan bahwa, “struktur-struktur dan fenomena-fenomena yang kita amati di alam tidak lain daripada ciptaan pikiran kita yang mengukur dan mengkategorisasikan.”
Fase pertama perkembangan tasawuf disebut era asketisisme, tumbuh pada abad pertama dan kedua Hijriah. Tasawuf itu original Islam dengan tak memungkiri adanya sebagian pengaruh asing yang masuk. Asketisisme menurut Nabi dan para sahabatnya tidak berarti berpaling secara total terhadap hal-hal duniawi, tetapi sikap yang hati-hati dan membatasi terhadap kepentingan duniawi, seraya memposisikan akhirat sebagai tujuan yang dominan.
Al-Ghazali menyebut maqam itu ada delapan dengan urutan: taubat, shabar, faqr, zuhud, tawakkal, mahabbah, ma’rifah, ridla. Al-Ghazali menghasilkan deskripsi aturan jalan menuju allah sejak permulaan dalam bentuk latihan jiwa, lalu menempuh fase-fase pencapaian rohaniah dalam tingkatan serta keadaan menurut jalan tersebut, yang akhirnya sampai pada fana’, tauhid, dan ma’rifat.
Menurut al-Taftazani, ciri umum tasawuf filosofis ialah kesamar-samaran ajarannya, akibat banyaknya ungkapan dan peristilahan khusus yang hanya bisa dipahami oleh mereka yang mendalami ajarannya.
Kaum Bathiniyah berasumsi bahwa bagi orang yang telah mengerti makna ibadah maka gugurlah kewajiban ibadah itu baginya. Dalam hal ini mereka menta’wilkan firman Allah dalam surat al-Hijr ayat 99: “wa’budu rabbaka hatta ya’tiyaka al-yaqin”. Mereka mengatakan bahwa yang dimaksud dengan al-yaqin dalam ayat ini adalah ma’rifat ta’wil, sementara menurut jumhur berarti maut.
Ladang subur sufisme adalah lingkungan urban yang termiskinkan yang terdiri dari para anggota kategori kelas sosial marginal dan orang-orang yang tidak dapat mencapai hak istimewa kelas-kelas elite. Sufisme merupakan gerakan eskapisme (pelarian dari kebuntuan) sekaligus proses penelusuran hakekat hidup?
Menurut Imam al-Qusyairi dalam risalahnya, yang dikutip Simuh bahwa syariah yang tidak ditopang oleh haqiqah adalah tidak dapat diterima, dan setiap haqiqah yang tidak dikaitkan dengan syariah adalah nihil. Imam Malik berpendapat sama, yaitu orang yang melakukan syariah dengan tanpa haqiqah adalah fasiq, dan orang yang melakukan haqiqah saja tanpa syariah adalah zindig. Zindig adalah orang yang tidak percaya pada yang gaib.
Inti ketertarikan manusia modern terhadap dunia spiritual, pada dasarnya digunakan untuk mencari keseimbangan baru dalam hidupnya. Muhabbah adalah cinta yang mendalam kepada Allah tanpa syarat. Dari muhabbah inilah berkembang ‘ishq, yaitu kerinduan penuh gelora dan terus menerus kepada Allah.
Tiga paragraf berikut ini saya kutip, tulis ulang khusus untuk idola baruku.
Tuhan merupakan realitas impersonal yang berada di luar jangkauan manusia. Oleh karena itu, tidak ada jalan atau cara apapun untuk memahaminya karena pemahaman membutuhkan keterjangkauan nalar manusia. Bagaimana mungkin manusia dapat menjangkaunya padahal Tuhan tidak identik dengan siapa-siapa dan atau apapun. Persoalan Tuhan yang dapat dideskripsikan, dapat diungkapkan dengan ungkapan-ungkapan paradoks: membicarakan yang tidak dapat dibicarakan. Mengetahui tuhan yang tidak dapat diketahui. Menamai yang tak dapat dinamai. Mengungkapkan yang tak dapat diungkapkan. Memikirkan yang tak dapat dipikirkan. Memahami yang tak dapat dipahami. Membayangkan yang tak dapat dibayangkan. Melukiskan yang tak dapat dilukiskan. Maka memaksakan diri memikirkan sesuatu yang tak mungkin untuk dipikirkan tersebut dicela oleh Ibn ‘Arabi sebagai bentuk keangkuhan intelektual sebagaimana yang diperdebatkan dan dilakukan para teolog.
Abu Bakar pernah berkata ketidakmampuan untuk mencapai pemahaman merupakan pengetahuan yang sebenarnya. Mirip ungkapan Socrates, “Orang bijak adalah orang yang tak mengetahui apa-apa.”
Menurut Ibn ‘Arabi, menafikan kebenaran agama lain dengan mengagung-agungkan keyakinannya sendiri tidak lain merupakan bentuk kepongahan relijius, padahal pemahaman terhadap Tuhan bersifat relatif dan tidak mutlak benar. Banyaknya Tuhan sebanyak aliran napas makhluk, dan setiap tarikan napas yang keluar manusia akan bentuk Tuhan sesuai dengan apa yang mereka yakini.
Tema penyembuhan juga dibahas, di paling akhir. Kedokteran medis merupakan suatu ilmu terapan yang empiris sementara tasawuf adalah kebalikannya. Meditasi, sebenarnya terjadi pada organ-organ tubuhnya adalah syarat-syaraf yang memerintahkan ‘rasa’ tidak berfungsi karena seluruh pikirannya dikonsentrasikan pada sesuatu.
Natur spiritual kita adalah lompatan kualitatif melampaui natur-natur fisik dan psikis (keduanya berakar pada tubuh fisik dan eksistensi material kita). Manusia yang sehat secara spiritual adalah manusia yang hidup sesuai dengan potensial-potensialnya sebagai manusia. Akar penyakit spiritual adalah keterpisahan dari Tuhan yang merupakan Asal segala sesuatu.
Abu Bakar: “Segala sesuatu yang terlintas dalam khayalanmu dan tergambar pada benakmu, maka itu bukanlah Allah.”
Terakhir, dunia gaib memang tak kasat indra. Hanya orang-orang pilihan yang bisa, saat malam sendiri dalam sujud adalah saat terdekat manusia dalam syukur sembah pada-Nya. Kita semua adalah pembelajar, seorang petualang yang akan terus menempa pengetahuan untuk mendekatkan diri pada Tuhan.
Hidup dalam ketenangan dan kesederhanaan secara penuh dengan sedikit makan dan minum, banyak berdzikir dan beribadah, seraya penuh rasa kepasrahan kepada Allah. Dzikir secara sederhana berarti ingat. Semoga kita semua selalu diberikan kesehatan untuk bisa konsisten menuntut ilmu, Tuhan memberkati.
Tasawuf yang Dipuja Tasawuf yang Dikutuk | Editor by Mukhlis, S.Pd.I., M.Ag | @Genta Press | Cetakan I, Mei 2008 | Penyelarasa aksara Ibnu Marhuum Nuur | Perancang sampul Mn. Jihad | Penata letak Munawar | Bekerja sama dengan Alam Tara | ISBN 978-979-3988-35-1 | Pracetak Lengge Printika | Skor: 4.5/5
Karawang, 200321 – 260321 – Charlie Parker – Jam Session (1952)
Thx to Jojo Merdeka, Bks
Ping balik: 14 Best Books 2021 – Non Fiksi | Lazione Budy
Ping balik: 130 Buku Rentang Setahun | Lazione Budy