Pengakuan Sukarno Kepada Rakyat Indonesia

Bung Karno, Penyambung Lidah Rakyat Indonesia by Cindy Adams

Seorang Marhaen adalah orang yang memiliki alat-alat yang sedikit, orang kecil dengan milik kecil, dengan alat-alat kecil, sekadar cukup untuk dirinya sendiri… Marhaenisme adalah Sosialisme Indonesia dalam praktik.”

Bagi Bung Karno, biografi ini dimaksudkan untuk memberikan pemahaman yang lebih baik terhadap Sukarni maupun terhadap Indonesia (oleh masyarakat dunia). Buku yang sangat bagus, salah satu biografi terbaik yang pernah kubaca. Begini seharusnya sebuah pengakuan dibuat, ditulis oleh Penulis lain, dengan melakukan penuturan kisah hidupnya. “Ini adalah pekerjaan yang sulit bagiku. Sebuah otobiografi tak berbeda dengan pembedahan mental. Sangat sakit, melepas plester pembalut luka-luka dari ingatan seseorang dan membuka luka-luka itu – banyak di antaranya yang mulai sembuh – terasa perih…”

Biografi ini atas saran Howard Jones, duta besar Amerika yang sedang makan nasi goreng. Bersama istrinya Marylou, Sukarno sama Hartini di pavilium kecil di Istana Bogor. Dan jadilah, dengan syarat yang menulis adalah Cindy Adams, wartawati AS yang sedang tugas di Indonesia. Bersama suaminya Joey Adams yang memimpin misi kesenian Presiden Kennedy ke Asia Tenggara. Anda adalah ahli pidato terbesar setelah William Jenning Bryan.

Kisahnya merentang panjang, dari kelahiran sampai tahun krusial bangsa ini pertengahan 1960-an. Disertai foto-foto yang mencerita perjalanan hidupnya. Opini publik berjalan mirip gelombang. Tahun 1656 ketika aku pertama kalinya berkunjung ke AS, setiap orang menyukaiku. Sekarang arusnya menjauh terbalik, menentang Sukarno. “Aku bukan, tidak pernah dan tidak mungkin menjadi seorang komunis. Aku membungkuk ke Moskow? Setiap orang yang pernah dekat dengan Sukarno mengetahui, dia memiliki ego yang terlalu besar untuk bisa menjadi budak dari seseorang, kecuali budak untuk rakyatku. Aku memiliki ego. Itu aku akui. Tapi apakah seseorang yang tanpa ego bisa mempersatukan 10.000 pulau menjadi satu bangsa. Dan aku memang tinggi hati. Siapa pula yang tidak demikian? Bukankah setiap orang ingin mendapat pujian?”

Pernyataan itu benar-benar menegaskan bahwa ia bukan komunis. Komunisme dapat diberantas dengan pikiran sehat, bukan dengan sikap histeris. Aku akan memuji setiap hal baik, tak pandang ia datangnya dari seorang komunis, Islam atau seorang Hipo Indian. Pegangannya adalah humanisme, selama itu baik buat kebersamaan, mengapa tidak? “Kita tidak membenci rakyatnya, kita membenci sistem pemerintahan kolonial.”

Sukarno sejak kecil sudah hobi membaca dan menikmati cerita. Lebih penting dari kata-kata yang tertulis adalah bahasa yang keluar dari lubuk hati. Aku memuja Mary Pickford, Tom Mix, Eddie Polo, Fatty Arbuckle, Beverly Bayne, dan Francis X. Bushman. Setiap bungkus rokok Westminster keluaran Inggris berisi foto seorang bintang film sebagai hadiah. Aku mengumpulkan bungkus-bungkus rokok yang sudah terbuang dan menempelkan tokoh-tokoh yang kupuja itu di dinding. Film seharusnya menjadi alat untuk meningkatkan solidaritas antar bangsa di dunia, bukan untuk menghancurkannya. Filsuf India, Swami Vivekananda pernah menulis, “Jangan bikin kepalamu menjadi perpustakaan. Pergunakan pengetahuanmu untuk diamalkan.”

Sukarno mendapat tempaan nasionalisme di Surabaya. Di rumah Pak Cokro, dapur dari nasionalisme. Pak Cokro, sampai saat aku menutup mata nanti, aku akan tetap menulis namanya dengan kelembutan hati. Sukarno muda banyak menulis artikel yang menentang Belanda, memakai nama samara ‘Bima’ yang berarti Prajurit Besar, juga memiliki keberanian dan kepahlawanan. Ketika ia ingin melanjutkan pendidikan ke luar negeri, dilarang ibunya. “… Jangan lupa anakku, bahwa tempatmu, nasibmu, pusakamu berada di kepulauan ini.”

Perkumpulan politik pertamaku bernama Tri Koro Darmo, yang berarti ‘Tiga Tujuan Suci’, dan melambangkan kemerdekaan politik, ekonomi, dan sosial yang kami cari. Jong Java sebagai perkumpulan politik berikutnya memiliki dasar yang lebih luas.

Kehidupan berliku, termasuk soal asmara. Mien Hessels, dia ibarat lapisan gula di atas kue yang takkan pernah bisa kubeli. Kasih ini ambyar sebab tuan Hessels tentu saja menolak pemuda inlander. Dicaci maki dan diusir. “Ya Tuhan, aku tak akan dapat melupakan ini.” Namun 23 tahun kemudian, tepat tahun 1942, zaman perang saat melihat etalase toko di Jakarta mereka bertemu lagi, Sukarno tak mengenalinya, Mien terkekeh. Bidadarinya itu kini tua dan jelek. Sungguh tangan Tuhanlah yang menggerakkan hatiku.

Asal muasal kebiasaan memakai peci bagus juga. Kalau aku memarahi itu berarti aku mencintaimu. Aku melampiaskan marahku kepada orang-orang terdekat dan paling kusayangi. Ibaratnya merekalah papan peredam suaraku. Kita memerlukan sebuah simbol dari kepribadian bangsa. Peci yang memiliki sifat khas, mirip dengan yang dipakai bangsa Melayu, adalah asli milik kita. Tapi istilahnya dari penjajah kita. Dalam bahasa Belanda, ‘pet’ berarti kupiah, ‘je’ akhiran yang menunjukkan ‘kecil’ dan kata itu ‘petje’… mari memakai peci ini sebagai lambang Indonesia Merdeka.

John F. Kennedy pernah bilang, “Presiden Sukarno, aku sangat mengagumi Anda. Seperti aku, Anda selalu berpikir untuk menggali dan mempertanyakan sesuatu. Anda banyak membaca. Anda banyak tahu.”

Lebah yang pada tahun 1908 baru mendengung dengan slogan-slogan politik tanpa kekerasan, sekarang tumbuh besar dan memiliki racun ketidakpuasan dengan sengatan yang mematikan. Aku adalah seorang yang selalu lambat tidur dan membaca.

Sukarno pernah menghadapi serangan teroris. Menandatangani hukuman mati, bukanlah satu pekerjaan yang memberi kesenangan kepadaku. Sungguhpun demikian, seorang pemimpin harus bertindak tanpa memikirkan betapapun pahit kenyataan yang dihadapi. Contohnya kasus Kartosuwiryo. Tahun 1918 Ia adalah kawanku, bahu membahu membantu Pak Cokro demi kejayaan tanah air. Firman Allah: “Ada masa-masa di mana kesulitanmu berguna dan diperlukan.”

Membikin mabuk massa sampai mereka dikuasai semangat akibat inspirasi yang mereka reguk sebagai anggurnya. “Orang Belanda pun akan memiliki sedikit respek pada kita. Sudah menjadi sifat manusia untuk meludahi lawan yang lemah, tetapi bila kita menghadapi lawan yang kuat, setidak-tidaknya kita merasa bahwa dia merupakan lawan kita yang pantas.”

Hanya dengan keesaanlah ada kekuatan. Mungkin aku adalah seorang politikus yang berjiwa romantik, yang terlalu sering memetik kecapi dari idealisme… Ada begitu banyak yang ingin kusampaikan sehingga aku tak tahu apa yang harus kukatakan.

Nomor sel Sukarno adalah 233 saat ditahan di penjara Sukamiskin. Nomor keramat nih. Ia juga seorang relijius. Bangsa Indonesia dilahirkan untuk mengabdi pada Tuhan. Tanggal 31 Desember 1931, aku pertama kali mengenakan pakaian sipil setelah dua tahun di penjara. Sudah menjadi kebiasaan orang Indonesia untuk mengadakan selamatan bila seseorang keluar dari penjara. Hal ini tak hanya saat kebebasan penjara semua peristiwa – pernikahan, lulus sekolah, dan kelahiran bayi – selalu ditandai dengan pesta syukuran.

Berikut beberapa perkataannya: Sukarno bukan lagi milik orangtuanya, Sukarno sudah jadi milik rakyat Indonesia. Di Sukamiskin tubuhku dipenjara, di Flores semangatku dipenjara. Di Ende yang terpencil dan membosankan ini aku memiliki banyak waktu untuk berpikir. Dalam umur 28 aku sudah dipenjara. Dua belas tahun dari tahun-tahun terbaik seorang laki-laki kuhabiskan dalam pembuangan.

Sudah menjadi pembawaanku untuk mencoba tetap gembira menghadapi keadaan apa pun.” Sebuah pertemuan dengan Komandan Fujiyama di Puncak Lembah Ngarai di Bukittinggi yang sampai sekarang membuatku dicap sebagai ‘kolaborator Jepang’. Syarafku sangat tegang dan aku mencungkil-cungkil kuku jariku, kebiasaan bila sedang gelisah.

Imamura san: “Boleh saya beri tahu, Ir. Sukarno, bagaimana saya menaklukkan orang kulit putih yang perkasa itu dari daratan Anda. Dengan gertak, atau apa itu. Semata-mata gertak.”

Pidato tentang Pancasila, “Jika kuperas yang lima ini menjadi satu, maka dapatlah aku satu perkataan Indonesia tulen, yaitu perkataan gotong-royong. Gotong-royong adalah pembantingan tulang bersama, pemerasan keringat bersama, perjuangan bantu-membantu bersama. Amal semua buat kepentingan semua…”

Karena ke mana Sukarno pergi tujuh puluh juta rakyat akan mengikuti. Tujuh belas adalah angka yang suci. Tujuh belas adalah angka keramat. Pasca Proklamasi, yang mendarat pertama adalah pasukan Inggris dan mereka membawa serombongan wartawan asing. “Menurut Menteri Luar Negeri kami, satu kali lawatan Sukarno ke sebuah Negara sama artinya dengan sepuluh tahun pekerjaan duta besar…”

Hanya setelah mati dunia ini dapat menimbang dengan jujur, Sukarno manusia yang baik ataukah manusia yang buruk? Hanya di saat itulah dia baru dapat diadili. Penutupnya keren sekali, seolah sebuah wasiat bila nantinya meninggal maka tulisan di batu nisan kalimat sederhana: “Di sini beristirahat Bung Karno, Penyambung Lidah Rakyat Indonesia.” Persis seperti yang pernah diujarnya dalam buku lain, “Menggali Api Pancasila”. Aku ini bukan apa-apa tanpa rakyat. Aku besar karena rakyat, aku berjuang karena rakyat dan aku penyambung lidah rakyat.

Bung Karno, Penyambung Lidah Rakyat Indonesia | by Cindy Adams | Judul asli Sukarno An Autobiographt as Told to Cindy Adams | The Bobbs-Merrill Company Inc, New York, 1965 | Diterjemahkan oleh Syamsu Hadi | Sumber foto Yayasan Bung Karno | Tata letak Arif | Tata wajah Sigit Lingga, Sugeng | Penyelaras akhir M. Aref Rahmat | Ed. Rev | YBK 2014, 423 hlm; 16 x 24 cm | ISBN Edisi Hard cover 979-911-032-7/9 | ISBN Edisi soft cover 979-911-451-9/8 | Penerbit Yayasan Bung Karno | Bekerjasama dengan Media PRessindo | Cetakan pertama, ed. Rev Agustus 2007 | Cetakan keempat, 2014 | Skor: 5/5

Demi pengertian terhadap Sukarno dan bersamaan dengan itu pengertian yang lebih baik terhadap Indonesia-ku yang tercinta.”

Karawang, 100221 – 260221 – 190321 – Ida Laila – Sepiring Berdua

Thx to Buku Corner ATK, Jakarta

Iklan

3 komentar di “Pengakuan Sukarno Kepada Rakyat Indonesia

  1. Ping balik: 14 Best Books 2021 – Non Fiksi | Lazione Budy

  2. Ping balik: 130 Buku Rentang Setahun | Lazione Budy

  3. Ping balik: #Februari2021 Baca | Lazione Budy

Tinggalkan Balasan

Isikan data di bawah atau klik salah satu ikon untuk log in:

Logo WordPress.com

You are commenting using your WordPress.com account. Logout /  Ubah )

Gambar Twitter

You are commenting using your Twitter account. Logout /  Ubah )

Foto Facebook

You are commenting using your Facebook account. Logout /  Ubah )

Connecting to %s