Kuntilanak Pondok Indah by Lovanisa
“Dari awal gue udah kalau dia ga bohong. Suaranya itu ketakutan banget Cher. Lo bisa ngerasain gak sih, ada orang yang minta tolong sama kita dan karena kita anggep hal itu remeh, dia sampe kehilangan nyawanya.”
Ini sekadar bacaan selingan, kutuntaskan sehari selesai di hari Minggu, 310121 di antara Zarathrusta dan biografi Bung Karno. Lumayanlah sebagai penyegaran otak, tak ada seram-seramnya. Malahan lucu lihat tingkah polah para tokohnya. Asyikin aja, buku jenis ini peluang cetak ulang jelas sangat kecil, bakalan cult sepuluh dua puluh tahun lagi, makanya bolehlah dipajang di rak. Kubeli dari Klaten tahun 2015-16, sudah sangat lama. Sesekali memang harsu menikmati luar genre favorit, satu lagi bukti bahwa kulahap segala jenis bacaan.
Kisahnya dibuka dengan pembunuhan sadis, mutilasi menjadi enam bagian seorang gadis bernama Maharani di sebuah rumah di Pondok Indah. Protagonist-nya adalah Pearly, seorang lulusan fikom, udah dapat kejuaraan biliar seprovinsi Jabar, asli Bandung, ia menjadi penyiar radio 89.9 homey (FM). Salah satu andalan program acaranya adalah Spooky Night yang mengudara tiap Kamis malam, menerima telepon dari para pendengar yang mencerita kisah mistik. Nah, suatu malam mendapat telepon dari warga Pondok Indah bernama Rachel. Penulis yang melakukan observasi ke rumah angker tersebut. Ia tak takut di sana walaupun rumah itu menjadi TKP pembunuhan (prolog), ia memiliki kalung jimat turun-temurun yang bisa menangkal hantu.
Pacarnya Satria seorang bos biliar yang akan membuka cabang di kota lain. Teman kosnya Cherie yang memiliki spa mewah Cherise spa and boutique yang sering jadi tempat kunjung para artis Nasional, bahkan namanya beken menyentuh ASEAN. Ia mau buka cabang lainnya lain. Mantab banget, bisnis itu mudah, tinggal ketik-ketik-ketik jadi deh. Tidur aja, nempel timun di mata, biar tak mata panda.
Di pekan berikutnya saat acara yang sama kembali mengudara, Pearly mendapat telepon lagi dari Rachel tapi acaranya sudah selesai. Ia meminta tolong, sebab nyawanya terancam. Sebagai manusia baik hati dan tak sombong merasa harus menolong, bersama pacarnya meluncur. Tapi ketika bel berulang kali ditekan, tak ada reaksi dari dalam. “Kamu gak bego Yang, tapi kamu terlalu baik.” Dikiranya orang iseng aja. Naas, esoknya muncul berita pembunuhan disertai mutilasi. Polisi mencoba menyelidiki, ini jelas bukan polisi Indonesia sebab tak bisa mengungkapnya. Polisi menyangka motif di balik pembunuhan ini adalah balas dendam yang berhubungan dengan bisnis keluarga, Maharani dan Rachel tak ada hubungan darah. Keluarga korban pertama, bahkan tak disebut lagi setelahnya sebagai bagian penyelidikan lebih lanjut.
Tukang kebun rumah Pak Hendra menjelaskan, ia tak tahu dua tragedi beruntun. Siap membantu proses penyelidikan, ia sudah lama menjadi pekerja di sana. Pearly yang merasa bersalah lalu mendapat ancaman, ‘kamu berikutnya, bersiap-siaplah’. Merasa bersalah malam itu tak bisa menolong Rachel beberapa kali halusinasi, tekanan mental ini membuatnya drop. Logikanya, dapat ancaman gitu harusnya lapor polisi, nomor bisa dilacak. Oh lupa ya, polisi di sini polisi India bukan Indonesia yang hebat-hebat itu.
Beberapa kali bersama rekan kerja Shena (disogok traktir pizza) mengunjungi rumah angker tersebut, mengamati, menyelidiki, mencoba memecahkan misteri, ada penampakan pemuda berbaju hitam, yang dicurigai, tapi belum jelas. Dia penasaran sama laki-laki serba hitam itu. Dalam ilmu deduksi penyelidikan, yang paling menonjol potensial, jelas wajib disingkirkan paling mula. Lalu melalui pertandingan biliar melawan seteru Robby yang setelah berkali-kali kalah, malam itu tumben menang, ia berjanji mengungkap kasus. Pearly memang tidak berbakat menjadi detektif, tetapi dia perlu melakukan penyelidikan demi memuaskan rasa penasarannya. “Mana gue tahu, lo sih Conan bukan, FBI juga bukan, sok-sokan main selidik-selidik aja.”
Bersama pembantu Bi Inah yang disewa, yang katanya jago karate pas sekolah, rekomendasi pekerja dari tukang sayur, yang nantinya ternyata salah orang. Kok bisa, tak perlu khawatir Bi Inah ini chef intelek. Malam itu berdua memasuki rumah angker Pondok Indah, memasang cctv, membawa merica pedas, pisau, dan sepucuk pistol. Berdua memantau keadaan, dan ketika terlihat sesosok pemuda memasuki rumah, mereka bersiap meringkus sang penjahat. Akahkah berhasil? Atau ambyar karena setelah dua pembunuhan besar, masak lawan gadis muda ini dia kalah?
Sejatinya mencoba twist, agak membuat kejut sosok yang dimaksud. Hantu? Saya sempat menebaknya sebab judulnya memakai Kuntilanak, ternyata bukan. Pemuda yang sama yang masuk dengan yang dilihat Shena? Ya. Namun kalian (mungkin) bakalan terkejut pelaku utama ini, walaupun motif dan polanya sungguh lemah.
Cerita yang aneh, tapi lumayan menghibur juga. Nama-nama karakter utamanya kebarat-baratan semua: pearly (putih dan berkilau seperti mutiara), Cherie (siapanya Cher?), Shena x Xena, dst. Pola hidup orang kota yang kental, jelas kalangan menengah atas: rutin ke salon, makan pizza, naik Yaris, kos? Sewa pembantu merangkap chef merangkap intel dong, mainnya bilyar, di sini disebut Four Hole, mungkin diselingi miras dan obat, tapi tak boleh disebut kena rating ntar. Lupakan logika sebab memang ini buku fun aja, bedakan ‘di’ disambung dan ‘di’ dipisah saja sulit. Bahasanya gaul, lo gue end, No Prob. Melamar pakai cincin berlian dengan mata berwarna putih dikelilingi permata-permata kecil. Romantis itu pakai kawat yang disambung, tapi ya tak level-lah. Liburan? Ke Bali sewa vila, semudah mengucapkan pesan nasi orek di Warteg.
Memang karakternya banyak yang norak, narsis juga. Cherise cantik dan sexy, sementara Pearly manis dan periang. Asyik. selain Spooky Night, ada program acara: CUCI BAJU, Curhat Cinta Bareng Pearly dan Reisya yang lutju. Selang-seling bahasa Inggris, Pearly tidak percaya akan kebetulan. Everything happens for a reason. Beberapa bagian sudah mendukung cekam sebenarnya. Makam di kebun belakang, bersama neneknya. Penampakan yang cukup, tampilkan sedikit tapi intensitas takut-nya ada. Karakter pendukung yang mendorong pola, Shena malah tampil paling bagus. Minta traktir untuk jasa antar, sangat wajar. Takut menjadi partner penyelidikan malam hari, sangat wajar. Side-kick ya harusnya gitu, tapi tokoh utamanya malah yang mengabu.
Penulisnya Lovanisa (mengingatkanku pada J_Lovinya – Jemmy Kristanto), dalam profil bernama Anisa Haroen, lahir 17 April 1987. Mencintai musik, buku, dan sinematografi, alasan mengambil jurusan broadcasting untuk perkulihan. Sempat gabung sama radio swasta sebagai script writer, dan lanjut hobi nulis. Ini buku pertama beliau yang kubaca, mungkin juga yang terakhir. Stempel ‘Awas Mencekam’ di kover salah, harusnya, ‘Awas Tertawa.’ Mungkin stempel cerita ini akan menempel lama (bisalah dua puluh tiga puluh tahun tersemat) saking tenangnya, saking fun-nya di tengah deru pening area gua sabda Pembunuh Tuhan dan pekikan merdeka sang Proklamator.
Kuntilanak Pondok Indah | by Lovanisa | Penyunting Haidar | Cover design Joko Warsito | Penata letak Welgrom | Publisher Makam, Dekat Kuburan Pondok Ranggon, Jakarta Timur | Cet I, 2014 | 13 cm x 19 cm, 192 hal | ISBN 978-602-1588-95-6 | Skor: 2.5/5
Karawang, 010221 – Sheila On 7 – Sahabat Sejati
Thx Taman Baca Rindang,Klaten
Ping balik: #Januari2021 Baca | Lazione Budy
Jadi ingat rumah hantu yg di Jalan Metro Pondok Indah.
SukaSuka
Ping balik: 130 Buku Rentang Setahun | Lazione Budy
Ping balik: 13 Buku Baru | Lazione Budy