Kisah Pi by Yann Martel
“Apa gunanya cerita?”
“Ceritaku tentang makanan.”
“Kata-kata tidak mengandung kalori.”
“Carilah makanan di mana bisa ditemukan.”
Fantasi atau fakta? Ada dua cerita, yang pertama bersama sesekoci sama macan yang tak bisa dilogika, yang kedua bersama pembunuh yang terbunuh. Endingnya udah dijelaskan, tapi tetap absurd. Begini seharusnya cerita sebuah perjalanan dibuat. Kalau kita, para warga negara, tidak memberikan dukungan kepada seniman-seniman kita, berarti kita telah mengorbankan imajinasi kita di altar realitas yang kejam, dan pada akhirnya kita jadi tidak percaya pada apa pun, dan mimpi-mimpi kita tidak lagi berarti. Jelas novel yang laik didiskusikan lanjut.
Terbagi dalam tiga bagian. Bagian Satu: Toronto dan Pondicherry, pengantar yang Ok banget. Laksmi artinya dewa kekayaan. Bagian dua: Samudra Pasifik, perjalanan. Berangkat tanggal 2 Juli 1977 dengan menumpang kapal Tsimtsum, kapal dagang Jepang berbendera Panama., bertahan selama 227 hari di samudra, mendarat di pantai Meksiko tanggal 14 Februari 1978. Waktu hanyalah ilusi yang membuat kita terengah-engah. Waktu menjadi jarak bagiku, seperti halnya bagi semua makhluk fana – kuarungi kehidupan ini. Bagian tiga: Rumah sakit Benito Juarez, Tomatlan, Meksiko. Segmen wawancara kocak sama dua orang Jepang yang khawatir makan siangnya disikat Pi. “Menang lotere sangat sedikit kemungkinan menang, tapi selalu ada yang menang.”
Kisahnya tentang Piscine Molitor Patel, 16 tahun yang terombang-ambing di samudra Pasifik. Hidup bahagia bersama kedua orang tuanya, dan kakaknya yang maniak kriket. Kebun Binatang Pondicherry merupakan sumber kesenangan sekaligus penyebab sakit kepala bagi Mr. Santosh Patel, pendiri, pemiliki, direktur, pimpinan staf berjumlah lima puluh tiga orang, sekaligus ayahku. Kehidupan binatang liar sangatlah sederhana, mulia, dan penuh makna, begitulah mereka bayangkan.
Aku bukan orang yang suka memproyeksikan sifat-sifat dan emosi-emosi manusia pada binatang. Sebab begitulah binatang: konservatif, malah bisa dikatakan reaksioner. Binatang punya sifat territorial. Itulah kunci untuk memahami mereka. Hanya di dalam teritorinya yang mereka kenal binatang bisa memenuhi dua keharusan yang tak bisa ditawar: keharusan menghindari musuh, dan keharusan memperoleh air dan makanan. Rumah merupakan teritori yang dipadatkan, di mana kebutuhan-kebutuhan dasar kita bisa dipenuhi dengan mudah dan aman. Begitu juga kebun binatang. Dalam batas-batas alami mereka, mereka menerima saja apa yang ada.
Sedari mula kita disuguhi tema teologi. Pi sendiri memeluk tiga agama. Aku tahu kebun binatang tidak mendapat tempat di hati orang, sama halnya dengan agama. Memercayai semuanya. Tuhan satu dan yang lain ia yakini, ibadahnya ia lakukan semua. Yesus, Maria, Muhammad, Wisnu. Menjadi penyelamat. Ada gurunya yang ateis, yang memercayakan kekuatan alam tapi bukan Tuhan. Rasa takut dan akal sehat berebut menemukan jawabannya. Begitulah Allah, cemerlang, perkasa, dan kuasa.
Tema utamanya adalah keyakinan, sebuah prinsip dasar eksistensi yakni kasih. Ingatan manusia bagai samudra, dan ia timbul-tenggelam naik-turun di permukaannya.
Ibu tampak cantik, berdandan layak sebab ia akan meninggalkan India yang panas dan berhujan, sawah-sawahnya, dan sungai Cauvery, garis-garis pantainya, dan kuil-kuilnya dari batu, gerobak-gerobak sapi dan truk-truk warna-warni, teman dan para pemilik toko yang sudah dikenalnya… Burung-burung camar menjerit-jerit di atas kepala, aku merasa begitu bergairah. Ternyata segala sesuatunya tak sesuai harapan, tapi apa yang bisa kita lakukan? Kita mesti menerima apa-apa yang diberikan ini kepada kita, dan berusaha menjalaninya sebaik mungkin.
Kapal itu karam, semua luluh lantak, yang selamat hanya sebuah sekoci dengan Pi di sana bersama beberapa binatang dan alat darurat seadanya. Harimau sangat tergantung pada indra pengelihatan, mata mereka sangat tajam terutama dalam mendeteksi gerakan. Pendengaran bagus, penciuman biasa. Ketika senja semakin mendekat, kecemasanku pun bertambah. Aku selalu takut menghadapi penghujung hari. Di malam hari aku akan sulit dilihat oleh kapal yang mungkin lewat.
Oh betapa bahagianya bermandikan harapan. Harapan menghasilkan harapan.
Kalau nyawa kita terancam, kemampuan kita berempati menjadi tumpul oleh hasrat egois untuk bertahan hidup. Aku merasa iba, setelah itu ya sudah. Di hadapan predator paling superior, kita sama-sama berstatus mangsa. Membuat rakit dengan jarak Sembilan meter dari sekoci, jarak itu sudah untuk dua ketakutanku: takut terlalu dekat dengan Richard Parker, dan takut terlalu jauh dari sekoci.
Binatang yang terluka lebih berbahaya daripada binatang yang sehat.
Secercah harapan berkerlap-kerlip di hatiku, seperti cahaya lilin di malam hari. Aku punya rencana bagus. Kita sudah lupa pada faktor-faktor yang mestinya menjadi andalan terakhir, yaitu harapan dan keyakinan. Jangan sampai patah semangat, boleh merasa kecil hati tapi jangan menyerah. Ingat semangat sangat penting, melebihi lain-lainnya. Kalau Anda memiliki kemauan untuk hidup, Anda pasti bisa bertahan.
Makin lama makin berpengalaman sebagai pemburu. Aku makin berani dan lebih cekatan. Instingku berkembang, naluriku bekerja, dan aku tahu apa-apa yang harus dilakukan. Orang takkan mati karena mual, tapi rasa mual dapat menguras semangat hidup habis-habisan. Memadamkan rasa takut yang berkobar-kobar di hatiku.
Kehidupan di sekoci bukanlah seperti kehidupan. Rasanya seperti permainan catur yang hampir berakhir, menyisakan satu bidak, elemennya sangat sederhana. Kelangkaan air tawar menjadi kecemasan tersendiri. Ternyata aku tidak sinting, Richard Parker-lah yang berbicara denganku. Aku senang sekali bisa bercakap-cakap dengan harimau.
Ada dua rasa takut yang tidak bisa kita buang dalam diri kita: reaksi terkejut karena mendengar suara berisik yang tak disangka, dan vertigo. Kutambahkan satu lagi, rasa takut karena ada pembunuh yang mendekat dengan cepat tanpa tedeng aling-aling.
Bab paling menakjubkan ada di nomor 92. Tentang misteri pulau predator. Pulau ini bukan pulau biasa, bukan sebongkah daratan kecil yang menempel di dasar samudra. Melainkan merupakan organisme yang mengapung bebas, segumpal ganggang raksasa yang luar biasa besar. Mendapatkan kenyamanan fisik, tapi mati secara spiritual.
Akhirnya sudah pasti tahu, selamat. Namun setelah bersama selama berbulan-bulan tak ada pamitan yang layak. Sangat menyedihkan perpisahan tanpa ucapan selamat tinggal, aku orang yang menghargai tata cara dan keselarasan aturan. Sedapat mungkin kita harus memberi makna pada segala hal.
Saya sudah nonton filmnya, dan menang Oscar untuk sutradara terbaik. Tak perlu nonton dulu, sebenarnya pembaca akan tahu nasib Pi, sebab ada keterangan jelas di akhir Bagian I bahwa akhir kisah ini bahagia. Buku dibagi dalam tiga bagian, per bab-nya tak memakai lembar kosong, dilanjut di halaman yang sama di tiap pergantiannya. Ada 100 bab, sesuai keinginan Pi. Ada dua ‘Aku’ di sini, yang bergaris miring berarti Sang Penulis, yang ternyata sedang mencari ide tulisan, satu lagi Aku sang tokoh utama, Pi yang menuturkan kisah. Satu lagi adalah wawancara, kocak sekali duo orang Jepang sebagai pemilik kapal yang tenggelam mencari penyebab karamnya, lalu meminta logika di sekoci tanpa binatang.
Begini seharusnya kisah perjalanan dibuat, detail sekali di tempat mula, mendebarkan sangat di tengahnya, gejolak dan riak kesimpulan di tempat tujuan. Pembuka tahun yang luar biasa. Jadi ini fantasi atau fakta?
Kisah Pi | by Yann Martel | Diterjemahkan dari Life of Pi | Copyright 2001 | Penerjemah Tanti Lesmana | Design dan Ilustrasi sampul Martin Dima | 617186010 | Penerbit Gramedia Pustaka Utama | November 2004 | Cetakan kesembilan, Juli 2017 | 448 hlm.; 20 cm | ISBN 9789792289008 | Skor: 5/5
A mes parents et a mon frere
Karawang, 210121 – The Isley Brothers – Summer Breeze
Thx to Ari Naicher (Taman Baca Rindang), Klaten
Buku pertama yang selesai kubaca tahun ini, dari tanggal 8-18 Jan 2021, di sebuah masjid di Bogor sampai di ruang baca Greenvillage, Karawang.