Kusala Sastra Khatulistiwa 20
Dari kisah buku panduan membunuh raja sampai dunia imaji Selma, dari negeri temaran senja sampai kisah perjuangan memertahankan kepercayaan yang dianggap sesat, dari kisah jagoan kampung yang buruk rupa menjadi suami si jelita sampai perjuangan Indonesia mengusir penjajah, dari orang-orang terusir di negerinya sendiri mencoba pulang sampai pangeran dan saudara-saudaranya bertempur ke negeri antah. Semua tersaji demi kalian pecinta sastra.
Di zaman yang serba digital, saringan karya itu sangat perlu. Dan berterima kasihlah pada ajang-ajang penghargaan yang memberi (walau tak semua) pilihan berkualitas. Seolah jadi panduan rekomendasi baca. Saya sudah mencoba menjalani hidupku sebaik mungkin…, melahap buku sebagus mungkin.
Dalam dua puluh tahun terakhir, sastra kita lebih semarak. Era Reformasi yang lebih bebas dan liar dalam menyampaikan pendapat. Hal-hal yang rasanya tabu di masa Orde Baru kini sudah merdeka. Tema yang variatif, terkadang vulgar, out of the box, perbaikan catatan sejarah, religi, beragam cerita daerah, semuanya berusaha berlomba mencipta unik. Dan muncullah penghargaan bergengsi Kusala Sastra Khatulistiwa (sebelumnya bernama Khatulistiwa Literary Award 2001-2013) yang digagas oleh Richard Oh dan Takeshi Ichiki.
Berikut para pemenang dari edisi pertama sampai 19:
2001
Puisi: Goenawan Mohamad, “Sajak-sajak Lengkap 1961-2001”
2002
Prosa: Remy Sylado, “Kerudung Merah Kirmizi”
2003
Prosa: Hamsad Rangkuti, “Bibir Dalam Pispot”
2004
Nonfiksi: Sapardi Djoko Damono, “Puisi Indonesia Sebelum Kemerdekaan”
Fiksi: Linda Christanty, “Kuda Terbang Maria Pinto”; Seno Gumira Ajidarma, “Negeri Senja: Roman”
2005
Puisi: Joko Pinurbo, “Kekasihku”
Prosa: Seno Gumira Ajidarma, “Kitab Omong Kosong”
2006
Prosa: Gde Aryantha Soethama, “Mandi Api”
Puisi: Dorothea Rosa Herliany, “Santa Rosa”
2007
Penulis Muda Berbakat: Farida Susanty, “Dan Hujan Pun Berhenti”
Prosa: Gus ft Sakai, “Perantau”
Puisi: Acep Zamzam Noor, “Menjadi Penyair Lagi”
2008
Puisi: Nirwan Dewanto, “Jantung Lebah Ratu”
Penulis Muda Berbakat: Wa Ode Wulan Ratna, “Cari Aku di Candi”
Prosa: Ayu Utami, “Bilangan Fu”
2009
Puisi: Sindu Putra, “Dongeng Anjing Api”
Prosa: “F. Rahadi, “Lembata”
Penulis Muda Berbakat: Ria N. Badaria, “Fortunata”
2010
Puisi: H.U. Mardi, “Buwun”; Gunawan Maryanto, “Sejumlah Perkutu Buat Bapak.”
Fiksi: Linda Christanty, “Rahasia Selma”
2011
Fiksi: Arafat Nur, “Lampuki”
Puisi: “Nirwan Dewanto, “Buli-Buli Lima Kaki”; Avianti Armand, “Perempuan yang Dihapus Namanya”
2012
Fiksi: “Okky Madasari, “Maryam”
Puisi: Zeffry J. Alkatiri, “Post Kolonial dan Wisata Sejarah dalam Sajak”
2013
Prosa: Leila S. Chudori, “Pulang”
Puisi: “Afrizal Malna, “Museum Penghancur Dokumen”
2014
Prosa: Iksaka Banu, “Semua Untuk Hindia”
Puisi: Oka Rusmini, “Saiban”
2015
Prosa: Dorothea Rosa Herliany, “Isinga: Roman Papua”
Puisi: Joko Pinurbo, “Surat Kopi”
2016
Prosa: Yusi Avianto Pareanom, “Raden Mandasia Si Pencuri Daging Sapi”
Puisi: F. Aziz Manna, “Playon”
2017
Prosa: Mahfud Ikhwan, “Dawuk, Kisah Kelabu dari Rumbuk Randu”
Puisi: Kiki Sulistyo, “Di Amperan, apa Lagi yang Kau Cari?”
Karya Perdana atau Kedua: Nunuk W. Kusmiana, “Lengking Burung Kasuari”
2018
Puisi: Avianti Armand, “Museum Masa Kecil”
Prosa: Azhari Aiyup, “Kura-kura Berjanggut”
Karya Perdana atau Kedua: Rio Johan, “Ibu Susu”
2019
Puisi: Irma Agryanti, “Anjing Gunung”
Prosa: Iksana Banu, “Teh dan Penghianat”
Iseng, menghitung berapa buku yang sudah kubaca dari daftar tersebut. Ada sepuluh buku, yah lumayan. Sedari dulu memang lebih sering baca buku terjemahan, buku klasik, buku-buku dengan nama besar pengarang. Nah, berkat penghargaan KSK (dan Dewan Kesenian Jakarta – DKJ) saya seolah dipilahkan, tinggal membuat anggaran belanja yang disodorkan ke May aja buat di-acc. Hehe…
Pada hari Sabtu, 5 September 2020 kemarin melalui twitter @richard0h mengumumkan daftar panjang kandidat KSK ke-20. Periode penjurian Juni 2019-Juli 2020, disusun berdasarkan abjad.
Prosa
#1. Arafat Nur, “Kawi Matin di Negeri Anjing” (Basabasi, Maret 2020)
#2. Ben Sohib, “Kisah-kisah Perdagangan yang Gemilang” (Banana, Februari 2020)
#3. Felix F. Nesi, “Orang-orang Oetimu” (Marjin Kiri, Juli 2020)
#4. Kedung Darma Romansha, “Rab(b)i” (Mojok, Juli 2020)
#5. Maywin Dwi-Asmara, “Surat-surat Lenin Endrou” (Basabasi, Juli 2019)
#6. Niduparas Erlang, “Burung Kayu” (Teroka Press, Juni 2019)
#7. Nunuk Y. Kusmiana, “La Muli” (Basabasi, Maret 2020)
#8. Nurul Hanafi, “Makan Siang Okta, Sebuah Cerita Tiga Bagian” (Shira Media, September 2019)
#9. Samar Gantang, “Leak Tegal Sirah” (Indonesiatera, November 2019)
#10. Yetti A.KA, “Ketua Klub Gosip dan Anggota Kongsi Kematian” (Basabasi, April 2020)
Puisi
#1. Beni Satryo, “Antarkota antarpuisi” (Banana, Agustus 2020)
#2. Binhad Nurrohmat, “Nisan Annemarie” (Diva Press, April 2020)
#3. Deddy Arsya, “Khotbah si Bisu” (Diva Press, Desember 2019)
#4.Esha Tegar Putra, “Setelah Gelanggang Itu” (Grasindo, Januari 2020)
#5. Gaudiffridus Sone Usna’at, “Mama Menganyam Noken” (Papua Cendikia, September 2019)
#6. Inggit Putria Marga, “Empedu Tanah” (Lampung Literatue, November 2019)
#7. Mutia Sukma, “Cinta dan Ingatan” (Diva Press, November 2019)
#8. Ratri Nindytia, “Rusunothing” (Gramedia, November 2019)
#9. Seno Joko Suryono, “Di Teater Dyonysos” (Anom Pustaka, April 2020)
#10. Triyanto Triwikromo, “Nabi Baru” (Diva Press, Juli 2020)
Kategori prosa seperti tahun-tahun sebelumnya akan kukejar baca-ulas sebelum pengumuman pemenang. Tahun ini, ketika nominasi diumumkan saya baru membaca satu buku: Kisah-kisah Perdagangan yang Gemilang, sudah saya prediksi bakalan masuk dengan menyebut ‘Goodluck for KSK 2020’ di akhir ulasan. Jadi masih sembilan lagi. Dan rasanya tahun ini lebih mudah dalam mengejarnya, sebab toko buku daring langganan setelah kujapri, semua buku ready stock! Sebelumnya harus berburu, mencari dari pedagang buku daring, dari seberang pulau, sampai pesan langsung ke penerbitnya. Kalau penerbit yang aktif di sosmed dan besar sih lebih nyaman, nah yang penerbit indie/daerah terkadang lama respon. Sudah dua kali sih aman, ini yang ketiga. Dan Wow, ga perlu berburu njelimet ke dunia maya.
Dari daftar , yang mengejutkan prosa, dari Penerbit Major Gramedia tak ada satupun. Dominasi ada di Penerbit Basa-Basi, perjuangan mereka mengadakan sayembaya novel dan diterbitkan sendiri harus diacungi jempol gede-gede. Mereka sedang menuai buahnya, ada empat bukunya muncul. Dan kabar baik ini direspon keren dengan menawarkan paket. Saya sendiri mengambil paket tiga bukunya, yang normalnya seharga 170 ribu menjadi 120 ribu. Lumayan.
Di kategori puisi dominasi ada pada Diva Press yang memborong empat nominasi, Gramedia Grup dua, dan Banana penerbit indie paling aduhai ini juga menempatkan satu bukunya. banyak nama asing (baru) yang kukenal, kecuali jelas yang disebutkan terakhir yang jago nulis ceria pendek, kali ini mencoba peruntungan di syair. Persis debut puisinya dalam Kitab Para Pencibir yang sukses, rasanya Nabi Baru laik dinikmati.
Sampai sekarang (11/09/20) tiga buku sudah mendarat, tiga buku sedang dalam perjalanan, dan tiga buku lagi akan dikirim akhir bulan. Jadi minimal sampai akhir bulan, saya harusnya sudah mereview enam buku. Lihat, betapa dunia literasi menyenangkan sekali!
Nantinya, dari sepuluh kandidat akan disaring menjadi lima. Dan puncak acara diumumkan di malam anugerah di Plaza Senayan Jakarta (waktu tba). Jadi siapa pemenang tahun ini? See ya… nantikan ulasan lengkapnya dan prediksi special dari LBP.
Karawang, 110920 – Roxette – Spending my Time