Bulan Mei 2020 dalam rekap bacaan.
“Aku tidak pernah memberitahu siapa pun hingga sekarang. Benar-benar bisnis kotor… setiap sekolah menawarkan uang tunai, Paul, jangan naïf. Itu bagian dari permainan.” – Neely
Bulan Mei 2020, rekapnya baru sempat kulakukan bulan Juli, setelah sebulan penuh ulas buku. Menyingkirkan banyak hal, menyita waktu melimpah karena harus fokus #30HariMenulis #ReviewBuku beberapa hari bahkan pulang kerja sampai Isya. Bulan Mei ternyata total baca 13 buku, sama dengan bulan sebelumnya. Baru sempat rekap. Yuhui…
#1. Little Women – Louisa May Alcott
Empat saudari March yang legendaris: Bejo MAy: Beth, Jo, Meg, Amy. Dengan latar Amerika abad 19, kesederhanaan keluarga demi kebersamaan menjadi tema utama. Ayah yang bertugas perang, ibu yang mengayomi. Karena betapa pun buruknya suasana hati mereka, kelebatan terakhir wajah keibuan itu pasti akan memengaruhi mereka seperti cahaya matahari. Inilah masa remaja dengan impian-impian yang ingin digapai. “Cita-citaku berada dalam sinar mentari nun jauh di sana. Mungkin aku tak dapat mencapaiknya, tetapi aku bisa mendongak dan melihat keindahannya, dan berusaha mengikuti ke mana ia pergi.”
#2. The High Mountains of Portugal – Yann Martel
Dua bagian pertama luar biasa, bagian ketiga agak menurun tapi memang pada dasarnya novel berkelas. Apalah arti kita tanpa orang-orang yang kita cintai? Apakah ia berhasil bangkit dari duka? Ketika ia menatap matanya di cermin saat bercukur, hanya relung-relung kosong yang tampak. Semua tersaji dari jiwa laki-laki yang rapuh. “Aku berbicara dengannya di dalam kepalaku, ia hidup di situ sekarang.”
#3. The Gates – John Connolly
Terlanjur beli tiga seri, jadi di buku ini sekadar bagus tetap harus dituntaskan. Ini kisah tentang malam Helloween yang janggal. Perjalanan antar dimensi, antara dua dunia. Novel aneh, teori lubang hitam dan terbentuknya semesta. Gerbang neraka dibuka, rajanya neraka menju bumi untuk menhancurkan, tapi dengan mudah digagalkan seorang bocah Samuel Johnson dan anjingnya, dibantu setan nyentrik yang bosan di padang pasir. “Bagaikan lalat di tangan anak-anak ceroboh, begitulah kita di mata para dewa, mereka membunuh kita untuk hiburan.”
#4. Stardust – Neil Gaiman
Tentang petualangan anak setengah manusia setengah peri yang menakjubkan. Untuk memulai perjalanan kita perlu mengenal desa asal, Desa Tembok di padang rumput Inggris yang tenang. Tak sembarangan yang bisa melintas, setiap Sembilan tahun sekali di seberang tembok yang bercelah ada bazar festival yang digelar dan desa itu menjadi penginapan mendadak. Syahdan, seorang pemuda rupawan Dunstan Thorn berusia delapan belas tahun mengalami malam sensasional. Terasa gigil dan gemetar di pusat alam. “Ini kuucapkan: kau telah mencuri pengetahuan yang tak layak kauperoleh, tetapi pengetahuan ini tak akan menguntungkanmu…”
#5. Love Story – Erich Segal
Pasangan muda yang tampak ideal, mahasiswa Havard keturunan orang kaya dengan gadis cerdas dari keluarga sederhana. Oliver dan Jennifer yang menyenangkan dalam percintaan ini lantas mendapat musibah besar, berat sekali menghadapi kehilangan. Benar-benar kisah cinta yang menguras air mata. Cerita cinta memang harus berkonflik berat, ga penuh pelangi. “Cinta berarti tak perlu minta maaf.”
#6. Bleachers – John Grishman
Kisah love-hate pelatih hebat di kota kecil Messina. Eddie Rake adalah legenda, raihan gelar semasa ia melatih football memang luar biasa. Untuk menjadi pemenang memang harus kerja keras, latihan ekstra. Neely menjadi kapten dan bagian tim di masa puncak, perpisahan yang buruk mencipta jarak. Di akhir karier sang Pelatih ada noda besar. Kota terpecah. Dan ini tentang masa kabung, kematiannya menjadi duka sekaligus menggali masa lalu hitam yang tersembuyi. “Ayolah, hentikan. Nikmati saja kenangannya.”
#7. Corona Ujian Tuhan – Quraish Shihab
Buku yang sangat singkat, padat, dan dinikmati kilat di meja kerja. Sebuah ungkapan ‘Manusia mengenal kebaikan sejak manusia mengenal keburukan. Bagaimana mengenal indah kedamaian kalau dia tidak mengenal kekacauan? Manusia mengenal kebajikan sejak adanya keburukan. Dan mengenal keluhuran dan kesetiaan sejak adanya iblis.’ Keidupan manusia suka atau tidak, mengandung penderitaan, kesedihan, dan kegagalan di samping kegembiraan, prestasi, dan keberhasilan. Ujian adalah keniscayaan hidup. Tetap bersyukur dan tentu saja tetaplah waras, bersama keluarga. Firman Allah: “Sesungguhnya bersama kesulitan terdapat dua kemudahan.” (QS. Asy-Syarh [94]: 5-6)
#8. Reportase-Reportase Terbaik – Ernest Hemingway
31 tulisan Ernest Hemingway semasa di Prancis sebagai wartawan era pasca Perang Dunia Pertama. Tulisan yang bersinggungan dengan politik, sosial, budaya. Lebih merakyat dari yang kita kira, Ernest tampak menyatu dengan kehidupan setempat sehingga hafal harga hotel-hotel setara Melati, harga makanan kelas warteg sampai gang-gang sempit untuk mencari jalan untuk memotong kemacetan. Lucu dan menghibur. “Aku tidak tahu Paris itu seperti ini. Aku kira meriah banyak cahaya, indah.”
#9. Pena Sudah Diangkat, Kertas Sudah Mengering – Hasan Aspahani
Suatu hal yang wajar yang tidak bisa dihalang-halangi oleh penyair yang konon memiliki lisensi puitik maupun lembaga yang diberi tugas ‘menjaga’ bahasa. Dan karena bahasa tidak lain adalah wadah dari ‘dongeng’, bahkan juga ‘dongeng’ itu sendiri, maka ia terus bergerak tanpa arah yang bisa ditebak. Kumpulan puisi @jurubaca pertama yang kubaca. Narasinya padat. Yang menyatukan bait-bait sajak itu bukan prinsip kausalitas, tetapi suasana. Benda dan konsep yang disebut dalam sajak itu saling mendukung terciptanya suatu suasana yang, kalau boleh meminjam larik Amir Hamzah, ‘bertukar tangkap dengan lepas’. Dalam sajak ini, kematian adalah suasana dan bukan makna.
#10. The Fault is Our Stars – John Green
Novel yang luar biasa menyedihkan. Ini bukan buku tentang kanker, karena buku tentang kanker itu payah. Air pilu laksana air bah yang menghantam deretan kata sejak mula hingga perasan titik kalimat akhir. Bayangkan, The Fault in Our Stars garis besarnya bercerita tentang pasangan remaja yang keduanya sekarat, satu bermasalah dengan paru satu lagi memakai satu kaki palsu. Sederhananya keduanya sakit kanker yang menggerogoti organ vital, dan berdua harus bertahan demi kasih. Saling mencinta, saling menjaga, sampai maut benar-benar memisahkan. “Sadarlah, berusaha menjaga jarak dariku tidak dapat mengurangi rasa sayangku padamu.”
#11. The Chronicles of Narnia: Prince Caspian – C.S. Lewis
Saya baca ulang untuk Hermione jelang tidur, dua bab per malam. Melanjutkan seri sebelumnya langsung, Caspian dalam perebuatan takhta melawan pamannya sendiri. Pevensie bersaudara dipanggil via terompet Susan. Ketika mereka sedang di stasiun bersiap berangkat sekolah, kereta melaju dan semesta dimensi berganti latar. Peter, Edmind, Susan, dan Lucy datang bak dewa penolong. Seribu tiga ratus tahun di Narnia bisa saja hanya setahun di dunia kita.
#12. Kata Pengantar: Anthony Giddens – B. Herry – Priyono
Kajian utama ilmu sosial adalah praktik sosial yang per definisi adalah titik temu dari dualitas struktur dan pelaku. Ilmu-ilmu sosial (politik, ekonomi, sosiologi, antropologi, sejarah, psikologi, hukum) mulai dari apa yang sudah, sedang, atau mungkin akan dilakukan orang. Giddens menyebut tindakan dan praktik sosial itu sebagai ‘dunia yang sudah ditafsirkan’. Istilah-istilah teknis yang dirumuskan ilmu sosial sudah menjadi kamus sehari-hari khalayak, dan karena sudah menjadi bagian dari insting dan praktik sehari-hari maka orang jarang mempertanyakan lagi asal-usulnya. Inilah buku tentang pokok-pokok pemikiran teoritis Giddens dalam ringkas dan seringan mungkin. B. Herry-Priyono mencipta ulang pemikiran itu dalam upaya asyik tanpa bikin kerut kening. Meskipun sudah berusaha untuk tidak salah mengerti pemikiran dasar Anthony Giddens, saya tetap jauh dari keyakinan bahwa saya tidak keliru memahaminya yang begitu luas memang bagaikan mengejar kawanan gejala modernitas yang selalu berlarian tunggang-langgang.
#13. Persepolis – Marjane Satrapi
Di Iran, segala kebijakan pemerintah di masa peralihan itu memicu pro-kontra, wajar sih segala yang baru memang mematik dua sisi. Sang shah yang lengser tahun 1979, lalu mengungsi. Inilah Persepolis, masa revolusi Islam dan segala pergeserannya. Berisi 19 judul cerita, semua bersudut pandang Marji yang polos, memahami hal-hal baru yang terjadi di negaranya, sampai ending yang menyentuh. Keputusan berat, tapi mau bagaimana lagi keselamatan yang utama. “Aku ingin menjadi keadilan, cinta kasih, sekaligus kemarahan Tuhan.”
Iya, iya… segera kubuat rekap Juni, semangat…
Karawang, 020720-160720 – Bill Withers – Use Me