Aisyah Putri: Operasi Milenia #27

Aisyah Putri: Operasi Milenia by Asma Nadia

Burung dara nyangkut di kawat. Adinda cantik… nggak kuat.

Dua puluh sampai sebelas tahun lalu saya termasuk yang rutin menikmati buku-buku reliji, Asma Nadia dan Helvy Tiana Rosa tentu saja masuk daftar tertinggi untuk diikuti, oh jangan lupa Ayat-ayat Cinta, saya sudah membacanya jauh sebelum booming dan melayar lebar. Saya termasuk pembaca rutin majalah Annida, majalah cewek dengan cerpen bejibun. Meledak di era 90an, sayangnya bubar. Pas adaptasi ke annida-online sempat beberapa kali berkunjung dan menikmati, terasa sangat beda. Buku-buku Islami yang seandainya kujejer juga lumayan panjang. Sayangnya, beberapa dipinjam tanpa kembali, kebetulan tiga buku Aisyah Putri masih ada di rak, kemarin pas libur bingung review buku lokal siapa, nemu ini. Buku ini kubeli pada 4 April 2006 ketika sedang bermain ke Purwakarta ke tempat kakak, mampir dingdong dan toko buku di Mal Sadang. Inti cerita sudah lupa atau dulu ga sempat kubaca ya? Akhirnya Sabtu pagi (27/06/20) kukejar baca kilat.

Kisahnya tentang Asiyah Putri, anak bungsu dari single parent. Tinggal di Jalan Kemuning nomor satu. Ayahnya meninggal, dibesarkan dengan penuh cinta. Punya empat kakak: Vincent berkaca mata, tinggi tamvan. Kedua Harap, kuliah di IKJ dengan trendy aksesoris di banyak bagian, secara ga langsung calon seniman besar. Ketiga Hamka, gondrong dan kekar, olah raga adalah makanan sehari-hari. Keempat, Idwar kuliah di UI ambil Sastra. Semuanya memiliki kelebihan masing-masing, entah kekurangannya apa, tak tampak nyata. Put-Put eh Puput, panggilan sayangnya, kelas satu SMU 2000, nama beken SMU Mandiri. Diambil dari tarif ojek yang mengarah dan dari sekolah. Ada yang jago karate, berguna banget ketika Putri dkk diganggung preman mendem. Ada yang jago puisi, merayu, gombal ala kadar. Ada yang rajin bersih-bersih kamar, cool. Ada yang hobi manjat gunung, mencintai alam. Hobi-hobi positif, dan catat! Mereka ga merokok semua. Sungguh sangat luar biasa, mendekati sempurna!

Kehidupan sehari-hari remaja laiknya kita. Tapi tentu ada istimewanya Putri ini. Memakai jilbab di tahun 2000 tentu belum setrendy sekarang. Tampak sekali Asma melakukan dahwah dan ajakan menegakkan kehidupan Islami, cocok sama genre yang dipajang di pojok kiri atas, ‘Serial Islami’. Saya sekolah di tahun Silver ini, seingatku hanya tiga sampai empat siswa yang mengenakan jilbab. Masih minoritas. Pas reuni dan kini ada di grup WA sih, nyaris semua teman sekolah itu mengenakan jilbab.

Ceritanya Putri menjadi aktivis yang alim, teman-temannya variatif ga seperti sekarang satu kelas semua pakai kerudung. Ada yang kaya, sekolah saja naik mobil. Ada yang miskin, yang justru dimatikan di tengah. Bahkan dengan sadis, dibunuh dan diperkosa. Ada yang penuh jerawat, dekil dan kurang pede. Ada yang tomboy, walau sudah berjilbab tetap bisa merdeka. Ada yang sakit, pendiam, dan sangat penyendiri. Eh malah justru menjadi tokoh mencinta Putri, ‘Be my Valentine!’

Dibuka dengan ‘pesta’ ulang tahun Puput yang dirayakan sederhana, tapi istimewa bersama abang-abangnya. Lalu ada anak baru, pindahan. Namanya Elisa Damayanti, seorang artis idola remaja. Sudah sangat terkenal, maka hebohlah kelas, terutama cowok. Dan ketika hari H tiba, ternyata Elisa mengenakan jilbab. Tentu saja gabung sama Putri, welcomen to the gank! Bagian berikutnya Hamka yang bangun tidur pakai kolor saja tak sengaja keluar kamar ketika teman-teman Putri sedang ngumpul, dan kejadian ini tampak sungguh memalukan. Masalah kutu yang menghuni mahkota Putri sejatinya sederhana, apa susahnya cerita ke abangnya atau ibunya. Dengan obat bernama peditox, hal yang memusingkan itu selesai mudah. Nah, seolah mengajak hijrah itu mudah. Ada bagian ketika kak Iid mempunyai teman dekat yang menelponnya rutin, Putri yang sering angkat malah menjadi akrab dan dengan dilindas waktu, teman kak Iid yang modis dan gaya ini justru turut serta di pengajian rutin Putri, bahkan mengenakan jilbab. Hebat. Semudah itu mengajak mengajak berbusana muslim.

Operasi Milenia sendiri diambil sebagai kejadian pergantian tahun 2000, jadi ketika banyak orang merencana memeringati pergantian tahun, di sini menjadi pergantian millennium. Ada gerombolan cewek yang modis pengen ke Bali. Ada temannya yang pengen di depan tv, banyak hal. Putri merayakan dengan para abangnya. Tengah malam, berlima masuk kamar umi, mengucapkan sayang dengan serbu kecup. Luar biasa, betapa menyenangkan anak-anak tersayang berebut cium sayang kepada orang tua. Keluarga adalah segalanya.

Bagian ketika membahas narkoba, sejatinya sangat biasa. Sudah tak mungkin keluarga ini memakai. Maka kekhawatiran Putri sungguh mengada, saya sendiri bisa menjamin Asma Nadia ga akan telodor melakukan kesalahan dengan menjerumus salah satu karakter baik hati dan tidak sombongnya melakukan tindakan konyol. Ingat, keluarga ini sudah tampak istimewa sehingga upaya menyembunyikan alasan kekurangan uang lalu pinjam, happy terus, atau tampak cemas. Semua tentu saja hanya tempelan, rasanya mustahil keluarga Islami digambarkan nge-drug! Infotaiment di tv saat ini terasa mengada-ada.

Tampak sekali kehidupan Putri ideal, kalau ga mau dikatakan sempurna. Cerdas, gaul, cantik, relijius. Dikelilingi keluarga yang begitu juga. Bahkan ada adegan ketika ia tertimpa bencana, naik bus yang penuh, cuaca hujan, dan ia harus berdiri di ambang pintu kendaraan, bus tersebut kecelakaan, ia pingsan dan dirawat di rumah sakit. Tampak sekali, Teh Asma mengedepankan kesalahan orang lain, kesalahan orang luar, bukan internal.

Panggilan ahwat/ikhwan mungkin sekarang terdengar lumrah, dan sudah sering kita dengar ketika bersapa atau setidaknya kita baca di sosmed. Tahun 2000 jelas belum semeriah itu. Ada garis besar dengan tebal sekali menjadi pemisah, bahwa kaum reliji punya tempat gaul yang sulit ditembus masyarakat awam. Era sekarang sudah biasa kita lihat wanita berjilbab, lelaki dengan jenggot lebat. Ini bisa jadi akibat perjuangan, salah satunya lewat literasi.

Buku ini masih ada seri dua dan tiga, jadi tenang, Putri aman sekalipun sempat pingsan. Bolehlah bulan depan akan kulanjut seri dua lalu ulas, dan seri tiga akan kutuntaskan bulan Agustus. Sayang kalau ga dilahap habis, sudah lama mendekam, dan tipis jadi rasanya mudah bahkan dengan santuy pun bisa ini, kita selipkan di antara buku Jared Diamond. Haha…

Setelah belasan tahun berlalu, dan semakin bervariasi bacaan saya apakah masih mencintai buku-buku reliji? Oh jelas, tapi kini konfliks dan permasalahan tokoh harus lebih keras. Kini sudah ga klik kalau masalah remaja hanya sekadar kongkow atau pusing belajar kelompok atau bingung pakai sepatu jenis apa. Di Aisyah Putri, pemecahan masalah terlalu soft. Konfliksnya nyaris sepele semua. Kesalahan selalu dari eksternal, coba kalau berani Asma Nadia menulis lanjutan Putri yang kini sudah dewasa usia 40-an dan masih luar biasa konsisten akidahnya, dan idealis? Apakah bisa?! Kehidupan sekarang keras dan luar biasa canggih, seolah batas manusia baik/jahat sudah dihilangkan, dalam berkomunikasi sudah mudah sekali klik. Maka apa tanggapan Putri menghadapi zaman keterbukaan ini. Kini Putri tak sendirian ketika berjalan di mal mengenakan jilbab, justru kebalikan cewek tak mengenakan jilbab malah menjadi minoritas. Sulit membayangkan Putri yang sudah berkeluarga tetap baik hati menghadapi kerasnya dunia!

Sepintas lalu, Puput tampak ga beda jauh sama Annida yang berjilbab panjang, dengan ujung menjuntai. Sifat dan karakter juga mirip. Seolah ini adalah novel tribute buat majalah remaja Islami tersebut. Duuuh… jadi kangen. Sahabat remaja berbagi cerita.

Aisyah Putri: Operasi Milenia | By Asma Nadia | Penerbit PT. Syaamil Cipta Media | Desain sampul Tim Desain Grafis Syaamil | Ilustrasi Halfino Berry | Editor dan tata letak Halfino Berry | Copyright 2000 | Cetakan kesembilan, Januari 2004 | 162 hlm.; 18 cm | ISBN 979-95942-1-9 | Skor: 3.5/5

Karawang, 270620 – Bill Withers – Harlem

#27 #Juni2020 #30HariMenulis #ReviewBuku #HBDSherinaMunaf