Artemis Fowl #13

Artemis Fowl by Eoin Colfer

Benar, Bocah Lumpur. Jam bermain sudah berakhir. Waktunya bagi profesional untuk mengambil alih. Kalau kau anak yang baik, akan kubelikan permen lolipop sekembaliku nanti.”

Artemis Fowl, Pencuri lintas spesies pertama di dunia. Buku lama, awal tahun lalu kubeli, tengah tahun selesai baca. Niatnya kuulas bareng saat filmnya rilis yang ternyata mundur ke akhir tahun lalu, dan lagi-lagi mundur awal tahun, yang tak ada yang menyangka pandemi muncul sehingga mundur lagi, dan kemarin baru saja rilis, tidak di bioskop tetapi ke platform digital. Maka inilah saatnya pos ulasan ini. Sayang sekali sambutan awal negatif, apakah ini kegagalan Disney membawa dunia imaji Fowl ke layar? Inilah kisah dunia pararel, upaya lain bercerita mengungkap rahasia alam semesta.

Kisahnya tentang bocah Artemis Fowl, remaja 11 tahun yang luar biasa cerdas dalam usaha tipu-menipu di dunia antah yang menakjubkan. Ia selalu selangkah lebih maju dalam segala rencana. Dibuka dengan adegan di Vietnam, Artemis janjian ketemu dengan Nguyem, didampingni asistennya Tuan Butler, janjian untuk melakukan transaksi rahasia, yang mengantar ke seorang wanita, di sana dia dikenal sebagai dukun. Namun Artemis tahu, ia seorang sprite, pshog, peri, kadalun. Artemis meminta buku itu, sang peri menolak. Ada racun yang sudah diminumnya, tawaran antara mati dalam sehari ini atau memberikan bukunya. Sungguh sulit, dan Artemis melenggang membawa buku petunjuk yang sakral. Buku bertuliskan bahasa kuno, itu segera saja dipotret, diemail, disimpan di Fowl Manor, Dublin.

Ayah Artemis pergi, atau mungkin dia menghilang. Ibunya, Angeline sakit. Dan kini si bocah berencana menambang emas di dunia peri. Tuan Butler sudah mengabdi pada keluarga Fowl lama, Juliet anaknya kini turut serta. Setelah mendapatkan buku petunjuk, menterjemahkannya, kita diajak menjelajah dunia antah. Di sini bahasa kuno yang aneh ditampilkan dengan gambar-gambar, simbol, dan semacam hieroglif. Di sini bisa disebut, Tulisan dalam bahasa Gnommish. Benar-benar ditampilkan, lalu dipindai dan dialihkan ke bahasa Inggris. Menurut almanac Kaum karya Chi Lun, naskah abad ketujuh yang ditemukan di kota Sh’shamo. “Terkadang kupikir ia bisa melihat isi kepalaku juga.”

Para leprechaum yang menjaga dunia peri, atau elf yang berada di bawah tanah. Menciptakan perisai benar-benar istilah yang tidak cocok. Apa yang dilakukan para peri sebenarnya adalah bergetar pada frekuensi yang begitu tinggi sehingga mereka tidak penah berada di satu tempat yang cukup lama untuk terlihat. Banyak orang bersedia mati atau membunuh demi kekayaan tidak terbayangkan yang diberikan emas ini. Tidak banyak untuk menindaklanjuti. Tidak ada visual, bahkan nama pun tak ada, kita tidak bisa seratus persen yakin menghadapi situasi. “Kenapa kalian orang-orang LEP selalu pergi ke atas? Apa istimewanya kalian.”

Kita diperkenalkan dengan Kapten Holly Short, Komandan Root, dan Prajurit Foaly. Kalau saja Kaum Lumpur mengetahui bahwa kata ‘leprechaun’ sebenarnya berasal dari LEPrecon, cabang elit Lower Elements Police – Kepolisian Elemen Bawah – mereka mungkin akan mengambil langkah-langkah untuk memusnahkan para peri. Sebaiknya tetap bersikap tidak mencolok dan membiarkan manusia berpegang pada stereotipnya. Mereka melakukan tugas ini dengan baik selama ini, menangkap troll, menanggulangi para makhluk yang coba memasuki dunia peri, terutama dari dunia atas, dunia kita. Ada insiden di Hamburg yang celaka, yang membuat kepolisian ini waspada. Kalau manusia menyadari adanya sub-budaya peri, hanya masalah waktu sebelum kedua spesies itu berperang.

Dalam upaya mengungkap dunia bawah, Artemis mencipta alat pelacak peri. Kalau mata Komandan memancarkan kilau seperti itu, kau harus langsung bergerak dan menutup mulut rapat-rapat. Menemukannya, menginterogasinya. Dan di dermaga Dublin, Tuan Butler yang kekar menghajar mereka. Sementara Artemis bekerja lebih dalam, melacak, memindai, lalu memasuki terowongan menuju dunia peri yang dijaga LEP tadi. Scope adalah julukan bagi pelacak rahasia yang ditempelkan di satelit-satelit komunikasi Amerika.

Akhirnya lintas dimensi berhasil juga, ada adegan lucu. Ketika dunia peri berhasil ditembus, ada peri pialang Nimbus yang berteriak pada Bark untuk menjual semua sahamnya di terminal ulang aling karena, jelas akan ada kekacauan. Haha… dunia mereka ternyata juga menerapkan sistem kapitalis yang mana kekacaun berarti rontoknya bursa efek saham. Itu firasat buruk. Firasat peri tidak pernah keliru. “Kau tidak menyadari apa yang sudah kau lakukan. Menyatukan dunia seperti ini bisa berarti bencana bagi kita semua.”

Setelah berputar-putar penuh komedi, akhirnya Artemis dipertemukan dengan Root dan Foaly. Dan langsung ia mengancam dunia peri, setelah pertempuran di atas kapal yang penuh ledakan, Artemis tetap tenang, seolah ini hanya permulaan. Drama di atas kapal ikan penangkap paus yang membuat marah Komandan Root. Artemis menyusun kembali strategi untuk memasuki dunia peri, memerasnya. Root dan pasukan mencoba menghadang, membalas kalau bisa, dengan kemarahan, dan dendam. Kau tidak sering mendengar Root meminta maaf, tapi kalau dipikir kembali ini keterlaluan.

Maka ketika serangan berikutnya Fowl berhasil masuk, dan kekacauan timbul, segalanya menjadi begitu seru. Tidak, kehati-hatian hampir pasti merupakan yang terbaik dalam situasi ini. Sindrom Stockholm, kau terikat dengan penyanderamu. Berhasilkan Artemis mengambil kekayaan yang diburunya? “Keyakinan adalah kebodohan.Centaur itu memberi nasihat. “Kalau kau merasa sombong, itu karena ada sesuatu yang tak kau ketahui.”

Cerita fantasi yang dibalut komedi kental, dari mula sampai pertengahan sering ketawa-ketawa, gayeng. Di eksekusi ending serius karena harus menghadapi keputusan penting, aturan bom biologi, atau pemusnahaan massal yang harus diambil, adu cerdik yang mengejutkan, yah walaupun ga terlalu mengejutkan juga karena buku dua dan berikutnya sudah ada, jadi ketika sampai di bagian eksekusi itu, saya tak terlalu khawatir. Aku tidak memercayai Artemis Fowl ketika ia masih hidup, dan aku jelas tidak memercayainya sekarang ia sudah tewas. “Kalau aku menang, aku anak ajaib. Kalau aku kalah, aku sinting. Begitulah sejarah ditulis.

Penciptaan akhir yang bagus, saya sendiri puas. Setelah hantaman komedi yang berlimpah. Endingnya mengharu setelah adu tipu selesai. Timmy dan Arty, dua pria dalam kehidupan ibunya. Masalah dengan gas kurcaci adalah gas itu tidak naik ke atas, hanya ke bawah. Bayangkan kalau kau mau, efek jorok kalau kau bersendawa saat mengunyah penuh tanah. Kekacauan total. Berantakan di sasaran, tapi mana peduli yang penting misi berhasil bukan? Ada hal-hal yang tak boleh dijadikan gurauan.

Memang aturan baku tak ada di dunia fantasi, saling-silang wajar terjadi antar buku. Setiap kebudayaan memiliki istilahnya sendiri untuk menyebut Kaum, tapi mereka tidak diragukan lagi merupakan anggota keluarga tersembunyi yang sama. Masih ingat di Harry Potter ada serum kejujuran? Di sini disebut Natrium pentotal, fungsinya mirip dengan serum kejujuran. Hanya sedikit modifikasi. Tidak seperti peri yang hanya bisa melahirkan seorang anak setiap dua belas tahun sekali, Kaum Lumpur berkembang biak seperti pengerat. Nah kan, kita disebut pengerat. Padahal kita kesal sama populasi tikus, ada makhluk di bawah sana yang kesal akan pertumbuhan populasi kita. Haha… “Jaga keyakinanmu, sobat lama. Akhir sudah dekat.”

Master Artemis selalu dua langkah di depan. Kupikir ia selangkah lebih maju daripada kita sejak awal, dan ini tidak berbeda. “Aku mendengar suara-suara. Di malam hari. Suara-suara itu merayap di bantal dan memasuki telingaku.”

Semoga ketika nantinya kunikmati filmnya, bisa sedikit lebih memuaskan. Aksi, komedi, fantasi, perampokan yang mendebarkan.

Artemis Fowl | By Eoin Colfer | Copyright 2001 | Diterjemahkan dari Artemis Fowl, arranged with Sophie Hicks Agency Ltd through Big Apple Agency, Inc, Labuan, Malaysia | 618164003 | Penerbit Gramedia Pustaka Utama | Penerjemah B. Sendra Tanuwidjaja | Editor Nicken Asteria | Proofreader Nadira Yasmine | Desain sampul Martin Dima (martin_twenty1@yahoo.co.id) | Oktober 2004 | Cetakan ketiga, April 2018 | ISBN 9789792209617 | 296 hlm.; 20 cm | Skor: 4/5

Untuk Lisa dan Niall

Karawang, 090319-130520 – Ro Gebhardt – The Girl in Pink

#13 #Juni2020 #30HariMenulis #ReviewBuku #HBDSherinaMunaf