Alex and the Ironic Gentleman by Adrienne Kress
“Halo namaku Fenelle, aku penulis di atas kapal. Aku menulsi segala yang kami alami maupun yang tidak kami lakukan.”
Novel bajak laut yang mengecewakan. Kisahnya terlalu anak-anak untuk segala peluang suskesnya, terlalu biasa untuk sebuah petualangannya, terlalu tipikal ‘Disney’ yang berakhir bahagia. Teka-tekinya mencoba nyeni, tapi gagal. Jelas gagal, terlampau sederhana. Ekspektasiku memang ga setinggi The Trasure Island, tapi ya meniru dengan jitu dengan masa yang lebih modern-pun tetap saja gagal. Terlalu banyak kebetulan, terlalu lembek adu pedangnya, terlalu banyak nama-nama asing. Sederhananya, terlalu cheezy. Sekadar bacaan selingan, di tengah gempuran buku lainnya. Tidak perlu hiperbola atau menambahan, kisah ini sudah menarik dengan sendirinya. Tapi hanya di seputaran kereta api, sisanya meh.
Kisahnya tentang Alexandra Morningside yang sekolah di akademi Wigpowder Steele. Ia bersahabat dengan salah satu guru Mr. Underwood yang nyentrik. Alex tampak seperti laki-laki, yah penampilannya yang tomboy membuatnya tak bisa tenang di dalam kelas. Ia tinggal di toko bersama pamannya. Hari-hari menyenangkan di sekolah baru itu suatu saat terusik. Tiba-tiba ia mendapati bahwa bernapas merupakan hal yang sulit dilakukan karena ingat cerita Coriander padanya.
Dalam kejadian ‘Malam yang Sangat Penting’ Mr. Underwood mendatangi Alex. Bertiga berdiskusi serius mengenai harta karun Wigpowder tersimpan petunjuknya di perpustakaan, mereka harus mengambilnya sembunyi-sembunyi, tanpa menimbulkan prasangka. Dalam proses menyelidiki, Alex ketahuan Poppy sang penjaga. Dalam pengawasan, justru ia berhasil lolos dengan membawa tiga buku utama. Sebuah peta harta karun! “Demi Tuhan, mari kita duduk di tanah dan menceritakan kisah sedih tentang kematian sang raja…”
Sayangnya, sang paman meninggal dunia karena dibakar rumahnya sebuah jaringan kriminal, lalu Mr. Underwood hilang, diculik gerombolan. Alex ke kantor polisi untuk melakukan pelaporan, bertemu Detektif Thickwit dan Opsir Prudence. Pamannya pergi, bukan ke pasar atau rapat dewan. Tapi pergi selama-lamanya. Bagaimana Alex bisa mulai memahami apa yang harus dilakukan pada saat seperti ini? Lalu dengan dramatis memutuskan melakukan penjalanan, mencari kapal Ironic Gentleman. “Oh ya… kalau begitu mungkin kurasa ini salam perpisahan…” Pertama ia naik kereta ke arah barat menuju Port Cullin. Di dalam kereta api sejatinya ada adegan bagus banget, tentang waktu dan ruang yang ganjil. Sayangnya hanya sebentar tanpa banyak makna berarti. ‘Ganjil’ adalah satu-satunya kata yang muncul di pikirannya. Ia seperti berada di dalam film yang diputar cepat.
“Bagaiamana mungkin ini mimpi kalau bermimpi sedang menggosok gigi? Apa gunanya mimpi semacam itu? Pikirmu. Tapi kemudian kau bangun dan malu sendiri karena sekali lagi kau salah. Kemudian kau melupakannya dan menjalankan kegiatan hari itu. Tetapi pernahkah kau mengalami yang sebaliknya, sedang kau sungguh-sungguh bangun dan sepenuhnya yakin kau sedang bermimpi? Kau merasa ringan dan di luar segalanya, mengawasi apa yang terjadi…”
Antara mimpi dan khayal, melayang antar dimensi yang memusingkan. Musik dan dansa yang tersaji di relung pikiran. Semuanya berdansa Charleston – dansa yang melibatkan tendangan, gerak kaki cepat, dan tampak agak kacau. “Anak-anak dan khayalannya.” Apa yang dilihatnya membuat usaha apa pun agar tidak panik sia-sia. Ia sekarang panik, panik sebebas-bebasnya. Ia berlari seolah nyawanya tergantung pada hal itu.
Alex juga terasa masuk ke hutan, padahal gerbong kereta jelas dari besi. Alex melihat ke sekeliling… bukan, bukan mungkin, tapi ia cukup yakin akan hal it, ia sungguh-sungguh dan sangat tersesat. Dalam cerita-cerita, jika terlalu lama menunggu atau berpikir, kau akan ketahuan, ditekannya tombol dan pintu itu terbuka. Pasti ada jalan. Selalu ada jalan keluar untuk masalah apa pun, kau hanya harus menemukannya. Ia terperangkap dalam kereta hantu? Graviora manent, bahasa Latin yang diterjemahkan menjadi ‘bahaya lebih besar menanti.’ Mencoba tetap tenang, Alex berpikir keras, kuncinya adalah jangan panik. “Tentu bukan. Ini, busa dibilang lebih… spiritual daripada itu. Gagasan awalku sebenarnya adalah mencari bahan bakar alternatif, yang lebih hemat… yang berhasil kuciptakan adalah alat yang bisa menghisap… secara puitis, jiwa.”
Seolah terjebak dalam waktu, Alex mencoba konsentrasi. Mematahkan mantra? Menelusur sebab dan awal mula terikat masa. Dengan para penumpang dengan nama-nama aneh. Arnold Van Brusen, produsen drama. Putri Komunitas Pelestarian Pendiri Negara. Jimmy C. Angel. Fifi dan Pudding, kembar fraternal yang berpakaian merah. Freddy. Brusey. Charles. Geraldine. Michael Maguire. Trudy English. Joice Burns, Anthony Brown, Orlando Adams. Oh saya tahu, minumannya! Kebanyakan sampanye memang sampanye biasa, tapi sampanye kita, punya kita adalah eliksir kehidupan. “Kita hidup di dunia tempat pemenanglah yang membuat peraturan, tapi pemenang tidak selalu membuat peraturan yang baik…”
Ketika dalam kepeningan itulah muncul bantuan. Ia berdiri diam. Kecuali bunyi detak jantungnya, tidak terdengar suara apa pun. The Duke’s Elbow, berkenalan. “Namaku Holly” lalu Extremely Ginormous Octopus, dan dia lenyap, Sang Gurita. Aku juga suka membuat orang takut setengah mati. Mengesankan sekali karena sudah lama aku tidak punya ide. Mereka bertiga menunggu… hening kembali. Mereka masuk ke pub. Masa lalu jangan kita bicarakan jam-jam di pub, saling menyanjung dengan cerita-cerita itu… ah cerita yang indah. Tapi siapa yang tersisa untuk menceritakan sekarang?
Dalam lelah pencarian, Alex sampai di hotel dengan nama nyentrik. Hotel On the Edge. Di sinilah ada adegan absurd tentang robot Makecold 6000, tempat Penolong di Dapur. Maksudnya bagus ada karakter robot penolong, tapi jadi makin rancu dan aneh sekali dimasukkan ke petualangan ini. Serta, sorry to say, useless. Poinnya setelah berputar-putar dalam dilematis dan kejar tangkap yang memusing. Alex sampai di Pelabuhan di Lawless. Dan memulai pencarian harta karun.
Ia mendapat kekuasan menjalankan Kapal Viliant baru Her Majesty’s Ships (HMS) dengan Kapten Magnanimous. “… Kau perlu mengerti sifat alami pelaut. Mereka tidak pernah sebahagia saat berada di atas gelombang… Alex, HMS Valiant ada di bawah perintahmu.” Dan pelayaran, pencarian gurunya, serta pencarian harta karun, dari peta yang disimpan di tempat sikat gigi itu menemukan titik akhir yang bahagia. Terlampau bahagia. Nama Infamous Wigpowder terdengar seperti gema yang jauh, lagu yang melodinya sudah dilupakan, dan syairnya tidak bisa kau ingat. Kurasa sekarang hal yang dibutuhkan adalah teh untuk merayakan.
Novel dengan nama-nama eksotis. Namun tetap tak bisa menolong. Daniels O’Connell. Tanaka. Julian De Wit. Coriander. Sir Larry, Sir Alec, Sir Massive Kimono Lizard. Lord Popinjay. Baron of East Westcliff. Evan Bore, CEO sebuah perusahaan yang sangat penting. Ikon Kaisar dan Kalung. Jack Scratch, tukang kayu, Dude Hector, Sir Geoffrey, The Wall, No-KneeCaps, Calvin, Sensslesky, Bajak Laut Kapten Steele. “Oh sayang, kurasa boleh. Aku tidak pernah tahu apa yang harus kulakukan jika difoto…” dijawab Alex, “Hanya tersenyum itu saja”
Anonimitas tetap terjaga. Ada satu puisi yang sekadar permainan kata. Meniru The Treasure Island. Puisi pendek dengan tanda ‘X’ berbunyi ‘Saat bumi telah berdamai, Dan elemen-elemen terbakar, Dengan perasaan paling prima, Hasratmu akan kau dapatkan.’ Dipecahkan? Alamak, terlalu gampang ditelusur. Harusnya Alex dan kawan-kawan pusing 7 keliling dulu dong. Seluruh tempat ini terasa mengagumkan dengan caranya sendiri. Dan mengapa tempat ini menjadi begitu padat sehingga orang-orang mengalir di jalan seolah berlumpur dan tempat itu jadi begitu menjadi bilik dosa dan korupsi, sekaligus angkatan laut yang mulia ratu bersandar…
Bajak laut bukan karakter romantis dan menyenangkan di buku petualangan, melainkan kriminal sejati dengan kedewasaan anak kecil yang saat tidak mendapatkan keinginannya, menyakiti orang lain. Aku tahu petualangan hanya menyenangkan jika dikenang, dan saat dijalani sulit, melelahkan, membuatmu lapar. Gagasan mengenai harta karun lebih menarik daripada harta yang sesungguhnya.
Alexandra Morningside, bocah sepuluh setangah tahun, telah menemukan harta karun Wigpowder yang sulit dicari. Karena kau mengingkan harta karun itu sebesar aku menginginkannya. “Aku tidak akan tenang! Kau tidak bisa menangisi situasi ini seolah-olah ada yang salah menggunakan tata bahasa! Kita harus membuat rencana! Kita harus membuat rencana!”
Dia tidak pernah tahu. Kenyataan kadang-kadang memang demikian.
Alex and the Ironic Gentleman | by Adrienne Kress | Diterjemahkan dari Alex and the Ironic Gentleman | Terbitan Weinstein Books, New York | Copyright 2008 | Penerbit Dastan Books | Penerjemah Anggraini Novitasari | Penyunting Arif Budi Nugroho | Cetakan 1, 2010 | 312 hal.; 13×18 cm | ISBN 978-979-3972-98-5 | Skor: 2.5/5
Untuk Tim Kress (atau seperti aku biasa memanggil mereka, Mom dan Dad)
Karawang, 120620 – Bill Withers – Better Day
#12 #Juni2020 #30HariMenulis #ReviewBuku #HBDSherinaMunaf