Goosebumps: The Haunted School by R.L. Stine
“Semua anggota Panitia Pesta Dansa harus difoto, Ok Mr. Bunglon kami sudah siap…” JEPRET!
Mungkin ini adalah salah satu serial terbaik Goosebumps, memainkan waktu sebagai misteri. Menjadikan masa lalu pondasi kuat untuk menakuti pembaca, menjadikan masa kini rasa penasaran berat akankah bisa kembali, dengan dalih persahabatan bisa saja para siswa ini terjebak masa sehingga turut serta dalam teror, menjelma hantu penunggu sekolah di kemudian waktu.
Kisahnya tentang Tommy Frazer, murid baru di Bell Valley Middle School setelah ayahnya menikah lagi dan kini memiliki ibu tiri. Tommy yang benci sekolah, dengan adaptasi baru memaksa kembali bergaul dengan teman-teman baru. Maka ia pun turut serta di banyak kesempatan. Petualangan ke area asing nan mengerikan pun dimulai. Mulanya, karena butuh koneksi pertemanan maka Tommy ambil segala kesempatan untuk membaur. Maka ketika Mrs Borden, sang kepala sekolah meminta murid yang mau menjadi Panitia Pesta Dansa, ia pun mengangkat tangannya. Masih membutuhkan seksi dekor ruangan.
Thalia Halpert-Rodis dan Ben Jackson adalah teman-teman panitia yang sore itu sibuk di aula. Ben yang suka ngocol, dan Thalia yang suka dandan. Bawa make-up kemana-mana. Ketika cat habis dan Tommy harus mengambilnya di runag lain, sementara mereka berdua menunggu, Tommy kebingungan, seolah ruangan itu bukan di dunia kita. Ia memasuki area tua seolah dimensi lain. Dan ketika terus melangkah dan menelusur, ia menemukan tulisan prasasti ‘Angkatan 1947’. Lalu di belakangnya ada yang menyapa, hufh… ternyata kepala sekolah. Ia hanya tersesat di ruang tua yang tak dipakai.
Suatu hari Greta berantem dengan Thalia, karena merebut lipstiknya. Ketika pelajaran bahasa, dan sedang membaca cerpen Ray Bradbury, Tommy mendengar suara gaib. “Tolong… tolong aku…” ketika ditanyakan sama orang lain, mereka tak mendengar. Aneh! Di sinilah kengerian itu dimulai.
Pada acara pesta dansa, Ben, Thalia, dan Tommy merasa cukup puas atas segala dekor. Sore itu yang seharusnya berpesta, setelah capek dengan persiapan. Justru tak pernah menyangka, Tommy melewatkannya. Spanduk yang terpasang, robek gara-gara kena tangga yang digeser. Maka merekapun mencari selotip, mencari jalan pintas dalam lift, sudah puluhan tahun ditutup, tapi Ben yang santuy meyakinkan. Dan ketika mereka masuk lift, wuuuzzz… aneh, lift bukannya ke atas, tapi ke samping! Wew, keluarnya kali ini benar-benar di dimensi lain.
Ben dan Tommy melihat ruangan itu warna abu-abu, tak ada warna-warni lainnya. Warna kelabu dan gelap, mirip film zaman dulu. Ada siswa cewek yang heran, “Kami tak bermaksud menyakiti kalian. Hanya saja kami sudah lama tak melihat warna…” Para murid tak berwarna itu begitu antusias melihat Tommy dan Ben, dan mengira sebagai penyelamat. Mereka adalah anak-anak 1947 yang terperangkap di dimensi lain. Dan siapa yang sudah terjebak, tak bisa keluar lagi.
Seth, Eloise, Mary, Eddie, dan Mona. Mereka menunggu sudah terlampau lama, mereka terperangkap di ruang kelas dan pintu tak bisa dibuka. Dan diungkaplah sejarah itu. “Suatu hari kepala sekolah kami mengumumkan akan membuat foto, seorang juru foto datang untuk mengabadikan kami… kami semua berkumpul di perpustakaan, kedua puluh lima murid… si juru foto menyuruh kami membentuk tiga barisan…. Lampu itu terlalu terang, saking terangnya kami tak melihat apa-apa, ketika kami membuka mata, tahu-tahu kami sudah tidak di perpustakaan, kami ada di sini, tidak lagi di dunia nyata. Kami ada di sini, di dunia hitam putih. Terperangkap selama-lamanya di foto hitam putih, kami terperangkap di dunia kelabu. Inilah namanya, Dunia Kelabu.”
Sang juru foto bernama Mr. Bunglon, menjadi antagonis utama di kisah ini. Ben dan Tommy yang tak percaya, mulai khawatir ketika perlahan-lahan tubuhnya menjadi kelabu. Sebelum terlambat, mereka harus menemukan pintu keluar, atau mereka akan menghuni Dunia Kelabu selamanya.
Kisah dengan pararel dimensi seperti ini memang sudah banyak dibuat. Namun petualangan Tommy dan Ben, dan kejutan serta ending yang menggantung sungguh memikat. Selalu menyenangkan menikmati petualangan dengan rona waktu yang sulit dilipat!
Buku kesekian yang kubaca pinjam dari Rani Wulandari Skom, teman kantor yang hobi film dan baca juga. Masih utang Sidney Sheldon dua buku lagi, dan beberapa yang tertunda. Untuk serial Goosebumps dan Fear Street yang memang tipis bisa dengan cepat dikejar, dan memang Hantu Penunggu Sekolah salah satu yang menawan.
Membayangkan diadaptasi tv serial, permainan adegan warga ketika di masa dunia lain menjadi hitam putih di layar, lalu mewarna saat di masa kini. Laik untuk disaksikan, mengingatkanku pada Oz: The Great and Powerful.
Cerita remaja yang sejatinya sangat cocok dibaca remaja, dua puluh tahun lalu saya sering kali berburu serial ini, Fear Street, komik Kungfu Komang, Agatha Christie, Sherlock Holmes, novel-novel V. Lestari, S. Mara GD, sampai roman picisan. Ketika melihatnya di Perpus Kota Solo, langsung masuk daftar pinjam. Ketika lihat di toko buku Gladag, langsung angkut pulang asal harga ok untuk seorang pelajar. Namun ketika melihat di persewaan, salah satunya ‘Favorite’ mikir panjang, soalnya baca sewa dan baca pinjam, terasa beda. Bandingkan, untuk masa sekarang di mana bacaan melimpah ruah, dan antrianya menganak sungai!
Twist-nya untuk kisah remaja juga sangat bagus. Identitas orang yang berhasil menembus batas dunia lain, dan sebaliknya tampak masuk akal. Ga nyangka juga bahwa lift itu pernah mengantar seseorang ke sini, dan kendati sudah berusaha menembus lagi, gagal terus hingga generasi Tommy masuk. Mungkin kisah semacam ini tipikal, tapi masih relevan untuk tautan fantasi. Pola orang baru yang datang ke sebuah tempat, adaptasi dengan teman-teman baru dan semua budaya baru, juga sangat tipikal. Sudah banyak dibuat, dan akan tetap dibuat. Selain R.L. Stine, penulis kenamaan Stephen King juga memakai pola itu, yang ketika diadaptasi ke layar lebar, daftarnya akan makin sangat panjang. Kebetulan beberapa waktu lalu menonton Flipped, yang mana karakter utama ada dua, yang satu adalah pendatang. Nah, kan!
“Lipstik itu ternyata bisa membuat dinding berlubang, aku kaget sekali. Saking kagetnya aku tak tahu apa yang meski kulakukan. Akhirnya aku membuat gambar jendela di dinding lalu memanjat keluar, dan aku berhasil lolos…”
Hantu Penunggu Sekolah | by R.L. Stine | Diterjemahkan dari Goosebumps: The Haunted School | Copyright 1997 | 618163010 | Penerbit Gramedia Pustaka Utama | Alih bahasa Hendarto Setiadi | sampul eMTe | Pertama diterjemahkan 1998 | Cetakan kelima, September 2018 | ISBN 9786020316994 | ISBN DIGITAL 9786020606125 | 152 hlm; 20 cm | Skor: 4/5
Karawang, 100620 – Bessie Smith – Need A Little Sugar In My Bowl
#10 #Juni2020 #30HariMenulis #ReviewBuku #HBDSherinaMunaf
Thx to Rani Wulandari Skom
Goosebumps teman baca pas sekolah
SukaSuka
Ping balik: 110 Buku Yang Kubaca 2019 | Lazione Budy