The Devil Wears Prada by Lauren Weisberger
Waspadalah terhadap perusahaan-perusahaan yang membutuhkan baju-baju baru, Henry David Thoreau, Walden, 1985.
“Prioritas utama kita – satu-satunya prioritas kita, Miranda Priestly. Titik.” Kita harus bekerja sama untuk memastikan kita melakukan pekerjaan terbaik untuknya. Ok?!– Emily
Sebuah informasi yang ga penting, haha…. Saya tak suka mode, saya ga suka fashion. Saya orangnya lebih suka santuy di rumah dengan kaos longgar, celana biasa, dan ga paham dunia gemerlap model. Dari buku ini saya jadi tahu nama-nama ajaib nan asing ini: Michael Kors, Gucci, Prada, Versace, Fendi, Armani, Channel, Barney’s, Chloe, Calvin Klein, Bergdorf, Roberto Cavalli, dan Saks. Sekadar tahu saja, dunia mode sungguh gila, uang yang diputar membuat penjual, pembeli, kolektor, pencinta buku megap-megap. Nominalnya bikin nggap!
Tentang gadis kosmopolitan di New York yang selepas lulus kuliah, melakukan kehendak bebas keliling dunia selama beberapa bulan sama pacarnya, lantas kembali ke Amerika guna menatap hidup, menata karier yang lebih serius. Dengan semburan energi baru, aku meneguk habis sisa kopiku, memanasakan lagi secangkir untuk Alex. Bercita-cita menjadi penulis di media keren The New Yorker, maka ketika ada peluang kerja di majalah mode, kontrak satu tahun diambilnya, idep-idep jadi batu loncatan, sebagai fresh graduate jelas membutuh pengalaman. Majalah Runaway yang tersohor, bagi kalangan penikmat mode dan fashion. Baginya sesuatu yang baru, apalah itu, namanya majalah – satu gen dengan koran, konek ke literasi yang jadi impiannya. Dan siapa sangka, setahun di kantor itulah kenangan horror hidupnya terjadi. Bos paling kejam sedunia, yang tulunjuknya adalah perintah, yang perintahnya adalah sabda, yang sabdanya menjadi rujukan kerja, seolah SOP (standar Operational practice). Sungguh mendebarkan, sungguh mengasyikkan, diluardugaku, kisah chicklit ini sangat sangat menghibur. Bagaimana dunia perkantoran di kota sibuk, Kota Apple di jantung Amerika itu berdetak.
Kisahnya bermula dengan pekerjaan ribet sang asisten editor yang harus mengantar mobil, dan anjing ke rumah, tapi miss. Kesal akan statusnya yang disuruh tanpa perintah detail. Lalu bab dua kita diajak mengenal permulaan sekali bagaimana ia mendapat pekerjaan ini. Andrea Sachs tumbuh besar di Avon, Connecticut. Lulus kuliah di Brown, bersama pacarnya Andy keliling dunia beberapa lama sebelum kembali ke Amerika. Andy mendapat pekerjaan mengajar kelas khusus, Andrea mendapat peluang karier di majalah mode. Elegan dan kasual, kalau tidak sedikit bergaya zen. Sempurna untuk kamar dewasaku yang pertama di kota besar. Aku tidak tahu apa-apa tentang mode, dan aku tidak peduli. Sama sekali. Tips wawancara: Tatap matanya langsung dan jual dirimu. Jual dirimu habis-habisan dan dia akan menghargainya…
Sahabat kental dari kelas 8, Lily melanjutkan kuliah master sambil bekerja di kafe. Sahabat yang aneh, yang hidup bebas. Merdeka pikiran dan perbuatan. “Aku tak mengerti bagaimana bisa kau bermain bergitu banyak aturan, apa asyiknya hidup yang direncanakan, dirancang, dan penuh aturan yang sempurna? Nikmati hidup ini, rasakan. Bersyukurlah kau hidup!” Kegembiraan timbul ketika kau muda dan bernapas. “Jadi kenapa kau melakukannya, Lil?” Karena aku suka, karena mengeluh lebih asyik rasanya.
Bekerja di majalah ternama, dengan nama Runaway di resume-mu pada saat melamar di The New Yorker nanti, kredibelitas naik ketimbang misal Popular Mechanics. Citanya yang besar menjadi penulis mendorongnya mengambil kesempatan, dan pengalaman menjadi guru terbaik. Asisten lama naik pangkat, Emily menjadi asisten senior sehingga Andrea mengisi posisi lowongnya. Waktu itu bulan Oktober, jelang musim dingin.
Bos mereka, Miranda sedang keluar negeri, sampai tahun baru. Memperlihatkan sedikit antusiasme untuk pertama kalinya sejak kami mulai berbicara. Lagi sibuk dengan peragaan busana, sekaligus libur Natal dan Tahun baru. Miranda Priestly adalah wanita paling berpengaruh dalam industri mode, salah satu editor majalah paling penting di dunia. Kesempatan untuk bekerja baginya, menyaksikan mengedit dan bertemu para penulis dan model terkenal, membantunya mewujudkan segala yang dikerjakannya hari demi hari, well, tak usahlah aku memberitahumu bahwa jutaan gadis rela mati demi pekerjaan ini.
Andrea berkenalan dengan banyak nama baru, tenar di dunia mode yang awam di matanya. Aroma parfum yang tajam dan seksi berpadu dengan bau bahan kulit baru, mengubah lift itu dari sekadar fungsional menjadi pengalaman erotis. Dan betapa melimpahnya hadiah-hadiah Natal dari dan ke bosnya. Orang-orang papan atas mendapatkan Dom Perignon; para eksekutif, designer terkenal yang bukan kawan pribadi, pengacara, akuntan. Tingkat menengah mendapat Veuve; hampir semua guru si kembar, penata rambut, uri,dst. Yang bukan siapa-siapa mendapat sebotol Ruffino Chianti, orang-orang humas yang mengirim hadiah-hadiah umum dan biasa untuk dokter hewan, beberapa babysitter, orang-orang toko, petugas di rumah peristirahatan musim panas di Connecticut. Gila, aliran duitnya ratusan ribu dollar hanya untuk hadiah saja. “Pernahkah kau menyaksikan sesuatu yang lebih menakjubkan? Ini baru daftar tahun lalu…”
Setelah tahun baru, horor dimulai. “She’s baaaaaaaack!” Apa yang dibayangkan Andrea bekerja dapat menggali ilmu dari sang bos hanya angan, karena saking galaknya segala hal dikritik, dimaki, dihujat. Nyaris semua serba salah, memberi perintah tak jelas dan detail. Ga mau tahu apa yang terjadi pada asistennya. Pokoknya! Pokoknya ini dan harus ada. Ngeri. Sangat berniat jahat. Meniup hanya satu langkah dari menjilat, kamu harus berjiwa besar. Sewaktu menghembuskan napas, aku tidak yakin yang keluar itu asap atau uap atau kejengkelan, tapi yang jelas rasanya nikmat.
Dunia kerja penuh politik kantor. Pemutarbalikan Paranoid ala Runaway – dan ikut-ikutan melakukannya. Kalau ada pernyataan positif tentang Miranda yang terlontar dari karyawan itu artinya kekesalan. Melakukan pekerjaan sampah ini demi nantinya mengerjakan apa yang benar-benar kuinginkan. Memahami dunia yang aneh dan menggairahkan ini. Bagaimana kami bisa memprediksi apa yang mungkin disukainya? Semua orang harus tahu Miranda selalu mengenakan syal Hermes putih. “Selamat datang di rumah boneka, Baby.”
Kopi: hanya Starbucks, latte ukuran tall, dua raw sugar, dua serbet, satu tangkai pengaduk. Sarapan: pesan antar Mangia, satu roti Danish keju, empat lembar bacon, dua sosis dalam satu rantai… Koran melimpah dnegan susunan sama.“Dia tak bermaksud jahat, sungguh. Hanya saja, seperti itulah dia.” Sindroma Stockholm, dimana korban mengidentifikasi diri dengan penculiknya. Aku tahu, aku dan Emily memiliki kedudukan paling rendah di Runaway, tapi demikian kalau akses adalah kekuasaan maka Emily dan aku adalah orang paling berkuasa. Apa yang membuatnya berhak bicara padaku, pada siapapun, dengan cara seperti ini? Posisinya? Kekuasaannya? Prestisenya? Prada terkutuk itu? Di alam semesta mana perilakunya itu bisa ditolerir?
Ada banyak adegan absurd, tapi yang paling aneh bin ajaib menurutku adalah pengiriman dua buku Harry Potter dari Scholastics Amerika ke Paris dengan perlakuan bak benda keramat dengan urgensi luar biasa. Cassidy dan Caroline kecil akan bangun pagi di suite mereka di Paris dan minum susu sambil membaca petualangan Harry…
Mengucapkan nama salah, sekali dua kali mungkin masih diterima. Namun kalau sengaja? Untuk mengecilkan dan memarjinalisasi nilai seseorang dengan bersikeras mengucapkan nama yang keliru, sesudah keberadaannya yang tak berarti apa-apa? Aku tahu aku berada di jenjang paling rendah di majalah. Sungguh kejam.
Sementara kehidupan normalnya dengan sahabat Lily renggang karena kesibuakn masing-masing, lalu karena ada masalah di apartemen, mereka justru hidup seatap. Namun sifat asli Lily yang bebas memang tak bisa dirubah. Kehidupan dengan orang tuanyanya juga renggang. Kesibukan kerja memang menekan banyak pikiran. Bayangkan, berangkat paling pagi, sudah di kantro jam 7 pagi, dan pulang paling cepat jam 7 malam, tapi jarang sebab malam biasanya harus mengantar The Book ke rumah bos Miranda, benar-benar istirahat itu di atas jam 10 malam. Rutinitas gilax. Mereka bicara tentang jam-jam yang mereka habiskan untuk menginput angka-angka ke dalam database dan menelepon orang-orang yang tak ingin ditelepon. Hanya bisa berdamai dengan ketidakbahagiaan. Aku memiliki segenap litani ratapan yang ingin kutumpahkan..
Sabtu Minggu menjadi hari bebas, waktu merdeka yang biasanya dihabiskan dengan Alex atau Lily atau santuy di kafe. Dapat kenalan dengan penulis berbakat Christian, mencipta garis segitiga cinta. Andrea pada dasarnya setia, tapi godaan berkasih dengan penulis muda favoritnya sungguh sulit ditolak. Itulah gunanya teman, mabuk bersama dan melakukan hal-hal bodoh dan saling menjaga, bukan?
Tugas dua minggu ke Paris yang harusnya Emily yng berangkat, tiba-tiba dialihkan kepadanya karena Emily mengidap mononucleosis, penyakit yang menular. Dan ledakan di adegan puncak terjadi, amarah yang disusun dari kepingan hari-hari yang memuakkan itu terlepas juga. Kejadian itu hanya tiga atau empat menit, dan berlangsung dengan efisien kejam ala Runaway yang sangat kupuja. Dan ini akankah membunuh peluangnya menjadi penulis di media besar?
Cita-citanya menjadi penulis di The New Yorker dipicu komentar ayahnya, “Artikel itu ditulis begitu bagus – kau tidak sering membaca yang seperti itu belakangan ini.” Merangsang daya pikir. Kau tak tahu dunia menulis itu sempit. Apapun yang kau tulis – misteri, liputan atau artikel Koran – semua orang tahu semua orang. Uang imbalan artikel di media dihitung, satu setengah dollar untuk satu kata sungguh luar biasa besar. Di Amerika sebesar itukah? Wow…
Novel ini dengan jitu memainkan hiperbola, melebih-lebihkan momen. Banyak hal yang kalau kita rasakan sebenarnya biasa tapi dituturkan dengan bagus seolah ada bom kalimat di sana. Hening. Keheningan yang merebak, terentang, tak tertahankan, menulikan, melemahkan.
Lalu kalimat ironi sebagai ungkapan akhir sangat-amat-sekali menyentuh. “Kau mengingatkanku pada diriku sendiri ketika aku seumurmu.” Momen membahagiakan sekaligus memalukan. Apakah dia serius? Atau menyindir? Nada bicaranya tidak memberi petunjuk apa-apa. Hanya mengenakan pakaian-pakaian mereka bukan berarti aku menggadaikan prinsip-prinsipku, bukan?
Juga kalimat retorika, “Aku malu pada sikapku yang menerima perlakuan ini.” Dia butuh pekerjaan ini tapi rasanya menjijikan ditindas. Ia adalah lulusan college yang bagus, jabatan asisten, bukan pelayan! Memikirkan kemungkinan Miranda lebih pintar dari yang diduga, dan dengan sengaja mencipta persona yang begitu keji agar dia bisa menjaga semua orang tetap kurus karena ketakutan. Intelejensia, selera humor, bentuk tubuh yang lumayan, wajah yang cute, dan segala jenis pekerjaan yang tergolong kategori ‘normal.’
The Devil wears Prada kalau harus dipadatkan dalam satu komentar ulasan mungkin bisa bisa gini: Ganjil, tapi keren. Serius, saya terpesona. Dan voila! Gucci dan tepuk tangan membahana. Aku memang amat sangat beruntung.
Bos Paling Kejam Sedunia | by Lauren Weisberger | Diterjemahkan dari The Devil Wears Prada | Copyright 2003 | Alih bahasa Siska Yuanita | Ilsutrasi dan desain sampul emte | GM 402 04.016 | Penerbit Gramedia Pustaka Utama | Cetakan kedua, Mei 2004 | 552 hlm.; 18 cm | ISBN 979-22-0828-3 | Skor: 4.5/5
Didedikasikan kepada tiga orang yang sungguh-sungguh percaya buku ini sanggup menyamai War and Peace. Ibuku, Cheryl, “jutaan gadis rela mati” untuk ibu macam ini; ayahku, Steve yang tampan, pintar, brilian, dan berbakat, dan bersikeras menulis dedikasinya sendiri; saudariku yang fenomenal, Dana, favorit kedua orangtuaku (sampai aku menulis buku).
Karawang, 050620 – Bill Withers – We Could Be Sweet Lovers
#5 #Juni2020 #30HariMenulis #ReviewBuku #HBDSherinaMunaf