The Golem and the Jinni by Helene Wecker
“Dalil mana yang menyebutkan bahwa manusia harus murtad untuk berbuat kebaikan di dunia? Siapa yang mengajarimu? Para filsuf yang kaubaca?” – Avram Meyer sang rabi
Ceritanya sangaaaat panjang, menembus 600 halaman yang berliku. Dari timur tengah di gersangnya gurun abad abad perrtengahan sampai awal abad 20 di New York, Amerika yang kala itu disebut benua baru, tanah yang dijanjikan. Seolah manusia menuju ke sana demi kehidupan baru. Kisahnya bersisian dua makhluk ini, dari judul saja kalian bisa menebak mereka nantinya bersama. Yang satu ciptaan tangan manusia dari tanah liat (lempung), yang satu dari api yang terpenjara dalam tabung. Untuk menemukan titik temu itu butuh hampir separuh perjalanan, panjang dan sungguh berliku.
Sang golem terlahir di lambung kapal Baltika yang melaju dari Danzig ke New York. Dicipta oleh seorang rabi Schaalman untuk menjadi pasangan Otto Rotfeld, seorang yahudi Prissoa yang asli Kronin, selatan Danzig, Sang Golem yang ketika dibangunkan di tengah lautan, calon suaminya mendapat serangan sakit hingga meninggal. Chava, si golem yang harusnya mengabdi pada suami menjadi makhluk kebingungan, apa yang harus dilakukan di tanah Amerika tanpa pemandu? Setelah sempat diburu kabur dari kapal, Chava berjumpa dengan rabi Avram yang mengasuhnya, memberi tempat bernaung, dan mengajari banyak hal kehidupan manusia. “Berikan padanya rasa ingin tahu, dan kecerdasan. Aku takkan tahan menghadapi perempuan yang konyol, buat dia sopan, tidak cabul. Istri yang pantas untuk pria baik-baik.” Well, semua golem di dunia ini pada akhirnya akan berubah kacau, kau harus siap-siap menghancurkannya.
Di lingkungan Lower Manhattan yang disebut Little Syria, tak jauh dari tempat tinggal Sang Golem, Sang Jin Ahmad terlepas dari tabung guci yang memenjaranya ratusan tahun karena secara tak sengaja digosok oleh seorang pengrajin/patri bernama Boutros Arbeely, seorang Katolik Maronit, ia pria asli Zahlel (Lebanon). Kehidupan berikutnya menjadi asistennya, mengenal banyak tetangga dan teman terutama Maryam sang pemilik kafe yang ramah dan Dokter Saleh yang kini menjadi penjual es krim keliling, dan betapa kehidupan sudah sangat berubah. Ahmad mencinta gadis konglomerat Watson bernama Sophia yang mendatanginya suatu malam di lantai atas rumahnya, berkencan dan melewatkan banyak waktu bersama, secara sembunyi karena sang putri akan bertunangan, dan menikah dengan kalangan bangsawan pula.
Chava bekerja di toko roti milik Mrs. Radzin, karena golem ga tidur dan bertenaga kuat, maka kerjanya luar biasa bagus. Tak mengenal kata lelah. Berteman dengan pekerja lain Anna yang lalu mengajaknya berdansa berkenalan pula dengan Phyllis, Jerry, dan Estelle, konflik dengan pacarnya Irving yang janji menikahi tapi ga jadi, memicu kemarahan dan kehebohan malam dansa hingga ada yang terluka parah. Chava sendiri akhirnya menikah dengan keponakan sang rabi, Michael Levy yang seorang pekerja amal rumah singgah yang berpandangan liberal. Bayangkan, golem menikah dengan manusia! Yang jelas, ini tak seperti Twilight blink-blink yang malam senggamanya mengguncang, golem di sini pasif dan tak bisa tidur, jadi ia hanya akan pura-pura terlelap.
Ahmad menjadi asisten pengrajin yang handal, banyak karyanya yang dicipta memesona. Dari besi, tembaga, perak, emas. Mendapat pujian artistik, dan omzet Arbeely otomatis melambung. Kehidupan mereka hangat, seolah tak banyak masalah. Justru kehidupan lama Ahmad yang sungguh mendebarkan, diceritakan secara dramatis bagaimana awal mula ia diperangkap. Gurun Suriah yang gersang dengan seorang remaja penuh tanya Fadwa, kehidupan sisian dunia lain itu sempat membuat khawatir tapi ternyata ayahnya Abu Yusuf pernah mengalami imaji/fantasi yang sama. Sampai suatu ketika Fadwa seperti kesurupan, sehingga oleh bapaknya dibawa ke dukun hitam Wahab Ibn Malik yang lalu mengelurkan jin, tapi ritual itu harus dibayar sangat mahal. Mulai saat itulah sang jin menghuni guci.Kisahnya dituturkan berganti-ganti dari kedua sudut pandang karakter, lalu dilebur ketika sampai bab 12, mereka bertemu, mencuriga ada yang aneh, dan saling mencoba mengenal dekat. Janjian setiap seminggu sekali bertemu di malam hari untuk melewatkan hari bersama, berjalan-jalan di gelap malam Washington Street, ngobrol dan memaknai hidup.
Lalu dimunculkanlah sang antagonis, Yehudah Schaalman yang menyamar memakai nama Joseph Schall, sang pencipta golem turut ke Amerika. ia memiliki obsesi hidup abadi. Mencari buku petunjuk. Buku yang ditulis rabi Avram Meyer menjelaskan beberapa aspek, maka ia pun ke sana, rabi Meyer yang karena usia, meninggal, maka buku dan warisnya ada di Michael dan Chava. Shmira, tradisi yahudi berjaga di samping jenazah. Ia bergabung dengan badan amal tersebut, mengejar dan akhirnya mengetahui kehidupan makhluk ciptaannya. Di sinilah sejatinya buku mulai meriah. Karena antagonis yang tua dan mengejar kehidupan abadi, karena jin mulai terancam, dan golem sendiri terdesak. Semua melebur dalam ledak harapan masing-masing.Memang buku ini ditulis dengan detail, tapi adegan perang dan memetakan aturan mainnya lemah, berliku tapi tak bikin penasaran. Seolah memang dicipta untuk diarahkan ke layar film, seperti kejadian di rumah singgah dan ancaman-ancaman sang rabi ke Anna, itu sudah khas Hollywood, dramatis terasa palsu. Termasuk keputusan final jin yang mengingin ke Timur Tengah lagi, menuntaskan misi lalu ending yang sweet, duh betapa eksukusinya sangat film-able, salah satu bagian yang mengehingkan layar bisa jadi adalah saat sang rabi terpecah-jiwanya bak harcrux Lord Voldemort. “Dan melihat jiwa-jiwanya sendiri di hadapannya, mutiara-mutiara dalam rangkaian tak berujung, yang dimulai dengan ibn Malik dan diakhiri dengan dirinya.”
Untuk sebuah novel yang tebal, menyajikan hal-hal semacam itu sangat disayangkan. Kurang worth it melahap lembar-lembarnya, kurang bervitamin, melelahkan. Seolah setelah bercinta bermenit-menit, anti-klimaks. Buku ini ternyata debut, dan aliran dramanya sangat biasa. Libur tiga hariku beruntun tanggal 10, 11, 12 April 2020 terasa kurang gereget menyelesaikan ini. Untuk buku pinjaman. Hiks,… “Jin tolong! Kami sedang bertempur dengan segerombolan ifrit dan kami terluka – kami butuh tempat berlindung.”
Aturan golem yang tak bisa luka, jin yang menghuni tubuh manusia, rahasia kehidupan abadi yang jiwanya tersiksa karena reinkarnasi dan hanya berganti tubuh, serta segala aturan gaib itu memang sah-sah saja dicipta. Dunai fantasi imaji masih sangat luas nan tak bertepi, namun untuk Sang Golem dan Jin terasa mengada, mungkin karena penyampaian yang biasa, atau pemilihan diksi yang kurang luwes, atau memang pada dasarnya inti cerita ini sendiri yang sangaaat standar. Mempertemukan golem lempung dengan jin api saja sudah terdengar janggal, apalagi menyatukannya. Bubuhkan cinta maka dunia manusia yang fana mengalirkan gelombang asmara. “Ya, aku janji. Tapi kita harus pergi ke tempat lain. Yang privat, agar tidak didengar orang lain.”
Sang Golem dan Sang Jin | By Helene Wecker | Diterjemahkan dari The Golem and the Jinni | Copyright 2013 | GN 402 01 15 0032 | Alih bahasa Lulu Fitri Rahman | Penerbit Gramedia Pustaka Utama | Editor Primadonna Angela | Desain sampul @ibgwiraga | 664 hlm.; 23 cm | ISBN 978-602-03-1425-9 | Skor: 3/5
Untuk Kareem
Karawang, 250420 – Glee Cast – Pompeii
Thx to Titus Pradita
Ping balik: #April2020 Baca | Lazione Budy
Ping balik: Buku-buku yang Kubaca 2020 | Lazione Budy
Ping balik: #Februari2021 Baca | Lazione Budy