Lynn: “Jika kamu tidak mau curang, hidup yang akan mencurangimu.”
===tulisan ini mungkin mengandung spoiler===
Wow. Cerita siswa-siswi brilian yang membantu teman-temannya dalam mengerjakan ujian. Seni menipu pengawas tes dengan ketegangan yang pas. Memainkan menit-menit dalam kecemasan dan takut ketahuan. Menyontek itu ada seninya. Motifnya memang uang, maka kata-kata bahwa sekolah itu tempat belajar bukan menghasilkan uang sungguh menohok. Terinspirasi kisah nyata!
Lynn (Chutimon Chuengcharoensukying) adalah siswi jenius, hidup bersama ayahnya (Thaneth Warakulnukroh) seorang guru, orang tua tunggal. Mendaftar di sekolah dengan nilai IPK sempurna 4 bersama se-bok piala juara, dapat beasiswa. Sewaktu pemotretan berkenalan dengan Grace (Eisaya Hosuwan) yang cantik tapi bodoh. Dari pertemanan itu, Lynn membantu kasih contekan saat test dengan menulis jawaban di penghapus, lalu ditaruh di sepatu dan sepatunya ditendang-geser ke belakang untuk ditukar. Tentu saja nilai Grace terdongkrak bagus, mereka lalu merayakannya dengan pacar Grace di kolam renang, Pat (Teeradon Supapunpinyo). Berikutnya bertiga merancang koalisi sontek.
Tata kelolanya melalui ketikan jari di meja, terinspirasi dari ketukan not piano saat mengenang ulang tahun ibunya. Jadi mereka melakukan ‘les’ bahwa ketukan A bunyinya gini, B gitu, C nganu, D ngono. Pat dan Grace merekrut anggota, siswa-siswa lain yang wajib membayar. Membengkaklah rekening Lynn, buat ayahnya sebagian, sampai dibelikan baju. Ayahnya yang miskin dari mengajar bahkan berencana menjual mobil atau pianonya, tapi sementara batal. Ide jiplak dengan kode ketukan piano itu brilian sih, bisa-bisanya dipakai.
Lalu muncullah jenius lain di kelas, Bank (Chanon Santinatornkul). Berdua memenangkan lomba, sepintas yang dimunculkan adalah nomor phi yang 3,14-sekian-sekian. Luar biasa, tampak pasangan ideal. Persaingan muncul ketika kepala sekolah (Sarinrat Thomas) mengumumkan bahwa ada beasiswa kuliah di Singapura, tapi hanya satu. Maka pribadi Bank yang perfectionist diapungkan. Seorang siswa bodoh Tong (Pasin Kuansataporn) meminta tolong sontekan ke dia karena ga paham kode ketuk, tapi ga jadi deh. Maka pas ujian, ketika Tong jejer Lynn coba menyonteknya justru Bank memberitahunya dengan menulis di selembar kertas yang pura-pura jatuh lalu memperlihatkannya. Dramatis itu ketika tahu, set soal ada dua. Lynn yang terkejut segera mengkode siswa lain, ia pegang set satu maka ia pun gerak cepat. Usai tukar soal dan lembar jawab dengan Tong, ia mengerjakan soal dan secepatnya mengirim kode dua. Sungguh mendebarkan. Apa yang harus kulakukan Lynn? “Duduk saja, pura-pura mengerjakan…” Keren keren keren, walau akhirnya aduan Bank mencipta beasiswa dicabut dan mengecewakan ayahnya, sejatinya koalisi sontek ini luar biasa.
Bank yang anak buruh cuci setrika laundry suatu ketika dipukuli preman karena kasus senggol kendaraan, dibuang di tempat sampah sampai dirawat di rumah sakit beberapa hari. Tanpa perlu panjang pikir pun kita tahu, ini konspirasi siswa lain yang kzl kzl kzl sebab ia melapor pada guru adanya kecurangan ujian. Setiap generasi pasti ada siswa sok pahlawan macam gini, ga kompak atau memang idealis, biasanya terkucil tak punya genk kompak. Kalaupun ada, ia tak selepas bebas ngopi ngoceh merdeka sama yang lain. Muncul simpati juga melihat memar wajahnya, diamnya mencipta gemuruh di kepala. Menemui rasa sakit dan ketidaknyamanan. Inilah mengapa tidak ada perubahan tanpa rasa sakit, tidak ada pertumbuhan tanpa ketidaknyamanan.
Tantangan lebih tinggi dicipta untuk lolos kuliah di Luar negeri lewat ujian STIC. Orang tua Pat menjamin biaya, bahkan Grace pula kalau berhasil lolos. Guru les yang kemarin itu tak memberikan dampak signifikan katanya. Haha.. Lynn awalnya ga sanggup, ini tes internasional dengan pengawasan dan determinasi ketat. Namun setelah mempelajari modul dan mau kirim balik ke Pat memberi jawaban negatif, inspirasi seolah eureka klik itu muncul ketika ada seorang tamu hotel melakukan video call antar Negara dengan zona waktu yang berbeda. Soal tes international sama, hanya pelaksanaannya berbeda zona waktu. Jadi karena Sydney empat jam lebih cepat dari Bangkok maka, rencana ini rasanya bisa diwujudkan. Kenapa ga kepikiran gini ya dari dulu?
Lynn meminta bantu Bank, membagi tugas menghapal separuh-separuh lalu mengirim kunci jawaban ke tim Pat dan Grace, serius? Menghapal kode jawaban? Bisa! Gilax, emang jenius. Berdua ke Sydney, HP ditaruh di dalam box toilet duduk, jadi di jeda ujian mereka ke toilet, mengirim kunci jawaban ke Pat, Grace mengetik jawaban yang dicetak ke kertas stiker yang ditempel di pensil 2B dengan kode barcode yang sudah ‘diles’-kan. Lalu pensil dikirim ke siswa lewat puluhan ojek yang sudah menunggu. Gila sih idenya, distribusinya harus benar-benar mulus. Perputaran uangnya mencapai ratusan juta, jadi memang menggiurkan. Percetakan tempat konspirasinya sendiri bernama Percetakan Jujur, ironis ya. Masing-masing dari kita, ada kalanya, suka memperdaya diri sendiri dengan percaya bahwa apa yang baik untuk kita pasti juga baik untuk semua orang.
Kendala itu muncul, Bank yang dapat 400an juta meminta uang lagi, separuhnya sebagai bayaran ia dipukuli. Bertiga kaget, tapi tetap ditransfer juga sebelum lima menit. Sesi satu walau muncul sekam api di dalam, kita anggap lancar. Ujian sesi dua, kendala baru muncul. Bank kelamaan di toilet yang membuat panitia mencurigai, gemetar sampai keramik penutupnya jatuh bergelimang, dan hp-nya setelah clirchat langsung disiram. Ia diskualifikasi. Kita adalah makhluk yang paling mudah terhipnotis saat tertimpa permasalahan.
Sementara Lynn mendapat kendala lain, antrian toilet panjang sehingga ketika masuk untuk kirim jawaban keburu habis waktunya, dan seorang pengawas yang mencurigai menggeledah toilet sehingga HP terpaksa dibawa keluar, diumpetin di sepatu, lalu pas minum, hp ditaruh di tempat minum tersembunyi di bawah tetes-tetes dahaga. Hufh… Bank sesi ini ga ada, maka kini Lynn memiliki beban meluap. Kunci separuh sesi dua plus seluruh kunci sesi tiga. Dengan segala keterbatasan itu, Pat dan Grace yang didatangi ayah Lynn karena curiga, serta segala konflik yang membelit, berhasilkah misi ratusan juta dalam tata kelola menyontek ini? Seru sekali mengikuti thiller menegangkan tanpa ada pembunuhan!
Ternyata artis utamanya sama yang kutonton dalam Happy Old Year beberapa waktu lalu. Tampak anggun dengan rok mini, rambut panjang dikuncir, dan tatapan tajam. Pas sekali menjadi siswa cemerlang, suka sekali adegan pas ia masuk ruang dengan membawa pensil terhunus seolah belati. Senang menatap hampa ketika memainkan piano, dan yang paling membuat sensasi pas Lynn dengan kuncirnya bergeleyar menoleh ke belakang kasih kode. Ya ampun, saya jatuh hati. Pas SMP saya pernah jatuh hati sama teman sekelas yang berkuncir ponytail gitu, pualng searah naik sepeda, begitu akrab, dan sungguh remaja dengan rambut ikat gaya ekor kuda bikin mata jalang.
Tepat seusai nonton setelah sahur dan subuh di tanggal 1 Ramadan 2020, tidur lagi saya sampai ‘mimpi basah’ dengan Lynn. Dibangunkan Hermione karena sudah jam setengah delapan untuk segera berangkat kerja. Shock, Lynn masuk ke mimpi hanya beberapa saat setelah menyerahkan diri. Aneh rasanya. Terkadang, sisa-sisa kenangan bisa menyelip dalam otak lalu mencipta labirin dunia imaji.
Dengan ending ruang tertutup semacam ini, muncul beberapa spekulasi, sebenarnya apa yang terjadi sampai mereka diinterogasi? Potongan adegan di ruangan itu muncul berkali-kali dengan tokoh yang bergantian. Dan Lynn sebagai protagonist utama, ditaruh di paling ujung. Dalam buku Segala-galanya Ambyar karya Mark Manson: “Untuk membangun dan merawat harapan, kita membutuhkan tiga hal: kesadaran akan kendali, kepercayaan akan nilai sesuatu, dan sebuah komunitas.” Harapan masuk universitas terkemuka memang sudah menjadi obsesi banyak siswa. Tiga hal itu jelas terpenuhi: kendali sang jenius, kepercayaan diri akan perjuangan kerja sama, dan yang paling mencolok jamaahnya. Harapan yang menggiurkan, bukan? Sering, seiring waktu, kita menyadari bahwa apa yang biasa kita yakini sebagai sesuatu yang penting tentang pendidikan, ternyata terbukti tidak begitu.
Bad Genius mempresentasikan sebuah gambaran dunia pendidikan bahwa sebuah jalur kehidupan yang dilalui manusia dari terlahir hingga mati, orang harus memetakan pola ajar dan proses itu ternyata bisa dicurangi dengan gaya. Seusai mengerjakan ujian, Anda yakin ada sesuatu yang hilang. Anda hanya tidak tahu apakah itu.
Bad Genius | Thailand | Judul asli Chalard Games Goeng | Tahun 2017 | Directed by Nattawut Poonpiriya | Screenplay Tanida Hantaweewatana, Vasudhorn Pitaromna, Nattawut Poonpiriya, Timothy Teo | Cast Chutimon Chuengcharoensukying, Eisaya Hosuwan, Teeradon Supapunpinyo, Chanon Santinatornkul, Thaneth Warakulnukroh, Sarinrat Thomas, Sahajak Boonthanakit, Valerie Bentson | Skor: 5/5
Karawang, 240420 – Bill Withers – I Can’t Write Left-Handed (live)