#Maret2020 Baca

Dunia menghancurkan semua orang, dan setelahnya, sebagian masih berdiri tegar di tempat-tempat yang luluh lantak.” Ernest Hemingway

Maret ini saya lebih santuy padahal, pasca Oscar mau kejari film menuntaskan rutinitas bikin daftar terbaik di akhir bulan. Ternyata santuy pun dapat sembilan buku, dengan enam sudah ulas. Dua buku baru dengan keduanya adalah Penulis yang sudah berteman menjadi prioritas kejar. Sejujurnya kurang memenuhi ekspektasi, sebagai naskah yang menang di kompetisi sekelas DKJ, tapi memang beberapa naskah lain tahun-tahun sebelumnya ga jauh beda sih. Jadi mari kita lihat buku apa saja yng kutuntaskan di bulan ketiga ini.

#1. Babad Kopi ParahyanganEvi Sri Rezeki
Cerita sejarah kopi dengan iringan fiksi. Kubaca hanya dalam sehari, dari pagi sampai sore di hari Senin, 16 Maret 2020 di Galuh Mas dari satu ruko ke ruko lain, lalu ke kursi Taman Baca Bustaka, Karawang. Ceritanya membentang dari present day di sebuah kedai kopi dengan blazer menawan dikenakan bertemu dengan barista terkait motif pertemuan. Lalu alurnya jauh ke masa kolonial di perkebunan Bandung. Monoton, maaf Marjin Kiri. “Orang sunda itu tidak pemalas Rim. Tidak perlu dipaksa-paksa buat kerja. Kami hanya mengambil sesuatu dari alam secukupnya.”

#2. Seorang Gembala Yang Tertidur Panjang di Akhir ZamanA. Mustofa
Cerita tentang waria, seorang penganut Ahmadyah dan selingan sebuah kolam lumpur dengan hikayat babi. Setelah 2/3 buku yang datar, jangan letakkan bukunya. Endingnya menyelamatkan cerita ini, hufh… karena saya memang ngalir saja jadi ada kejutan manis bagaimana sang gembala terbangun. Berdasarkan kisah nyata Roro Willis, menjadikannya lebih jleb. Semarang di temaram malam di pinggir jalan, dengan bidadari yang mewarnai. “Cinta-cintaan itu Cuma buat anak kecil Wan, kamu pikir kalau aku percaya sama cinta, aku bakalan nyebong kayak gini?” Selamat Opan!

#3. Kitab Para PencibirTriyanto Triwikromo
Kumpulan puisi serasa kumpulan fiksi mini. Bagus banget, ngalir diskusi tuhan dan hakikat hidup. Isinya lebih nyaman diikuti ketimbang puisi yang hanya menutur beberapa bait. Perlu tafsir jua karena banyak diskusi makhluk dengan tuhan. Aib terbesarku adalah menciptakanmu. “Di mana kau sembunyikan sesuatu yang menyerupai laut?” Ini bisa jadi kumpulan puisi pertama yang memuaskan saya. Sejauh itu, saya tak terlalu ‘in’ dengan kata-kata puitis.

#4. The Book of MirrorE.O. Chirovici
Luar biasa. Kejutan itu memberi alur mundur, penelusuran pembunuhan tiga puluh tahun yang tak terungkap tiba-tiba muncul ke permukaan dan meyentak pribadi-pribadi yang tenang. Mengalir dalam balutan novel, potongan-potongan masa lalu menjadi cekam menakjubkan. Memainkan kenangan, memainkan hati, lalu jiwa yang sekarat itu menuliskan novel berdasarkan kisah nyata, mencekam dan mengungkap dalang pembunuhan lama yang tertutup. Dengan pola telusur seru. Mendebarkan, saling slinag tebak pelaku, hingga ledakan di akhir. “Dengarkan saran orangtua Richard. Ketika perempuan merasakan kau punya sesuatu terhadapnya, dia akan mulai menguji kekuatannya dan mencoba mendominasimu.”

#5. All the Bright PlacesJenniver Niven
Kisah remaja bunuh diri yang janggal. Dibuat sepuitis mungkin, apa yang ditampilkan memang menawarkan drama remaja tapi problematikanya dewasa karena menyangkut nyawa. “Ke mana kau akan pergi kalau kau bisa ke mana saja?” / “Aku akan ke Bukit Hoosier bersama gadis cantik.” Heleh, gombal! Tapi untuk karaketr yang sakit psikologis dan mau bunuh diri, yah silakan sih. Aku merasakan desakan untuk mengucapkan sesuatu yang mengesankan dan puitis, tapi satu-satunya yang terpikir olehku adalah, “Ini Elok.” Mungkin karena mencoba memesona, justru cara itu malah mbulet sendiri, terjerat kata-kata. Toh akhirnya mati juga.

#6. Ender’s GameOrson Scott Card
Invasi pertama bugger ke bumi bisa digagalkan oleh pahlawan kita Mazzer Rackman. Invasi kedua pun bisa sukses dihalau, kini bumi menghadapi rencana invasi ketiga, tapi kali ini kita mempersiapkan diri lebih matang. Sebelum makhluk alien bugger menyerang, kita akan melakukan tindakan terlebih dulu. Adalah Ender Wiggin yang menjelma anak didik, ditempat istemewa sejak umur tujuh tahun. Di sekolah luar angkasa. Game itu menjelma nyata, tanpa ada pemberitahuan. Kisahnya berlaur lambat karena memang mengedepankan drama keluarga dan hubungan emosional aliens. Sebuah masa depan yang tak jauh dari sekarang, di mana planet-planet diduduki, dan monster luar angkasa saling menaklukkan. “Sekarang, sebelum sabun mengering. Sekarang, selama tubuhku masih licin untuk dipegang.”

#7. Mengukir Masa DepanNidhoen Sriyanto
Upaya Negara menghilangkan kesenjangan sosial di era Orde Baru dengan mensimulan warga bahwa bekerja itu ga harus di kantor. Ga harus gajian, bisa dengan berwiraswasta, dalam cerita dimodelkan dengan keluarga ideal: kerjaan mapan sang ayah, ibu rumah tangga dengan dua anak laki dan perempuan. Benar-benar untuk warga Negara yang bahagia. Meninabobokan, buku klasik yang umum ditaruh di perpustakaan sekolah. “Kau sebagai tukang di pabrik perakitan mobil, masih menerima gaji dari pabrik. Sedangkan saya sebagai tukang kayu, tak ada yang menggaji saya. Yang menggaji saya adalah pekerjaan saya. Pekerjaan yang saya ciptakan sendiri. Saya tak khawatir sedikti pun. Dapat makan, dapat membeli pakaian dan dapat membuat rumah seperti orang-orang lain yang menerima gaji tiap bulan.”

#8. A Monster CallsPatrick Ness
Ceritanya berat, monster pohon yew yang muncul di tengah malam lebih tujuh menit. Ibunya sekarat, ga cocok sama neneknya, ayahya kawin lagi dan tinggal di Amerika. Dan kesuraman akut menyelingkupi. Dengan modal empat kisah masa lalu yang mendetail menuju masa kini, dari ilusi yang tampak menyeramkan menjelma kenyataan. Sempat kubacakan ¼ awal untuk Hermione, tapi kuhentikan karena ternyata bukan cerita anak-anak. Conor O’Malley remaja dengan fantasi kelamnya. Ilustrasinya keren. Salut! Sudah difilmkan, baiklah masuk daftar buru untuk kutonton. “Kisahnya berakhir dengan penghancuran yang tepat, kalau itu maksudmu.”

#9. Winnie The PoohA. A. Milne
Sudah sejak tahun 2018 memilikinya, mau baca ketunda terus. Bukan karena ga ada waktu, sedang menanti saat yang tepat saja kubacakan ke Hermione. Dan alhamdulllah, sukses mempesonanya. Dia langsung menjadi fan berat Winnie The Pooh, bahkan bisa mencerita per bab isinya apa. Suka menyanyi lagu Pooh, suka bermain dengan binatang rekan-rekan Christopher Robin di Hutan Seratus Ekar. Dan antusias tinggi ingin memiliki boneka si kuning.

Terima kasih Noura, sudah menghadirkan buku bagus banget sebagai teman dongeng Hermione jelang tidur. Kubaca dua bab perhari yang berarti selama lima malam yang luar biasa melalangbuanakan imaji ke dunia ajaib. “Ya, sambil berjalan ke sini aku berkata kepada diriku sendiri, mungkinkah Christopher Robin punya semacam balon? Aku berbicara sendiri, memikirkan balon, dan penasaran.”Berkat buku ini, Apa cita-cita Hermione? Jadi ilustrator seperti Ernest H. Shepard. Wow

Karawang, 100420 – 160420 – Sherina Munaf – Kisah Sang Lebah